Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH SEX EDUCATION TERHADAP PERILAKU

“BERPACARAN” REMAJA

OLEH:
KELOMPOK 5

DHEA MARTHA LIZA


DZAKY PRATAMA ASWI
NAJLA KAMILA HANIN
M. HUSEIN
SHAKILA AZALIA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 LIMA PULUH KOTA


KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intra
uterine terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus
melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah masa
transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul
ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologi serta
kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologiknya.
Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara
faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang
berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja. Sex education adalah suatu
informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu
meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-
kegiatan dari intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi
kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.(A Joint committee on Terminologi in Helath
Education of United States, 1973)
Sex education adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup bagaimana fungsi kelamin sebagai alat
reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki.
Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena
adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan,
kehamilan dan sebagainya.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih dikenal
sebagai “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada remaja, baik melalui pendidikan
formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya Sex education maupun
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.

2
Sex education di Indonesia masih dianggap tabu untuk dijelaskan pada remaja, padahal
hal ini memberikan dampak positif bagi remaja. Karena dengan dibekali sex education yang
baik, remaja diharapkan dapat menerapkannya dengan gaya berpacaran dan juga dapat
mencegah perilaku seks bebas pada remaja.

Fenomena yang saat ini banyak kita temui adalah banyaknya remaja yang berpacaran, tapi
didak diikuti dengan pemberian informasi yang baik tentang sex education yang baik,
sehingga banyak diantara remaja tersebut yang bertindak salah seperti sex bebas,hamil diluar
nikah,aborsi dan bahkan membuang bayi .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini
adalah: “Apakah peran pemberian informasi tentang sex education tehadap persepsi
berpacaran pada remaja di kelas IX.5 MTsN 3 Lima Puluh Kota?”

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran pemberian
informasi tentang sex education tehadap persepsi berpacaran pada remaja di kelas IX.5
MTsN 3 Lima Puluh Kota?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana peran


pemberian informasi tentang sex education terhadap persepsi berpacaran pada remaja

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Dinas kesehatan dan profesi Bidan hasil penelitian dapat memberikan
informasi dalam peningkatan program penyuluhan/ pemberian informasi tentang sex
education di kalangan remaja sekolah.
b. Bagi MTsN 3 Lima Puluh Kota hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler yang terkait dengan
kesehatan reproduksi.
c. Bagi Siswa MTsN 3 Lima Puluh Kota penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi yang menjelaskan bahwa sex education, bukanlah sesuatu hal yang tabu
untuk diperbincangkan. Justru sebgai acuan siswa untuk mengetahui bahaya dari seks
bebas dan perilaku menyimpang dalam berpacaran.

3
d. Bagi Orang tua diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi
bagi orang tua agar memberikan sex education kepada anaknya, sebagai upaya
mencegah bahaya dari seks bebas dan perilaku menyimpang dalam berpacaran.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Remaja
a. Pengertian
Remaja berasal dari bahasa inggris adolesence yang diadopsi dari bahasa latin
adolescere yang artinya bertumbuh (to grow) dan menjadi matang (to mature).
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana
terjadi perubahan secara fisik, biologis, psikologis, kognitif, psikososial yang
mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah-masalah pada masa remaja.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
b. Tahapan Perkembangan Remaja
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada 3
tahap yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun), memiliki ciri tampak dan memang merasa
lebih dekat dengan teman sebaya, merasa ingin 13 bebas, lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya, dan mulai berpikir abstrak.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), memiliki ciri tampak dan merasa ingin
mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan
jenis, timbul rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir
abstrak, dan berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), memiliki ciri menampakkan pengungkapan
kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, mempunyai citra
(gambaran, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta, dan
memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

5
c. Perubahan Fisik Remaja

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang
anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus
yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat pacu
tumbuh, perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi, dan sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.

2. Perilaku

Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik


individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, kepribadian, dan sikap
yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-
faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan
besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik
individu. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu
sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir
dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

3. Sex Education
a. Pengertian Sex Education
Sex education adalah pendidikan yang memberikan pengajaran, pengertian
dan keterangan yang jelas kepada peserta didik ketika ia sudah memahami hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan pubertas, sehingga ketika peserta didik memasuki
usia balig dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya ia mengetahui
mana yang halal dan mana yang haram agar mendapat pengetahuan seks yang benar.
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli tentang pendidikan seks yang dikatakan
oleh Profesor Gawshi
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang mencakup dimensi dan
kegiatan-kegiatan dari intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan
yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.(A Joint committee
on Terminologi in Helath Education of United States, 1973)

6
Sex education adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup bagaimana fungsi
kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada
wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai
kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk
nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
b. Tujuan Sex Education
Tujuan sex education atau pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan
antara lain :
1) Untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja
2) Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas
3) Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya
4) Memahami masalah-masalah seksualitas remaja
5) Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah
seksualitas
4. Pacaran

a. Pengertian

Pacaran bila kita melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita mendapat kesan
bahwa mereka mengalami pertumbuhan tinggi badan yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya
menyamai tinggi badan orang tua mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara fisik
sudah terlihat dewasa dan ingin menyamai perbuatan-perbuatan orang dewasa.

Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih (Kamus Bahasa Indonesia, dalam Yunus, 2005) sedangkan yang
dimaksud dengan pacaran adalah upaya untuk mencari seorang teman dekat yang
didalamnya terdapat hubungan belajar mengkomunikasikan kepada pasangan,
membangun kedekatan emosi dan proses pendewasaan kepribadian

Pacaran (dating) adalah salah satu aktivitas yang banyak dijalani oleh remaja.
Perkembangan psikologis pada masa remaja memungkinkan adanya ketertarikan terhadap
lawan jenis dan keingin untuk membentuk hubungan yang lebih dari sekedar teman atau
sahabat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacar adalah kekasih atau teman lawan
jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini kami menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan data
melalui observasi,wawancara serta menyebarkan kuesione. Data yang diperoleh akan
diklasifikasikan secara kongkrit dan terukur.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi

Populasi adalah kumpulan individu sdejenis yang berada dalam wilayah tertentu dan
waktu tertentu pula . Populasi penelitian ini adalah siswa di MTsN 3 Lima Puluh Kota
khusunya kelas IX.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi tersebut ataupun bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IX.5 MTsN 3 Lima Puluh Kota.

C. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dengan menggunakan media
google form, kemudian jawaban akan dikumpulkan menjadi data-data yang kongkrit.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, B.Elizabeth. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.


Machfoedz Ircham, Suryani Eko. 2006. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.
Poltekkes Depkes.
Sarwono, Sarlito Wirawan . 2003 . Psikologi Remaja. Rajawali Pers. Jakarta
Singgih D Gunarsa .2004.Psikologi Untuk Muda-Mudi . BPK Gunung Mulia. Jakarta.

9
PRESENTASI
PERAN SEX EDUCATION TERHADAP PERILAKU

BERPACARAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi / Sex education di kalangan remaja. di Indonesia masih
dianggap tabu untuk dijelaskan pada remaja, padahal hal ini memberikan dampak positif bagi remaja.
Karena dengan dibekali sex education yang baik, remaja diharapkan dapat menerapkannya dengan gaya
berpacaran dan juga dapat mencegah perilaku seks bebas pada remaja.
Fenomena yang saat ini banyak kita temui adalah banyaknya remaja yang berpacaran, tapi didak
diikuti dengan pemberian informasi yang baik tentang sex education yang baik, sehingga banyak diantara
remaja tersebut yang bertindak salah seperti sex bebas,hamil diluar nikah,aborsi dan bahkan membuang
bayi .
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah:
“Apakah peran pemberian informasi tentang sex education tehadap persepsi berpacaran pada remaja di
kelas IX.5 MTsN 3 Lima Puluh Kota?
F. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran pemberian informasi tentang
sex education tehadap persepsi berpacaran pada remaja di kelas IX.5 MTsN 3 Lima Puluh Kota?
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana peran
pemberian informasi tentang sex education terhadap persepsi berpacaran pada remaja
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Dinas kesehatan dan profesi Bidan hasil penelitian dapat memberikan informasi dalam
peningkatan program penyuluhan/ pemberian informasi tentang sex education di kalangan remaja sekolah.
b. Bagi MTsN 3 Lima Puluh Kota hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler yang terkait dengan kesehatan reproduksi.
c. Bagi Siswa MTsN 3 Lima Puluh Kota penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang
menjelaskan bahwa sex education, bukanlah sesuatu hal yang tabu untuk diperbincangkan. Justru sebgai
acuan siswa untuk mengetahui bahaya dari seks bebas dan perilaku menyimpang dalam berpacaran.
d. Bagi Orang tua diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi orang tua agar
memberikan sex education kepada anaknya, sebagai upaya mencegah bahaya dari seks bebas dan perilaku
menyimpang dalam berpacaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Remaja
Remaja berasal dari bahasa inggris adolesence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya
bertumbuh (to grow) dan menjadi matang (to mature). Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
dan masa dewasa dimana terjadi perubahan secara fisik, biologis, psikologis, kognitif, psikososial yang
mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
2. Perilaku
Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi
berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama
lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari
karakteristik individu.19Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung
pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari dalam diri individu.
1. Sex Education

10
Sex education adalah pendidikan yang memberikan pengajaran, pengertian dan keterangan yang jelas
kepada peserta didik ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan perubahan pubertas, sehingga
ketika peserta didik memasuki usia balig dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya ia
mengetahui mana yang halal dan mana yang haram agar mendapat pengetahuan seks yang benar.
Sex education adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan jenis kelamin. Ini mencakup bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana
perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan
sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk
nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
4. Pacaran
Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta
kasih (Kamus Bahasa Indonesia, dalam Yunus, 2005) sedangkan yang dimaksud dengan pacaran adalah
upaya untuk mencari seorang teman dekat yang didalamnya terdapat hubungan belajar mengkomunikasikan
kepada pasangan, membangun kedekatan emosi dan proses pendewasaan kepribadian
Pacaran (dating) adalah salah satu aktivitas yang banyak dijalani oleh remaja. Perkembangan
psikologis pada masa remaja memungkinkan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis dan keingin untuk
membentuk hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih
BAB III PEMBAHASAN
Dari penelitian yang kami lakukan tentang terhadap siswa siswi MTsN 3 Lima Puluh Kota tentang “
Peran Sex Education Terhadap Perilaku Berpacaran Remaja.di sini kami mengambil sampel kelas IX.5 dan
mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara maka dapat disampaikan hasilnya sebagai berikut :
 Sebagian besar menyatakan bahwa memperoleh pengetahuan sex education dari media elektronik.
 Sebagian besar mengatakan kurang mendapatkan informasi sex education dari guru
 Sebagian besar mengatakan megatakan memiliki teman dekat atau berpacaran.
 Sebagian besar menyatakan mengetahui dampak positif dan negatif dari pacaran
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
a. KESIMPULAN
Dari penelitian ini yang dilakukan melalui metode observasi dan wawancara dapat ditarik
kesimpulan bahwa sebagian besar remaja yang mana diwakilikan pada sampel siswa siswi kelas IX.5
memiliki hubungan dekat antara lawan jenis yang lebih dikenal dengan istilah berpacaran.
Dari wawancara yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sudah memiliki
pengetahuan tentang sex education yang lebih banyak diperoleh dari media elektronik atau lebih dikenal
browsing internet atau google
2. SARAN
a. Tenaga Kesehatan
Diharapkan penelitian ini bisa memberikan gambaran tentang pengetahuan sex education pada
remaja,sehinga tenaga kesehatan baik bidan atau perawat bisa memberikan informasi ya ng lebih optimal
pada pelajar atau remaja
b. Guru
Diharapkan dari hasil penelitian ini pihak sekolah terutama guru BK dapat memberikan informasi dan
pengawasan terhadap siswa sehingga dapat memberikan arahan dalam berprilaku dan bergaul yang sehat.
c. Orang Tua
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi orang tua untuk lebih meningkatkan
bounding dengan anak yang memasuki usia remaja, memberikan informasi tentang sex education dan
meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan dan perilaku anak.

11

Anda mungkin juga menyukai