Publisistik, juga berasal dari kata latin “publicare” berarti “menjelaskan kepada penduduk”. Kegiatan informasi pada awalnya dimaksudkan sebagai kegiatan individua tau kelompok yang sesuai dengan kepentingan negara. Publisistik tetap memberikan penekanan pada suatu kegiatan “searah” yang dilakukan seseorang/sekelompok orang/organisasi yang mempunyai tujuan mempengaruhi orang lain/kelompok lain/organisasi lain. Sedangkan komunikasi lebih mengutamakan interaksi. Apabila publistik lebih fokus pada aktivitas dan pengaruh politik, komunikasi lebih fokus pada aktivitas dan proses sosial. Selain itu, bidang ilmu komunikasi mencakup konteks yang lebih luas dari peristiwa komunikasi. B. Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi Objektif dan Subjektif Hambatan adalah gangguan, yaitu segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi dan mencegah kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Hambatan komunikasi objektif adalah hambatan dalam proses komunikasi yang tidak disengaja disebabkan oleh pihak lain, tetapi karena keadaan yang merugikan. Misalnya, menggunakan media yang salah, atau tidak ada chemistry antara komunikator dan komunikator. - Hambatan untuk komunikasi subjektif Hambatan untuk komunikasi subjektif mengacu pada hambatan yang orang lain secara sadar mengatur untuk melawan, seperti konflik kepentingan, prasangka, keserakahan, iri hati, ketidakpedulian dan tawa tentang komunikasi. Salah satu topik pembicaraan adalah prasangka. Islam memberikan pedoman moral bagi kita untuk menjauhi prasangka negatif. Al-Qur'an, khususnya Surah Al Hujuraat ayat 12, menegaskan proses psikologis ini: "Hindarilah kebanyakan prasangkamu. Sesungguhnya sebagian prasangka buruk (dosa)" (Q.S. Al Hujuraat: 12). Ayat di atas menegaskan kejahatan prasangka dalam kerangka moral agama Islam. Tentu saja prasangka ini sangat mudah muncul ke permukaan, baik itu hanya dalam pikiran kita atau kita telah mengungkapkannya melalui kata-kata atau tindakan yang diskriminatif secara pribadi.