PDF Referat Stunting Nadia Firyal
PDF Referat Stunting Nadia Firyal
STUNTING
Disusun Oleh :
Nadia Firyal
030.14.133
Pembimbing:
“STUNTING”
Nadia Firyal
030.14.133
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Andri Firdaus, Sp.A, selaku dokter
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................2
2.1 Definisi............................................................................................................ 2
2.2 Epidemiologi...................................................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi....................................................................................................5
2.5 Manifestasi klinis............................................................................................6
2.5.1 Familial short stature (perawakan pendek familial).......................6
2.5.2 Constitutional delay of growth and puberty (CDGP).....................7
2.6 Penegakkan diagnosis....................................................................................8
2.6.1 Anamnesis.............................................................................................8
2.6.2 Pemeriksaan fisik.................................................................................8
2.6.3 Pemeriksaan penunjang.....................................................................12
2.7 Tatalaksana....................................................................................................14
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
LAMPIRAN..................................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2
Gambar 1. Kurva tinggi badan menurut usia (TB/U) WHO
2.2 Epidemiologi
Menurut Global Nutrition Report tahun 2016 oleh UNICEF, diketahui bahwa
prevalensi stunting di seluruh dunia pada anak usia dibawah 5 tahun sebesar 23,8%,
yang sebelumnya telah turun dari angka 39,6% pada tahun 1990. (7) Dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa persentase stunting di
Indonesia pada tahun 2013 adalah 37,2%, dimana 19,2% terdiri dari stunting dan
18% lainnya merupakan severe stunting. Menurut provinsi, prevalensi balita pendek
terendah terjadi di Kepulauan Riau (26,3%), DI Yogyakarta (27,3%), dan DKI
Jakarta (27,5%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita pendek tertinggi terjadi
di Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%). Dan Nusa Tenggara
Barat
3
(45,2%). (4)
Prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan
Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%). Global
Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17 negara di
antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan
overweight pada balita. (5)
2.3 Etiologi
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, namun diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu variasi normal dan patologis. Pada variasi normal, stunting
dikategorikan menjadi: (8)
• Familial short stature (perawakan pendek familial)
Adalah variasi normal dari perawakan pendek yang ditandai dengan
kecepatan tumbuh normal, usia tulang normal, tinggi badan kedua orangtua
pendek, dan tinggi akhir anak dibawah persentil 3 atau z score dibawah -2
SD.
• Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Merupakan salah satu kategori dari pubertas terlambat yang paling sering
ditemui dalam praktek sehari-hari, didefinisikan sebagai tidak timbulnya
tanda- tanda seks sekunder pada usia 12 tahun untuk anak perempuan dan
pada usia
14 tahun untuk anak laki-laki. Anak dengan CDPG memiliki perawakan
pendek, pubertas terlambat, usia tulang terambat, namun tidak terdapat
kelianan organik yang mendasarinya. Pada pasien CDPG ditemukan riwayat
keluarga dengan pubertas terlambat dan hal ini menunjukkan bahwa faktor
genetic berperan dalam awitan pubertas.
Kelainan patologis pada stunting dapat dibedakan menjadi proporsional dan
tidak proporsional. Stunting dengan tubuh proporsional meliputi malnutrisi,
intrauterine growth retardation (IUGR), psychosocial dwarfism, penyakit kronik, dan
kelainan endokrin, seperti defisiensi hormon pertumbuhan, hipotiroid, sindrom
Cushing, resistensi hormon pertumbuhan/ growth hormone (GH), dan defisiensi
4
insulin-like growth faktor 1 (IGF-1). Sedangkan stunting dengan badan tidak
proporsional disebabkan oleh kelainan tulang, seperti kondrodistrofi, displasia
tulang, sindrom Kallman, sindrom Marfan, dan sindrom Klinifelter. Etiologi-
etologi tersebut dapat diingat dengan menggunakan metode mnemonic
“KOKPENDK” yang terdiri dari: (9)
2.4 Patofisiologi
Stunting merupakan representasi dari disfungsi sistemik dalam fase
perkembangan anak dan tanda dari adanya malnutrisi kronik. Faktor utama dalam
mekanisme stunting adalah adanya inflamasi pada penyakit kronik, dan penyakit
dengan resistensi terhadap hormon pertumbuhan. Pada inflamasi penyakit kronik,
akan terjadi kaheksia, yaitu ditandai dengan turunnya nafsu makan, meningkatnya
laju metabolisme basal, berkurangnya massa otot, dan tidak efisiennya penggunaan
lemak dalam tubuh sebagai energi.
Selain itu, juga terjadi malabsorpsi makanan, intoleransi makan, dan adanya efek
obat dari terapi yang sedang dijalani, contohnya steroid. Hal ini kemudian akan
mengakibatkan adanya proses akut, yaitu penurunan berat badan. Kaheksia pada
akhirnya akan menyebabkan defisiensi makronutrisi, vitamin dan mineral. Adanya
resistensi terhadap GH pada suatu penyakit, contohnya gagal ginjal kronik dan
konsumsi obat golongan steroid akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
linear,
5
menurunnya massa otot dan kepadatan tulang. Lama kelamaan, hal tersebut akan
menyebabkan efek kronis pada tubuh, yaitu adanya stunting, menurunnya kualitas
hidup, dan meningkatnya risiko dari infeksi. (10)
6
b. kecepaan pertumbuhan normal
c. usia tulang normal
d. tinggi badan kedua atau salah satu orangtua yang pendek
e. tinggi akhir dibawah persentil 3 atau -2 SD
2.5.2 Constitutional delay of growth and puberty (CDGP):
a. perlambatan pertumbuhan linear pada 3 tahun pertama kehidupan
b. pertumbuhan linear normal atau hamper normal pada saat pra pubertas
dan selalu berada di bawah persenti 3 atau -2 SD
c. usia tulang terlambat
d. maturase seksual terlambat
e. tinggi akhir biasanya normal
7
2.6 Penegakkan diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Pada kasus stunting, pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah: (11)
8
hingga telapak kaki. Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai segmen atas, nilai
TB dikurangi dengan segmen bawah, sehingga didapatkannya rasio antar
keduanya. Nilai standar rasio berubah sesuai dengan berubahnya usia. Rasio
U/L pada bayi baru lahir (BBL) adalah sebsar 1,7, dan mendekati 1 pada usia
8-10 tahun.(8)
• Stigmata sindrom, tampilan dismorfik, dan kelainan tulang
Beberapa contoh sindrom dengan cirinya masing-masing, yaitu:(9)
Sindrom
Perempuan dengan webbed Sindrom Turner
neck, cubitus valgus, shield chest
Small triangular facies, Sindrom Russel Silver
hemihypertrophy, clinodactyly
9
Gambar 3. Perkembangan status pubertas pada anak laki-laki
1
Pada laki-laki, penis dan rambut pubis mulai tumbuh hampir bersamaan dengan
pacu tumbuh. Bentuk penis berubah dari bentuk infantile ke bentuk dewasa dalam
waktu kurang lebih 2 tahun. Rambut pubis tumbuh secara bertahap yang dinyatakan
dalam 5 tahap, yaitu P1-P5. P5 rambut pubis sudah mencapai bentuk dewasa sampai
pusar dan biasanya tercapai pada usia 15-16 tahun. (13)
1
Gambar 7. Diagram perubahan fisik anak perempuan selama pubertas
1
- CT scan atau MRI
3. Pemeriksaan lanjutan
- Fungsi tiroid
- Analisis kromoson
- Uji stimulasi/ provokasi untuk hormon pertumbuhan
Pada anak dengan stunting harus dilakukan pemeriksaan secara baik dan terarah
agar tata laksananya optimal. Kriteria awal pemeriksaan anak dengan stunting adalah:
1
Berikut merupakan algoritme pendekatan diagnostik anak dengan stunting: (9)
2.6 Tatalaksana
Pada varian normal stunting tidak perlu dilakukan terapi hormonal, cukup
observasi saja bahwa diagnosisnya merupakan fisiologis bukan patologis. Akhir-
akhir ini telah ada penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan aromatase
inhibitor sebagai terapi adjuvant atau tunggal pada Familial Short Stature dan
Constitutional Delay of Growth and Puberty melalui mekanisme menghambat kerja
estrogen pada lempeng pertumbuhan. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai hal ini, maka sebaiknya tidak digunakan secara rutin terlebih dahulu.
1
Terapi dengan menggunakan hormon pertumbuhan memiliki tujuan
memperbaiki prognosis tinggi badan dewasa. Dari berbagai penelitian terakhir telah
ddapat dilihat bahwa hasil tinggi akhir anak yang mendapat GH jauh lebih baik
daripada prediksi tinggi badan pada awal pengobatan. Pada tahun 1995 FDA telah
menyetujui pemakaian hormon pertumbuhan untuk defisiensi hormon pertumbuhan,
gagal ginjal kronik, sindrom Turner, sindrom Prader Willi, anak anak IUGR,
perawakan pendek idiopatik, orang dewasa dengan defisiensi hormon pertumbuhan,
dan orang dewasa dengan AIDS wasting.(13)
1
BAB III
KESIMPULAN
SD.(3)
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kejadian stunting di
Indonesia sebesar 37,2%, dimana dari jumlah presentase tersebut, 19,2% anak
pendek dan 18,0% sangat pendek.(4) Diketahui angka tertinggi ada pada provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar >50%, dan yang terendah pada provinsi Kepulauan
Riau, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta dan Kalimantan Timur, yaitu sebesar
<30%.(5)
Stunting berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan
kematian serta terhambatnya pertumbuhan mental dan motorik, sehingga perlu
adanya perhatian khusus pada balita dengan stunting.(6) Balita yang mengalami
stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,
produktivitas, dan penurunan kualitas hidup akibat meningkatnya risiko infeksi di
masa mendatang.(3)
Stunting dibagi menjadi 2, yaitu variasi normal dan patologis. Stunting variasi
normal terdiri dari familial short stature (perawakan pendek familial) dan
constitutional delay of growth and puberty (CDGP). Stunting variasi normal
tidak membutuhkan terapi hormon pertumbuhan, namun cukup observasi terhadap
keadaan gizi anak.(8)
1
DAFTAR PUSTAKA
1
9. Tridjaja B. Short Stature (Perawakan Pendek) Diagnosis dan Tata Laksana.
Dalam: Best Practices in Pediatrics. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cabang DKI Jakarta; 2013:11-8.
10. Sevilla WMA. Nutritional Considerations in Pediatric Chronic Disease. Pediatr
Rev. 2017; 38(8):343-52.
11. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED,
editor. Perawakan Pendek. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009 243-9.
12. Batubara JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri.
2010; 12(1):21-9.
13. Pulungan AM. Pubertas dan Gangguannya. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi
Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2015:89-
94.
1
Lampiran 1. Perbedaan normal usia kronologis dan usia tulang