Anda di halaman 1dari 6

Wawasan nusantara

o Pengertian
menurut GHBN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
o Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang wawasan nusantara
Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Deklarasi Djuanda pada tanggal
13 Desember 1957. Isi pokok deklarasi ini adalah bahwa lebar laut teritorial Indonesia
12 mil yang dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia. Dengan
garis teritorial yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah.
Sebelumnya wilayah Indonesia didasarkan pada Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939. Dengan peraturan tersebut pulau-pulau di wilayah Nusantara
dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di
sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai.
konsepsi wawasan nusantara semakin kuat setelah adanya Pasal 25 A UUD NRI 1945,
yang menyatakan “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang”. Kemudian Setelah keluarnya Deklarasi Djuanda
1957 dibentuklah Undang-Undang No. 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.
Melalui perjuangan di forum internasional, Indonesia akhirnya diterima sebagai
negara kepulauan (Archipelago state) berdasarkan hasil keputusan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982. Berdasar
konvensi hukum laut tersebut, wilayah laut yang dimiliki Indonesia menjadi sangat
luas, yakni mencapai 5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7
juta km2 perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Luas perairan ini belum termasuk
landas kontinen (continent shelf).
Berdasar pada kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, wawasan nusantara
sebagai pandangan akan “persatuan bangsa”. Semangat kebangsaan Indonesia telah
dirintis melalui peristiwa Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928, dan Proklamasi Kemerdekaan bangsa pada tanggal 17 Agustus 1945.
Oleh karena itu, jauh sebelum Deklarasi Djuanda 1957, konsep semangat dan
kesatuan kebangsaan sudah tumbuh dalam diri bangsa. keadaan sosiologis
masyarakat Indonesia dan juga keberlangsungan penjajahan yang memecah belah
bangsa, telah melatarbelakangi tumbuhnya semangat dan tekad orang-orang di
wilayah nusantara ini untuk bersatu dalam satu nasionalitas, satu kebangsaan yakni
bangsa Indonesia.
secara politis, ada kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang utuh dan
bangsa yang bersatu ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara
terus menerus. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita
nasional, tujuan nasional, maupun visi nasional. Wawasan nusantara dijadikan
konsepsi politik kenegaraan. Rumusan wawasan nusantara dimasukkan dalam naskah
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai hasil ketetapan MPR mulai tahun 1973,
1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Setelah GBHN tidak berlaku, konsepsi wawasan
nusantara dimasukkan pada rumusan Pasal 25 A UUD NRI 1945 hasil Perubahan
Keempat tahun 2002. Wawasan nusantara pada dasarnya adalah pandangan
geopolitik bangsa Indonesia.
o Dinamika dan Tantangan wawasan nusantara
Wawasan nusantara telah menjadi landasan visional bagi bangsa Indonesia guna
memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. visi tersebut dihadapkan pada
dinamika kehidupan yang selalu berkembang dan tantangan yang berbeda sesuai
dengan perubahan zaman. Dinamika yang berkembang itu misalnya, jika pada masa
lalu penguasaan wilayah dilakukan dengan pendudukan militer maka sekarang ini
lebih ditekankan pada upaya perlindungan dan pelestarian alam di wilayah tersebut.
Tantangan yang berubah, misalnya adanya perubahan dari kejahatan konvensional
menjadi kejahatan di dunia maya.
o Esensi dan urgensi wawasan nusantara
Konsep Wawasan Nusantara menciptakan pandangan bahwa Indonesia sebagai satu
kesatuan wilayah merupakan satu kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi serta
pertahanan dan keamanan. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan
Politik Memiliki makna Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan
matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama bangsa. Implementasi
wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Perwujudan Kepulauan Nusantara
sebagai Satu Kesatuan Ekonomi Memiliki makna Bahwa kekayaan wilayah Nusantara
baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa
keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Perwujudan
Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya Memiliki makna Bahwa
masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan
kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang
sama, merata dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
tingkat kemajuan bangsa. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial
budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk
perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Perwujudan Kepulauan
Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan keamanan Memiliki makna Bahwa
ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya merupakan ancaman
terhadap seluruh bangsa dan negara. Implementasi wawasan nusantara dalam
kehidupan pertahanan dan keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air
dan bangsa.
Ketahanan nasional dan bela negara
o Esensi dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara
A. Ketahanan nasional
terdapat tiga pengertian ketahanan nasional atau disebut sebagai wajah
ketahanan nasional yakni ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin,
ketahanan nasional sebagai kondisi, dan ketahanan nasional sebagai metode atau
strategi. Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah konsep khas bangsa
Indonesia sebagai pedoman pengaturan penyelenggaraan bernegara dengan
berlandaskan pada ajaran asta gatra. Ketahanan nasional sebagai kondisi adalah
kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan daya tahan. Ketahanan
nasional sebagai metode atau strategi adalah cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan melalui pendekatan asta gatra
yang sifatnya integral komprehensif.
Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan nasional ideologi, politik,
ekonomi, sosial dan budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari
ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan nasional. Konsep
ketahanan nasional berlapis, artinya ketahanan nasional sebagai kondisi yang
kokoh dan tangguh dari sebuah bangsa tentu tidak terwujud jika tidak dimulai dari
ketahanan pada lapisan-lapisan di bawahnya.
Unsur-unsur ketahanan nasional model Indonesia terdiri atas delapan unsur yang
dinamakan Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra)
alamiah dan Panca Gatra (lima gatra) sosial. Tiga aspek kehidupan alamiah (tri
gatra) yaitu: 1) Gatra letak dan kedudukan geografi 2) Gatra keadaan dan kekayaan
alam 3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk. Sedangkan LIma aspek
kehidupan sosial (panca gatra) yaitu: 1) Gatra ideologi 2) Gatra politik 3) Gatra
ekonomi 4) Gatra sosial budaya (sosbud) 5) Gatra pertahanan dan keamanan
(hankam)
B. Bela negara
Istilah bela negara terdapat dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 yang menyatakan
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga
negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara adalah, sikap dan
tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan
bernegara. Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer dan bela
negara secara nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri. Menurut
Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi
anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Bela Negara
secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Menurut Undang-
Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara keikutsertaan warga negara
dalam bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Pendidikan
kewarganegaraan diberikan dengan maksud menanamkan semangat kebangsaan
dan cinta tanah air. Pendidikan kewarganegaraan dapat dilaksanakan melalui jalur
formal (sekolah dan perguruan tinggi) dan jalur nonformal (sosial
kemasyarakatan).
o Sumber historis, sosiolofis, dan politik tentang ketahanan nasionakl dan bela negara
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-
an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD
(Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari
Uni Sovyet dan Cina. Hingga pada 30 september 1965 terjadi pemberontakan yang
dilakukan oleh gerakan komunis indonesia. Pada tahun 1968, pemikiran di lingkungan
SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional) dengan
dimunculkan istilah kekuatan bangsa. Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan
Nasional yang intinya adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa untuk
menghadapi segala ancaman. Kesadaran akan spektrum ancaman ini lalu diperluas
pada tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG).
Akhirnya pada tahun 1972 dimunculkan konsepsi ketahanan nasional yang merupakan
suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan. Pada tahun 1973 secara
resmi konsep ketahanan nasional dimasukkan ke dalam GBHN yakni Tap MPR No
IV/MPR/1978.
o Dinamika dan tantanagan ketahanan nasional dan bela negara
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan pada kita pada, konsep
ketahanan nasional kita terbukti mampu menangkal berbagai bentuk ancaman
sehingga tidak berujung pada kehancuran bangsa atau berakhirnya NKRI. Namun
demikian, seperti halnya kehidupan individual yang terus berkembang, kehidupan
berbangsa juga mengalami perubahan, perkembangan, dan dinamika yang terus
menerus. Ketahanan nasional Indonesia akan selalu menghadapi aneka tantangan dan
ancaman yang terus berubah.

Anda mungkin juga menyukai