Wawasan Kemaritiman Tugas Kelompok
Wawasan Kemaritiman Tugas Kelompok
Sosial Budaya
KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
ARNISA (D1E121003)
FAKULTAS PERTANIAN
PENYULUHAN PERTANIAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Sosial
Budaya Wawasan Kemaritiman”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata Bahasa. Tetapi
walaupun demikian penulisan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah
meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerja sama antara dosen serta beberapa kerabat memberi
masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersususnnya Makala ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut di atas yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 5,8 juta km per
segi dan Panjang garis pantai 95.181 km, sudah sepatutnya Indonesia memiliki strategi
maritime yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya, politik,
keamanan dan pertahanan. Jika dipetekan di belahan bumi lain, luas wilayah Nusantara
sama dengan jarak antara Irak hingga Inggris (Timur-Barat) atau jerman hingga Aljazair
(Utara-Selatan). Letaknya yang seksi, ditopang potensi sumber daya alam berlimpah,
khatulistiwa. Tak heran, ancaman dan gangguan terus menerpa Negara Kesatuan
membangkitan maritime domain awareness, atau kesadaran lingkungan maritim. Hal itu
dibutuhkan karena bangsa Indonesia sekarang tidak lagi memiliki budaya bahari.
Sehingga, perlu dibangun Kembali upaya penyadaran. Upaya ini harus sampai pada
merupakan hal vital bagi keamanan, keselematan, ekonomi, dan lingkungan hidup bangsa
Dari aspek kehidupan sosial dan budaya, sejarah menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia pada masa lalu memiliki pengaruh besar di wilayah Asia Tenggara. Terutama
melalui kekuatan maritime dibawah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Tak heran,
wilayah laut Indonesia dengan luas dua pertiga Nusantara diwarnai banyak pergumulan
kehidupan dilaut. Dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyak bangsa
Indonesia menguasai lautan besar. Bahkan, mampu mengarungi Samudra luas hingga ke
PEMBAHASAN
maritim. Sebut saja kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, mereka bisa menguasai Kawasan
Asia Tenggara. Fakta itu, hingga kini tidak terbatahkan. Keliru jika bangsa ini tidak
belajar dari sejarah untuk Kembali menjadi bangsa besar dan disegani.
negara besar yang di segani di Kawasan Asia, maupun di seluruh dunia. Sebagai kerajaan
maritime yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan polotik
kerajaannya pada penguasa alur pelayaran dan jalur perdaggangan serta menguasai
Tetapi tidak terdapat kemajuaan selama ribuan tahun. Kebudayaan dan peninggalan
menjadi sangat bergam saat ada pergerakan sejarah menuju partai, seperti tercatat dalam
situs-situs tua di Depok dan Pejaten. Pedalaman Jakarta berkembang bergeser ke daerah
Cilincing, Marinda. Hal ini menunjukan bahwa, nenek moyang kita telah menyadari jika
ingin maju harus melihat ke depan, yaitu laut sebagai kemajuan yang lebih dominan.
Tidak hanya itu, ketangguhan maritim kita juga di tunjukan oleh Sngasari di
bawah pemerintahan Kertanegaraan pada abad ke 13. Dengan kekuatan armada laut yang
tidak ada tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirin ekspedisi bahari
Kekeraan Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama sama dapat
Sebanyak 108,78 juta orang atau 49 persen dari total penduduk Indonesia dalam
kondisi miskin, dan rentan menjadi miskin. Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada 2008
menyebutkan bahwa penduduk miskin di Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47
persen di antaranya adalah masyarakat yang hidup dikawasan pesisir dan perdesaan.
Etos kerja dari para nelayan, lemahnya tingkat Pendidikan, kurangnya aksebilitas
terhadap informasi dan teknologi yang masuk, kurangnya biaya untuk modal semakin
bertambah.
Di antara kategori pekerjaan yang terkait dengan kemiskinan, nelayan kerap kali
disebut sebagai masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat lainnya ( the poorest of
the poor ). Berdasarkan data world Bank mengenai kemiskinan, disebutkan bahwa
sebanyak 108,78 juta orang atau 49 persen dari total penduduk Indonesia dalam kondisi
miskin dan rentan menjadi miskin. Selain itu, menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada
tahun 2008 disebutkan pula bahwa penduduk miskin di Indonesia mencapai 34,96 juta
jiwa dan 63,47 persen diantaranya adalah masyakarat yang hidup dikawasan pesisir dan
pedesaaan.
Laut Indonesia dapat menghasilkan ratusan triliun devisa dengan berbagai potensi
energi terbarukan. Negeri ini juga memiliki sumber daya hayati beranekaragam, meliputi
2.000 spesies ikan, lebih dari 80 genera terumbu karang atau sekitar 17,95% di dunia, 850
jenis sponge, padang lamun, dan hutan mangrove yang menyimpan potensi 6,5 juta ton
ikan (dapat dimanfaatkan nelayan 5,0,1 juta ton ikan di hamparan laut seluas 5,8 juta KM
persegi). Sehingga negara ini mengalami kerugian lebih dari Rp. 100 miliar per tahun.
Norwegia dan Chili dapat menjadi acuan dalam pengembangan sektor kelautan.
Norwegia pada mulanya adalah negara miskin di Eropa, yang hanya mengandalkan
minyak bumi. Tapi perlahan negara tersebut semakin maju. Norwegia saat ini menjadi
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam berlimpah, bangsa
Indonesia belum mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kondisi ini terjadi
karena rendah nya kualitas sumberdaya manusia (SDM) dibidang maritim l, salah satunya
Indonesia masih kekurangan tenaga laut, Krisi tenaga pelaut di tanah air hingga kini
masih menjadi masalah serius. Jumlah lulusan pendidikan tersebut belum seimbang
dengan kebutuhan dibidang pelayaran. Para lulusan pelaut di tingkat perwira hampir 75%
memilih bekerja di kapal asing atau berbendera asing ketimbang mengabdikan diri untuk
perusahaan pelayaran nasional dengan alasan yang masuk akal yakni penghasilan yang
lebih besar.
Dalam lima tahun ke depan kebutuhan pelaut nasional mencapai 43,806 orang atau 8,600
orang setiap tahunnya, terdiri dari 18,774 pelaut kelas perwira dan 25,032 pelaut kelas
dasar. Namun suplai pelaut saat ini di tanah air baru mencapai 3.000 orang pertahun
terjadinya peningkatan kebutuhan pelaut hingga mencapai 55.000 orang, ketua umum
lonjakan ke butuhkan pelaut nasional itu menyusul meningkat nya jumlah armada niaga
nasional. Dia menjelaskan selama 2005 hingga 2010 pertumbuhan jumlah kapal niaga
nasional mencapai lebih dari 60% atau ada penambahan tidak kurang dari 3.300 unit
kapal. Selama periode itu kebutuhan pelaut untuk mengisi kapal-kapal niaga nasional
bertambah hingga 55.000 orang dan belum termasuk mesin dan nahkoda
Rendahnya SDM bangsa ini terjadi karena fokus pembangunan pemerintah masih
berkiblat pada sektor darat atau agraris. Berpijak pada sejarah bangsa Indonesia yang
Sumber daya hayati dan non hayati harus dapat dikelola secara optimal, potensi itu
minyak bumi dan transportasi. Diperlukan SDM yang berkualitas yang memahami dan
Tenaga ahli bidang SDM bahari dan Iptek kelautan, dewan kelautan Indonesia, Bonar
Menurut Bonar, kini pembangunan kelautan diarahkan untuk mewujudkan potensi laut
2.4