Anda di halaman 1dari 13
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah yang tidak terhingga dari sang pencipta, Anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembanginnya)/Sendiri.Anak yang sehat adalah damban setiap keluarga. Setiap anak dilarapkan tumbuh dan berkembang secara sehat baik fisik, \mélital, dan sosial sesuai bertambahnya usia. Pada kenyataanny@ tidak) semua anak terlahir dalam keadaan normal seperti yang diharapkasitAnakyang terlahir dengan memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus‘meribuat orang tua harus memberikan perhatian lebih, salah satunya délamy hal, ini adalah anak yang mengalami gangguan retardasi mental (Zubaidah, 2014), Retardasisnefital (RM) adalah suatu kondisi yang hadir sejak masa kanak- Kéfiak, ikan dengan fungsi intelektual umum yang secara signifikan betada di bawah rata-rata IQ 70 kebawah (Halgin & Whitbourne, 2010). Pieter, Janiwarti, dan Saragih (2011) menyatakan bahwa keterbelakangan mental (RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya kemampuan menyesuaikan diti (perilaku maladaptif), yang mulai tampak pada awal kelahiran. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak RM (li Indonesia tahun 2011 sebanyak 6,6 juta jiwa. Berdasarkan Kabid! Dikdas Dinas Pendidikan di Provinsi DIY pada tahun 2005-2006 didapatkan data 1982 anak yang mengalami retardasi mental. Pada tohum2007dcurdag lebih 3000 anak yang mengalami retardasi mental. Pada tahun(2010 didapatkan penyandang retardasi mental di Provinsi YogydkaPakurang lebih 4000 (Retnaningsih, 2014). Data dari Badd Pefencanaan dan Pembangunan Daerah Yogyakarta (Bappeda DIY)/tahum20!2 jumlah anak retardasi mental (Tunagrabita) di Provinsi DIY! sebéinyak 6.934 orang, tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi .730Qoramg, ditahun 2014 mengalami_ penurunan menjadi 7.543 orafig,dan pehurunan lagi ditahun 2015 sebanyak 7.403 orang, dan pada tahtin 2016 masih dalam jumlah 7.403 orang (Kartika, 2016). KKa¥akteristik anak tunagrahita yang membedakan dengan anak lain scusianya dapat terlihat secara fisik, yang meliputi wajah lebar, bibir tebal atau sumbing, #nulut menganga terbuka, dan lidah biasanya menjulur keluar (Yustinus, 2006 dalam Zakarya 2013). Sudjuna (2007) dalam Zakarya (2013) menyatakan bahwa anak dengan tunagrahita juga mengalami kesulitan dalam merawat diri kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, serta keterbatasan dalam sensori dan gerak. Keterlambatan perkembangan motorik tentu akan mempengaruhi segala Kegiatan yang menyangkut kebutuhan dasar anak retardasi mental. Gangguan fungsi motorik dan kognitif juga mempengaruhi techadap kemampuan dalam melakukan beberapa aktifitas perawatan diri. Akktifitas perawatan diri sendii (self care) merupakan seluruh aktifitas yang dilakukan oleh individu untuk memenuhi segalay, kebyftthan guna mempertahankan Kehidupan, Kesehatan, dan kesejahteraah, sesuai dengan keadaan schat maupun sakit (Potter, 2005). Anak retardasi mental diharapkan mami. mielakukan perawatan diri tanpa bantuan dari orang lain. Salah satu Gentulepetawatan diri adalah kegiatan cuci tangan, Mencuci tangan ¢fdalah Kégiatan yang dilakukan setiap hari. Kebiasaan mencuci tangan,g@ngat penting diajarkan pada anak retardasi mental karena merupdkan dijar dalam menjaga keschatan diri dan upaya preventif’ dari béfbagai penyakit. Saat melakukan suatu kegiatan, tangan harus dalam keaddan bersih, jika tidak tubuh akan mudah terserang penyakit (Verena, 2013). Ketrampilan mencuci tangan dapat dipelajari melalui banyak cara. Upaya dalam meningkatkan keterampilan cuci tangan pada anak dengan retardasi ‘mental dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan keschatan yang diberikan adalah berupa metode demonstrasi dan ceramah, namun dapat membuat anak bosan karena pembelajaran tidak menyenangkan. Metode demonstrasi dan ceramah juga membutuhkan perhatian lebih dali menangkap informasi yang disampaikan, sedangkan anak tunagrahitd lambat dalam menangkap informasi (Verena, 2013). Permasalahan lainnya pada anak RM usia sekolah adalah mereka tidak mampu mengikufi pelajaran dengan baik (Zakarya, 2013). Metode demonstrasi dan ceramah dalang{pendidikan kesehatan dapat diganti dengan metode yang menyenangkaf. Otaks méinusia akan berespon positf jika segala aktifitas yang dilalui m@nyéHangkan. Metode audiovisual dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran dikelas. Media audiovisual yang terdiri atas unsur@ambar, baik gambar diam maupun gerak dan unsur suara merupakan fijedi@’ perantara dalam penyampaian materi. Penyerapan materi melaluf audi6¥isual adalah melalui pandangan dan pendengaran. Hal ini akan afi@mbangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperolch pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Media audiovisual dapat berupa media Wideo yang berisi langkah-langkah gerakan mencuci tangan, nyanyian dengan menyesuaikan irama. Melalui media audiovisual berupa video yang berisikan nyanyian dan tarian dapat membuat suasana yang tidak membosankan (Maritasari, 2016). Kegiatan bernyanyi dan menari adalah suatu bentuk kegiatan seni untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia melalui suara gerak tubuh, Jika anak diajarkan mengungkapkan lagu melalui tari (gerak) akan berkembang lebih mantap. Melalui gerak (tari) anak akan menghayati makita dari setiap kata (Verena, 2013). Motorik halus dan kasar siswa juga akan terlatih dengan thelakuukan kerakan- gerakan yang berpedoman pada lagu yang dinyanyikah, Anak dengan retardasi mental, telah diketahui memiliki k&t@?®atasan dalam gerak dan berkomunikasi. Dengan adanya kegiatayy/menati dan menyanyi, kemampuan fisik dan berbicara anak dapat f€rlatih, Penerapan yang diberikan akan menimbulkan semangat tinggi pata “Shak untuk mencoba berlatih secara kontinyu gerakan meneuci tafgan (Maritasari, 2016). Berdasarkan‘hasil’ studi pendahuluan di SLB Negeri | Sleman, Yogyakarta pada tdnggal"I6 Mei tahun 2017, diperoleh data siswa berkebutuhan khusus s@Banyak 107 siswa tahun ajaran 2016/2017. Pada tahun ajaran 2017/2018 diperdleh data siswa berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Sleman, ogyakarta tahun 2017 adalah sebanyak 108 siswa, dengan perbandingan jumlah siswa TKLB adalah 4 siswa, SDLB sebanyak 50 siswa, SMPLB sebanyak 29 siswa, dan SMALB sebanyak 25 siswa. Jumlah perbandingan siswa berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Sleman, Yogyakarta adalah siswa tunarungu berjumlah 14 siswa, siswa down sindrom sebanyak 3 siswa, tunadaksa sebanyak 6 siswa, tunanetra sebanyak 2 siswa, siswa dengan tunalaras sebanyak 1 orang siswa, austis sebanyak 7 siswa, tunagrahita sedang sebanyak 39 siswa, dan siswa retardasi mental (Tunagrahita) ringan sebanyiak 36 siswa. Jumlah siswa retardasi mental laki-laki adalah 29 siswa, sedangkan jumlah siswa perempuan adalah 7 siswa. Perbandingan jumlah siswalretardasi mental di masing-masing jenjang adalah TKLB sebanyik 0 \siswa, SDLB sebanyak 17 siswa, SMPLB sebanyak 11 siswa, dan SMALB sebanyak 8 a, Jumlah ruangan kelas di SLB tersebut ‘adalah sebanyak 25 ruangan, dengan jumlah guru sebanyak 30 orang(Sclali, ruangan Kelas, terdapat pula ruangan penunjang pembelgjaran({sisywa, df SLB tersebut seperti ruang olahraga, ruang keschatan, ru@ngyferaphy ruang mushola, ruang musik, ruang koperasi siswa, ruang keteraitpilan busana, ruangan ketrampilan batako dan ruang tari Pada séat diTakukan studi pendahuluan juga, didapati sarana untuk mencuci talfan yaitu berupa wastafel sebanyak 27 wastafel yang di sediakan di depan masisig-masing kelas, dan di depan ruang guru serta taman bermain anak. ‘Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada salah satu anak yang mengalami retardasi mental, didapati anak terscbut mencuci tangan tidak menggunakan sabun yang tersedia di wastafel depan kelas, dan langkah-langkah cuei tangan yang benar tidak terlihat saat anak tersebut mencuci tangan, Saat studi awal yang dilakukan di SLB Negeri 1 Sleman, didapati pula beberapa anak saat hendak makan, ataupun selesai berolahraga tidak mencuci tangan. Pada saat di tanya mengapa tidak mencuci tangan, beberapa anak tidak menjawab, namun ada beberapa yang menjawab bahwa tangan mereka tidak terlihat kotor. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk niglakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalii Media AudioVisual Dan Menari Terhadap Keterampilan MeneUci Tangan Pada Anak Retardasi Mental di Sekolah Dasar LiafBiasa Negeri 1 Sleman, Yogyakarta”. B, Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dittas Gapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengafuliypendidiikan kesehatan melalui media audiovisual dan menari terha@apySeterampilan mencuci tangan pada anak retardasi mental di Sckolali Dasd®Luar Biasa Negeri 1 Sleman, Yogyakarta? C. Tujuitn Penelitian f. Tyjuan Umum Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual dan menari terhadap keterampilan mencuci tangan pada anak retardasi ‘mental di SDLB Negeri 1 Sleman, Yogyakarta, 2. ‘Tujuan Khusus ‘a. Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin, umur, dan kelas) anak dengan retardasi mental di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri 1 Sleman, Yogyakarta b. Mengidentifikasi keterampilan cuci tangan anak dengan etardasi mental sebelum dilakukan pendidikan Kesehatan mencuti tangan dengan metode audiovisual dan menari di Sekolah Dasa Luar Biasa ‘Negeri I Sleman, Yogyakarta, ©. Mengidentifikasi keterampilan cuci tangélipanak dengan retardasi ‘mental setelah dilakukan pendidikall) Kesehatan mencuci tangan dengan metode audiovisual((ansmenifi di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri 1 Sleman, Yo{akafta. 4. Menganalisis pengatuh Vpendidikan Kesehatan melalui media audiovisual da menari di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri | Sleman, Yogyakarta. D, Manfaat Penelitian Teoritis Pengembangan ilmu dan pengetahuan bidang keperawatan khususnya informasi tentang pengaruh pendidikan keschatan mencuci tangan melalui ‘metode audiovisual dan menari pada anak dengan retardasi mental. 2. Praktis diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai informasi a. Bagi SLB Negeri | Sleman, Yogyakarta Bagi para guru dan pengasuh di SLB Negeri 1 Sleman, Yogyakarta 7 ‘masukan tentang metode dalam meningkatkan keterampilan i tangan pada anak dengan retardasi mental. b, Bagi Anak SLB Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melatih motorik halus serta keterampilan anak dalam salah satu akt ywatan diri yakni cuci tangan, OQ ©. Bagi Peneliti Menambah khasan: jgetahuan mengenai metode dalam meningkatkan nev ‘cuci tangan anak dengan retardasi mental. dijelaskan pada tabel 1, di halaman 10-13. or “aseindog [roy ueyeunsauow iad ueydumpag ‘Burjdures aatsodind yejepe ueyeunsip Sued Suny tux Tenstaorpne aporaur ueyeunszuau fut ueqtyouod eped weyumpos ‘oqzznd ureutioq aporour meyeun sa usut ‘ekuumnjoqos 18a yuny pausig uoxos}i4 SISa,0dtY, vin ueyeuns usu urms-vureg “Una a|zznd apoiour uetuap ueiury fon ueyine|ad EAMALUP YE|DIS eyyesdouny yeue uesuE) no tendurenay “yrEq vofoyeytp enyesseun your “Coty) your your fp] yopumtiog Bava uoRayey weusp oyzznd ‘9poou ueuop uRsUED Uunup} fon undiumrsy -rogutloy toyednqeyy O-€TGs 17 eyyesioum youd t1SI0q eR uy) ton say _qury pauSig uoxoPy, sfc uBG aarjdures Kyquqosd ou yejepe ueyeunsip Succ Surpdwes yeryor ‘enyessounr yeu ¢7 yojeuntiog uy uentfouod eped toques uojedngey 3-€1as Ip eyypaieun y yeuy weluny, 199 ueynye|ay, uendureway depeysoy, ‘entjauad epeg “epoqiog onouotu ue uupyfhyfejour uendureisy ueyeunssuour | ayzong ureuuiog 9poray, Sued isuoasoq oporout ‘uaqip yopnsas Buap jawourtiadsy> ured seqag faqrures 1942s uenpagqiad od e107 ped yer2ji9) ueepoqiod ststeue@uspy |Peurynejad yuesuod epy | eped ueyeundip Sued uresoq ‘wAse07 une eepaqiog uveutes13—f TseH pony Tnpne amyousd uvpyjousg uerseayy “Tae, 1 “yeytaur isepieia oue-yeue Yoo HNL Ip esq Sued ueyoos sequies epe ideo ueyreFuapuour wat uexng eaSuTyag “apts ‘ednuag [enstaorpne eypaur ueyeuna suo ysay, yuny pausig woxoaqia sisorodiy fn ueyeunszuaur bures-eueg yequaK sepmeaz westop syeur eped uesuey BATA SAS UPHAM we vebioury sor ymun 967 ‘wep west] soy mun 969 Ipefuour iexsunouemsis uonduieuiay enpay snp{is epeg-efrauy say ymnun 949 Wop test] soy yun Op eAuEY eMsIS uendurewioy eurepiod snpys epeg-eaiyoy snpys teduues vumeyrodsnpyis wep waste uondureuoyueyeqniddetep veUE|101 1H! [ELT SURpOS ryeateuny varsisuradey nota RTE, cuegjeysmism yedep uve ion9 oxy ney -wessonstfyws ‘uppljpqnr ‘jee syrauag weep (i saBipuasiedyaseuasiod yofSus uexuMUEDEp ur wenystiod wepep 182) aqui] uyeunsBuour Uuep spss ¢ Hep Lutpion 1 UeEDUAM “[-7C Se Lup eIWaW IsepIEIas BASIS f ueyeunauout tur ueryauad vped yoAqng “Y.Ld _Bunpueg uaredngey wedunyny ETS Ip peiuayy tsepmmoy uvBuog yeuy uesuey, ‘uy uentfouad ueyunpas ono uendupwoy | mpaus enyeg ueynfunuow | — reyfuisip nore (yoiDasay | fonoUoPY UR|LUTEIOVey, ‘nge] ueyeunaiuou jag 1048 wonay uns reysuruayy, ecuuinjaqos uewySuruadeduepe | svjoyy uejepuyy ens weyeq NVONVL uenyoued meg epoging | “seyI0) Joquizea uped porate yejope wesxeunsp Tod OAV nee e107 ued seqaq jaqeue., | iedepioy eXuueouesiog ure ueqyauod aporsyy | —_eIpayy uPPUNTUag,, | ‘ear, 8 Yelumnfing req ep “(oap9) eu 9 jpjumfiag dnyyno roFayey, -€) yeu | yoqeuniog Fuwuny WoRoyey uesuap a yewaur isepieras your uesqeundauraut ur uentjauad weyfuepos “sped yerqazo weap your uexeunstiuisut ‘eduuumjaqas uengauisd yeK uoptiodsar ped weepogiog ssa, yury paudig woxoajty stsarodi fo uexounssuaut nures-euureg “wee nqun aporauu winjep apts vipour reyeurau nupjed ‘segeq joqeue, ‘ped eAueeuesiog qn, uuoSioyny wreyep seu) ju pforodwrour 1] Snpyis Zr‘09 tpefuow wwe ce'eg weyepun eid ypjouadwout py ylang yo LOLLY wHee ynseuuia} / 1°6/ tpefuout ywyBuruour [J snp oped. Uueipnusoy ‘| snjgis eped aur Teysuadt, ST'1¢ weepatt ead ypjoraditautay yatqng uviuop ue In4|p 1 [ep -As{w peiqaia9 ueBuop syle ped uy 131 uopidurenoy weeySu1uad dupe umqafentiont auad [UTA Yum nE{o} Melepe HayEN Oud ioyyp Uyeunip Buck app sisi[euy “Isequsuinyop aejapump Sop user iy Burd vyep uendumnBuad uy] “eiBojdesed ad asyod pragauaaeassis “Surdurey HAE PPY ITS, Bq [eIgaI9 BASIS ‘ped ruuray weuog O9PIA RIP NYHA, ‘9107 Sueseynrep vbiouny san ymin 9498 ep sai ymin 9498 1peftout

Anda mungkin juga menyukai