Anda di halaman 1dari 56

RANGKUMAN

PER BAB MODUL 1 S.D. 6


DIKUTIP DARI MODUL 1 S.D. 6
OLEH:
SUHARSONO BAMBANG S SM

1
MODUL 1
PENGANTAR MANAJEMEN RANTAI PASOK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain Management (SCM) adalah
penerapan ilmu dan praktek manajemen dalam rantai pasok yang lazin digunakan oleh
organisasi-organisasi di sektor bisnis untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam
persaingan di industrinya masing-masing. Walaupun digunakanjuga di sektor nirlaba dan
sektor pemerintah, namun rantai suplai di sektor-sektor ini khususnya, belum dikelola
secara profesional ataupun belum diatur secara formal. Berangkat dari pengalaman
pemanfaatan SCM di sektor bisnis, alangkah baiknya pemerintah mengadopsi praktek
SCM untuk mengelola berbagai kegiatan pemerintah.
Modul ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan aparat pemerintah dalam
bidan SCM. Dengan menguasai SCM merekan bisa mendapatkan hasil kerja prima
dalam bidangnya masing-masing. Kelak seluruh rangkaian kegiatan pemerintah dapat
dikelola secara prosefional bahkan SCM bisa menjadi aturan formal. SCM dapat menjadi
pegangan dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan secara efektif dan efisien.
Aturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang merupakan pegangan dalam
mengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah bagian dari disiplin SCM. Oleh karena itu
perlu dipelajari hal-hal mengenai keterkaitan dan peran SCM dalam meningkatkan kinerja
PBJP dan pelaksanaan kegiatan pemerintah pada umumnya.
Penyusunan modul ini, khususnya untuk materi yang berkaitan dengan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, beserta peraturan turunannya (Peraturan LKPP).

B. Deskripsi Singkat
SCM adalah praktek atau disiplin ilmu manajemen yang lazin digunakan oleh
industri manufaktur di sektor bisnis (sektor swasta/korporasi) untuk mengelola proses
bisnis termasuk sistem produskinya. Ada 3 macam komponen Manajemen Rantai Pasok
yakni Rantai Pasok Hulu (Upstream Supply Chain), Rantai Pasok Internal (Internal
Supply Chain), Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain).

2
Siklus Manajemen Rantai Pasok terdiri dari Plan (Perencanaan), Source
(Pencarian Pasokan dan Pengadaan), Make (Pembuatan/Produksi), Deliver
(Pengiriman/Pendistribusian).
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu untuk
menjelaskan konsep manajemen rantai pasok, keterkaitan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (PBJP) dengan manajemen rantai pasok, dan penerapan manajemen
rantai pasok.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran peserta diharapkan mampu:
1. Memahami konsep dasar Manajemen Rantai Pasok yaitu komponen atau segmen
Supply Chain, dan mengenali Manajemen Rantai Pasok beserta siklusnya;
2. Memahami keterkaitan Pengadaan Barang/Jasa dengan Manajemen Rantai
Pasok, baik disektor bisnis, sektor nirlaba, maupun di sektor publik khususnya di
sektor pemerintah;
3. Memahami penerapan Manajemen Rantai Pasok dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi pokok dan sub materi pokok dalam modul Pengantar Manajemen Rantai
Pasok adalah sebagai berikut:
1. Konsep Dasar Manajemen Rantai Pasok.
2. Keterkaitan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan Manajemen Rantai Pasok.
3. Penerapan Manajemen Rantai Pasok dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN RANTAI PASOK
Rangkuman:

Supply Chain adalah sekumpulan organisasi yang secara langsung dihubungkan


oleh satu atau lebih aliran produk, jasa, keuangan, atau informasi dari hulu/sumber ke
hilir/pelanggan. Manajemen Rantai Pasok memiliki komponen yang terdiri dari Rantai
Pasok Hulu (Upstream Supply Chain), Rantai Pasok Internal (Internal Supply Chain), dan
Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain). Siklus manajemen Rantai Pasok terdiri
dari Plan, Source, Make, Deliver.

3
BAB III
KETERKAITAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN MANAJEMEN RANTAI
PASOK
Rangkuman

Keterkaitan Pengadaan Barang/Jasa dengan Manajemen Rantai Pasok dapat


dilihat dari sektor-sektor dan aktivitas yang menjalankan SCM seperti sektor Bisnis,
sektor Nirlaba dan sektor Pemerintah. Semua organisasi baik yang ada di sektor bisnis,
nirlaba, dan pemerintah pasti melakukan proses pengadaan (procurement) untuk
melaksanakan kegaitan mereka masing-masing.
Pemerintah pada dasarnya elaksanakan 3 jenis kegiatan yaitu kegiatan rutin
(operasional berkelanjutan), kegiatan proyek, dan kegiatan tanggap darurat. Kegiatan-
kegiatan tersebut membutuhkan barang/jasa untuk melakukan produksi dan melayani
pengguna layanan. Adapun karakteristik PBJP pada masing-masing jenis kegiatan
tersebut yakni PBJP dalam kegiatan rutin, PBJP dalam kegiatan proyek, dan PBJP dalam
kegiatan tanggap darurat.
Keterkaitan PBJP dalam tahapan SCM meliputi PBJP dalam Tahap Perencanaan
(Plan), PBJP dalam Tahap Pelakdanaan Pengadaan (Source), PBJP dalam Tahap
Produksi, Pengendalian Mutu, dan Pergudangan (Make). PBJP dalam Tahap
Pengiriman/Distribusi/Penyebarluasan dan Serah Terima (Deliver).
Dalam kegiatan organisasi pemerintah terdapat banyak sistem produksi sehingga
memiliki jenis rantai suplai yang sangat bervariasi, yaitu rantai suplai pendek, rantai suplai
panjang, dan rantai suplai kompleks.

BAB IV
PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK DALAM PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman

Manajemen Rantai Pasok dalam Pengadaan Barang/Jasa dapat diterapkan untuk


menyiapkan rencana PBJP secara lebih mendalam dan lebih menyeluruh kegiatan di
rantai suplai pemerintah dari hulu sampai hilir. Agar mencapai hasil yang tepat sasaran,
Manajemen Rantai Pasok pada program/kegiatan di sektor pemerintah harus
dilaksanakan pada berbagai tingkatan manajerial yaitu level strategis, taktis, dan
operasional.
4
Penerapan SCM dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pelaksanaan kegiatan
tahap perencanaan, tahap sourcing dan pengadaan pada tahap produksi (make), tahap
produksi Pengiriman dan Pembagian (Transportasi dan Distribusi), Manajemen
Pergudangan, tahap Serah Terima Barang/Jasa, dan tahap Penggantian dan Penukaran.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Rantai Pasok adalah praktek atau disiplin/ilmu manajemen yang lazim
digunakan oleh industri manufaktur di sektor bisnis (sektor swasta/korporasi) untuk
mengelola proses bisnis termasuk sistem produksinya. Dalam Manajemen Rantai Pasok
terdapat ruang lingkup yakni:
1. Konsep Dasar Manajemen Rantai Pasok.
2. Keterkaitan Pengadaan Barang/Jasa dengan Manajemen Rantai Pasok.
3. Penerapan Manajemen Rantai Pasok dalam Pengadaan Barang/Jasa.
B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat
memahami dan menambah pengetahuan tentang konsep SCM, keterkaitan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) dengan SCM, dan penerapan SCM dalam PBJ.
C. Tindak Lanjut
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan lebih memahami tentang Manajemen
Rantai Pasok, maka setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan dapat
memperdalam pemahaman materi dengan membaca referensi yang terdapat dalam
daftar Pustaka maupun literatur lainnya.

5
MODUL 2
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (PBJP)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua organisasi, baik sektor bisnis, nirlaba, maupun sektor pemerintah
melakukan proses pengadaan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa masing-masing.
Tujuan utamanya untuk mendapatkan barang/jasa dengan nilai terbaik. Perbedaannya
antara lain dalam hal: pendanaan, cara memilih penyedia, dan kepentingan
pelayanannya.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan
pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Selain itu Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah diharapkan juga mampu memberikan pemenuhan nilai manfaat yang
sebesar-besarnya (value for money) dan berkontribusi dalam peningkatan penggunaan
produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah, serta pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Pemerintah menetapkan
aturan Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini dimaksudkan agar peserta pelatihan mampu menjelaskan
gambaran umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Materi yang dibahas meliputi:
ketentuan umum, tujuan, kebijakan, prinsip dan etika pengadaan, aspek hukum
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pelaku pengadaan, Peran Usaha Kecil,
Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Pengadaan Berkelanjutan, Pengadaan
Barang/Jasa secara Elektronik, Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan Hukum
dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan gambaran umum
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan Definisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

6
b. Menjelaskan Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
c. Menjelaskan Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
d. Menjelaskan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
e. Menjelaskan Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
f. Menjelaskan Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
g. Menjelaskan Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
h. Menjelaskan Pelaku Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
i. Menjelaskan Peran Usaha Kecil, Penggunaan Produk Dalam Negeri, dan
Pengadaan Berkelanjutan;
j. Menjelaskan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik;
k. Menjelaskan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
l. Menjelaskan Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan Hukum dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok dalam modul ini meliputi:
1. Ketentuan Umum Pengadaan Barang/Jasa;
2. Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
3. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
4. Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
5. Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
6. Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
7. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Ketentuan Peran Usaha Kecil, Penggunaan Produ Dalam Negeri, dan Pengadaan
Berkelanjutan;
9. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara elektronik;
10. Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
dan
11. Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan Hukum dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;

7
BAB II
KETENTUAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA

Rangkuman
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
Ruang lingkup K/L/PD yang melakukan Pengadaan Barang/Jasa menggunakan
APBN/APBD, termasuk sebagian atau seluruhnya dari PHDN/PHLN maka semua proses
pengadaannya harus patuh dan mengacu pada Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 12
Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Jenis Pengadaan Barang/Jasa dapat meliputi Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa
Konsultansi, Jasa Lainnya. Pengadaan Barang/Jasa terintegrasi antara lain pekerjaan
Design and Build, IT Solution, Engineering Procuremen Construction (EPC), Pekerjaan
Pembangunan, Pengoperasian dan Pemeliharaan.
Cara Pengadaan Barang/Jasa pada PBJP secara garis beesar dibagi menjadi dua
kelompok yaitu Swakelola dan Penyedia.

BAB III
TUJUAN PENGADAAN BARANG/JASA

Rangkuman
Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan kegiatan yang harus
diatur agar bisa mencapai hasil pengadaan sesuai dengan yang diinginkan dan harapan
masyarakat Indonesia.
Tujuan Pengadaan Barang/Jasa adalah:
1. Menghasilkan Barang/Jasa yang tepat dari setiap Uang yang Dibelanjakan, diukur
dari Aspek Kualitas, Kuantitas, Waktu, Biaya, Lokasi, dan Penyedia;
2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri;
3. Meningkatkan Peran Serta Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi;
4. Meingkatkan Peran Pelaku Usaha Nasional;
5. Mendukung Pelaksanaan Penelitian dan Pemanfaatan Barang/Jasa Hasil
Penelitian;
6. Meningkatkan Keikutsertaan Industri Kreatif;
7. Pemerataan ekonomi dan memberikan perluasan kesempatan berusaha; dan

8
8. Meningkatkan Pengadaan Berkelanjutan.
BAB IV
KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak
(Wikipedia, 2021). Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi:
1. Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
2. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan, terbuka, dan
kompetitif;
3. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan
Barang/Jasa;
4. Mengembangkan e-Marketplece Pengadaan Barang/Jasa;
5. Menggunakan teknologi informasi komunikasi dan serta transaksi elektronik;
6. Mendorong Penggunaan Barng/Jasa dalam negeri dan Standar Nasional Indonesia
(SNI);
7. Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
8. Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; dan
9. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Berkelanjutan.

BAB V
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA

Rangkuman
Prinsip pengadaan adalah sikap (attitude) yang menjadi pokok dasar berpikir
dalam melaksanakan Pengadan Barang/Jasa. Manfaat memahami prinsip-prinsip
Pengadaan Barang/Jasa adalah mendorong praktek Pengadaan Barang/Jasa yang baik,
meningkatkan efisiensi penggunaan uang negara, menekan kebocoran anggaran, serta
terwujudnya pemerintahan yang bersih.
Pengadaan Baran/Jasa menerapkan prinsip sebagai berikutL
1. Efisien;
2. Efektif;
3. Transparan;
4. Terbuka;
5. Bersaing;
6. Adil; dan
7. Akuntabel.
9
BAB VI
ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Sebagai salah satu upaya untuk membuat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
menjadi lebih kredibel adalah sengan cara menerapkan etika di antara Pengelola dan
Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Penerapan etika bagi Para pihak yang terkait dalam
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa menjadi sangat penitng sehingga kepercayaan
akan Pengadaan Barang/Jasa akan semakin kuat. Semua pihak yang terlibat dalam
Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sbagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
2. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan
Barang/Jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak
sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa;
6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun
yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
Khusus mengenai Etika pertentangan kepentingan (conflict of interest), Perpres
No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
diubah dengan Perpres No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Perpres No. 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mendefinisikan pihak-pihak
dan situasi yang terkait pertentangan kepentingan yaitu:
1. Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada suatu badan usaha, merangkap
sebagai Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada badan usaha lain yang
mengikuti Tednder/Seleksi yang sama;
2. Konsultan perencana/pengawas berindak dalam Pekerjaan Konstruksi bertindak
sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang direncanakannya/diawasinya, kecuali
dalam pelaksanaan pengadaan pekerjaan terintegrasi;

10
3. Konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai konsultan perencana;
4. Pengurus/manajer koperasi merangkap sebagai PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan pada pelaksanaan Pengadan Barang/Jasa di yang mengikuti
Tender/Seleksi pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, yang mana pengurus
koperasi merangkap sebagai PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan;
5. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan perusahaan Penyedia; dan/atau
6. Beberapa badan usaha perusahaan yang mengikuti Tender/Seleksi yang sama,
dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang sama, dan/atau
kepemilikan yang mana sahamnya lebih dari 50% (lima puluh persen) dikuasai oleh
pemegang yang sama;

BAB VII
ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Kegiatan yang dilaskanakan oleh institusi negara termasuk Pengadaan
Barang/Jasa harus dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
harus menjamin terciptanya kepastian hukum dan memberikan perlindungan kepada
setiap warga negara dari serangkaian tindakan sewenang-wenang di dalam
penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa.
Aspek hukum dalam Pengadaan Barang/Jasa digambarkan sebagai meliputi
Aspek Hukum Administrasi Negara, Aspek Hukum Perdata, Aspek Hukum Pidana, dan
Aspek Hukum Persaingan Usaha.

BAB VIII
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
1. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian/Lemabag/Perangkat Daerah. Untuk APBN yang bertindak selaku PA
adalah Menteri/Kepala Badan/Kepala Lembaga, sedangkan untuk APBD yang
bertindak selaku PA adalah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (Contoh: Sekretaris
Daerah/Kepala Dinas/Kepala Badan/Camat).
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBN adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan debagian kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian/Lembaga yang
bersangkutan. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBD adalah

11
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna
Anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/KPA utnuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran beanja negara/anggaran beanja daerah.
4. Pejebat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejebat fungsional/personel yang
ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan
Langsung, dan/atau E-purchasing.
5. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber
daya manusia yang diteapkan oleh Kepala UKPBJ untuk mengelola pemilihan
Penyedia. Pokja Pemilihamn waib diajabat oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
sebagai Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa.
6. Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian
atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementeria/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan.
7. Penyelenggara Swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan sedara
Swakelola dbaik sebagai Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan/atau Tim Pengawas.
Bertujuan untuk meingkatkan pelayanan publik yang tidak bisa dilaksanakan oleh
Penyedia Barang/Jasa.
8. Penyedia ?

BAB IX
PERAN USAHA KECIL, PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI DAN
PENGADAAN BERKELANJUTAN

Rangkuman
Pemerintah berupaya memberikan kesempatan kepada UMKK untuk
berpartisipasi dalam belanja APBN/APBD dengan cara:
1. LKPP dan Kementeria/Lembaga/Pemerintah Daerah memperluas peran serta usaha
kecil dengan mencantumkan barang/jasa produksi usaha kecil dalam katalog
elektronik;
2. PA/KPA/UKPBJ dalam melakukan Konsolidasi untuk paket Pengadaan Barang/Jasa
sejenis yang dicadangkan untuk Usaha Mikro atau Usaha Kecil sampai dengan nilai
maksimum hasil konsolidasi sebesar Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah),
kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh Usaha Kecil.
3. Usaha non kecil melaksanakan pekerjaan dapat melakukan kerja sama usaha dengan
UMKK dalam bentuk kemitraan, subkontrak, atau bentuk kerja sama lainnya, jika ada
UMKK yang memiliki kemampuan di bidang yang bersangkutan.

12
Produk dalam negeri adalah produk barang/jasa termasuk rancang bangun dan
perekayasaan yang diproduksi dan dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan
berproduksi di Indonesia yang dalam proses produksi atau pengerjaannya dimungkinkan
menggunakan bahan baku/komonen impor. Produk dalam negeri dinyatakan dalam
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) berupa sertifikat TKDN yang dikeluarkan oleh
Kementerian Perindustrian. Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) adalah nilai penghargaan
kepada perusahaan yang berinvestasi di Indonesia karena memberdayakan usaha mikro
dan usaha kecil serta koperasi kecil melalui kemitraan, memelihara kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan, memberdayakan lingkungan serta memberikan
fasiltias pelayanan pura jual.
Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk
mencapai nilaii manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk
msayarakat, serta signifikasi mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam
keseluruhan siklus penggunanya. Beberapa aspek yang meliputi yakni berupa aspek
ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkugnan hidup dimana ketiga aspek tersebut tidak
bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat.

BAB X
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

Rangkuman
Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi
informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
Secara Elektronik (SPSE) (????) dan sistem pendukung. Pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik mempunyai garis besar sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan secara elektronik
menggunakan sistem informasi yang terdiri atas yaitu Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) dan sistem pendukungnya.
Sistem pendukung SPSE meliputi: (Pasal 71 ayat (3)
a) Portal Pengadaan Nasional;
b) Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa;
c) Pengelolaan advokasi dan penyelesaian permasalahan hukum;
d) Pengelolaan peran serta masyarakat;
e) Pengelolaan sumber daya pembelajaran; dan
f) Monitoring dan Evaluasi.
Ruang lingkup SPSE terdiri atas: dari Pasal 71 ayat (1)

13
a) Perencanaan Pengadaan;
b) Persiapan Pengadaan;
c) Pemilihan Penyedia;
d) Pelaksanaan Kontrak;
e) Serah Terima Pekerjaan;
f) Pengelolaan Penyedia; dan
g) Katalog Elektronik.
2. Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik memanfaatkan E-marketplace meliputi
Katalog Elektronik, Toko Daring, dan Pemilihan Penyedia (Pengadaan Langsung,
Penunjukan Langsung, E-tender, dan E-selection). Pasal 70

BAB XI
SUMBER DAYA MANUSIA DAN KELEMBAGAAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH

Rangkuman
Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri atas Sumber
Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa, yang terdiri dari Pengelola PBJ Sumber
Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa, dan Sumber Daya
Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa.
Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah harus memiliki
kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Kompetensi di bidang PBJP
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan Pengadaan Barang/Jasa secara
produktif, dalam arti efektif, efisien, dan berkualitas. Dalam rangka mencapai peningkatan
dan juga pemenuhan kompstensi sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa, maka
perlu pengembangan kompetensi yang dilakukan melalui pelatihan dan/atau sertifikasi
kompetensi berdasarkan standar kompetensi yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelatihan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa diseenggarakan
oleh LKPP dan/atau Lembaga Pelaksana Pelatihan (LPP) yang ditetapkan oleh LKPP.
Peserta akan mendapatkan Sertifikat Kompetensi Pengadaan Barang/Jasa dari
Lembaga Sertifikasi Profesi LKPP.
Manajemen Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) yang
diimplementasikan dalam bentuk Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) memiliki
tugas menyelenggarakan dukungan pengadaan pada K/L/PD. UKPBJ diharapkan
menjadi pusat keunggulan atau Centre of Excellence (CoE) Pengadaan Barang/Jasa
yang diharapkan memaksimalkan fungsi pengadaan dalam organisasi.

14
BAB XII
PENGAWASAN, PENGADUAN, SANKSI, DAN PELAYANAN HUKUM DALAM
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Pengawasan internal yang dapat dilakukan APIP terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi adalah audit, reviu, evaluasi. Kegitaan pengawasan lainnya,
antara lain menciptakan sistem kendali dalam upaya memitigasi risiko dari suatu
proses/aktivitas berupa kebijakan atau prosedur, bahkan dengan suatu aplikasi.
Pengaduan masyarakat adalah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat yang disampaikan kepada yang diberi kewenangan untuk menerima
dan/atau menindalanjuti pengadua masyarakat/ pengaduan yang dapat disampaikan
oleh Pelaku Usaha/Peserta Pemilihan/Penyedia atau Masyarakat antara lain:
– menemukan indikasi penyimpangan prosedur dalam pemilihan penyedia,
– menemukan indikasi KKN dalam pelaksanaan PBJ,
– menemukan pelanggaran persaingan yang sehat proses pemilihan penyedia dan
– Peserta Pemilhan yang telah melakukan sanggah, tetapi masih belum puas dengan
jawaban yang diberikan Pokja Pemilhan.
Sanksi dalam proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat dikenakan
kepada Peserta Pemilihan, Pemenang Pemilihan, Penyedia, baik dalam proses
pemilihan atau katalog, PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan yang
melakukan perbuatan atau tindakan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
serta Penyelenggara Swakelola. Penetapan sanksi dilakukan oleh PA/KPA atas usulan
Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan dalam proses Pemilihan
Penyedia non katalog atau usulan PPK dalam proses penerbitan SPPBJ atau
pelaksanaan kontrak. Sedangkan sanksi kepada Peserta Pemilihan, Penyedia dalam
proses Pemilihan Penyedia Katalog danE-purchasing ditetapkan oleh Menteri/Lepala
Lembaga/Lepaa Daerah atas usulan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dan/atau PPK.
Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud di atas diberikan sejak proses
penyelidikan hingga tahap putusan pengadilan. Pelayanan hukum bagi Pelaku
Pengadaan yang terkena permaslahan hukum dalam kegiatan PBJP yang dalam hal ini
adalah PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan wajib diberikan oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud
di atas diberikan sejak proses penyelidikan hingga tahap putusan pengadilan. (duplikasi)
Pemilihan metode penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik masing-
masing dimana pemilihannya akan sangat bergantung kepada kebijakan setiap
organisasi. Pada penyelesaian perselisihan melalui pengadilan (litigasi), salah satu pihak
membawa kasus perselisihan ke pengadilan umum untuk diselesaikan secara hukum.

15
Alternatif lain adalah menyelesaikan persengketaan melalui arbitrase dimana
penyelesaian sengketa dilakukan oleh badan swasta yang dilakukan di luar mahkamah
seperti, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Arbitrase Internasional yang ada
di negara-negara lain.
Penilai Kinerja dibtuhkan untuk meningkatkan kualitas hasil atas barang/jasa yang
dihasilkan oleh Penyedia. Penilaian didasarkan pada kinerja Penyedia dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai degan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam bentuk
kontrak. Aspek penilaian kinerja meliputi Kualitas dan kuantitas, Waktu, Biaya dan
Layanan.
Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada Peserta
Pemilihan/Penyedia berupa larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di seluruh
Kementeria/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu. Tata cara
penepatan Sanksi Daftar Hitam, Penetapan Sanksi Daftar Hitam dilakukan melalui
tahapan pengusulan, pemebritahuan, keberatan, permintaan rekomendasi, pemeriksaan
usulan dan penetapan.

BAB XIII
PENUTUP

A. Simpulan
Pengadaan Barang/Jasa menurut Perpres sebagai berikut: “Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadan Barang/Jasa adalah
kegaitan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementeria/Lembaga/Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak idnetifikasi kebutuhan, sampa dengan
serah terima hasil pekerjaan”. (Perpres No.16 Pasal 1 angka 1).
Proses Pengadaan yang wajib mengikuti ketentuan Perpres 12/2021 meliputi
semua dana APBN/APBD baik pinjaman maupun hibah luar negeri. Dalam
melaksanakan proses pengadaan wajib memperhatikan antara lain:
1. Tujuan Pengadaan Barang/Jasa
2. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
3. Prinsip dan Etika Pengadaan Barang/Jasa.
Aspek hukum yang harus ditaati dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa
adalah aspek hukum administrasi negara, hukum perdata, hukum pidana dan
persaingan usaha.
B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat
memahami dan menambah pengetahuan tentang Definisi Pengadaan Barang/Jasa,

16
Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa, Tujuan Pengadaan Barang/Jasa, Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa, Prinsip Pengadaan Barang/Jasa, Etika Pengadaan
Barang/Jasa, Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa, Pelaku Pengadaan Barang/Jasa,
Peran Usaha Kecil, Penggunaan Produk Dalam Negeri, dan Pengadaan Berkelanjutan,
Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik, Sumber Daya Manusia dan Kelambagaan
Pengadaan Barang/Jasa serta Pengawasan, Pengaduan, Sanksi, dan Pelayanan Hukum
dalam Pengadaan Barang/Jasa.
C. Tindak Lanjut
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan lebih memahami tentang Pengantar
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka setelah mempelajari modul ini peserta
pelatihan diharapkan dapat memperdalam pemahaman materi dengan membaca
referensi yang terdapat dalam daftar Pustaka maupun literatur lainnya.

17
MODUL 3
JENIS KOMPETENSI
MELAKUKAN PERENCANAAN PBJP LEVEL 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan palayanan publik dan
pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Selain itu tujuan Pengadaan
Barang/Jasa diharapkan juga mampu memberikan pemenuhan nilai manfaat yang
sebesar-besarnya (value for money), peningkatan penggunaan produk dalam negeri,
meningkatkan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi, meningkatkan peran
pelaku usaha nasional, mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan
barang/jasa hasil penelitian, meningkatkan keikutsertaan industri kreatif, mewujudkan
pemerataan ekonomi dan perluasan kesempatan usaha dan meningkatkan pengadaan
yang berkelanjutan.
Dengan peranan yang begitu penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional,
maka salah satu upaya untuk mencapai tujuan pengadaan di atas adalah melalui
peningkatan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Perencanaan
Barang/Jasa yang tepat menjadi peranan penting atas berhasil atau tidaknya mencapai
tujuan Pengadaan Barang/Jasa tersebut. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
melibatkan Pelaku Pengadaan yaitu PPK dan PA. PA dapat mendelegasikan tugas dan
kewenangan dalam Perencanaan Pengadaan kepada KPA. Para Pelaku Pengadaan
tersebut akan menentukan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman yang komprehensif para Pelaku Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah khusunya para peserta dalam menyusun perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Sehingga perencanaan Pengadaan Barang/Jasa lebih tepat
dan sesuai dengan prinsip efisien, efektif, transaparan, terbuka, bersaing, adil, akuntabel.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini menjelaskan pelaksanaan proses perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Untuk Peningkatan Kualitas
Perencanaan PBJP, PA selaku penanggung jawab kegiatan, dalam melakukan

18
penyusunan RKA yang didalamnya terdapat Pengadaan Barang/Jasa telah
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan barang/jasa sesuai dengan Rencana Kerja;
2. Penysunan spesifikasi teknis/KAK sesuai kebutuhan;
3. Ketersediaan barang/jasa dan/atau penyedia di pasar;
4. Ketersediaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam bentuk produk/jasa dalam
negeri; dan
5. Penyusunan RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK sebagai dasark pengusulan
anggaran.

Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi:


1. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa;
2. Penetapan Jenis Barang/Jasa;
3. Cara Pengadaan;
4. Pemaketan dan Konsolidasi;
5. Waktu Pemanfaatan Barang/Jasa; dan
6. Anggaran Pengadaan.
Modul ini terdiri dari 8 bagian pembelajaran sebagai berikut:
1. Bab 1 merupakan bagian materi pengantar yang menjelaskan tentang latar
belakang, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran dan gambaran materi pokok dan
sub materi pokok.
2. Bab 2 menjelaskan mengenai Identifikasi/Reviu Kebutuhan dan Penetapan Jenis
Barang/Jasa pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3. Bab 3 menjelaskan mengenai Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Kerangka
Acuan Kerja (KAK) pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4. Bab 4 menjelaskan tentang Penyusunan Perkiraan Harga untuk setiap
Pengadaan.
5. Bab 5 menjelaskan mengenai Perumusan Strategi Pengadaan, Pemaketan, dan
Cara Pengadaan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta maing-masing
faktor yang mempengaruhinya.
6. Bab 6 menjelaskan mengenai Perumusan Organisasi Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
7. Bab 7 menjelaskan mengenai risiko dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
8. Bab 8 membahas mengenai bagaimana mengidentifikasi dan mengumpukan
bahan dan/atau data dan/atau informasi yang dibutuhkan untuk melakukan
perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

19
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari Modul ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan tentang proses Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Level 1.
2. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan setelah mempelajari Modul ini, peserta mampu:
a. Menjelaskan Identifikasi/Reviu Kebutuhan dan Penetapan Barang/Jasa pada
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Menjelaskan Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
c. Menjelaskan Penyusunan Perkiraan Harga untuk setiap tahapan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
d. Menjelaskan Perumusan Strategi Pengadaan, Pemaketan, dan Cara
Pengadaan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta masing-masing
faktor yang mempengaruhinya.
e. Menjelaskan Perumusan Organisasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
f. Menjelaskan potensi risiko dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
g. Mengidentifikasi dan mengumpulkan bahan dan/atau data dan/atau informasi
yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yaitu
sebagai berikut:
1. Identifikasi/Reviu Kebutuhan dan Penetapan Jenis Barang/Jasa pada Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
a. Peningkatan Kualitas Perencanaan PBJP
b. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
c. Identifikasi/Reviu Kebutuhan Barang/Jasa
d. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
e. Penetapan Barang/Jasa
2. Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada PBJP.
a. Pengertian Spesifikasi Teknis dan KAK
b. Spesifikasi Teknis Barang/Jasa
c. Kerangka Acuan Kerja
3. Penyusunan Perkiraan Harga untuk setiap tahapan PBJP.
a. Penyusunan Rencana Anggaran Belanja/RAB
b. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri/RAB

20
4. Perumusan Startegi Pengadaan, Pemaketan, dan Cara Pengadaan pada PBJP.
a. Perumusan Strategi Pengadaan
b. Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa
c. Cara Pemaketan
d. Konsolidasi PBJ
e. Cara Pengadaan
f. Rencana Umum Pengadaan (RUP)
5. Perumusan Organisasi PBJP.
a. Perumusan Organisasi Pengadaan
b. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)
c. Para Pihak yang Terlibat Dalam Tahap Perencanaan Pengadaan
6. Risiko dalam perencanaan PBJP.
a. Pengelolaan Risiko
b. Risiko dalam Perencanaan Pengadaan
7. Identifikasi dan Pengumpulan bahan dan/atau data dan/atau informasi.
a. Definisi Data dan Informasi
b. Karakteristik Informasi
c. Pengumpulan Data dan Informasi
d. Data dan Informasi Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa

BAB II
IDENTIFIKASI/REVIU KEBUTUHAN DAN PENETAPAN JENIS BARANG/JASA
PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Untuk peningkatan kualitas perencanaan dilakukan identifikasi kebutuhan
barang/jasa dengan memperhatikan prinsip efisien dan efektif Pengadaan Barang/Jasa,
aspek pengadaan berkelanjutan, penilaian prioritas kebutuhan, barang/jasa pada katalog
elektronik, konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dan barang/jasa yang telah
tersedia/dimiliki/dikuasai.
Proses identifikasi kebutuhan dilakukan berdasarkan jenis pengadaan dengan
menggunakan data dan informasi diantaranya adalah kontrak periode sebelumnya, data
realisasi anggaran, nota penagihan dan daftar pemasok. Identifikasi kebutuhan
barang/jasa dapat memanfaatkan data historis pengadaan atau pembelian pada periode
sebelumnya maupun yang sedang berlangsung, melalui proses Spend Analysis.
Sedangkan pada perencanaan pengadaan Barang/Jasa kegiatannya diantaranya adalah
identifikasi pengadaan barang/asa, penetapan Barang/Jasa.
Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa bersamaan dengan pembahasan RUU
APBN/Rancangan Perda APBD. PPK melakuk identifikasi pengadan barang/jasa pada

21
level Komponen/Sub Komponen pada RKA K/L atau Sub Kegiatan pada RKA PD dimana
terdapat akun belanja pengadaan barang/jasa berdasarkan penugasan dari PA/KPA.
Penetapan barang/jasa merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan barang/jasa
dari proses identifikasi kebutuhan yang dapat menggambarkan kebutuhan nyata untuk
mendukung dan mencapai program, kegiatan dan output unit organisasi. Penetapan jenis
Pengadaan Barang/Jasa berupa Barang Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi, dan
Jasa Lainnya. Penetapan barang/jasa juga dilakukan terhadap pekerjaan yang dilakukan
secara terintegrasi.

BAB III
PENYUSUNAN SPESIFIKASI TEKNIS DAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Spesifikasi adalah karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat memenuhi
kebutuhan pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis. Sedangkan Kerangka
Acuan Kerja (KAK) adalah batasan mengenai gamabran tujuan, ruang lingkup dan
struktur sebuah kegiatan yang telah disepakati untuk memandu suatu kediatan/agar
sesuai dengan apa yang diharapkan dan menjadi acuah dan rambu-rambu bagi
pelaksana.
Spesifikasi teknis digunakan untuk pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Lainnya. Fungsi spesifikasi antara lain memberikan informasi kepada penyedia dan
menyediakan deskripsi dari atribut produk yang ditawarkan. Apabila spesifikasi dibuat
oleh pembeli maka spesifikasi memberikan informasi kepada penyedia apa yang
dibutuhkan user (Pengguna), sedangkan apabila spesifikasi ditawarkan oleh penyedia
maka spesifikasi menyediakan deskripsi dari atribut produk yang ditawarkan.
PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK menggunakan:
1) Produk dalam negeri;
2) Produk bersertifikat SNI;
3) Produk usaha meikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri;
4) Produk ramah lingkungan hidup;
5) Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan merek
terhadap:
a) Komponen barang/jasa, contoh: pengadaan keramik merek Ramon, WC duduk
merek TATA/Indonesian Standar;
b) Suku cadang, contoh: kompresor AC merek DAIKAN;
c) Bagian dari satu sistem yang sudah ada, contoh: Server merek LENAVA;

22
d) Barang/jasa alam katalog elektronik, atau contoh: laptop merek ABC, Mobil
merek X type V
Pemenuhan penggunaan produk sebagaimana tersebut di atas dilakukan
sepanjang tersedia dan mencukupi. Pengadaan dengan metode pemilihan Tender Cepat
dimungkinkan penyebutan merek terhadap suku cadang dan bagian dari sistem yang
sudah ada. Dalam menyusun spesifikasi, sumber penyusunan spesifikasi dapat diperoleh
dari Pengguna Akhir (end user), brosur, katalog dari tenaga ahli, komunitas profesioan
atau peneliti dan SDM Pendukung Ekosistem Pengadaan.
Komponen minimal yang harus terdapat pada spesifikasi teknis antara lain
spesifikasi mutu/kualitas, spesifikasi jumlah, spesifikasi waktu dan spesifikasi layanan.
KAK Jasa Komsultansi paling sdikit berisi antara lain: uraian pekerjaan yang akan
dilaksanakan, waktu pelaksanaan dan spesifikasi teknis jasa konsultansi.

BAB IV
PENYUSUNAN PERKIRAAN HARGA UNTUK SETIAP TAHAPAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Perkiraan ahrga merupakan proses penjjmlahan elemen-elemen biaya, dengan
menggunakan metode tertentu dan data yang valid, untuk memperkirakan biaya program,
kegiatan atau pekerjaan dimasa mendatang berdasarkan data dan informasi yang telah
diketahui pada saat ini.
Penyusunan perkiraan harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri dari
penyusunan Rencana Anggaran Biaya/RAB dan penyusunan perkiraan harga
sendiri/HPS. Untuk peningkatan kualitas perencanaan PBJ, Penyusunan RAB sesuai
spesifikasi teknis/KAK merupakan salah satu yang harus dipertimbangkan PA. Pada
tahapan peencanaan untuk anggaran pengadaan, PPK melakukan reviu terhadap
ketersediaan biaya pendukung pada RKA K/L atau RKA PD, sedangkan pada tahapan
persiapan dilakukan penyusunan HPS.
Rencana Anggaran Belanja Biaya/RAB pengadaan adalah rincian detail
kebutuhan anggaran untuk mencapai output Pengadaan Barang/Jasa. RAB disusun
dengan cara memasukkan rincian alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk setiap
komponen kegiatan dalam suatu pekerjaan.
Tahapan Penyusunan RAB Pengadan Barang/Jasa adalah sebagai berikut:
pengumpulan data dan informasi, identifikasi komponen pekerjaan, penentuan
komponen biaya dan/atau harga satuan serta penyusunan rincian RAB.

23
Data dan informasi untuk penyusunan perkiraan biaya/RAB dapat bersumber dari
internal dan ekternal organisas. HPS (Harga Perkiraan Sendiri), yakni perkiraan harga
barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK di tahap Persiapan Pengadaan. HPS merupakan
perkiraan harag Barang/Jasa yang telah memperhitungkan semu komponen iaya sampai
dengan siap digunakan dan dimanfaatkan oleh Pengguna ditambah biaya tak
langsung/overhead dan keuntungan. Untuk menghindari risiko, penyusunan HPS harus
didasarkan kepada metode yang dapat dipertanggungjawabkan serta berdasarkan data
yang relevan, aktual dan dapat diandalkan.
Kegunaan HPS adalah untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau
kewajaran harga satuan, dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah
dalam pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan dasar untuk
menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih
rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS. Penyusunan dan Penetapan HPS
harus sesuai dengan ketentuan dalam penyusunan HPS. Penyusunan HPS dikecualikan
untuk pengadaan barang/jasa dengan Pagu Anggaran paling banyak Rp.10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah)

BAB V
PERUMUSAN STRATEGI PENGADAAN, PEMAKETAN, DAN CARA PENGADAAN
PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Strategi Pengadaan adalah usaha terbaik yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pengadaan dalam mendapatkan barang/jasa yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat
waktu, tepat sumber, dan tepat harga berdasarkan prinsip dan etika pengadaan.
Perumusan strategi dilakukan berdasarkan beberapa kelompok/kategori yaitu
strategi yang dikembangkan berdasarkan tujuan dan kebijakan pengadaan, strategi
berdasarkan proses pada tahap perencanaan dan strategi berdasarkan kategori
barang/jasa model Supply Positioning Model (routine, leverage, bottleneck, dan critical).
Pemaketan adalah mengelompokkan pekerjaan yang sejenis untuk keberhasilan
dalam mencapai hasil/output pekerjaan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan. Dalam
melakukan pemaketan barang/jasa perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
efisiensi penggunaan sumber daya (waktu, tenaga kerja) dalam melaksanakan
pengadaan barang/jasa, keberpihakan kepada produk dalam negeri dan penyedia dalam
negeri dan sisi komersial.
Larangan dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa, antara lain
menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa, yang tersebar
di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya
seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing, menyatukan beberapa

24
paket Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya harus
dipisahkan, menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang besaran nilaiya
seharusnya dilakukan oleh usaha mikro dan kecil serta koperasi. Menfaat pemaketan bila
dilakukan dengan tepat diantaranya adalah lebih efisien.
Sebaliknya, pemecahan paket pekerjaan yang dapat berdampak negatif juga
harus dihindari. Konsolidasi pengadaan dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan,
persiapan pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia, dan/atau persiapan pemilihan
penyedia. Sedangkan Pelaku Pengadaan yang dapat melaksanakan konsolidasi paket
pengadaan adalah PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ. Manfaat konsolidasi antara lain biaya
pengadaan dan biaya transaksi menjadi turun, mengurangi beban kerja untuk paket
berulang dan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat pada saat pemilihan
penyedia.
PPK menentukan cara pengadaan yaitu secara Swakelola dan/atau Penyedia.
Hasil penetapan perencanaan pengadaan kemudian dimuat dalam Rencana Umum
Pengadaan (RUP) dan diumumkan melalui aplikasi SIRUP dan dapat ditambahkan dalam
situs web K/L/PD, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/atau
media lainnya. RUP diumumkan kembali dalam hal terdapat perubahan/revisi paket
pengadaan atau DIPA/DPA.

BAB VI
PERUMUSAN ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Organisasi merupakan proses untuk enyusun struktur formal dalam perusahaan,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para enggotanya sesuai
dengan kemampuan dan bidangnya untuk mencapai tujuan. Utnuk itulah Kementerian,
Lembagaatau Pemerintah Daerah membentuk organisasi pengadaan yaitu Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat
UKPBJ adalah unit kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi
Pusat Keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
UKPBJ memiliki tugas meneyelenggarakan dukungan Pengadaan Barang/Jasa
pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah. Dalam rangka pelaskanaan tugas
tersebut, UKPBJ memiliki fungsi: pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa; pengelolaan
layanan pengadaan secara elektronik; pembinaan sumber daya manusia dan
kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa; pelaksanaan pendampingan, konsultasi
dan/atau bimbingan teknis Pengadaan Barang/Jasa; dan pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya.

25
UKPBJ sebagai unit kerja struktural dipimpin oleh kepala denan 4 (empat)
perangkat organsisasi UKPBJ. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ,
Kepala UKPBJ berkoordinasi dengan PA/KPA/PPK. Kepala UKPBJ
membentuk/membubarkan Pokja Pemilihan dan
menetapkan/menempatkan/memindahkan/menugaskan anggota Pokja Pemilihan.
Kepala UKPBJ menugaskan Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ.
Pembentukan Pokja Pemilihan dan penetapan anggota Pokja Pemilihan
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja pemilihan penyedia barang/jasa.
UKPBJ menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ kepada
menteri/kepala lembaga/kepala daearh secara periodik.
Sumber Daya Manusia (SDM) Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
1) Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa;
2) Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa; dan
3) Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa.

BAB VII
RISIKO DALAM PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat membawa
dampak yang tidak diinginkan, terhadap tujuan, strategi, sasaran, dan/atau target. Risiko
pada pengadaan abrang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan yaitu perencanaan,
persiapan dan pelaksanaan.
Kriteria risiko pada pengadaan tahap perencanaan dan persiapan, termasuk di
dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi barang/jasa atau produk yang menjadi obyek
pengadaan. Risiko pada tahap pelaksanaan pengadaan (Pemilihan Penyedia) termasuk
di dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi penyedia barang/jasa sedangkan pada
tahap pelaksanaan kontrak termasuk di dalamnya risiko terkait dengan kondisi pihak
pengelola dan para pihak yang terlibat.
Pengelolaan risiko merupakan proses penilaian (identifikasi, analisa dan evaluasi)
dan menangani hal-hal yang menyebabkan timbulnya risiko. Pengelolaan Risiko
bertujuan untuk merencanakan dan mengurangi (memitigasi) dampak/masalah yang
tikbul dari risiko. Manajemen risiko dimulai di tahap paling awal, pada perencanaan
pengadaan. Kategori risiko pada pengadaan barang/jasa antara lain:
 Risiko teknis;
 Risiko keuangan;

26
 Risiko administratif;
 Risiko pidana; dan
 Risiko K3.
Pada tahapan perencanaan pengadaan dapat terjadi beberapa risiko diantaranya
risiko teknis. Riisko teknis pada tahapan perencanaan berhubungan dengan perubahan
atau ketidakpastian terkait aspek kelengkapan/kecukupan desain serta spesifikasi,
efisiensi operasional, dan keandalan. Risiko teknis mengancam kualitas dan ketepatan
waktu pelaksanaan yang dihasilkan, yang bisa berdampak pada biaya. Strategi
penanganan risiko adalah menrima, mitigasi, memindahkan, menghindari.

BAB VIII
IDENTIFIKASI DAN PENGUMPULAN BAHAN DAN/ATAU DATA DAN/ATAU
INFORMASI DALAM PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Data adalah fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sebuah
sistem informasi. Informasi adalah data yang telah dikelola dan diproses untuk
memberikan arti dan memperbaiki proses pengambilan keputusan. Pengguna membuat
keputusan yang lebih atas peningkatan kuantitas dan kualitas dari informasi. Manfaat dari
informasi adalah mengurangi ketidakpastian, memperbaiki keputusan, dan memperbaiki
perencanaan dan penjadwalan aktivitas menjadi lebih baik.
Karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna relevant
(relevan), reliable (dapat dipercaya), complete (lengkap), timely (tepat waktu),
understandable (dapat dimengerti), verifiable (dapat dibuktikan) dan accesible (dapat
diakses). Sumber data/informasi pengadaan data/informasi iunternal dan sumber
data/informasi eksternal, yaitu data/informasi yang menggambarkan suatu keadaan atau
kegaitan di luar sebuah organisasi.
Data/informasi tersebut akan dikumpulkan oleh Petugas atau tim yang ditugaskan
khusus yang dibekali dengan pengetahuan dan keahlian terkait dengan pengolahan dan
analisis data/informasi sehingga semua pihak dapat memahami makna dari kinerja setiap
indikator, kondisi dari data/informasi yang dikumpulkan, serta proses bagaimana
data/informasi pengadaan tersebut dikumpulkan. Data/informasi yang dikumpulkan
termasuk data dan informasi perencanaan, diantaranya adalah Dokumen Rencana Kerja
Kementeria/Lembag/Perangkat Daerah.

27
BAB IX
PENUTUP

A. Simpulan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa, dan Peraturan LKPP
Nomor 11 Tahun ?????? tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa,
dapat menjadi acuan dalam melakukan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Modul ini merupakan modul yang menyajikan tahapan perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa mulai dari peningkatan kualtias perencanaan yaitu penyusunan kebutuhan
Pengadaan Barang/Jasa pada K/L/PD dan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang
meliputi identifikasi PBJ, penetapan jenis barang/jasa, cara pengadaan, pemaketan dan
konsolidasi, waktu pemanfaatan PBJ, dan anggaran pengadaan sampai perencanaan
ditetapkan dan muat pada RUP. Pada modul ini juga disampaikan Sumber Daya Manusia
dan Kelembagaan serta risiko pada perencanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Penjelasn proses perencanaan Pengadaan Barang/Jasa, organisasi Pengadaan
dan risiko pada perencanaan diharapkan menjadi acuan untuk pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasakhususnya dalam penyusunan perencanaan dan mengurangi risiko
gagalnya Pengadaan Barang/Jasa.
B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, para peserta diharapkan dapat menjelaskan atau
menerapkan pengetahuan tentang perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dan risiko
pada perencanaan barang/jasa di instansi masing-masing. Ecara umum modul ini dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan evaluasi kinerja terkait
pelaksanaan perencanaan pengadaan barang/jasa di instansi masing-masing.
C. Tindak Lanjut
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa, pengelolaan risiko dan organisasi pengadaan abrang/jasa
maka peserta dapat mengikuti pelatihan lainnya serta mempelajari berbagai referensi
yang berkaitan dengan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

28
MODUL 4
JENIS KOMPETENSI
MELAKUKAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1

BAB I
A. Latar Belakang
Sebagaimana diatur dalam Peraturan LKPP No. 7 Tahun 2021 tentang Sumber
Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pasal 2 ayat (1), Sumber Daya Manusia
Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat SDM PBJ salah satunya adalah
Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa. Sumber Daya Pengelola
Fungsi Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana diatur pada Pasal 3 wajib memiliki
kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) yang sesuai dengan Standar
Kompetenei yang mengacu pada Kamus Kompetensi Teknis PBJ.
Kamus Kompetensi Teknis (KKT) PBJ adalah daftar jenis kompetensi teknis,
definisi kompetensi teknis, deskripsi kompetensi teknis, dan indikator perilaku untuk
setiap level kompetensi teknis di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
diatur dalam Peraturan LKPP No. 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
LKPP No. 8 Tahun 2019 tentang Kamus Kompetensi Teknis Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Dalam Kamus Kompetensi Teknis Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
terdapat 4 (empat) jenis kompetensi Pengadaan Barang/Jasa salah satunya adalah
kompetensi Melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Sesuai dengan
Peraturan LKPP No. 7 Tahun 2021 SDM PBJ wajib memenuhi Standar Kompetensi
Level-1.
Modul ini akan membahas tentang jenis kompetensi Melakukan Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Level-1 dimana terdapat 7 indikator perilaku yang
harus dikuasai oleh Peserta Pelatihan Kompetenesi Pengadaan Barang/Jasa
Level-1. Penyusunan modul ini mengacu pada Peraturan Presiden No. 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya, beserta
peraturan turunannya (Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia) yang mengatur
pemilihan penyedia serta peraturan yang mengatur Standar Kompetensi bagi SDM
PBJ

B. Deskripsi Singkat
Jenis Kompetensi Melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah
Level-1 memiliki indikator perilaku dimana peserta diharapkan
1. Mampu memahami tentang Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
Barng/Jasa Pemerintah,
2. Mampu memahami tentang Penyusunan dan Penjelasan Dokumen Pemilihan,
Penilaian Kualifikasi, Evaluasi Penawaran, dan Pengelolaan Sanggah,

29
3. Mampu memahami tentang Penyusunan Daftar Penyedia Barang/Jasa
Pemerintah,
4. Mampu memahami tentang Negosiasi dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah,
5. Mampu memehami Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan persyaratan
khusus dan/atau spesifik,
6. memahami risiko Pemilihan Penyedia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
dan
7. Mampu mengidentifikasi dan mengumpulkan bahan dan/atau data dan/atau
informasi yang dibutuhkan untuk melakukan Reviu terhadap Dokumen
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Penyusunan dan Penjelasan
Dokumen Pemiihan, Penilaian Kualifikasi, Evaluasi Penawaran, Pengelolaan
Sanggah, Penyusunan Daftar Penyedia, atau Negosiasi dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. mampu memahami tentang Reviu Terhadap
Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Tahapan Pemilihan
Peneydia Barang/Jasa Pemeritnah, Penyusunan daftar Penyedia, Negosiasi
Dalam Pegnadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Melakukan Pengumpulan
Bahan/Data/Informasi terkait.
Pelaksanaan pemilihan penyedia dimulai setelah persiapan pemilihan yang
dilakukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan)/Pejabat Pengadaan
selesai. Persiapan Pemilihan Penyedia dilaksanakan setelah Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan menerima permintaan pemilihan Penyedia dari
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang dilampiri Dokumen Persiapan Pengadaan
Barang/Jasa.
Menurut Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia, pelaksanaan persiapan pemilihan
Penyedia dijelaskan dalam bagan alur sebagai berikut:

30
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan tentang Reviu Terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Tahapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah,
Penyusunan Daftar Penyedia, Negosiasi Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, dan Melakukan Pengumpulan Bahan/Data/Informasi terkait.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran peserta diharapkan mampu menjelaskan:
a. Reviu Terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
b. Penyusunan dan Penjelasan Dokumen Pemilihan, Penilaian Kualifikasi,
Evaluasi Penawaran dan Pengelolaan Sanggah;
c. Penyusunan Daftar Penyedia Barang/Jasa;
d. Negosiasi Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
e. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan Persyaratan Khusus dan/atau
Spesifik;
f. Risiko Pemilihan Penyedia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; dan
g. Mengidentifikasi dan melakukan pengumpulan bahan/data/informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Penyusunan dan Penjelasan Dokumen Pemilihan,
Penilaian Kualifikasi, Evaluasi Penawaran, Pengelolaan Sanggah,
Penyusunan Daftar Penyedia, atau Negosiasi dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Materi pokok dalam modul ini yang akan dipelajari oleh peserta adalah
Melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan Sub Materi
Pokok meliputi:
1. Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2. Penyusunan dan Penjelasan Dokumen Pemilihan;
3. Penilaian Kualifikasi;
4. Evaluasi Penawaran;
5. Pengelolaan Sanggah;
6. Daftar Penyedia Barang/Jasa Pemerintah;
7. Negosiasi dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan persyaratan khusus dan/atau
spesifik; dan pengadaan khusus;
9. Risiko pemilihan Penyedia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; dan
10. Identifikasi dan pengumpulan bahan dan/atau data dan/atau informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Penyusunan dan Penjelasan Dokumen Pemiihan,

31
Penilaian Kualifikasi, Evaluasi Penawaran, Pengelolaan Sanggah,
Penyusunan Daftar Penyedia, atau Negosiasi dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. bahan dan/atau data dan/atau informasi yang dibutuhkan untuk
melakukan pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.

BAB II
REVIU DOKUMEN PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Rangkuman
Reviu dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa dapat didefinisikan sebagai
aktifitas menelaah dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa dengan tujuan untuk
memastikan bahwa dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa telah mendukung
proses pemilihan penyedia barang/jasa yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan
barang/jasa. Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan barang/Jasa melalu Penyedia
merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan pada tahapan Persiapan Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa. Dalam Pengadaan Baang/Jasa pemerintah, dokumen persiapan
Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia ditetapkan oleh PPK yang meliputi:
1. Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
3. Rancangan kontrak; yang didalamnya mengatur antara lain: ketentuan uang
muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, sertifikat
garansi, dan penyesuaian harga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan reviu dokumen persiapan
pengadaan barang/jasa:
1. Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
3. Rancangan Kontrak;
4. Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL/RKAPD yang telah
ditetapkan);
5. Identitas paket yang tercantum dalam RUP (ID paket RUP);
6. Waktu penggunaan barang/jasa;
7. Analisis pasar;
8. Uraian pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan ririko pekerjaan terkait
keselamatan.
BAB III
PENYUSUNAN DAN PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN
Rangkuman
Definisi dokumen pemilihan dalam Penadaan Barng/Jasa adalah dokumen yang
ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat
informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia

32
(Perpres 16/2018 dan perubahannya). Langkah-langkah dalam menyusun dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi karakteristik pekerjaan
2. Penetapan Sistem Pengadaan dan Identifikasi Jenis Kontrak
3. Identifikasi Standar Dokumen Pengadaan
4. Perumusan Dokumen Pemilihan
5. Penetapan Dokumen Pemilihan
Dalam pengadaan barang/jasa, kualifikasai merupakan evaluasi terhadap
kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia
Barang/Jasa. Kualifikasi dapat dilakukan dengan:
1. Prakualifikasi
Prakualifikasi adalah evaluasi kualifikasi yang dilakukan sebelum dilakukannya
pemasukan penawaran.
2. Pascakualifikasi
Pascakualifikasi adalah evaluasi kualifikasi yang dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan evaluasi setelah dilakukannya pemasukan penawaran.
Metode Evaluasi Penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.31 Metode Evaluasi Penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa
pemerintah
Pengadaan Barang/Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi
Konstruksi/Jasa Lainnya
Sistem Nilai Kualitas
Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis Kualitas dan Biaya
(Pengadaan Barang)
Harga Terendah Pagu Anggaran
(Sistem Gugur atau Sistem Gugur
dengan Ambang Batas)
Sistem Nilai Biaya Terendah

BAB IV
PENILAIAN KUALIFIKASI

Rangkuman
Kualifikasi secara umum dapat diartikan dengan kemampuan yang dimiliki untuk
melakukan suatu pekerjaan. Pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, kualifikasi
didefinisikan sebagai evaluasi kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan
persyaratan sebagai Penyedia. Pada pengadaan barang/jasa, untuk memilih penyedia
barang/jasa yang potensial, selain dilakukan penilaian kualifikasi juga dilakukan evaluasi
penawaran. Penilaian kualifikasi dititikberatkan pada bagaimana pekerjaan akan
dilaksanakan dan hasil dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Kualifikasi dapat dilakukan dengan:

33
1. Pascakualifikasi, dimana penilaian kualifikasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan evaluasi penawaran; atau
2. Prakualifikasi, dimana penilaian kualifikasi dilakukan sebelum penyedia
barang/jasa menyampaikan penawaran.
3. Penilaian kualifikasi dilakukan terhadap persyaratan-persyaratan dan sesuai
dengan Tata Cara Evaluasi Kualifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen
kualifikasi.

BAB V
EVALUASI PENAWARAN

Rangkuman
Evaluasi penawaran dapat didefinisikan sebagai aktifitas menilai penawaran yang
disampaikan peserta pemilihan penyedia barang/jasa dalam dokumen penawaran
dengan mengacu pada ketentuan pemilihan penyedia barang/jasa yang tercantum dalam
dokumen pemilihan. Evaluasi penawaran dilakukan terhadap tiga aspek yatu Aspek
Administrasi Penawaran, Aspek Teknis Penawaran, dan Aspek Harga Penawaran. Cara
penilaian terhadap ketiga aspek tersebut tergantung metode evaluasi penawaran yang
ditetapkan.
Hasil setiap tahapan evaluasi (administrasi, teknis, dan harga), selanjutnya
dikompilasikan/digabungkan oleh Pengelola Pengadaan untuk menentukan calon
pemenang. Hasil kompilasi ini akan menjadi kesimpulan hasil evaluasi penawaran.
Berdasarkan hasil evaluasi penawaran, maka selanjutnya dapat dilakukan penetapan
hasil pemilihan penyedia barang/jasa. Atau sering juga disebut dengan penetapan
pemenang apabila metode pemilihan penyedia barang/jasa melalui tender, Tender
Cepat, atau Seleksi. Penetapan pemenang selanjutnya diumumkan untuk diketahui pada
peserta pemilihan penyedia barang/jasa.

BAB VI
PENGELOLAAN SANGGAH

Rangkuman
Sanggah dalam Pengadaan Barang/Jasa diartikan sebagai sebuah
bantahan/protes dari peserta pemilihan yang memasukkan dokumen kualifikasi atau
dokumen penawaran karena merasa dirugikan atas terhadap keputusan dari pejabat
pembuat keputusan hasil prakualifikasi atau penetapan pemenang pemilihan penyedia
barang/jasa. Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa dirugikan
atas penetapan hasil pemilihan Penyedia dimana terdapat beberapa ketentuan yang

34
mengatur proses sanggah tersebut. Sanggah disampaikan dalam waktu (lima) hari kerja
setelah pengumuman.
Jawaban sanggah diberikan melalui aplikasi SPSE atas semua sanggah paling
lambat 3 (tiga) hari kerja setelah akhir masa sanggah. Apabila penyanggah tidak setuju
atas jawaban sanggah, maka dapat melakukan sanggah banding dan menyampaikan
kepada KPA. Dalam hal tidak ada KPA yang ditetapkan bertanggung jawab pada
pengadaan tersebut, maka Sanggah Banding ditujukan kepada PA.

BAB VII
DAFTAR PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa dapat didefinisikan sebagai proses
untuk menetapkan pelaku usaha atau penyedia barang/jasa yang dinilai potensial
berdasarkan kriteria tertentu untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa. Pada daftar
penyedia barang/jasa, idealnya terdapat jumlah penyedia yang cukup untuk setiap
kategori barang/jasa. Potensi kinerja dinilai dengan melakukan penilaian menyeluruh
terhadap kemampuan dan tingkat motivasi penyedia. Kemampuan dapat terdiri dari
kemampuan administrasi, kemampuan teknis umum, kemampuan pada aspek
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL), dan kemampuan
keuangan. Untuk tingkat motivasi penyedia dapat diukur secara kualitatif dengan
menggunakan Model Persepsi Pasokan atau Supply Perception Model (SPEM).
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa pemerintah dilakukan dengan
mempertimbangkan sifat kebutuhan dan sifat barang/jasa itu sendiri dari sudut pandang
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pembeli. Dimana kedua hal tersebut
akan mempengaruhi bentuk daftar penyedia barang/jasa yang akan disusun.

BAB VIII
NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan proses
kesepakatan bersama antara Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dengan Penyedia
terkait dengan harga dan kualitas teknis. Materi pokok yang menjadi objek negosiasi
pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kualitas teknis barang/jasa dan harga.
Negosiasi seharusnya tidak hanya dilihat sebagai proses untuk mendapatkan harga
terendah, namun penawaran yang memenuhi dan tunduk pada persyaratan. Negosiasi
dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kontrak maupun selama pelaksanaan kontrak.

35
Para pihak yang akan terlibat dalam negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa pemerintah
yaitu Pokja Pemilihan, Pejabat Pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen, dan Peserta
Calon Pemenang.
BAB IX
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN PERSYARATAN KHUSUS
DAN/ATAU SPESIFIK DAN PENGADAAN KHUSUS

Rangkuman
Pengadaan Barang/Jasa dengan persyaratan khusus dan atau spesifik adalah
Pengadaan Barang/Jasa yang tidak dapat dilakukan pendekatan dengan menggunakan
ketentuan umum karena mengingat karakteristik pekerjaan pengadaan barang/jasa,
sehingga membutuhkan pemberlakukan persyaratan-persyaratan lain di luar persyaratan
yang umum diberlakukan pada Peraturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan persyaratan khusus dan/atau spesifik
diterapkan antara lain:
1. Pengadaan Khusus, yang meliputi:
a) Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka penanganan keadaan darurat;
b) Pengadaan Barang/Jasa di luar negeri;
c) Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan;
d) Penelitian;
e) Tender/Seleksi internasional; dan
f) Pengadaan Barang/Jasa yang pelaksanaannya mengacu pada ketentuan
Pengadaan Barang/Jasa yang dikeluarkan lembaga pemberi pinjaman/hibah.
2. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
3. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.

BAB X
RISIKO PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Pengelolaan risiko pada proses pemilihan penyedia barang/jasa perlu dilakukan
untuk menjamin tujuan tersebut akan tercapai. Pengelolaan risiko tersebut dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi :
1. Tahapan pemilihan penyedia barang/jasa.
2. Risiko yang mungkin terjadi pada setiap tahapan.
3. Penyebab setiap risiko yang mungkin terjadi.
4. Dampak dari risiko yang mungkin terjadi.
5. Penganganan risiko.

36
Risiko-risiko pada proses pemilihan penyedia barang/jasa memberikan dampak
diantaranya:
 kerugian finansial,
 penurunan reputasi,
 dampak hukum seperti sanksi pidana,
 kecelakaan kerja,
 gangguan terhadap layanan organisasi.

BAB XI
IDENTIFIKASI DAN PENGUMPULAN BAHAN DAN/ATAU DATA DAN/ATAU
INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN PEMILIHAN PENYEDIA
BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Data terkait pemilihan penyedia dapat berasal dari banyak sumber dan dalam
bentuk yang bermacam-macam. Proses pengumpulan data-data terkait pengadaan perlu
dimasukkan sebagai aktifitas yang dalam penyusunan sistem, proses dan struktur
pengadaan barang/jasa. Untuk pengumpulan data kuantitatif maupun kualitatif, fungsi
Pengadaan Barang/Jasa perlu menyusun sistem dan proses yang mendukung proses
pengumpulan tersebut. Frekuensi pengumpulan data pengadaan akan tergantung pada
pergerakan data dan upaya serta sumber daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan
data.

BAB XII
PENUTUP

A. Simpulan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa dan Peraturan LKPP
No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui
Penyedia telah menggambarkan bagaimana melakukan Pengadaan Barang/Jasa (PBJ)
khususnya pada tahap pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah.
Jenis kompetensi melakukan pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah level-1
memiliki 7 indikator perilaku dimana peserta diharapkan mampu memahami tentang reviu
terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, tahapan pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah, penyusunan daftar penyedia, negosiasi dalam

37
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan melakukan pengumpulan bahan/data/informasi
terkait.
Pelaksanaan pemilihan penyedia dimulai setelah persiapan pemilihan yang
dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja)/Pejabat Pengadaan selesai. Persiapan pemilihan
Penyedia dilaksanakan setelah Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menerima
permintaan pemilihan Penyedia dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang dilampiri
Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
B. Implikasi
Setelah mempelajari Modul ini peserta diharapkan mampu memahami dan
menambah pengetahuan terkait proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah.
Peserta juga dapat membaca modul SCM, Pengantar PBJP, Melakukan Perencanaan
PBJP, Mengelola Kontrak PBJP dan Mengelola PBJP secara Swakelola untuk
menambah pengetahuan terkait proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
C. Tindak Lanjut
Untuk dapat meningkatakn pengetahuan dan lebih memahami tentang Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Pemerintah, maka setelah mempelajari modul ini peserta
pelatihan diharapkan dapat memperdalam pemahaman materi dengan membaca buku
yang ada dalam daftar pustaka maupun literatur lain.

38
MODUL 5
JENIS KOMPETENSI
MENGELOLA KONTRAK PBJP LEVEL 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, dengan berkembangnya jaman, proses Pengadaan Barang/Jasa
Peemrintah telah mengalami perubahan konsep yang tidak lagi berbicara mengenai
kegaitan administratif saja. Proses Pengadaan Barng/Jasa Pemerintah telah mengalami
perubahan paradigma menjadi suatu konsep yang taktis dan juga strategis, mengingat
proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai korelasi langsung terhadap
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Gambar 1.1 Transformasi Pengadaan


Untuk mencapai konsep pengadaan menjadi strategic, diperlukan adanya
profesionalisme Sumber Daya Manusia yang menjalani proses Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Dalam mempersiapkan profesionalisme Sumber Daya Manusia tersebut,
LKPP tlah mengatur standar kompetensi bagi Sumber Daya Manusia tersebut. Hal
tersebut tercermin didalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 yang
mensyaratkan Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa wajib memiliki
kompetensi di bidang Barang/Jasa berdasarkan Standar Kompetensi Level 1. Lebih
lanjut, di dalam Pasal 14 Peraturan Lembaga Nomor 7 Tahun 2021 entang Sumber Daya
Manusia Pengadaan Barang/Jasa, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi level 1
meliputi:
a. Pengantar Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
b. Pengantar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

39
c. Kompetensi Teknis Pengadaan Barang/Jasa Level 1 yang terdiri dari:
1) Kompetensi Melakukan Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Level
1.
2) Kompetensi Melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Level 1.
3) Kompetensi Mengelola Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Level 1.
4) Kompetensi Mengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
Level 1.

B. Deskripsi Singkat
Salah satu Pelaku Pengadaan di dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Jika dilihat dari kewenangannya, PPK
merupakan Pelaku Pengadaan yang membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang
komprehensif terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa. Hal tersebut, mengingat
wewenang PPK yang mempunyai peran penting di dalam proses Pengadaan
Barang/Jasa yakni terkait dengan perumusan rancangan kontrak, mengendalikan
kontrak, dan menilai kinerja penyedia.
Sebuah kontrak sangat penting untuk disusun dengan cermat dikarenakan kontrak
merupakan sebuan perikatan yang mengatur mengenai hak dan kewajiban, mekanisme
pekerjaan, jangka waktu pekerjaan, hingga penyelesaian sengketa dan adendum
kontrak. Sebuah kontrak tentunya merupakan bentuk periaktan yang mengikat antara
kedua belah pihak yakni, Pemerintah (penerimaan manfaat) dan juga Penyedia (pemberi
manffat). Apabila tidak dirumuskan dengan baik, tentunya akan timbul permasalahan
yang akan merugikan kedua belah pihak baik dari sisi materil, waktu dan kerugian-
kergian lain yang dapat timbul.
Oleh karena itu, modul ini akan memebrikan informasi, gambaran dan edukasi
terkait dengan kompetensi teknis mengelola kontrak PBJP pada level basic yang akan
memberikan pengetahuan dasark mengenai kegiatan pengelolaan kontrak, sesuai
dengan Kamus Kompetensi Teknis Level 1.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimulai dari identifikasi kebutuhan
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. Setelah mempelajari odul ini peserta
pelatihan diharapkan mampu secara sinergitas, keterampilan dan sikap untuk
melakukan pekerjaan pengelolaan kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemeritnah
(beserta pengelolaan risikonya) yang meliputi memahami tentang persiapan dan
pelaksanaan pengedalian kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
melakukan Perumusan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
sederhana dan Evaluasi Kinerja Penyedia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
serta melakukan pengumpulan bahan/data/informasi terkait.

2. Indikator Keberhasilan

40
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
menjelaskan:
a) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemrintah
b) Pemebntukan tim pengelola Kontrak
c) Pengendalian Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
d) Serah Terima Hasil Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
e) Evaluasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa Pemerintah
f) Perumusan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam bentuk
kuitansi, Bukti Pembayaran/Pembelian dan Surat Pesanan
g) Risiko Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
h) Mengidentifikasi dan mengumpulkan bahan dan/atau data dan/atau informasi
yang dibutuhkan untuk mengelola kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok Mengelola Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yaitu sebagai berikut:
1. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemeritnah;
2. Pembentukan Tim Pengelola Kontrak;
3. Pengendalian Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
4. Serah Terima Hasil Pekerjaan;
5. Evaluasi Kinerja Pnyedia Barang/Jasa Pemerintah;
6. Perumusan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam bentuk Kuitansi,
Bukti Pembayaran/Pembelian dan Surat Pesanan;
7. Risiko Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Mengidentifikasi dan Mengumupulkan Bahan dan/atau Data dan/atau Informasi
yang dibutuhkan untuk Mengelola Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

BAB II
KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 1 angka 44 adalah perjanjian tertulis
antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau Pelaksana Swakelola”.
Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
1. Pihak pertama adalah PPK (PA/KPA/PPK);
2. Pihak kedua adalah Penyedia/Pelaksana Swakelola yang telah ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan.
Tujuan perumusan kontrak adalah sebagai berikut:

41
1. Pedoman bagi Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dalam menyusun dokumen
pemilihan dan proses pemilihan;
2. Pedoman bagi Penyedia dalam menyusun penawaran;
3. Pedoman pengikatan dan hubungan kerjasama antara PPK dan Penyedia dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Rangkaian proses PPK dalam melakukan Rancangan Kontrak sampai dengan
tanda tangan kontrak disebut sebagai tahap Perumusan Kontrak. Dalam merumuskan
kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dibuat langkah-langkah yang harus
dilakukan agar dokumen kontrak yang disusun sesuai ketentuan hukum dan peraturan
perundang-undangan, yaitu diantaranya:
1. Persiapan Perumusan Kontrak, yang terdiri dari identifikasi dokumen perencanaan
dalam rangka penyusunan rancangan kontrak.
2. Penyusunan Rancangan Kontrak, yang terdiri dari penyusunan klausul yang
dibutuhkan dalam merancang kontrak.
3. Finalisasi Kontrak, yang terdiri dari memasukkan data hasil pemilihan ke dalam
rancangan kontrak sehingga siap untuk ditandatangani.
Rancangan kontrak yang antara lain memuat:
1. Jenis Kontrak;
2. Bentuk Kontrak;
3. Naskah Perjanjian;
4. Uang Muka;
5. Jaminan Pengadaan;
6. Sertifikat Garansi;
7. Sertifikat/Dokumen dalam rangka Pengadaan Barang Impor;
8. Penyesuaian Harga;
9. Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK);
10. Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK);
11. Pembayaran Prestasi Pekerjaan;
12. Denda dan Ganti Rugi;
13. Penyelesaian Perselisihan.
Jenis Kontrak terdiri dari Lumsum, Harga Satuan, Gabungan Lumsum dan Harga
Satuan, Kontrak Payung, Biaya Plus Imbalan, Putar Kunci, dan Waktu Penugasan. PPK
menetapkan bentuk kontrak dengan memperhatikan nilai kontrak dan jenis pengadaan.
Bukti pendukung untuk masing-masing kontrak diatur sesuai dengan peraturan Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan nehara atau peraturan
Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam negeri. Naskah
Perjanjian terdiri dari Pendahuluan, Isi, dan Penutup.

42
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa berfungsi untuk pengendalian dan mitigasi
risiko atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya prose pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa, baik pada tahap pemilihan Penyedia dan pelaksanaan Kontrak. Jaminan
Pengadaan diterbitkan dan akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta Tender
atau Penyedia tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Pemilihan atau Dokumen Kontrak.
Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan barang maka
Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual yang
menyatakan adanya jaminan ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan
purna jual. PPK menyusun penyesuaian harga dalam rancangan Kontrak. Penyesuaian
harga diberlakukan untuk Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan
untuk Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya, dan jenis Kontrak berdasarkan Waktu
Penugasan untuk Jasa Konsultansi. Berikut merupakan tata cara perhitungan
penyesuaian harga yang dicantumkan di dalam Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan
Dokumen Pemilihan.
Syarat-syarat umum Kontrak adalah ketentuan umum dalam pelaksanaan
Kontrak. Ketentuan mum ini berlaku untuk seluruh jenis kontrak masing-masing jenis
Pengadaan Barang/Jasa yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak.
Pengisian SSUK dilakukan bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak. Syarat-
syarat Khusus Kontrak terdiri dari ketentuan perubahan, tambahan, dan/atau penjelasan
syarat-syarat umum kontrak. Maka dikatakan bahwa Sayarat-syarat Khusus Kontrak
adalah ketentuan khusus dalam pelaksanaan Kontrak. SSK menjelaskan lebih rinci
ketentuan yang tertuang di dalam SSUK yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jaa
yang diadakan.
Dalam finalisasi dokumen kontrak, dibahas mengenai redaksional, substansi,
bahasa, angka dan huruf dokumen kotnrak, persiapan penandatanganan kontrak,
ketentuan penandatangan kontrak, tata cara pendokumentasian dokumen kontrak, dan
arsip dokumen.
BAB III
PEMBENTUKAN TIM PENGELOLA KONTRAK

Rangkuman
Tim Pengelolaan Kontrak adalah suatu Tim yang berupaya melakukan kgiatan
dalam rangka mencapai keberhasilan pengadaan barang/jasa pada suatu organisasi
mencapai tujuan, sesuai yang tercantum dalam kontrak.
Tim Pengelola Kontrak dapat bertugas dimulai sejak perumusan kontrak,
persiapan kontrak, pelaksanaan pekerjaan, serah terima hasil pekerjaan. Pengelolaan
Kontrak dilakukan sesuai perjanjia/kontrak yang telah disepakati para pihak meliputi
antara lain biaya, waktu dan mutu serta tertib administrasi. Pengelolaan Kontrak oleh Tim
43
Pengelolaan Kontrak (yang kompeten) diharapkan dapat menghindari/mengurangi
kemungkinan timbulnya permasalahan.
Tim Pengelola Kontrak dibentuk dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menjamin bahwa proses pelaksanaan kontrak barang/jasa, terhitung sejak
perumusan kontrak sampai dengan berakhirnya masa kontrak, dapat terselenggara
dengan baik sesuai dengan ketentuan, khususnya antara lain dalam pengendalian
kualitas-kuantitas, waktu, dan biaya.
2. Memenuhi hak dan tanggung jawab yang tertulis dalam dokumen kontrak.
3. Pemantauan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kontrak, sehingga
diharapkan bisa berjalan secara efektif dan efisien.
4. Mengurangi risiko karena timbulnya permasalahan ketika kontrak berlangsung.
5. Mengendalikan dan menyelesaikan permasalahan kontrak yang sedini mungkin.
Lingkup pengelolaan kontrak yang akan dilakukan Tim PengelolaKontrak adalah
untu kontrak pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya
apabila dibutuhkan, yang meliputi pengelolaan kontrak bidang fisik, keuangan dan
personil proyek. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknoligi
tingga, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus. Kedua
belah pihak PPK dan Penyedia, masing-masing akan membentuk tim-tim yang bertugas
mengelola kontrak pengadaan barang/jasa.
Sesuai Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021, dalam melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia, PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh Tim
Teknis, Tim/Tenaga Ahli dan/atau Tim Pendukung.
Tentu dalam hal ini PPK harus mempertimbangkan seberapa tinggi kompleksitas
kontrak pengadaan, berapa orang tim yang harus direkrut untuk mendukung pelaksanaan
dan pengendalian kontrak, apa saja keahlian yang diperlukan dan faktor-faktor biaya
sebagai kompensasi terhadap kerja Tim Pendung, Tim/tenga ahli dan Tim Teknis,
Tim pengelola kontrak memerlukan keahlian dan kompatensi yang berkaitan
dengan hal-al teknis hukum, keuangan dan lain-lain. Jika diperlukan, tim pengelolaan
kontrak bisa mengkutsertakan cost estimator dan quantity surveyor,

BAB IV
PENGENDALIAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Pengendalian Kontrak merupakan tahapan pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa
yang dilakukan setelah dokumen kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Pengendalian adalah proses pengawasan disertai proses tindak lanjut manakala terjadi
perbedaan antara perencanaan (yang tertera dalam kontrak) dan pelaksanaannya di
lapangan.

44
Tujuan dari pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah untuk memastikan
bahwa sasaran atau target yang ditetapkan di dalam kontrak Pengadaan Barang/Jasa
akan tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Manfaat yang akan didapat dari
pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah mendapatkan pemenuhan dan hasil
pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan teknis dan dilaksanakan berdasarkan
pemenuhan terhadap persyaratan kualitas, persyaratan waktu dan persyaratan biaya.
Tujuan dan manfaat ini dapat kita capai dengan memastikan para pihak yang terlibat
menjalankan kewajiban masing-masing sesuai ketentuan yang ditetapkan dlam kontra
Pengadaan Barang/Jasa.
Tahapan ini dilakukan setelah kontrak ditandatangani, adapun tuang lingkup
pelaksanaan kontrak meliputi:
1. Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak;
2. Penyerahan Lokasi Pekerjaan (apabila diperlukan);
3. Surat Perintah Mulai Kerja (APMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP);
4. Pemberian Uang Muka (apabila diperlukan);
5. Penyusunan Program Mutu;
6. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak;
7. Mobilisasi;
8. Pemeriksaan Bersama;
9. Pengendalian Kontrak;
10. Inspeksi Pabrikasi;
11. Pembayaran Prestasi Pekerjaan;
12. Perubahan Kontrak;
13. Penyesuaian Harga;
14. Keadaaan Kahar;
15. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak;
16. Pemutusan Kontrak;
17. Pemberian Kesempatan;
18. Denda dan Ganti Rugi.
Penyedia Barang/Jasa sebagai pihak yang berperan dalam kegiatan
pengendalian kualitas, memiliki tugas untuk menyusun jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan secara rinci. Terdapat beberapa metode penyusunan jadwal rencana
pelaksanaan yang umum diguanakan pada kontrak Pengadaan Barang/Jasa,
diantaranya adalah:
1. Diagram Batang (Bar Chart Diagram)
2. Kurva S
Dalam kegiatan penegndalian kontrak Pengadaan Barang/Jsa, jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan menjadi tidak berarti apabila tidak dilakukan perbandingan
dengan jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan. Untui itu, maka perlu dilakukan
45
pengumpulan informasi tentang jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan. Monitoring jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud merupakan kegiatan pengumpulan informasi
tentang jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia Barng/Jasa dalam melaksanakan monitoring jadwal pelaksanaan
pekerjaan melakukan pemutakhiran (update) terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Sehingga pada jadwal pelaksanaan pekerjaan, selain terdapat jadwal recnana
pelaksanaan, juga terdapat jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan.

BAB V
SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

Rangkuman
Serah terima hasil pekerjaan dilaksanakan setelah pekerjaan selesai 100%
(seratus persen) sesuai ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk serah terima barang/jasa. PPK melakukan
pemeriksaan terahdap barang/jasa yang diserahkan. PPK dan Penyedia
menandatangani Berita Acara Serah Terima.
Serah Terima Hasil Pekerjaan 100% (seratus persen) dari Penyedia kepada PPK
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan kepada PA/KPA dijelaskan dalam bagan
alur berikut:

Masa pemeliharaan adalah jangka waktu dimana Penyedia wajib


mempertahankan kondisi barang/jasa tetap seperti saat penyerahan pekerjaan
sebagaimana diatur dalam Kontrak. Masa pemeliharaan dibutuhkan untuk Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Lainnya, sedangkan dlam Pengadaan Barang lebih dikenal sebagai

46
Masa Garansi. Dalam hal ditemukan kerusakan yang ditemukan pada masa tersebut,
maka Penyedia wajib melakukan perbaikan.

BAB VI
EVALUASI KINERJA PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Konsep dasar mengenai penilaian Penyedia adalah penentuan kriteria evaluasi
kinerja penyedia yang perlu dipertimbangkan sebelum K/L/PD melakukan komunikasi
dengan penyedua pada suatu kontrak tertentu. Oleh karena itu, BAB ini fokus pada
pendekatan yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja penyedia dalam melakukan
pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP) baik yang dilaksanakan secara biasa
maupun secara elektronik, serta memasukkannya pada daftar pengelolaan penyedia.
Daftar pengelolaan penyedia ini dapat digunakan untuk:
1. Pemilihan penyedia pada proses tender
2. Evaluasi kinerja penyedia secara berkala
3. Sebagai referensi untuk Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKAP).
Kriteria kinerja penyedia berupa kemampuan dan motivasi penyedia dalam
menyediakan barang/jasa pemerintah dengan kualitas, tingkat pelayanan, waktu dan
biaya sesuai yang ditetapkan. Sedangkan tanggung jawab penyedia barang/jasa
pemerintah sesuai Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 17 adalah:
1. Pelaksanaan kontrak
2. Kualitas barang/jasa
3. Ketepatan perhitungan jumlah/volume
4. Ketepatan Waktu Penyerahan
5. Ketepatan Tempat Penyerahan.
Evaluasi kinerja penyedia ini merupakan alat/instrumen dalam penilaian dan
analisis evaluasi kinerja penyedia. Pengukuran kinerja diperlukan agar setiap proses
dapat dikontrol. Jika sebuah kegiatan tidak dapat diukur, artinya tidak dapat dikontrol.
Jika tidak dapat mengontrol, maka tidak dapat dikelola dengan baik. Tanpa pengukuran
yang dapat diandalkan, keputusan cerdas tidak dapat dilakukan.
Metode untuk menilai kinerja penyedia antara lain berupa indikator kinerja
penyedia. Indikator kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang diidentifikasi dalam
kerangka hasil kerja. Indikator bisa kuantitatif atau kualitatif. Indikator kuanitatif adalah
terukur/bisa diukur/numerik, misalnya tinggi atau berat badan seseorang. Namun di sisi
lain, indikator kualitatif memerlukan evaluasi namun terkadang agak subyektif. Data
kualitatif kadang-kadang dinyatakan dalam bentuk numerik, mempunyai makna, tetapi
angka-angka tersebut tidak memiliki bentuk fisik secara jelas. Misalnya skor nilai
kelulusan ujian.

47
BAB VII
PERUMUSAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM
BENTUK KUITANSI, BUKTI PEMBAYARAN/PEMBELIAN, DAN SURAT PESANAN

Rangkuman
Bukti Pembelian sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengeluaran
sekurang-kurangnya memuat:
1. Identitas Penyedia;
2. Nilai Pembelian;
3. Jenis dan Jumlah Barang/Jasa;
4. Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui.
Kuitansi sebagai surat bukti yang menyatakan bahwa telah terjadi penyerahan
sejumlah uang dari yang disebut sebagai pemberi atau yang menyerahkan uang kepada
yang disebut sebagai penerima dan yang harus menandatangani telah menerima
penyerahan uang itu sebesar yang disebutkan dalam surat itu, lengkap dengan tanggal
penyerahan, tempat serta alasan penyerahan uang itu. Untuk memperkuat tanda bukti
tersebut ditempelkan materai sebesar yang ditentukan oleh undang-undang perpajakan.
Kuitansi sekurang-kurangnya memuat:
1. Identitas para pihak;
2. Nilai Pembelian;
3. Jenis dan Jumlah Barang/Jasa;
4. Tanda tangan Penyedia diatas materai sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui.
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan
melalui e-Purcahsing atau pembelian melalui Toko Daring dan Katalog Elektronik.
Rancangan Surat Pesanan memuat antara lain tetapi tidak terbatas pada:
1. Hak dan kewajiban para pihak;
2. Waktu dan alamat pengiriman barang/pelaksanaan pekerjaan;
3. Harga, pembayaran;
4. Sanksi;
5. Denda keterlambatan;
6. Keadaan Kahar;
7. Penyelesaian perselisihan; dan
8. Larangan pemberian komisi.

48
BAB VIII
RISIKO PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Seperti diketahui bahwa salah satu peranan dokumen kontrak adalah
mengidentifikasi risiko kepada pihak-pihak yang memamng berkompeten dan bisa
mengelola risiko dengan efektif dan efisien untuk meminimalkan potensi kerugian dari
suatu kejadian yang berkakibat fatal atau memaksimalkan kesempatan yang baik dari
suatu kejadian. Perlu dipahami bahwa yang terbaik untuk mengelola risiko adalah pihak
yang mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk mengontrol dan mengendalikan
risiko.
Sebagai contoh, organisasi A mempunyai bidang pelayanan jasa ke publik tidak
mempunya sumber daya dan keahlian yang cukup untuk mengerjakan proyek konstruksi
jembatan. Organisasi A kemudian menunjuk sebuah penyedia (kontraktor) yang
mempunyai sumber daya dan keahlian untuk membuat jembatan dalam waktu satu tahun
dengan menggunakan kontrak lumsum. Dalam hal ini, organisasi A telah melakukan
pemindahan risiko ke penyedia untuk mengendalikan penyelesaian dengan tepat waktu
selama satu tahun, penyedia dalam hal ini juga mempunyai kemampuan dan kompetensi
untuk mengendalikan sesmua risiko agar dapat menyelesaikan pembangunan jembatan
selama satu tahun.
BAB IX
IDENTIFIKASI DAN PENGUMPULAN BAHAN DAN/ATAU DATA DAN/ATAU
INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGELOLA KONTRAK PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH

Rangkuman
Data terkait kontrak dapat berasal dari banyak sumber dan dalam bentuk yang
bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan terlebih dahulu dengan
metodologi yang disepakati. Kemudian menentukan siapa yang akan mengumpulkan
data dan seberapa sering data dikumpulkan.
Beberapa data pengadaan perlu dikumpulkan secara reguler dan dalam periode
waktu yang singkat namun ada data pengukuran yang perlu dikumpulkan pada saat-saat
tertentu sehingga frekuensinya lebih sedikit atau bahka cukup satu kali dalam satu siklus
pengelolaan kinerja. Frekuensi pengumpulan data pengadaan akan tergantung pada:
1. Pergerakan data
2. Upaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data.
Selama pelaksanaan kontrak seluruh kegaitan yang berhubungan dengan kontrak
tersebut perlu untuk didokumentasikan. Tujuannya adalah:
49
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi organisasi.
2. Sebagai bukti-bukti apabila terjadi perselisihan dikemudian hari
3. Sebagai bentuk penerapan akuntabilitas.
Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, berbagai dokumen yang terkait dengan
pelaksanaan kontrak perlu didokumentasikan, meliputi antara lain: (kurang lengkap)
Pengelola pengadaan (staf PPK) yang menangani dokumen reviu kontrak harus
meyakinkan bahwa dokumen asli didokumentasikan sengan baik. Selain itu, semua
dokumen pendukung benar-benar disimpan dengan lengkap, sebelum salinannya
diedarkan kepada pihak yang memrlukannya termasuk untuk kepentingan pengarsipan.
Arsip dokumen reviu kotnrak adalah rekaman kegaitan atau peristiwa dalam
pengadaan barang/jasa yang menerangkan perjanjian pihak-pihak yang melakukan
kontrak. Arsip kontrak dokumen merupakan data atau catatan yang dibuat oleh tim
pegnadaan barang/jasa yang harus disimpan dalam jangka waktu tertentu. Arsip
dokumen kontrak seharusnya disimpan dalam bentuk kertas dokumen (hardcopy) dan
file dokumen (softcopy). Oleh karena itu, bentuk dan media dari arsip dokumen kotnrak
harus menyesuaikan dengan perkembangan teknolofi dan komunikasi (TIK) yang dibuat
dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, perusahaan, berbagai
organisasi kemasyarakatan, dan persorangan.
Hal lain yang harus menjadi perhatian bagi pengelola pengadaan terkait dengan
fungsi arsip dokumen reviu kontrak yaitu seabgai alat bantu utama mempermudah proses
pemahaman tentang riwayat dokumentasi persiapan, pemilihan, pelaksanaan,
penerimaan, dan penutupan kontrak. Arsip dokumen kontrak juga berfungsi seabgai
bahan atau media untuk menjadi alat pembuktian (bukti otentik), sebagai bahan dasar
perencanaan dan pengembilan keputusan, seabgai barimeter kegaitan suatu organisasi,
dan sebagai bahan informasi kegiatan ilmiah lainnya.

BAB X
PENUTUP

A. Simpulan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 merupakan bentuk tindak lanjut dari
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang mana merupakan
langkah konkrit dari pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional yang erat kaitannya
dengan Pengadaan Barang/Jasa sebagai media untuk mendapatkan aset-aset produktif
yang berguna untuk menggerakkan perkonomian dan pelayanan publik. Selain itu, LKPP
telah menyusun peraturan-peraturan turunan dari peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2021 dalam bentuk peraturan lembaga yang disusun juga telah mengatur terkait dengan
pengembangan kompetensi wajib berupa kompetensi PBJP Level 1, yang tercermin di
dalam peraturan Lembaga Nomor 7 Tahun 2021.

50
Jenis Kompetensi Mengelola Kontrak Level 1 mempunyai indikator kinerja yang
terdiri dari pengenalan terhadap proses perumusan kontrak PBJP sampai dengan
mekanisme penilaian kinerja penyedia. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan dasar
pemahaman dan gambaran terkait dengan mekanisme pengelolaan kontrak secara
keseluruhan, sebagai modal dasar bagi Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah untuk melaksanakan tugas terkait dengan pengelolaan kontrak PBJP,
terutama menjalankan tugas-tugas sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak.

B. Implikasi
Dengan berlakunya Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 yang merupakan
salah satu bentuk kontribusi terhadap Program Pemulihan ekonomi Nasional, dan
Peraturan Lembaga Nomor 7 Tahun 2021 yang mengatur mengenai detil kompetensi
yang perlu dimiliki oelh Sumber Dadya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
maka penting agar modul ini diutilisasikan dan dikuasai dengan baik agar dasar-dasar
ilmu pengelolaan kontrak duimulai dari proses perumusan kontrak hingga mekanisme
pengelolaan kinerja dan ririko di dalam pengelolaan kontrak dapat diimplementasikan dan
dikuasai dengan baik.

C. Tindak Lanjut
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang Jenis
Kompetensi Mengelola Kontrak Level 1, maka setelah mempelajari modul ini peserta
dapat mempelajari materi ini, dengan mengikuti pelatihan terkait dengan Kamus
Kompetensi Teknis yang sudah disusun serta mempelajari berbagai referensi yang
berkaitan dengan pengelolaan kontrak level 1.

51
MODUL 6
JENIS KOMPETENSI
MENGELOLA PBJP MELALUI SWAKELOLA LEVEL 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan layanan
kepada publik. Salah satu milestone yang harus ditempuh ketika hendal mewujudkan
layanan publik ini ialah Pengadaan Barang/Jasa. Untuk mendapatkan Barng/Jasa guna
mendukung tecapainya layanan publik yang prima oleh pemerintah, dapat dilaksanaan
dengan dua cara yaitu pengadaan secara Swakelola atau pengadaan melalui Penyedia.
Pelaksanaan Pengadaan secara Swakelola mengikuti ketentuan di bawah ini:
1. Peraturan Oresiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barng/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadan Barang/Jasa Pemerintah No. 3 Tahun
2021 tentang Pedoman Swakelola;
3. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 11 Tahun
2021 tentang Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Swakelola dilaksanakan pada saat barang/jasa yang dibutuhkan sesuai dengan
kriteria Pengadaan Barang/Jasa yang dapat dilakukan secara Swakelola yang diatur
dalam Peraturan LKPP No. 3 Tahun 2021.
Berdasarkan penyelenggara Swakelola, pelaksanaan swakelola mengikuti
pendekatan 4 (empat) Tipe yaitu Tipe I, II, III, dan IV. Perbedaab atas keempat tipe
tersebut terletak pada para pihak yang terlibat sebagai penyelenggara swakelola. Oleh
karena perbedaan penyelenggara swakelola tersebut maka berdasarkan pendekatan
perencanaan dan persiapan untuk pelaksanaan Swakelola Tipe I tidak diperlukan
kesepakatan kerja sama dan Kontrak Swakelola, untuk Swakelola Tipe II diperlukan
kesepakatan kerja sama dan kontrak Swakelola sedangkan untuk Swakelola Tipe III dan
IV diperlukan kontrak Swakelola.
Modul ini diharapkan dpat memberikan informasi bagi peserta untuk memahami
terkait perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan Swakelola untuk
masing-masing Tipe Swakelola.

B. Deskripsi Singkat

52
Mata pelatihan ini dimaksudkan agar peserta pelatihan mampu menjelaskan
gambaran umum tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola.
Materi yang dibahas meliputi: perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengawasan,
serah terima hasil pekerjaan, risiko, serta mengidentifikasi dan mengumpulkan
bahan/data dan/atau informasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan gambaran
Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola.

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan perencanaan dan persiapan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Secara Swakelola.
b. Menjelaskan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola.
c. Menjelaskan pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola.
d. Menjelaskan serah terima hasil pekerjaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola
e. Menjelaskan risiko pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola.
f. Menjelaskan cara mengidentifikasi dan mengumplkan bahan dan/atau data
dan/atau informasi yang dibuthkan untuk melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok dalam modul ini meliputi:
1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
2. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
3. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
4. Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
5. Serah Terima Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
6. Risiko pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola
7. Identifikasi dan pengumpulan bahan dan/atau data dan/atau informasi yang
dibutuhkan untuk mengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola.

53
BAB II

PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA


SWAKELOLA
Rangkuman

Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerajakan sendiri oleh


Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lain, Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat.
Tipe Swakelola terdiri atas:

1. Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh


Kementaria/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran termasuk
di dalamnya Perguruan Tinggi Negeri dan BLU/BLUD selama masih dalam
penanggung jawab anggaran yang sama;
2. Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh Kemanterian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
swakelola. Pelaksananya K/L/PD lain serta BLU/BLUD atau Perguruan Tinggi
Negeri. BLU/BLUD dan Perguruan Tinggi Negeri yang menajdi pelaksananya
merupakan BLU/BLUD dan PTN yang penanggung jawab anggarannya berbeda.
3. Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran dan
diaksnakan oleh Prmas pelaksana Swakelola, termasuk di dalamnya Perguruan
Tinggi Swasta dan Organisasi Profesi; atau
4. Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh Kementrian/Lembaga/Perangkat
Daerah penanggung jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok
Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat
pelaksana Swakelola.
BAB III
PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA SWAKELOLA
Rangkuman

Dokumen persiapan terdiri dari:


1. Penetapan Penyelenggara Swakelola;
2. Penetapan Rencana Kegiatan;
3. Penetapan Jadwal Kegiatan;
4. Reviu Spesifikasi Teknis/KAK;
5. Reviu RAB; dan
6. Finalisasi dan penandatanganan Kontrak Swakelola (Tipe II/III/IV).

54
BAB IV

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA


SWAKELOLA

Rangkuman
Pelaksanaan Swakelola berdasarkan Kontrak Swakelola, kecuali untuk Swakelola
Tipe I. Kontrak Swakelola Tipe II antara PPK dengan Ketua Tim Pelaksana di K/L/PD
lain, untuk Swakelola Tipe III antara PPK dengan pimpinan pelaksana Swakelola dan
untuk Tipe IV antara PPK dengan pimpinan Kelompok Masyarakat.
Pelaksanaan Kontrak Swakelola harus berdasarkan kontrak yang disepakati
antara kedua beah pihak (kecuali Swakelola Tipe I) yang meliputi pembayaran,
pelaksanaan, laporan, pemeriksaan dan serah terima hasil pekerjaan.

BAB V
PENGAWASAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA
SWAKELOLA
Rangkuman
Pengawasan Swakelola dilakukan sejak tehap persiapan sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan dilakukan oleh Tim Pengawas yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk
Swakelola Tipe I/II/III dan Ketua Kelompok Masyarakat untuk Swakelola Tipe IV. Ruang
lingkup pengawasan meliputi administrasi, teknis, dan keuangan.

BAB VI
SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN SECARA SWAKELOLA
Rangkuman
Serah terima hasil pekerjaan pengadaan merupakan bagian akhir dari rangkaian
panjang pelaksanaan pengadaan tersebut. Tidak hanya pemilihan melalui penyedia,
pelaksanaan pengadaan dengan cara Swakelola juga memiliki kewajiban rangkaian
kegiatan serah terima jika barang/jasanya telah selesai dihasilkan.
Konsep serah terima yang digunakan serupa dengan konsep serah terima dalam
pengadaan melalui penyedia, yaitu diawali dengan penyampaian Tim Pelaksana
Swakelola kepada PPK bahwa pekerjaan yang dilaksanakan telah selesai (100%).
Selanjutnya, PPK melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan. Dalam pelaksanaan
pemeriksaan ini, PPK dibantu oleh Tim Pengawas Swakelola. Hasil Pemeriksaan ini
menjadi dasar PPK menerbitkan Berita Acara Serah Terima (BAST). BAST ini
ditandatangani oleh kedua belah pihak yang berikat kontrak.

55
BAB VII
RISIKO PENGELOLAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA
SWAKELOLA
Rangkuman
Risiko mungkin terjadi dalam Swakelola harus dimitigasi sejak awal agar para
pihak dapat mencari solusi sedini mungkin agar tidak menimbulkan masalah yang lebih
besar dikemudian hari.

BAB VIII
IDENTIFIKASI DAN PENGUMPULAN BAHAN DAN/ATAU DATA DAN/ATAU
INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGELOLA PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA SWAKELOLA
Rangkuman
Dalam melaksanakan Swakelola untuk semua tipe para pihak yang terlibat harus
memahami tahapan Swakelola, jenis informasi, sumber dan bahan/data/informasi yang
diperlukan agar dapat melaksanakan Swakelola secara baik dan sesuai ketentuan yang
berlaku.

SELESAI

56

Anda mungkin juga menyukai