Anda di halaman 1dari 12
PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO Ji. Jend.Achmad Yani No. 40 Wonogiri Telp, (0273321042, 321008 Kode Pos 57613 PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN. PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO. Menimbang: Mengingat: KABUPATEN WONOGIRI DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH a bahwa untuk mewujudkan organisasi Rumah Sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka mencapai visi dan misi Rumah Sakit sesuai tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola Klinis yang baik (Good Clinical Governance) perlu pengaturan pengorganisasian; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman Pengorganisasian pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomar 4431); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang, Keschatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); Undang - undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5587); Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 10. 11. 12, 4 15 17. 18, 19, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Tehknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/Menkes/SK/ / 11/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan daerah; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011_ tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws); Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Mediew! Stajf By Laws) di Rumah Sakit; Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiti (Lembaran Daerah Kabupaten. Wonogiri Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 86) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomer 25 Tahun 2012 tentang Perubahan Alas Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tent Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Darah Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun. 2012 Nomor 25, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten. Wonogiri Nomor 121): Keputusan Bupati Nomor 313 Tahun 2010 Tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Pada Rumah Sakit Umum Daerah dr, Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiris Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit; MEMUTUSKAN Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI. BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Pedoman Pengorganisasian ini yang dimaksud dengan : 1 2 3. 4 nl. 12, u Daerah adalah Daerah Kabupaten Wonogiti; Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Bupati adalah Bupati Wonogiri RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri: Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran, Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri; Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Pola Tata Kelola Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah peraturan internal yang: mengatur hubungan antara Pemerintah Daerah sebagai pemilik dengan Dewan Pengawas, Pojabat Pengelola dan Staf Medis rumah sakit ;. Pola Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah peraturan internal yang mengatur tentang hubungan, hak dan kewajiban dari staf medis fungsional di rumah sakit. Pola Tata Kelola Staf Keperawatan (Medical Staff Bylaws) adalah peraturan internal yang mengatur tentang hubungan, hak dan kewajiban dari staf keperawatan fungsional di rumah sakit. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas diatur dalam lini organisasi yang terdiri dari Direktur, Wakil Direktur, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan hak seseorang pegawai dalam satuan organisasi yang, dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keablian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat manditi. Profesi Kesehatan adalah mereka yang dalam tugasnya telah mendapat pendidikan formal Kesehatan dan melaksanakan fungsi melayani masyarakat dengan usaha pelayanan penyakit dan mental untuk menjadi sehat ; Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan Kesehatan yang 15. a) @ Q) ®) @ diberikan kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, Organisasi Pelaksana Fungsional adalah unit organisasi non structural yang beranggotakan sekelompok jabatan fungsional kesehatan yang diserahi tugas dan tanggungjawab tertentu sesuai bidang tagas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. BABII ORGANISASI PELAKSANA FUNGSIONAL Pasal2 Guna melaksanakan kinerja operasional rumah sakit dibentuk Organisasi Pelaksana Fungsional Rumah Sakit yang bertugas dan bertanggungjawab kepada Pimpinan Rumah Sakit; ‘Organisasi Pelaksana Fungsional Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: Instalasi; Kelompok Jabatan Fungsional; Komite; Panitia; Unit; dan Satuan. BRO rE ee Bagian Kesatu Instalasi Pasal 3 Guna meningkatkan kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan kesehatan dibentuk instalasi yang merupakan unit pelayanan non struktural. Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi dan kebutuhan. Instalasi yang termasuk Unsur Pelayanan Medis terdiri dari: a. Instalasi Rawat Jalan; b. Instalasi Rawat Inap; Instalasi Gawat Darurat; Instalasi Rawat Intensif; Instalasi Bedah Sentral; Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan; Instalasi Rehabilitasi Medik; |. Instalasi Hemodialisa. Instalasi yang termasuk unsur Penunjang Medis terdiri dari : a. Instalasi Radiodiagnostik; b. Instalasi Laboratorium dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS); c. Instalasi Farmasiz d, Instalasi Dapur Utama dan Gizi Klinik, Instalasi yang termasuk unsur Penunjang Non-Medis terdiri dari: a. Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD); b, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS); c, Instalasi Sanitasi, Loundry dan Pemulasaraan Jenazah; d, Instalasi Rekam Medik dan SIM-RS. re mpan a) @) @ ©) © a) ® “ © a @ @ (a) Pasal 4 Instalasi dipimpin oleh Kepala Instalasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur, Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, serta melaporkan kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing kepada Direktur. Dalam melaksanakan kegiatan opetasional pelayanan wajib berkoordinasi dengan bidang atau seksi terkait, Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan atau tenaga non fungsional. Pasal 5 Struktur organisasi pada masing-masing instalasi disusun dan ditetapkan olch Kepala Instalasi. Struktur organisasi instalasi bisa terdiri dari : a. Kepala; b. Pengadministrasi; ¢, Koordinator; dan atau d. Jabatan lain sesuai kebutuhan dan karakteristik tugas instalasi. Bagian Kedua Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 6 Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai bidang keahliannya. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing, Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari; a, Staf Medis Fungsional; b, Staf Keperawatan; c. Staf Tenaga Fungsional Kesehatan lain; dan i Staf Tenaga Fungsional Lainnya, Paragraf 1 Staf Medis Fungsional Pasal 7 Staf Medis Fungsional (SMF) adalah kelompok Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional; Staf medis fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis fungsional menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait, Dokter yang berada dalam staf medis fungsional dalam melaksanakan tugas medisnya harus memiliki kewenangan klinis (privilege) dari direktar, @ Q) @ a) @) @) a) @ @) Pasal 8 Stat Medis Fungsional (SME) terdiri dari : Staf Medis Fungsional (SMF) Penyakit Dalam; |. Staf Medis Fungsional (SMF) Bedah; -. Staf Medis Fungsional (SMF) Anak; ‘Staf Medis Fungsional (SMF) Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Obsgyn); Staf Medis Fungsional (SMF) Mata; {. Staf Medis Fungsional (SMF) Saraf; Staf Medis Fungsional (SMF) Telinga Hidung Tenggorokan (THT); ‘Staf Medis Fungsional (SMF) Penyakit Kulit dan Kelamin; Staf Medis Fungsional (SMF) Gigi; Staf Medis Fungsional (SMF) Radiologi: Staf Medis Fungsional (SMF) Patologi Klinik; Staf Medis Fungsional (5MF) Umum. Staf medis Fungsional (SMF) dipimpin oleh seorang Mekanisme kerja Staf medis Fungsional (SMF) eredicne pada Tata Kelola Medis (Medical Staff by Laws) yang telah ditetapkan. Paragraf 2 Staf Keperawatan Pasal 9 Staf Keperawatan adalah kelompok tenaga perawat yang bekerja di bidang Keperawatan dalam jabatan fungsional; ‘Tenaga perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari perawat dan bidan; Staf Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan asuhan keperawatan dan kebidanan yang meliputi pengkajian, diagnosis, rencana, tindakan dan evaluasi keperawatan penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperwatan; Pasal 10 Staf Keperawatan dikelompokkan dalam : . Stal Keperawatan Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik) ; Staf Keperawatan Instalasi Gawat Darurat (IGD); Staf Keperawatan Instalasi Bedah sentral (IBS); Staf Keperawatan Instalasi Hemodialisa (HD); Staf Keperawatan Ruang Amarilis (Eks. Paviliun A); Staf Keperawatan Ruang Aster (Eks. Paviliun B); Staf Keperawatan Ruang Wijayakusuma (ICU/ICCU); Staf Keperawatan Ruang, Asoka (PICU/NICU/PERIST!) Staf Keperawatan Ruang Anggrek; Staf Keperawatan Ruang Teratai; Staf Keperawatan Ruang Bougenvil; Staf Keperawatan Ruang Cempaka: m. Staf Keperawatan Ruang Mawar; n. Staf Keperawatan Ruang Dahlia; 0, Staf Keperawatan Ruang Anyelir; p. Staf Keperawatan Ruang Melati. Staf Keperawatan dipimpin oleh seorang Kepala yang berperan sebagai cise manager dan bertanggungjawab kepada Kepala Instalasi; Kepala staf keperawatan pada ruang perawatan disebut Kepala Ruang: rerocsa me pean oe (a (5) q) @ a @) a) Q 2 °) Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Keperawatan menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait; Mekanisme kerja Staf Keperawatan berpedoman pada Tata Kelola Keperawatan (Nursing Staff by Laws) yang telah ditetapkan, Paragrat 3 Staf Tenaga Kesehatan Lain Pasal 11 Staf Tenaga Kesehatan lainnya adalah kelompok tenaga kesehatan yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan dalam jabatan fungsional; Staf Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri dari : Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium, Fisioterapis, Nutrisionis. Okupasi Terapis, Terapis Wicara, Ortosis Prostesis, Psikologi Klinis, Perekam Medis, Radiografer, Sanitarian, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Teknisi Elektromedik dan jabatan fungsional kesehatan lainnya. Staf Tenaga Kesehatan lainnya mempunyai tugas melaksanakan pelayanan penunjang Kesehatan yang meliputi penyuluhan, pencegahan penyakit, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan; Dalam melaksanakan tugasnya, staf tenaga keschatan lainnya menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait. Paragraf 4 Staf Tenaga Fungsional Lainnya Pasal 12 Staf Tenaga Fungsional lainnya adalah kelompok pejabat fungsional tertentu yang, bekerja tidak secara langsung berkaitan dengan bidang pelayanan kesehatan tetapi mendukung pelaksanaan pengelolaan rumah sakit; Staf Tenaga Fungsional lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri dari: Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa, Pembimbing Kesehatan Kerja, dan pejabat fungsional lainnya. Staf Tenaga Fungsional lainnya mempunyai tugas melaksanakan pekerjaan teknis fungsional sesuai bidang tugasnya untuk mendukung proses manajemen rumah sakit, Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Tenaga Fungsional lainnya menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait. Bagian Ketiga Komite Pasal 13, Komite terdiri dari a. Komite Medik; b, Komite Keperawatan; c. Komite Etik dan Hukum; d. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI); e. Komite Kesehatan dan dan Keselamatan Kerja (K3); f, Komite Mutu, keselamatan dan Kinerja (KMKK), Komite dipimpin oleh Ketua dan pembentukannya ditetapkan oleh Direktur. Komite dalam melaksanakan tugas/kegiatan operasional wajib berkoordinasi a) a Q) a ) a (2) aM dengan organisasi pelaksana terkait Paragraf 1 Komite Medik Pasal 14 Komite Medik adalah organisasi pelaksana rumah sakit untuk menerapkan tatakelola Klinis (clininal governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan muta profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis, Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewafiban dan tanggungjawab serta kewenangan Komite Medik diatur dalam Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff by Laws) yang ditetapkan oleh Direktur. Paragraf 2 Komite Keperawatan Pasal 15 Komite Keperawatan adalah organisasi pelaksana rumah sakit bertugas menyusun standar pelayanan keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur kewenangan (previlege) perawat dan bidan, mengembangkan pelayanan keperawatan, program pendidikan, pelatihan dan penelitian sorta mengambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan; Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewajiban dan tanggungjawab serta kewenangan Komite Keperawatan diatur dalam ‘Tata Kelola Staf Keperawatan (Nursing Staff by Laws) yang ditetapkan oleh Direktur. Paragraf 3 Komite Etik dan Hukum Pasal 16 Komite Ftik dan Hukum adalah organisasi pelaksana rumah sakit bertugas menangani masalah-masalah Etik dan Hukum yang timbul di Rumah Sakit. Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewajiban dan tanggungjawab Kamite Etik dan Hukum ditetapkan oleh Direktur, Paragraf 3 Komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Pasal 17 Komite PPI (Pengendalian dan Pencegahan Infeksi) adalah organisasi pelaksana rumah sakit memiliki kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi yang berkaitan dengan pengendalian dan pencegahan infeksi; Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewajiban dan tanggungjawab Komite PPI (Pengendalian dan Pencegahan Infeksi) ditetapkan oleh Direktur. Paragraf 4 Komite Kesehatan dan dan Keselamatan Kerja (K3) Pasal 17 Komite Komite Kesehatan dan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah organisasi pelaksana rumah sakit memiliki kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi @ q @) a @ @ 4 a) @ @) @ oy pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi yang, berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja; Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewajiban dan tanggungjawab Komite Kesehatan dan dan Keselamatan Kerja (K3) ditetapkan oleh Direktur. Paragraf 5 Komite Mutu, Keselamatan dan Kinerja (KMKK) Pasal 18 Komite Mutu, Keselamatan dan Kinerja (KMKK) adalah organisasi pelaksana rumah sakit memiliki kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi yang berkaitan dengan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan kinerja pelayanan kesehatan; Susunan organisasi, tugas-pokok, fungsi, kewajiban dan tanggungjawab Komite Mutu, Keselamatan dan Kinerja (KMKK) ditetapkan olch Direktur, Bagian Kelima Panitia Pasal 19 Panitia terdiri dari ; Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit; Panitia Rekam Medik dan SIM-RS; . Panitia Farmasi dan Terapi; , Panitia Kolaborasi TB-HIV; . Panitia Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK); Panitia Program Pengendalian Resistensi Antimikraba (PPRA); . Panitia Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS); . Panitia Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Panitia dipimpin oleh Ketua dan pembentukannya ditetapkan oleh Direktur. Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewajiban dan tanggung jawab Panitia ditetapkan oleh Direktur, Panitia dalam melaksanakan tugas/kegiatan operasional wajib berkoordinasi rem pep op dengan organisasi pelaksana terkait. Bagian Keenam Unit Pasal 20 Unit terdiri dari = a. Unit Pelayanan Informasi dan Pengaduan; b. Unit Pelayanan Ambulance; c. Unit Pengelola Diklat dan Penelitian; d. Unit Koordinator Pengadaan Barang dan Jasa (UKP). Unit dipimpin oleh Koordinator dan pembentukannya ditetapkan oleh Direktur. Susunan organisasi, tugas pokok, fungsi, kewajiban dan tanggung jawab Unit ditetapkan oleh Direktur, Unit dalam melaksanakan tugas/kegiatan operasional wajib berkoordinasi dengan organisasi pelaksana terkait. Bagian Ketujuh Satuan Pengawas Internal Pasal 21 Guna membantu Direktur dalam bidang pengawasan internal dan monitoring, dibentuk Satuan Pengawas Internal (SPI). 8) @ 6) ay @) @) (a) ‘Tugas pokok Satuan Pengawas Internal adalah : a. Pengawasan terhadap pelaksanaan dan operasional rumah sakit. b. Menilai pengendalian pengelolaan/ pelaksanaan kegiatan rumah sakit c. Memberikan saran perbaikan kepada Direktur, Fungsi Satuan Pengawas Internal adalah : a. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko di unit kerja rumah sakit; ‘b. Penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan pemantauan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur dalam bidang administrasi pelayanan, serta administrasi umum dan keuangan; ¢ Pelaksanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern yang ditugaskan oleh kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit; pemantauan pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas laporan hasil audit; dan d, Pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan, dan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan operasional rumah sakit. Satuan Pengawas Internal dipimpin oleh Koordinator dan pembentukannya ditetapkan oleh Direktur. Unit dalam melaksanakan tugas/kegiatan operasional wajib berkoordinasi dengan organisasi pelaksana terkait. BAB III KOORDINASI DAN TATA KERJA Paragraf Kesatu Koordinasi Pasal 22 Pembinaan teknis organisasi pelaksana fungsional menjadi tanggungjawab Direktur yang didelegasikan kepada Pejabat Struktural di bawahnya; Organisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang Medis terdiri dari : Komite Medik; Komite Keperawatan; Komite PPI; Komite Keschatan dan dan Keselamatan Kerja (K3); Komite Mutu, keselamatan dan Kinerja (KMKK); Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit; Panitia Rekam Medik; Panitia Farmasi dan Terapi; Panitia Kolaborasi TB-HIV; m. Panitia Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK); n. Panitia Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA);: ©. Panitia Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS); p. Panitia Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). ‘Organisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Wakil Direktur Umum dan. Keuangan terdiri dari; a, Komite Etik dan Hukum; b. Unit Pengelola Diklat dan Penelitian; dan ¢, Unit Koordinator Pengadaan Barang dan Jasa (UKP); d. Satuan Pengawas Internal (SP!) ‘Onganisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Bidang Pelayanan Medis terdiri dari a. Instalasi Rawat Jalan; .. Instalasi Rawat Inap; rPrvre pane b. © di. Instalasi Rawat Intensi e. Instalasi Bedah Sentral; 6) @ 8) a) @ @) @ @) £, Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan; g. Instalasi Rehabilitasi Medik. Organisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Bidang Penunjang, Medis terdiri dari: a, Instalasi Radiodiagnostik; Instalasi Laboratorium; - Instalasi Farmasi; Instalasi Dapur Utama dan Gizi Klinik: Instalasi Rekam Medik dan SIM-RS; Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD); Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS); Instalasi Sanitasi, Loundry dan Pemulasaraan Jenazah. ganisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Bidang keperawatan terdiri dari; ‘Staf Keperawatan Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik) ; Staf Keperawatan Instalasi Gawat Darurat (IGD); Staf Keperawatan Instalasi Bedah sentral (IBS); Staf Keperawatan Instalasi Hemodialisa; Staf Keperawatan Ruang Amarilis (Eks. Paviliun A); Staf Keperawatan Ruang, Aster (Eks. Paviliun B); Staf Keperawatan Ruang, Wijayakusuima (ICU/ICCU); ‘Staf Keperawatan Ruang Asoka (PICU/NICU/PERISTI) Staf Keperawatan Ruang Anggrek; Staf Keperawatan Ruang, Teratai; k. Staf Keperawatan Ruang Bougenvil: 1. Staf Keperawatan Ruang Cempakas m. Staf Keperawatan Ruang Mawar; n. Staf Keperawatan Ruang Dahlia; o. P. FE PS RO TP OBER AS Staf Keperawatan Ruang Kenanga; Staf Keperawatan Ruang Melati. Organisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Bagian Perencanaan Program terdiri dari: a. Unit Pelayanan Informasi dan Pengaduan. Organisasi pelaksana dibawah pembinaan teknis Bagian Umum terdiri dari: a. Unit Pelayanan Ambulance. Paragraf Kedua Tata Kerja Pasal 23 Dalam melaksanakan tugasnya setiap Kepala/Ketua/Koordinator organisasi pelaksana di lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan pendekatan lintas fungsi (cress functional approach) secara vertikal dan horisontal baik di lingkungannya serta dengan organisasi pelaksana lain sesuai tugas masing-masing. Setiap Kepala/Ketua/Koordinator organisasi pelaksana wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan, wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Setiap Kepala/Ketua/Koordinator organisasi pelaksana _bertanggungjawab ‘memimpin dan mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. Setiap Kepala/Ketua/Koordinator organisasi pelaksana wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggungjawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala, Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. BABV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 24 Hal - hal yang belum diatur dalam peraturan Direktur ini sepanjang mengenai tehnik pelaksanaannya akan diatur kemudian, BAB VI PENUTUP Pasal 25 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di: Wonogiri pada langgal 1 Maret 2016 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDRIAN MANGUN SUMARSO K, WGQNOGIRI A 1 SETYARINI

Anda mungkin juga menyukai