10 +Muhammad+Ruby+Pahlevi
10 +Muhammad+Ruby+Pahlevi
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
1
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta,
Indonesia
a
Email korespondensi: dewi_s@trisakti.ac.id
Sari. Daerah penelitian berada pada daerah Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Sejarah Artikel :
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengetahui fasies dan Diterima
sistem pengendapan pada daerah penelitian. Terutama pada kondisi geologi Formasi 25 November 2020
Halang yang dikenal juga sebagai daerah lingkungan pengendapan laut dalam atau Revisi
15 Desember 2020
turbidit. Pengambilan data dilakukan dengan metode stratigrafi terukur, ditunjang
Disetujui
dengan analisis petrografi dan mikropaleontologi Formasi halang pada daerah
26 Januari 2021
penelitian didominasi oleh perselingan batupasir dan batulempung atau batulanau. Terbit Online
Hasil kajian endapan turbidit dari formasi halang dapat disimpulkan terendapakan 27 Februari 2021
pada sistem lobes yang membentuk kipas laut dalam, mulai upper fan dan suprafan
lobes on mid fan. Lapangan penelitian ini memiliki 4 asosiasi fasies, yaitu: (1) Fasies Kata Kunci :
batupasir berukuran sedang sampai halus (AF1); (2) Fasies perselingan breksi dengan Ø Fasies turbidit,
batupasir tuffaan (AF2); (3) Fasies perselingan batupasir berukuran kasar sampai Ø Potensi Hodrokarbon,
sedang dengan batulempung (AF3); (4) Fasies batupasir berukuran sedang sampai Ø Cekungan Banyumas,
halus tuffaan(AF4).
Page 80
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
halang formation can be concluded that they are deposited in the lobes system
that forms deep sea fans, starting from the upper fan and suprafan lobes on
the mid fan. This research field has 4 facies associations, namely: (1) medium
to fine sandstone facies (AF1); (2) Facies of alternating breccias with tuffaan
sandstones (AF2); (3) Facies of alternating coarse to medium sized sandstones
with claystone (AF3); (4) Facies of medium to fine tuffing sandstones (AF4).
PENDAHULUAN
Pemahaman mengenai mekanisme dan proses terjadinya sedimentasi di suatu cekungan sangat
penting dipelajari untuk penentuan geometri sistem petroleum cekungan tersebut.
Cekungan Banyumas telah terbukti menjadi salah satu penghasil minyak dan gas bumi di Indonesia ,
rembesan minyak dan gas bumi yang dihasilkan menunjukan suatu hidrokarbon yang aktif sehingga
daerah ini menjadi salah satu daerah yang menarik untuk di teliti. Ketertarikan akan menganalisa
kandungan dalam cekungan banyumas menjadi latar belakang bagi penulis dalam melakukan penelitian
ini. Formasi Halang, menurut Peta Geologi Regional Lembar Majenang (Kastowo,1975) tersusun oleh
batuan sedimen fasies turbidit dengan struktur sedimen yang jelas seperti perlapisan bersusun, konvolut
laminasi, dan lain – lain.
Daerah Karangpucung kabupaten banyumas sebagai lokasi penelitian karena memiliki kondisi singkapan
yang baik dan menerus, tujuan akhir dari penelitian ini adalah melakukan analisis stratigrafi secara detail
dan terukur guna mengetahui mekanisme dan proses sedimentasi dan fasies endapan turbidit pada
daerah tersebut.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :
- Bagaimana asosiasi fasies turbidit pada daerah penelitian?
- Bagaimana sistem pengendapan fasies turbidit pada lintasan penelitian?
GEOLOGI REGIONAL
Page 81
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
yaitu Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, sebelah Selatan yaitu Kabupaten
Cilacap, sedangkan sebelah Barat yaitu Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes.
Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran mengenai formasi yang
berkaitan dengan daerah penelitian. Menurut Kastowo dan N. Suwarna (1996) (Gambar 1)
dalam Peta Geologi Lembar Majenang susunan batuan tertua sampai yang termuda sebagai berikut:
Formasi Jampang, Formasi Pemali, Formasi Rambatan, Formasi Lawak, Batugamping Kalipucang, Formasi
Kumbang, Formasi Halang, Formasi Kalibiuk, Formasi Kaliglagah, Formasi Mengger, Formasi Gintung,
Formasi Linggopodo, Hasil Gunungapi Tua, Intusi, dan Aluvium.
Struktur geologi sekitar di Cekungan Banyumas terbagi menjadi tiga (3) arah gaya utama. Dimana struktur
utama di dalam cekungan berupa antiklin dan sinklin serta sesar – sesar anjakan yang membentuk antiklin.
Sesar normal di selatan cekungan umumnya merupakan sesar utama yang membentuk cekungan.
Martodjojo dan Pulunggono, (1994) membagi pola struktur Pulau Jawa ke dalam tiga kelompok, yaitu Pola
Meratus yang diwakili oleh sesar Cimandiri berarah (baratdaya – timurlaut), Pola Sunda yang berarah
(Utara – selatan) Gerakan sesar pada pola Sunda ini umumnya berpola regangan (strain). dan Sedangkan
Pola Jawa yang berkembang diwakili oleh sesar – sesar naik (barat – timur).
Page 82
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Lingkungan pengendapan sedimen dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lingkungan pengendapan darat,
lingkungan pengendapan transisi (batas antara darat dan laut), dan lingkungan pengendapan laut. Dari
ketiga lingkungan pengendapan ini dibagi lagi ke dalam tiap – tiap lingkungan pengendapan utamanya.
Yaitu lingkungan pengendapan sungai, gurun, lakustrin dan glasial pada darat, lingkungan pengendapan
delta, pantai, lagoon, dan, tidal flat pada transisi dan lingkungan pengendapan neritik dan oceanic pada
lingkungan pengendapan laut. Lingkungan pengendapan utama tersebut kemudian terbagi lagi
berdasarkan lingkungan pencirinya.
Endapan turbidit mengacu kepada endapan sedimen yang berasal dari proses suspensi turbulen atau yang
biasa dikenal sebagai arus turbidit, akan tetapi Middleton dan Hampton (1973) mengatakan, endapan
turbidit adalah hasil dari pengendapan semua sedimen yang dibawa oleh semua arus gravitasi, dalam hal
ini termasuk aliran debris (debris flow), aliran antar butir (grain flow), aliran fluida (fluidized flow), dan
aliran turbidit (turbiditiy current), dalam hal ini Middleton dan Hampton mengacu kepada istilah
Sediment-Gravity Flows, sebagai endapan turbidit. (Gambar 2)
- Aliran butir: butir pada aliran tetap tertahan pada suspensi akibat dari interaksi antar butir yang
terjadi,pada aliran jenis ini fluida hanya berperan sebagai pelumas.
- Aliran fluida: Aliran dimana butir yang ada di dalamnya tertahan di dalam suspensi akibat adanya
aliran vertikal dari fluida.
- Aliran debris: Aliran dimana butir (grain), tetap tertahan dalam suspensi akibat dari kekuatan dan
daya apung dari matriks.
- Aliran turbidit: Aliran dimana butir tetap tertahan dalam suspensi akibat adanya turbulensi dalam
aliran.
Gambar 2. Jenis – jenis aliran dalam aliran gravitasi sedimen (Peter Haughton, 2006)
METODE PENELITIAN
Page 83
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 84
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Page 85
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Surusunda (Gambar 6). Dimana pada lintasan 3 Surusunda tidak dapat dikorelasikan dengan 2 lintasan
karena perbedaan kedudukan, dan terletak diposisi sebelah barat dari daerah penelitian. Pada model
kipas bawah laut ini proses sedimentasi yang terjadi umumnya didominasi oleh sistem aliran turbidit,
membawa material – material dari shelf melalui canyons. Proses sedimentasi ini membentuk trend yang
sangat umum dimana material yang lebih kasar akan terendapkan dekat dengan sumber dan material
yang lebih halus akan terendapkan pada bagian kipas. Kipas bawah laut dibagi menjadi tiga bagian yaitu
upper fan, middle fan dan lower fan (Gambar 7).
KESIMPULAN
Model pengendapan kipas bawah laut yang didapat menunjukan pengendapan asosiasi fasies berada
pada bagian middle fan tepatnya pada bagian asosiasi fasies berada pada bagian middle fan tepatnya pada
bagian asosiasi Middle-Fan asoisiasi fasies 1, asosiasi Inner-Fan asosiasi fasies 2, asosiasi Middle-Fan
asosiasi fasies 3, dan asosiasi Middle-Fan asosiasi fasies 4.
Page 86
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH KARANGPUCUNG KABUPATEN BANYUMAS
p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 80-87, Februari, 2021
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee
Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran dalam menyelesaikan
penelitian ini. Terimakasih kepada Jurusan Geologi Universitas Trisakti. Kepada Ibu Dewi Syavitri, Ir.PhD.
dan Bapak Firman Herdiansyah., S.T., M.T. yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bayu, E,P. 2014. Potensi Hidrokarbon Cekungan Banyumas. Universitas Jendral Soedirman Bemmelen,
R.W Van. 1949. The Geology of Indonesia Vol. 1A General Geology : The Hague, Batavia.
2. Blow, A. H. 1969, “Late Middle Miocene Eocene to Recent Planktonic Foraminifera Biostratigraphy”.
Proceeding Intern, Conf. Planktonic Microfossil, 1st edition.
3. Herdiansyah, F., Burhannudinnur, M., Ovinda O., Syavitri D, 2019. Grouping Porosity Permeability in
Deep Marine Sediment. Jounral of Physics, Vol 1402
4. Herdiansyah, F., Burhannudinnur, M., Syavitri D., Widyanata M., 2020. Non – Channelized Turbidite
Deposit Porosity Identification In Brebes Central Java
5. Kastowo, Peta Geologi Lembar Majenang Jawa, Direktorat Geologi, Bandung. Indonesia, 1975
7. Walker, R. G., 1984, General introduction: facies, facies sequences and facies models, in walker, R.G.,
ed., Facies models, second edition : Geological Association of Canada, Geoscience Canada Reprint
Series 1, p. 1-9.
Page 87