OLEH :
PSDKU UNTAD
TOJO UNA-UNA
TAHUN 2022
1
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
Kasus korupsi sekarang ini menjadi kasus yang terus menjadi sorotan di
Indonesia karena pelakunya tidak lain adalah pejabat-pejabat negara yang
menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Tindak pidana korupsi adalah
suatu perbuatan melawan hukum yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merugikan perekonomian negara yang dari segi materiil perbuatan
itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan etika dan nilai-nilai
keadilan masyarakat, di samping itu juga merupakan perilaku kejahatan yang sulit
ditanggulangi. Sulitnya penanggulangan tindak pidana korupsi ini terlihat dari
banyaknya putusan pengadilan yang membebaskan terdakwa kasus korupsi atau
ringannya sanksi yang harus diterima oleh terdakwa yang tidak sesuai dengan
kejahatan yang telah dilakukannya. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, rasa
keadilan dan rasa kepercayaan atas hukum dan perundang undangan dari rakyat
sebagai warga negara dapat berkurang.
Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan adalah kasus
dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat.
Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional
(P3SON) di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Proyek P3SON Hambalang ini sebenarnya sudah dimulai sejak 10
Desember 2010 hingga 31 Desember 2012. Kementerian Pemuda dan
2
Olahragam(Kemenpora) menilai perlu ada pusat pendidikan latihan dan sekolah
olahraga yang bertarap nasional. Tetapi, dalam perkembangannya proyek P3SON
Hambalang ini mengalami kendala, mulai dari tidak mendapatkan rekomendasi
pembangunan, sampai permasalahan biaya anggaran yang melonjak naik menjadi
Rp 2,5 Triliun.
Berdasarkan kasus di atas saat ini kasus korupsi telah menjadi penyakit
nasional dan tentunya merugikan keuangan negara, dapat kita jumpai dalam
segala lapisan masyarakat karena kondisi sosial dan tindak pidana korupsi
menjadi salah satu aspek yang membuat tindakan korupsi menjadi tumbuh subur
dan bukan lagi merupakan hal yang tabu bagi kalangan masyarakat. Kebiasaan
masyarakat ini akhirnya menjadi sebuah budaya, lemahnya penegakan hukum di
indonesia kurang membuat efek jera bagi para pelaku korupsi. Dalam upaya
penegakan dan memeriksa tindak pidana korupsi para pihak terkait telah
melakukan berbagai cara untuk melakukan pengungkapanya karena biasanya
banyak tindak pidana korupsi dilakukan dengan rapi.
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui penyebab apa saja yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan korupsi
b. Untuk mengetahui jenis-jenis tindak pidana korupsi
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya korupsi proyek hambalang
d. Untuk mengetahui respon dari Negara dan pemerintah tentang korupsi di
Indonesia
3
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
4
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya
pasti manusia meinginkan kebutuhan yang lebih dan selalu merasa
kurang akan sesuatu yang di dapatkan. Akhirnya munculah sifat tamak
ini di dalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu yang lebih dengan
cara korupsi.
2. Faktor Eksternal
Beberapa yang termasuk dalam faktor eksternal tersebut yaitu :
a). Faktor ekonomi
Adanya kebutuhan akan ekonomi yang lebih baik seringkali
mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Misalnya gaji yang tidak
sesuai dengan beban kerja, mendorong seseorang melakukan tindakan
korupsi.
b). Faktor politik
Dunia politik sangat erat hubungannya dengan persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Berbagai upaya dilakukan untuk menduduki
suatu posisi sehingga timbul niat untuk melakukan tindakan korupsi.
c). Faktor organisasi
Dalam organisasi yang terdiri dari pengurus dan anggota, tindakan
korupsi dapat terjadi karena perilaku tidak jujur, tidak disiplin, tidak
ada kesadaran diri, aturan yang tidak jelas, struktur organisasi tidak
jelas, dan pemimpin yang tidak tegas.
d). Faktor hukum
5
Seringkali tindakan hukum terlihat tumpul ke atas tajam ke bawah.
Artinya, para pejabat dan orang dekatnya cenderung diperlakukan
istimewa di mata hukum. Sedangkan masyarakat kecil diperlakukan
tegas. Hal ini terjadi karena adanya praktik suap dan korupsi di lembaga
hukum.
6
2.4 KASUS KORUPSI PROYEK HAMBALANG
7
tersebut, muncul lima lokasi yakni Karawang, Cariu, Bogor, Cibinong, Cikarang,
dan Bukit Hambalang.
Pembangunan juga mendapat izin prinsip Bupati Bogor tanggal 19 Juli 2004
tentang penetapan lokasi untuk pembangunan gedung PLOPN di Hambalang
seluas kurang lebih 30 hektar atas nama Dirjen Olahraga Departemen Pendidikan
Nasional. Proyek PLOPN kemudian dialihkan Direktorat Jenderal Olahraga dan
Direktorat Kepemudaan Departemen Pendidikan Nasional kepada Kementerian
Negara Pemuda dan Olahraga. Tahun 2007 diusulkan perubahan nama dari Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar Nasional, dengan pemrakarsa
Departemen Pendidikan Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Prestasi Olahraga Nasional dengan pemrakarsa Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga.
Dalam perjalanannya, muncul lah kronologi sebagai berikut:
a). 1 Agustus 2011: KPK mulai menyelidiki kasus korupsi proyek
Hambalang senilai Rp 2,5 triliun.
b). 8 Februari 2012: Nazar menyatakan bahwa ada uang Rp 100 miliar
yang dibagi-bagi, hasil dari korupsi proyek Hambalang. Rp 50 miliar
digunakan untuk pemenangan Anas sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat; sisanya Rp 50 miliar dibagi-bagikan kepada anggota DPR RI,
termasuk kepada Menpora Andi Alfian Mallarangeng.
c). 9 Maret 2012: Anas membantah pernyataan Nazar. Anas bahkan
berkata dengan tegas, "Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung
Anas di Monas.
d). 5 Juli 2012: KPK menjadikan tersangka Dedi Kusnidar, Kepala Biro
Keuangan dan Rumahtangga Kemenpora. Dedi disangkakan
menyalahgunakan wewenang sebagai pejabat pembuat komitmen proyek.
e). 3 Desember 2012: KPK menjadikan tersangka Andi Alfian
Mallarangeng dalam posisinya sebagai Menpora dan pengguna anggaran.
Selain itu, KPK juga mencekal Zulkarnain Mallarangeng, adik Andi, dan
M. Arif Taufikurrahman, pejabat PT Adhi Karya.
8
f). 22 Februari 2013: KPK menjadikan tersangka Anas Urbaningrum.
Anas diduga menerima gratifikasi berupa barang dan uang, terkait dengan
perannya dalam proyek Hambalang.
9
Menurut hakim ketua Haswandi terdakwa Andi Mallarangeng terbukti secara
sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama.
Dalam putusan tersebut, hakim ketua menilai Andi dengan sengaja telah
menyalahgunakan kewenangannya sebagai Menpora dalam pengurusan proyek
Hambalang. Dimana sebagai Menpora, Andi adalah pengguna anggaran sekaligus
pemegang otoritas kekuasaan pengelolaan keuangan negara di Kemenpora serta
memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran.
Atas perbuatan tersebut Andi telah menguntungkan pihak lain, Proyek
P3SON telah merugikan keuangan negara Rp 464,391 miliar. Andi melanggar
Pasal 3 jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1)
ke 1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP Pidana.
Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga menyebutkan
membengkaknya anggaran proyek pembangunan Hambalang, disebabkan oleh
keinginan Andi Mallarangeng untuk mengubah konsep bangunan. Majelis hakim
mengatakan Andi Mallarangeng telah memerintahkan Sesmenpora Wafid
Muharam untuk melakukan pemaparan proyek dengan desain master plan baru.
Kemudian dilakukan pertemuan membahas perombakan design baru seperti
konsep bangunan, luas tanah dan gedung, yang berlangsung di lantai 10 Gedung
Kemenpora. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Wafid, Deddy Kusdinar, Rio
Wilarso, Lisa Lukitawati Isa, Muhammad Arifin, Asep Wibowo dan Anggraeni
Dewi Kusumastuti.
Akibatnya, anggaran Proyek Hambalang yang semula Rp 125 miliar terus
bertambah. Hingga tahun 2010, anggaran tersebut meningkat mencapai Rp 275
miliar. Namun, pada akhirnya anggaran tersebut membengkak drastis menjadi
total Rp 2,5 triliun, sehingga negara mendapat kerugian keuangan negara senilai
Rp 464,391 miliar.
10
BAB Ⅲ
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari kasus Proyek Hambalang tersebut maka dapat di lihat bahwa Korupsi
merupakan perbuatan yang pastinya merugikan bangsa dan Negara. Karena
korupsi merupakan perbuatan memperkaya diri sendiri baik yang dilakukan oleh
sendiri ataupun bersama-sama melakukannya dengan orang lain, karena dampak
dari korupsi sendiri mengakibatkan banyak permasalahan terhadap perekonomian.
Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik.
Jika Indonesia sanggup menekan tingkat korupsinya hingga serendah
tingkat korupsi Singapura, maka Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi
sebesar 10.68% per tahun. Maka mutlak sudah, bahwa pemberantasan korupsi
adatah bagian yang tak terpisahkan dari proses perbaikan ekonomi Indonesia.
Bahkan, saat ini sudah menjadi anggapan di masyarakat bahwa korupsi hampir
mustahil dapat dibasmi, karena ada anggapan bahwa korupsi telah menjadii
kebudayaan bangsa Indonesia. Namun hal ini tidak bisa dijadikan untuk terus
bersikap toleran dan permisif terhadap keberadaan korupsi.
3.2 SARAN
Jika Indonesia ingin maju dan bangkit dari keterpurukan,maka setiap dari kita
harus menjauhi praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dari kehidupan sehari-
11
hari kita. Mari kita bersama-sama membangun negeri kita ini menjadi negara yang
besar dan berdaulat.
Komitmen yang kuat dari para pemimpin adalah kuncinya, karenanya pada
setiap proses pemilihan presiden atau pejabat apapun, agar dilakukan dengan
sangat memperhatikan moralitas dan etika. Pemerintah secara perlahan-lahan
harus mulai mengurangi keterlibatan para aktivitas ekonomi. Mungkin itulah yang
mesti dilakukan jika berkaca pada Finlandia dan negara lain yang mampu meng-
nol-kan potensi korupsinya. Peran pemerintah selanjutnya adalah menjadi “wasit
dunia usaha” yang memastikan aktivitas ekonomi berjalan lancar serta
meminimalkan terjadinya kegagalan pasar. Secara perlahan-lahan pemerintah
harus mulai melakukan rasionalisasi pegawai dalam jumlah yang cukup
siginifikan dan memastikan standar gaji yang bersaing dengan swasta. Akan
tetapi, antisipasi akibat dan kebijakan pengurangan pegawai ini juga mesti
disiapkan dan menghukum para koruptor dengan hukuman yang seberat-beratnya.
Mungkin Korea Selatan bisa dicontoh dalam hal ini.
Serta memaksimalkan peran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebagai
pengawas yang jujur dan auditor yang bersih dalam melakukan peran kontrol dan
pengusutan atas segala macam dugaan korupsi, secara bertahap dan berkelanjutan.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-korupsi.html
(19-12-2019 PUKUL : 19.05)
https://www.coursehero.com/file/39944253/Kasus-hambalang-fixpdf/
(19-12-2019 PUKUL 19.35)
https://www.kompasiana.com/fachrulkhairuddin/551fc515a333119542b65a2c/
kronologi-kasus-korupsi-proyek-hambalang (19-12-2019 PUKUL : 19.52)
https://www.beritasatu.com/nasional/108833/penyelesaian-kasus-hambalang-masuk-
prioritas-kpk (19-12-2019 PUKUL 20.10)
13