Anda di halaman 1dari 42

Peran & Fungsi Perawat

Dalam pemenuhan kebutihan Spiritual care

Oleh :
Oleh S.Kep.,Ners.,M.Kep
Oyoh, : Sobar Darmaja, S.Psi, MKM
Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem
Peran Perawat
Peran

Dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam


maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat
konstan

Seseorang yg telah lulus dan mendapatkan ijazah dr


pendidikan kesehatan yg diakui pemerintah (PP No.
32 th 1996 ttg tenaga kesehatan )

Perawat Perawat adalah seseorang yang telah lulus


pendidikan tinggi keperawatan ankan STR
mendapatd, baik di dalam maupun luar negeri yang
diakui Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan (UU No. 38/2014 P
1 ayat 2)
Peran Perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh


orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam system, di mana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi
perawat maupun dariluar profesi keperawatan
yang bersipat konstan
Pemberi
Asuhan
Keperawatan

Peneliti / Advokat
Pembaharu Klien

Peran
Perawat
Konsultan Edukator

Kolaborator Koordinator
Pemberi Asuhan Keperawatan
• Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
• Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
Advokat Klien
• Peran ini dilakukan perawat dalam membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khusunya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
agama yang diyakininya, hak atas privasi, hak
untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
Edukator
• Peran ini dilakukan dengan membantu klien
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikankan, pengaruh sepiritual
terhadap penyakitnya, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
Koordinator
• Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan
klien.
Kolaborator
• Peran perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi, ustad/kiai dan
lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Konsultan
• Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
Peneliti / Pembaharu
• Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan
dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Fungsi Perawat
• Fungsi adalah suatu pekerjaan yang
harus dilaksanakan sesuai dengan
perannya.
• Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan
ke keadaan yang lain
Independen Mandiri

Fungsi Intruksi dari


Dependen
Perawat perawat lain

Kerjasama dg tim
Interdependen
kesehatan lain
Fungsi Independent

Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang


lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.
Fungsi Dependen
• Merupakan fungsi perawat dalam
melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian
tindakan pelimpahan tugas yang di berikan.
Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
Fungsi Interdependen
• Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang
bersifat saling ketergantungan di antara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja
sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyapenyakit kompleks.
Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
yang lainnya.
PERAWAT SEBAGAI CONTOH PERAN (ROLE MODEL)

• Setiap Manusia mempunyai tiga kebutuhan


spiritual yang sama yaitu kebutuhan akan arti
dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai
dan berhubungan, serta kebutuhan untuk
mendapatkan pengampunan
Taylor, Lilis & Le Mone (1997), dalam hal ini
perawat akan:
• 1. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual
yang memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan arti
dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan serta
pengampunan.
• 2. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan
sehari-hari ini, terutama ketika menghadapi nyeri,
penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik
profesional.
• 3. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan
spiritual diri sendiri.
• 4. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin,
kehangatan, keceriaan, caring dan kreativitas dalam
interaksinya dengan orang lain.
.
• Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang
lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual
perawat.
• 6. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang
bagaimana keyakinan spiritual klien mempengaruhi
gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit,
pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan
terapi/treatment.
• 7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan
spiritual klien.
• 8. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang
paling sesuai untuk membantu klien yang sedang
mengalami distress spiritual.
Perilaku self-care:
• 1. Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.
• 2. Gali praktik yang dapat mendukung secara
spiritual.
• 3. Hargai sistem kepercayaan orang lain.
• 4. Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan
cinta terhadap diri sendiri dan orang lain.
• 5. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah
stress, krisis dan kehilangan.
PROSES KEPERAWATAN

.
Pengkajian
• Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali
secara umum adalah:
Afilasi agama
• a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama
apakah dilakukan secara aktif atau tidak aktif.
• b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi:

• a. Praktik kesehatan: diet, mencari dan


menerima terapi, ritual atau upacara agama.
• b. Persepsi penyakit: hukuman, cobaan
terhadap keyakinan.
• c. Strategi koping.
Nilai agama atau spiritual,
mempengaruhi:
• a. Tujuan dan arti hidup.
• b. Tujuan dan arti kematian.
• c. Kesehatan dan pemeliharaannya.
• d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan
orang lain.
Pengkajian data subjektif
• Pedoman Pengkajian Spiritual yang disusun
oleh Stoll dalam Craven & Hirnle (1996)
mencakup empat area yaitu:
• a) Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan;
• b) Sumber harapan dan kekuatan;
• c) Praktik agama dan ritual;
• d) Hubungan antara keyakinin spiritual dan
kondisi kesehatan.
Pengkajian data objektif

• Pengkajian data objektif dilakukan mellui


pengkajian klinik yang meliputi pengkajian
afek dan sikap, perilaku, verbalisasi,
hubungan interpersonal dan lingkungan.
Pengkajian data objektif terutama dilakukan
melalui observasi.
karakteristik klien yang mengalami distress spiritual :
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung,
2. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas,
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap
sistem kepercayaan/agama,
4. Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap
kematian,
5. Klien yang akan dioperasi,
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau
implikasi sosial dan agama.
7. Mengubah gaya hidup,
• a. Preokupasi ttg hbg agama dan kesehatan,
• b. Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
• c. Tdk mampu / menolak melakukan ritual spiritual,
• d. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan,
• e. Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
• f. Mempertanyakan rencana terapi karena
bertentangan dengan keyakinan agama.
• g. Sedang menghadapi sakratul maut (dying).
Diagnosa keperawatan
• a. Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan
keyakinan spiritual.
• b. Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
agama sebagai dukungan utama (merasa ditinggal
oleh Tuhan).
• c. Takut b/d belum siap untukmenghadapi
kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian.
• d. Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.
• e. Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli termasuk Tuhan.
• a.
.
Ketidakberdayaan b/d parasaan menjadi
korban.
• b. Ggn harga diri b/d kegagalan untuk hidup
sesuai dengan ajaran agama.
• c. Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
• d. Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
• e. Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri
b/d perasaan bahwa hidup ini tidak berarti.
Perencanaan
• Tujuan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami distress spiritual harus difokuskan
pada menciptakan lingkungan yang
mendukung praktik keagamaan dan keyakinan
yang biasanya dilakukan. Tujuan ditetapkan
secara individual dengan mempertimbangkan
riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda
disfungsi serta data objektif yang relevan.
Contoh tujuan klien dengan distress spiritual meliputi
klien akan:
• a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang
memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan
tujuan, mencintai dan keterikatan serta
pengampunan.
• b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan
rasa nyaman ketika menghadapi tantangan berupa
penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain.
• c. Mengembangkan praktek spiritual yang
memupuk komunikasi dengan diri sendiri, dengan
Tuhan dan dengan dunia luar.
• Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan
antara keyakinan spiritual dengan kehidupan
sehari-hari.
Hasil yang diperkirakan harus bersifat individual dan
meliputi kriteria :
• a. Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.
• b. Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
menantang keyakinan spiritual.
• c. Menggali alternatif: mengingkari, memodifikasi
atau menguatkan keyakinan; mengembangkan
keyakinan baru.
• d. Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca
kitab suci, kelompok pengajian, dsb).
• e. Melaporkan atau mendemonstrasikan
berkurangnya distress spiritual setelah
keberhasilan intervensi
Perencanaan dirancang utk memenuhi kebutuhan
spiritual klien dengan:

• a. Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.


• b. Membantu klien menggunakan sumber dari dalam
dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi situasi
yang sedang dialaminya.
• c. Membantu klien mempertahankan atau membina
hubungan personal yang dinamik dengan Maha Pencipta
ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang
menyenangkan.
• d. Membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi
yang sedang dihadapinya.
• e. Meningkatkan perasaan penuh harapan.
• f.Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.
Implementasi
• a. Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
• b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap
kebutuhan spiritualnya.
• c. Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai
kebutuhan spiritual.
• d. Mengetahui pesan non-verbal tentang
kebutuhan spiritual klien.
• e. Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
• f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan
empati yang berarti menghayati masalah klien.
.
• a. Menerapkan teknik komunikasi terapeutik
dengan teknik mendukung, menerima, bertanya,
memberi informasi, refleksi, menggali perasaan dan
kekuatan yang dimiliki klien.
• b. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada
ucapan atau pesan verbal klien.
• c. Bersikap empati yang berarti memahami dan
mengalami perasaan klien.
• d. Memahami masalah klien tnp menghukum
walaupun tidak berarti menyetujui klien.
.
• a. Mentukan arti dan situasi klien, bagaimana
klien berespon terhadap penyakit?
• b. Apakah klien menganggap penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau
anugerah dari Tuhan?
• c. Membantu memfasilitasi klien agar dapat
memenuhi kewajiban agama.
• d. Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia
di RS.
• Intervensi keperawatan perlu disesuaikan
dengan tahap perkembangan keyakinan
agama tiap individu klien berdasarkan usia.
Evaluasi
• Untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu
mengumpulkan data terkait dengan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan terjadi apabila
secara umum klien:
.
• a. Mampu beristirahat dengan tenang.
• b. Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.
• c. Mengekspresikan rasa damai berhubungan
dengan Tuhan.
• d. Menunjukkan hubungan yang hangat, dan
terbuka dengan pemuka agama.
• e. Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan marah,
rasa bersalah dan ansietas.
• f. Menunjukkan perilaku lebih positif.
• g. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya.
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai