Selain Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri, Kunyit Juga Penyumbang Devisa
Selain Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri, Kunyit Juga Penyumbang Devisa
Cari Berita.. VIEWS ▾ FOTO VIDEO INFOGRAFIS WEEKEND SEPAK BOLA SAJAK KOFE OTOMOTIF TEKNOLOGI SEA GAMES Subscribe
LAINNYA ▾ Masuk
Senin, 03 Okt 2022 15:46:28 WIB | E-paper Media Indonesia Hari Ini
Di Kota Palu Sejak 2019 Sampah Plastik Diubah Menjadi BBM ● SKI: Usut Pemicu Terjadinya Korban Jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan ● GPK: Tragedi Kanjuruhan Momentum Reformasi Sepak Bol
Ist/Kementan
Kunyit yang dikenal sebagai bumbu dapur banyak diminati pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Tanaman ini juga dikenal sebagai bumbu dapur yang banyak diminati pasar
dalam negeri maupun luar negeri. Penjualannya tidak hanya sebatas produk
segar namun juga dalam bentuk simplisia.
Sentra terbesar kunyit tersebar di Jawa Timur (53,5 %), Jawa Tengah (15,65 %),
Jawa Barat (8,85 %) dan Sulawesi Selatan (4,92 %).
Untuk pasar luar negeri, lanjut Prihasto, volume ekspor kunyit cenderung
fluktuatif mengikuti produksi. Selama kurun waktu 2018-2020, ekspor kunyit
tersebar di 51 negara tujuan. Ekspor utama kunyit di antaranya ke India,
Malaysia, US, Thailand dan Jerman.
“Adapun negara dengan permintaan kunyit terbesar adalah India (21.129 ton),
diikuti oleh Malaysia (2.728 ton), Taiwan (705 ton), Amerika Serikat (507 ton) dan
Korea Selatan (301 ton) serta lainnya (1.242 ton),” terang Prihasto.
Sebagai gambaran, kebutuhan kunyit dalam negeri pada tahun 2018 sebesar
151.618 ton, tahun 2019 sebesar 138.704 ton dan pada 2020 sebesar 147.973 ton.
“Angka kebutuhan ini tercukupi seiring dengan produksi yang dihasilkan. Data
BPS menunjukkan, produksi kunyit Indonesia pada 2020 sebesar 193.582 ton.
Pada 2019, produksinya sebesar 190.909 ton. Data sementara menunjukkan,
produksi nasional hingga September 2021 sebesar 112.222 ton. Dari data tersebut
maka kita ketahui neraca kunyit tahun 2020 masih surplus sebesar 47.484 ton,”
terang Tommy.
“Harga kunyit terbaru Rp 1.100 hingga 1.500. Kami menunggu harga baik di
kisaran Rp 2.500. Pada harga tersebut kami barulah akan memanen,” ujar petani
asal Desa Palalangan, Kecamatan Cermee, Badri.
Menyinggung berita langkanya kunyit bagi pelaku usaha tanah air, salah satu
pemilik UMKM Rumpun Padi, Sudaryati mengaku tidak merasa kesulitan
memperoleh bahan baku olahan.
"Ndak tuh. Saya sejauh ini aman-aman saja untuk kebutuhan produksi empon-
empon. Bahkan saya belum mendengar rekan pelaku usaha lain yang mengaku
kesulitan kunyit. Memangnya butuh berapa ton? Saya coba bantu carikan ya,"
ujar pemilik aneka minuman serbuk herbal yang telah menembus pasar Eropa
ini.
Sebagai informasi, pada 2018 ekspor kunyit sebesar 9.541 ton, disusul pada 2019
di mana angka ekspor sempat turun menjadi 7.163 ton. Angka ekspor kemudian
naik lagi pada 2020 sebesar 9.909 ton. Terhitung hingga September 2021, angka
ekspor yang terdata sebesar 5.987 ton. (RO/OL-09)
Baca Juga
Anggota DPR Minta Pemerintah Tinjau Ulang Batas
Baris Kemiskinan
👤 mediaindonesia.com 🕔 Senin 03 Oktober 2022, 14:50 WIB
Berita Tentang
Marcom Beriklan
Publishing Contact
Rss Karir
Pedoman Media Siber
RUBRIKASI
IKUTI KAMI DI INFORMASI
OPINI EKONOMI HUMANIORA OLAHRAGA WEEKEND VIDEO Youtube Phone: 021 582 1303
Editorial Politik dan Nusantara Sepak Bola Megapolitan Foto Facebook Fax: 021 582 0476
Podium Hukum Otomotif Infografis Twitter Email: cs@mediaindonesia.com
Kolom Pakar Contact Info marketing.onlinedigital@mi.com
Copyright © 2022 PT CITRA MEDIANUSA PURNAMA Media Group - mediaindonesia, All Rights
Reserved