NIM : 019.06.0010
Kelas : B
Secara umum, para ahli menyimpulkan tiga faktor penyebab dasar terjadinya
prilaku LGBT :
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa memicu terjadinya LGBT, misalnya saja karena
salah pergaulan. Dalam berteman, sudah selayaknya kita memilih teman
yang memilikiprilaku baik. Ketika seseorang berteman dengan orang
yang diketahui LGBT, ada kecenderungan dia akan ikut menjadi anggoita
LGBT, disebabkan pengaruh factor teman. Jadi, lingkungan dan
kebiasaan menjadi factor pemici paling besar terjadinya LGBT di
Indonesia. Disamping itu pengaruh budaya barat baik melalui tontonan di
media massa maupun dalam keseharian di lokasi-lokasi wisata, ditengar
menjadi sebab pengaruh pelaku penganut LGBT.
2. Faktor Keluarga
Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya, hal
ini juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab menjadikan sang anak
penganut LGBT. Sebagai misal seorang anak perempuan yang
mengalami incest maupun prilaku kasar oleh lelaki yang berada di
rumahnya, akan cenderung membenci lelaki dan mencari sandaran kasih
sayang, dari kaum wanita. Oleh sebab itu, peranan keluarga sangat
penting dalam mengantisipasi prilaku seks menyimpang. Kehangatan dan
keharmonisan keluarga serta pendidikan agama yang baik, akan menjadi
benteng utama bagi sang anak melawan pengaruh LGBT di
lingkungannya.
3. Faktor Genetik
Genetik atau riwayat keturunan, menjadi salah satu faktor penyebab
lainnya dalam membentuk seseorang berprilaku LGBT. Dalam tubuh
manusia, kromosom lelaki normal adalah XY dan perempuan XX.
Namun di kehidupan nyata, bisa ditemukan bahwa seorang laki-laki
memiliki kromosom XXY. Kelebihan Kromosom ini bisa menyebabkan
dia memiliki prilaku menyerupai seorang perempuan. Demikian juga
sebaliknya.
Meskipun demikian, ada pula yang melihat LGBT sebagai kelompok orang-
orang yang berbeda dari orang-orang pada umumnya di masyarakat. Meskipun
demikian mereka tidak bisa mengekspresikannya karena dibatasi oleh aturan-aturan
lingkungan yang membatasi mereka. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa LGBT
ialah penyakit yang harus disembuhkan atau dipulihkan. Masyarakat melihat bahwa
LGBT merupakan orang-orang yang harus diobati dan membutuhkan pertolongan
Menurut mereka, komunitas ini perlu direhabilitasi untuk mendapatkan pemulihan
agar mereka menjadi normal (heteroseks) kembali dan jumlahnya tidak bertambah
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Caitlin.R, ACSW, Stephen. T. Russell, David.H, Rafael.D, and Jorge. S.
(2010).
Family Acceptance in Adolescence and the Health of LGBT Young Adults.
Journal of Child and Adolescent Psychiatric Nursing, 3(4), 205–213. doi:
10.1111/j.1744-6171.2010.00246.x
Freedman, Jonathan L.Peplu, L Anne.Sears, O David. (2005). Psikologi
Sosial.
Jakarta: Erlangga. Jakarta: Erlangga.
Nancy.F, and Laurie, N.G. (2000). Nursing Approaches for Working With
Family
Strengths and Resources. Journal of Family Nursing, 6(1). doi:
DOI:10.1177/107484070000600102
Papilaya.J.O. (2016). Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) dan
Keadilan Sosial. Jurnal Humaniora Yayasan Bina Darma, III(1), 025-034.
Sarwono, Sarlito. W., Meinanrno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.