Muhammad Abyan - 20405-67209-1-PB
Muhammad Abyan - 20405-67209-1-PB
Abstrak. Kesehatan merupakan salah satu agenda Sustainable Development Goals (SDGs).
Kesehatan jiwa merupakan aspek penting yang dibutuhkan dalam mencapai kesejahteraan
sosial dan salah satu penyumbang angka disabilitas tertinggi di Indonesia dengan 13,7%.
Provinsi DKI Jakarta memberikan perhatian yang besar terhadap penanganan penyandang
disabilitas mental terlantar. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah penyandang disabilitas
mental nontunawisma menurut Infodatin Kementerian Kesehatan RI tahun 2019. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk dikaji rehabilitasi sosial Tunawisma Penyandang Disabilitas Mental (PDM) di PSBL 1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada langkah pendekatan awal, terdapat dukungan
sosial dari Pejabat Cengkareng Barat. Pada tahap pengungkapan dan pemahaman masalah,
PSBL 1 melakukan penilaian berupa Instrumen Skrining Psikotik Dinas Sosial. Tahap
penyusunan perencanaan masalah dilakukan untuk menyusun silabus klaster 1. Langkah
pemecahan masalah dilakukan dengan metode farmakoterapi di klinik Tiendra dan aktivitas
sehari-hari yang tertulis pada silabus. Tahap resosialisasi dilakukan dengan pemeriksaan
rutin. Langkah terminasi dilakukan dengan penilaian PDM tunawisma ditentukan untuk
kemajuan PDM tunawisma. Langkah konseling selanjutnya dilakukan dengan pemantapan
kemandirian PDM tunawisma berupa dukungan sosial berupa penyuluhan. Implikasi
penelitian dapat menjadi bahan refleksi bagi pengambil kebijakan dan evaluasi internal.
Kata Kunci: Rehabilitasi sosial; penyandang disabilitas mental telantar; panti sosial.
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 55 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
sosial yang di atur dalam undang-undang tersebut Provinsi DKI Jakarta. PSBL 1 memiliki kapasitas atau
dilakukan ‘secara persuasif, motivatif atau koersif daya tampung penerima manfaat sebesar 750.
yang dilaksanakan di dalam keluarga, masyarakat Berdasarkan data per Maret tahun 2020 jumlah
maupun panti sosial’ (Undang-undang RI, 2009). PDM di PSBL 1 sebesar 809 orang dan jumlah untuk
Penanganan PDM telantar juga harus sesuai dengan sumber daya manusia yang menanganinya sebanyak
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang 63 orang (Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, 2020).
kesehatan jiwa, pemberian perlindungan dan Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan jumlah
jaminan bagi PDM berdasarkan hak asasi manusia sumber daya manusia sebanyak 63 orang dengan
‘melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan jumlah PDM yang berada di panti tersebut. Selain
rehabilitatif’ (Undang-undang RI, 2014). Dinas masalah kurangnya pegawai tersebut, pemilihan
Sosial dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di PSBL 1 didasarkan atas realisasi anggaran tahun
seluruh Indonesia juga melakukan perpanjangan 2020 sebesar Rp15.421.627.999,-. Realisasi
fungsi layanan sosial. Kebijakan rehabilitasi sosial anggaran tersebut merupakan realisasi yang
juga dilaksanakan di daerah khususnya Provinsi DKI tertinggi dibandingkan dengan panti sosial yang
Jakarta. menangani PDM telantar di DKI Jakarta (Pemerintah
Menurut Pusat Data dan Informasi Provinsi DKI Jakarta, 2020).
Kementerian Kesehatan RI per Juli 2019 Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin
menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta meraih mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan
data tertinggi sebesar 79,03% pada indikator rehabilitasi sosial bagi PDM telantar di PSBL 1
penderita gangguan jiwa yang mendapatkan Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, dengan adanya
pengobatan dan tidak ditelantarkan. Pemerintah tujuan tersebut, hasil penelitian ini diharapkan
Provinsi DKI Jakarta dalam mengatasi masalah PDM dapat menjadi referensi tambahan bagi
telantar yaitu menempatkan PDM telantar di dalam pengembangan disiplin ilmu kesejahteraan sosial
panti sosial. Kemudian, untuk menjalankan khususnya yang berkaitan dengan rehabilitasi sosial
kebijakan rehabilitasi sosial, pemerintah Provinsi bagi PDM telantar.
DKI Jakarta membuat Peraturan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 157 tahun 2015 tentang Penanganan METODE
Orang Dengan Masalah Kejiwaan dan/atau Orang
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Dengan Gangguan Jiwa yang telantar dan/atau
kualitatif. Rubin & Babbie (2011) menjelaskan
Mengganggu Ketertiban Umum. Selanjutnya
bahwa salah satu kekuatan utama penelitian
peraturan gubernur tersebut menjadi pedoman bagi
kualitatif adalah kelengkapan perspektif yang
petugas pelaksana dalam melakukan rehabilitasi
diberikan kepada peneliti dengan terjun langsung ke
sosial bagi penyandang disabilitas mental telantar.
fenomena sosial yang diteliti dan mengamatinya
Intervensi melalui rehabilitasi sosial bertujuan
selengkap mungkin, sehingga dapat
untuk memulihkan dan mengembangkan kemauan
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam.
serta kemampuan PDM agar bisa menjalankan
Dasar penelitian kualitatif yaitu memberikan
fungsi sosial secara wajar dalam bermasyarakat.
gambaran yang menyeluruh dari pengalaman sudut
PDM yang mengalami kemajuan memungkinkan pandang informan sebagaimana adanya. Peneliti
untuk memberdayakan mereka sehingga mampu menjadi “instrument” penelitian yang akan
memenuhi kebutuhan dasarnya (Pemerintah membawa nilai-nilai untuk menginterpretasikan
Provinsi DKI Jakarta, 2015). berbagai informasi yang didapat di lokasi penelitian.
Pemerintah daerah provinsi dalam standar Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
pelayanan minimal urusan bidang sosial diberi Tujuan penelitian deskriptif menurut Neuman
kewenangan untuk melaksanakan rehabilitasi sosial
(2014) dijelaskan sebagai berikut:
pada disabilitas telantar di dalam panti sosial
(Kementerian Sosial, 2018). Panti Sosial Bina Laras “Research in which the primary purpose is to “paint
Harapan Sentosa 1 Provinsi DKI Jakarta yang a picture” using words or numbers and to present a
selanjutnya disebut PSBL 1 merupakan salah satu profile, a classification of types, or an outline of steps
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial tempat to answer questions such as who, when, where, and
pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi how”. (Penelitian di mana tujuan utamanya adalah
untuk "memberi gambaran" menggunakan kata-
penyandang psikotik telantar dengan tingkat berat
kata atau angka dan untuk menyajikan profil, jenis
yang telah melakukan terobosan dengan membuka klasifikasi, atau garis besar langkah-langkah untuk
Klinik Tiendra sebagai klinik pertama di Panti Sosial
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 56 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 57 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
penempatan di Panti Sosial Bina Laras Harapan resosialisasi, terminasi dan bimbingan lanjut
Sentosa sebelum adanya Peraturan Gubernur (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2016)
Nomor 157 Tahun 2015 tentang Penanganan Orang
dengan Masalah Kejiwaan dan/atau Orang Dengan Pendekatan Awal
Gangguan Jiwa yang telantar dan/atau mengganggu Pelaksanaan pendekatan awal akan berjalan
ketertiban umum adalah campuran dari semua dengan efektif dengan memenuhi lima langkah yang
kategori fase PDM dengan segala permasalahannya, terdiri dari kegiatan sosialisasi, identifikasi, motivasi,
tidak ada klasterisasi. Penanganan sebelumnya seleksi dan penerimaan. Pelaksanaan rehabilitasi
dinilai kurang efektif seiring bertambahnya jumlah sosial PDM telantar di PSBL 1 perlu disertai dengan
PDM telantar, sehingga Dinas Sosial Provinsi DKI pemahaman dan komitmen dari seluruh Aparatur Sipil
Jakarta berupaya menanggulangi secara bertahap Negara, PJLP di PSBL 1 serta dukungan dari para
persoalan PDM telantar dengan klasterisasi. Kepala pengambil keputusan. Kerjasama dari berbagai sektor
Seksi Rehabilitasi Sosial-Penyandang Disabilitas yang terkait untuk penanganan PDM juga sangat
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan: diperlukan. Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dan PSBL
“Ternyata kita juga melihat fenomena di Jakarta 1 sebagai proses awal harus menyampaikan informasi
banyak sekali orang dengan gangguan jiwa. dengan sosialisasi terkait layanan rehabilitasi sosial
Akhirnya dia tidak terurus, telantar dan masuk ke yang dapat dijangkau. Sosialisasi dilaksanakan secara
panti kita. Dari hasil rapat-rapat provinsi berlaku internal dan eksternal kepada PDM, keluarga, kerabat,
Pergub 2015 PSBL HS 1, 2, 3 sesuaikan clustering- institusi, maupun masyarakat. Dinas Sosial Provinsi
nya, 1 berat, 2 sedang, 3 ringan, trus ada loka karya DKI Jakarta dan PSBL 1 melaksanakan sosialisasi
buat buku silabi yang inovasi nanganin masalah internal melalui rapat-rapat koordinasi. Pembahasan
disabiltas mental ini. Ada perubahan pergub ortala pembagian tugas di PSBL 1 juga telah dibentuk sesuai
PSBL juga, menyesuaikan” (HW, 5 Januari 2021). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 358
Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi dan
Berdasarkan temuan lapangan, terdapat
Tata Kerja Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa.
beberapa temuan terkait rehabilitasi sosial bagi PDM
PSBL 1 selanjutnya menyampaikan gambaran
telantar di PSBL 1 Provinsi DKI Jakarta. Di dalam
pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada PDM. Faktor
penelitian ini, peneliti menggunakan konsep tahapan
kondisi karakteristik kejiwaan PDM yang menolak
rehabilitasi sosial menurut Luhpuri & Andayani
mengikuti layanan rehabilitasi sosial memicu
(2019). Konsep tersebut dipilih karena lebih
timbulnya hambatan proses pemulihan.
komprehensif dan sistematis dibandingkan dengan
tahapan pemecahan masalah praktik pekerjaan sosial
seperti konsep menurut Zastrow (2017) yang hanya Sosialisasi eksternal sudah dilaksanakan
membahas 6 tahapan intervensi yang meliputi melalui website resmi Dinas Sosial Provinsi DKI
identifikasi masalah, menghasilkan solusi alternatif Jakarta dan akun Instagram milik Dinas Sosial
yang mungkin dilakukan, mengevaluasi solusi Provinsi DKI Jakarta dan PSBL 1 yaitu akun
alternatif, memilih solusi yang akan digunakan, @dinsosdkijakarta dan akun @psbl_cengkareng1.
menerapkan solusi dan tindak lanjut untuk Upaya promotif ini juga dilakukan oleh Dinas
mengevaluasi. Sedangkan konsep tahapan rehabilitasi Kesehatan melalui puskesmas untuk
sosial menurut Luhpuri & Andayani (2019) memiliki 7 menyebarluaskan informasi bagi masyarakat
tahapan rehabilitasi yang sejalan dengan tahapan mengenai kesehatan jiwa, pencegahan dan
rehabilitasi sosial yang diatur dalam regulasi penanganan gangguan jiwa. Upaya sosialisasi
pemerintah daerah (Peraturan Gubernur Provinsi DKI tersebut mendapat dukungan masyarakat sekitar
Jakarta Nomor 358 Tahun 2016 tentang Pembentukan, seperti pemberian makanan tambahan dan upaya
Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Laras pembinaan keterampilan seperti pembuatan keset
Harapan Sentosa). PSBL 1 sebagai UPT Dinas Sosial dan kerajinan mote. Selanjutnya, pihak eksternal
melaksanakan rehabilitasi sosial sesuai dengan (masyarakat) juga membantu dalam pemasaran dan
peraturan gubernur tersebut. Tahapan rehabilitasi penjualan hasil kerajinan yang dibuat oleh
sosial berdasarkan Pergub DKI Jakarta nomor 358 penyandang disabilitas mental terlantar.
tahun 2016 yang digunakan di PSBL 1 yaitu Sebagaimana diungkapkan oleh Satuan Pelaksana
pendekatan awal, pengungkapan dan pemahaman Pembinaan Sosial PSBL 1 berikut:
masalah, penyusunan rencana pemecahan masalah,
“Sebelum pandemi kita ada infoin kegiatan ke
pemecahan masalah,
masyarakat, trus WBS (Warga Bina Sosial) yang
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 58 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
udah pulih siap rujuk ke PSBL 2, biasanya ikut PDM telantar ada yang berdomisili di Provinsi
kerajinan mote, bikin keset, hasilnya bisa dijual ke DKI Jakarta dan luar Provinsi DKI Jakarta. Setelah
masyarakat sekitar, pameran pernah, masyarakat menerima penempatan sementara PDM telantar,
ada pernah berkunjung liat- liat, kasih susu, biskuit PSBI BD akan melakukan identifikasi dan asesmen
juga” (DH, 22 Januari 2021).
untuk menentukan data dan informasi tentang PDM
Dukungan dari masyarakat dapat telantar, kondisi fase kejiwaan, dan tindak lanjut
memberikan kelancaran pelaksanaan rehabilitasi di penanganan. Pemeriksaan kondisi kejiwaan
dalam panti berdasarkan hasil penelitian berdasarkan kriteria diagnostik oleh pekerja sosial,
Fathurrachmanda & Pratiwi (2013). “Upaya psikolog dan tenaga medis umum. PDM telantar
promotif kesehatan jiwa menurut Undang-Undang yang dijangkau oleh petugas Provinsi dan diduga
Kesehatan Jiwa dilakukan untuk mempertahankan dalam fase akut akan diantar langsung ke RSKD
dan meningkatkan derajat kesehatan jiwa, Duren Sawit. PDM telantar berada dijangkauan
menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran Kabupaten Administrasi berkoordinasi dengan
hak asasi PDM, serta meningkatkan pemahaman, Puskesmas dan Lurah dan/atau Camat. Rujukan bisa
keterlibatan, dan penerimaan masyarakat terhadap ke fasilitas kesehatan lain yang memiliki pelayanan
kesehatan jiwa”. Upaya promotif sebagaimana hasil kesehatan jiwa dan telah bekerja sama dengan
penelitian Ayuningtyas dkk., (2018) penting Pemerintah Daerah. PSBI BD akan merujuk PDM
dilaksanakan di lingkungan keluarga, masyarakat, telantar dalam fase stabilisasi 1 ke PSBL 1.
fasilitas pelayanan kesehatan, media massa, tempat Sebagaimana hasil penelitian Taftazani (2017)
kerja, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, mengatakan pencarian informasi orang-orang yang
serta lembaga pemasyarakatan dan tempat ibadah. dianggap memiliki gangguan mental menunjukkan
Selanjutnya pada pendekatan awal juga untuk usaha dalam mengidentifikasi calon klien yang akan
memastikan PDM dapat diregistrasi sebagai calon atau harus ditangani. Berdasarkan hasil penelitian,
penerima layanan di panti. PDM terlantar didapat dari pihak PSBL 1 sudah melakukan pencarian informasi
hasil penjangkauan PMKS oleh Petugas Pelayanan, identitas penyandang disabilitas mental telantar
Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) yang untuk persyaratan registrasi di dalam panti.
berkoordinasi juga dengan Polisi Pamong Praja yang
selanjutnya akan ditampung sementara oleh Panti Pengungkapan dan Pemahaman Masalah
Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI BD) untuk Pengungkapan dan pemahaman masalah
diidentifikasi dan asesmen berdasarkan klasifikasi dilakukan dalam bentuk persiapan, pengumpulan
kategori PDM. P3S merupakan satuan tugas di bawah informasi, analisis dan temu bahas kasus. PSBL 1
Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sudah menjalin hubungan dengan penyandang
diberi tugas untuk mengantarkan para PMKS ke panti disabilitas mental telantar yang ditunjukkan dengan
sosial agar segera ditindaklanjuti. Identifikasi asesmen pendampingan pengurusan administrasi. Menurut
dengan melihat bagaimana kondisi fisik PDM. Pekerja Sosial PSBL 1 menyatakan:
Kemudian, data informasi PDM yang didapat melalui
“Peksos memfasilitasi pada proses awal penerimaan
komunikasi pendekatan personal kepada PDM akan WBS ya, lebih ke administrasi. PSBL 1 menjadi panti
menentukan PDM sebagai penerima layanan untuk ODGJ tingkat berat, yang telantar, ga keurus.
rehabilitasi sosial di PSBL 1 (fase stabilisasi 1). Ketika dokumen sudah lengkap lanjut registrasi dan
Menurut Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang jelasin program yang ada di panti, lalu diarahkan
Disabilitas Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta masuk ke wisma panti. Peksos juga membantu
mengatakan bahwa: penyediaan kegiatan – kegiatan yang akan diikuti
oleh WBS, dilanjutkan melakukan pendampingan
“Asal ODGJ biasa gabungan, ada yang dari luar DKI WBS saat mengikuti kegiatan tersebut”. (AR, 15
atau- jadi kalau misalkan ada orang telantar gitu Januari 2021)
ya dan dia misalkan orang dengan gangguan jiwa
di razia oleh petugas kita gitu kan apa di apa Pegumpulan data dari hasil penelitian
ditampung di PSBI, diasesmen di sana, apakah dia Fathurrachmanda & Pratiwi (2013) merupakan
punya KTP, punya identitas nggak, punya keluarga kompenen penting dalam setiap bentuk perencanaan
nggak. Pekerja sosial lah yang pertama melakukan untuk menuju proses lebih lanjut. PSBL 1 telah
asesmen, psikolog juga, kalau memang dirasa melakukan penelaahan pendataan ulang kepada PDM
memang membutuhkan perawatan dengan
dari PSBI BD melalui pendekatan personal dengan
kesehatan biasanya juga akan nge- refer ke RSUD-
RSUD terdekat, gitu.” (HW, 5 Januari 2021) beberapa pertanyaan seperti nama, alamat, dan nama
orang tua dan pertanyaan Instrumen
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 59 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
Skrining Psikotik Dinas Sosial (ISPDS). Pendataan PDM di dalam panti merupakan akses ke layanan
tersebut dilakukan salah satunya dengan tujuan kesehatan untuk mental dan fisik yang dapat
PDM memiliki KTP sebagai tertib administrasi mengurangi potensi risiko negatif dari kekambuhan.
kependudukan dan dapat digunakan untuk PSBL 1 sudah menyusun jadwal pemeriksaan
penerimaan bantuan dan pendaftaran jaminan kesehatan bagi PDM di Klinik Tiendra. Kegiatan
sosial. tersebut merupakan upaya kuratif yang
Temu bahas kasus telah dilakukan melalui dilaksanakan oleh PSBL 1 dengan tujuan
pelaksanaan rapat di PSBL 1 dengan membahas penyembuhan dan pemulihan, pengurangan
hasil asesmen PDM berdasarkan ISPDS untuk penderitaan, pengendalian disabilitas, dan
memahami masalah klien dan mengetahui potensi pengendalian gejala penyakit. Sebagaimana yang
dan sumber daya untuk menangani PDM. Satuan diutarakan Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial PSBL
Pelaksana Pelayanan PSBL 1 menyatakan: 1:
“Jadi, WBS masuk pertama kali dari PSBI 1 mau ke “Untuk menangani ODMK dan ODGJ, gitu. Dan ada
PSBI 2, yang masuk ke PSBL 1, kemudian dilakukan apa aja sih isi dari silabi itu? Kita ada 11 silabi, 101-
identifikasi dan asesmen namanya, Instrumen 111, dimulai dari bangun tidur, sesudah bangun
Skrining Psikotik Dinas Sosial. seleksi motivasi tidur itu menyikat gigi, kemudian mandi pagi, lalu
secara komunikasi ya, itu tanya jawab bisa didapat, mandi pagi kemudian, eh... sarapan pagi gitu,
karena balik lagi, ini kan WBS-nya itu merupakan makan bersama. Itu tujuannya pun lebih ke
ODMK ODGJ ya, jadi memang identifikasi asesmen kegiatan sehari-hari, karena memang di sini
awal itu pasti lebih dilihat dari fisik, gitu. Sesudah kategori ODMK ODGJ-nya, eh... dikatakan tergolong
diidentifikasi, dalam rapat nanti WBS ditempatkan yang berat ya, karena memang awal masuknya
ke wisma- wisma yang ada di panti. Ada 6 wisma di ODMK ODGJ dari telantar itu ke panti kami, gitu.
panti kita yaitu Wisma Elang, Mawar, Merak, pelayanan kesehatan, Kebetulan panti kita ini
Melati, Cendrawasih, Kenari. Dilaksanakan memiliki klinik yang terdiri dari dokter-dokter
pembinaan di Wisma, maksudnya lebih ke spesialis kejiwaan. Untuk pemeriksaan fisik juga dan
rehabilitasi sosial gitu, diberikan terapi-terapi, jiwa 'kan. Fisiknya dilihat apakah ini mungkin,
aktivitas kelompok di sana, kemudian nanti maaf, ada penyakit koreng, gitu. Nanti sesudahnya
ditempatkan sesuai juga dengan kondisi kesehatan dilakukan pembinaan di sini, nanti ada lagi
dan kondisi psikologisnya. (PW, 15 Januari 2021) namanya clustering. Jadi, kita itu ada skrining,
namanya instrumen skrining psikotik Dinas Sosial.
Pembahasan hasil asesmen tersebut mengenai Nah, di sana nanti ada indikator-indikator apa saja
seleksi yang dilakukan oleh pihak PSBL 1 dengan yang mengklasifikasikan bahwa WBS tersebut
pengelompokan beberapa WBS dan kemudian karakteristik seperti apa. Kalau di sini activity daily
ditempatkan di beberapa wisma (pengasramaan). living, dengan mengacu juga ke silabi dan terapi
Pengelompokan tersebut berdasarkan jenis kelamin aktivitas kelompok.” (DH, 22 Januari 2021)
dan jenis penyakit penyerta. Pengasramaan menurut
PSBL 1 juga telah memberikan pelayanan
Fathurrachmanda & Pratiwi (2013) dilakukan untuk
rehabilitasi sosial mengacu pada silabi kegiatan
memudahkan proses pengawasan dan pembelajaran
nomor 101-111 dengan menyusun jadwal kegiatan
klien. Setelah penempatan dilakukan penyusunan
harian dan kegiatan bimbingan yang akan diikuti
jadwal untuk kegiatan yang sesuai untuk WBS dengan
oleh PDM. Pemulihan personal yang dilakukan PSBL
melihat masalah, potensi dan sumber daya yang
1 melalui komunikasi personal kepada PDM dengan
digunakan untuk menyelesaikan masalah.
memberikan bantuan sesuai kebutuhan dan yang
diminati PDM serta penyampaian tujuan pemulihan.
Penyusunan Rencana Pemecahan Masalah
Upaya rehabilitasi sosial pada PSBL 1 dilaksanakan
Kegiatan yang dilakukan untuk menyusun secara persuasif dan motivatif.
rencana pemecahan masalah berdasarkan hasil
asemen di mana akan menjelaskan informasi tentang Pemecahan Masalah
kegiatan yang akan dijalankan, oleh siapa dilakukan
Tahapan penyelesaian masalah berdasarkan
dan waktunya kapan. Skala prioritas kebutuhan PDM
rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat untuk
di PSBL 1 sebagai klaster 1 masih mengutamakan
PDM. Kegiatan silabi nomor 101-111 yang telah
penanganan farmakaterapi karena itu silabi lebih
dilaksanakan adalah mandi, sikat gigi, berpakaian, cuci
banyak diutamakan pada aktivitas kegiatan harian
tangan, makan bersama, memperkenalkan diri sesama
orientasi kebersihan dan perawatan diri. PSBL 1
teman WBS, bernyanyi
memfasilitasi layanan kesehatan Klinik Tiendra bagi
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 60 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 61 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 62 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
strategi untuk mengelola informasi pribadi, serta Pekerja sosial juga membantu menghubungkan
mencegah dan melawan stigma dan diskriminasi. dengan pihak keluarga atau rujukan lainnya setelah
Upaya pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh mendapatkan data informasi yang benar dari pihak
PSBL 1 merupakan upaya rehabilitatif kesehatan keluarga dan atau pihak rujukan lainnya, sebagaimana
jiwa meliputi rehabilitatif psikiatrik, psikososial, yang ditambahkan oleh Pekerja Sosial PSBL 1
serta rehabilitaif sosial. Tujuan upaya rehabilitatif mengatakan bahwa:
untuk mencegah dan mengendalikan disabilitas,
memulihkan fungsi sosial, memulihkan fungsi “Peksos membantu WBS mulai dari pendampingan
kegiatan, pelayanan kesehatan ke klinik, psikolog,
okupasional, mempersiapkan dan memberi
perawatan ke rumah sakit sampai pulih, normal
kemampuan PDM untuk mandiri di lingkungan lagi beraktivitas bahkan proses pemulangan
masyarakat. menghubungi keluarga WBS atau dapat rujukan ke
PSBL 2 kita terus bantu damping” (S, 22 Januari
Resosialisasi 2021)
Kegiatan persiapan pengembalian penyandang Terminasi
disabilitas mental ke dalam keluarga dan masyarakat.
PSBL 1 telah melaksanakan resosialisasi penyaluran Tahap pengakhiran layanan rehabilitasi sosial
keluarga dengan kondisi PDM yang mengalami PSBL 1 dilakukan dengan monitor penilaian
perkembangan kemajuan setelah diberikan pelayanan kemajuan PDM melalui klasterisasi berdasarkan
kesehatan dan terapi aktivitas. PSBL 1 melaksanakan hasil ISDPS. Setelah melakukan pemeriksaan
asesmen pemeriksaan secara berkala melalui ISDPS berkala PDM di PSBL 1 ada kemungkinan bisa
pemeriksaan berulang untuk mengetahui kemajuan dirujuk ke PSBL 2 dan bisa pulang kembali keluarga
PDM. PDM yang mengingat kembali nama, alamat dan juga sudah diketahui keberadaan keluarganya.
keluarganya dibantu oleh PSBL 1 agar segera bertemu Setelah PDM kembali ke keluarga diharapkan tetap
keluarganya bisa melalui hubungan telepon, melanjutkan aktivitas seperti di panti dan melatih
kunjungan dan kerja sama dengan pihak terkait. keterampilannya. PDM yang dirujuk ke PSBL 2 bisa
Pekerja sosial juga membantu menghubungkan masuk ke kegiatan pemberdayaan lebih lanjut yang
dengan pihak keluarga atau rujukan lainnya setelah sesuai dengan minat PDM. Sebagaimana Satuan
mendapatkan data informasi yang benar dari pihak Pelaksana Pembinaan PSBL 1 menyatakan:
keluarga dan atau pihak rujukan lainnya. Kegiatan
perbekalan keterampilan untuk PDM akan melatih “Naik kelas bagi WBS ODMK ODGJ. Dasar untuk bisa
WBS ODMK ODGJ ini naik kelas itu apa? 'Clustering
PDM untuk kegiatan pemberdayaan lebih lanjut baik
itu adalah naik kelas, Jadi, kita itu ada skrining,
nanti penyaluran ke Keluarga ataupun yang dirujuk ke
namanya instrumen skrining psikotik Dinas Sosial.
PSBL 2. Nah, di sana nanti ada indikator-indikator apa saja
yang mengklasifikasikan bahwa WBS tersebut layak
Sebagaimana informasi dari Satuan Pelaksana untuk di-clustering ke PSBL 2. Nanti pun pada saat
Pembinaan Sosial mengatakan: ditempatkan di PSBL 2, kegiatannya pun tidak sama
lagi dengan di PSBL 1. Di sana lebih mendekatkan,
“Jadi, ternyata asesmen itu tidak hanya sebatas eh- tambahan lagi. Kalau di sini activity daily living,
sekali atau dua kali sama WBS itu ya, karena ODMK di sana bisa diberikan keterampilan lain, begitu.”
ODGJ. Jadi, bisa berkali-kali dan ketika meng- (DH, 22 Januari 2021)
asesmen pun juga si WBS kita ajak untuk sambil
bermain, entah sambil ngapain, oh lama-lama Bimbingan lanjut
terbuka sendiri. 'Iya, Bu. Saya dulu itu kerjanya jadi,
misalnya, pernah kerja di toko apa gitu, terus saya Kegiatan pemantapan kemandirian
pergi dari sana.' Terus 'Lho, rumahnya di mana?', penyandang disabilitas untuk memastikan klien
'Iya, Bu, rumah saya sebenarnya itu ada di-' Waktu dapat beradaptasi dengan baik sesudah
itu pernah ada yang paling jauh banget tuh di melaksanakan kegiatan rehabilitasi sosial.
Medan, ada dari Medan. Berhasil, dan itu ternyata Bimbingan lanjut dapat diberikan kepada
memang sudah lama sekali dicari sama penyandang disabilitas yang belum mendekati
keluarganya, dan dia tuh entah bagaimana dari kondisi keberfungsian sosial yang diharapkan.
Medan dia bisa sampai Jakarta, dia melarikan diri Penyandang disabilitas yang sudah mendapatkan
dari sana, dan alhamdulillah sekarang sudah
kondisi keberfungsian sosial diharapkan dapat
kembali, gitu” (DH, 22 Januari 2021).
dilakukan terminasi akhir. PSBL 1 sudah
memberikan konsultasi konseling dan monitoring
kepada PDM dan keluarga untuk melanjutkan
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 63 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
kegiatan seperti di Panti. Satuan Pelaksana seperti pemberian makanan tambahan dan upaya
Pembinaan Sosial PSBL 1 menyatakan “Nah, ketika pembinaan keterampilan seperti pembuatan keset
si WBS sudah kembali ke keluarga, dan itu dia tetap- dan kerajinan mote. Masyarakat di sekitar panti
keluarganya konsul mau untuk diberikan terapi, yaitu yang berada di Kelurahan Cengkareng Barat
seperti ada di panti. Dia bisa didatangkan ke UILS, juga membantu dalam pemasaran dan penjualan
gitu. Ada kayanya WBS kita.” (DH, 22Januari 2021). hasil kerajinan yang dibuat oleh penyandang
PDM yang dirujuk ke PSBL 2 akan mendapat disabilitas mental telantar. Selanjutnya pada
tambahan kegaiatan pemberdayaan sebagaimana pendekatan awal juga untuk memastikan PDM dapat
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang diregistrasi sebagai penerima layanan di panti.
Disabilitas mengatakan Tahapan pengungkapan dan pemahaman
masalah, PSBL 1 sudah melakukan asesmen PDM
“Kalau di PSBL 2, karena dia memiliki lahan yang
berdasarkan Instrumen Skrining Psikotik Dinas
lumayan besar-di Budi Murni itu dia yang punya ada
yang namanya kolam ikan, apa kandang kelinci,
Sosial (ISPDS) untuk memahami masalah dan
banyak lah. Termasuk kambing, sapi. Iya. Dan juga mengetahui potensi serta sumber daya untuk
sama hidroponik. Nah saat ini kemarin kita sudah menangani PDM. Untuk memudahkan pengawasan
bersurat Dinas Perumahan. Karena persis di belakang dan pembelajaran, PSBL 1 melakukan penempatan
PSBL HS 2 Budi Murni ada lahan milik Dinas PDM telantar di beberapa wisma diantaranya wisma
Perumahan yang mau kita dayagunakan. Jadi elang, wisma cendrawasih, wisma kenari, wisma
memberdayakan disabilitas untuk bercocok tanam di merak, wisma mawar dan wisma melati. Tahapan
sana dan itu juga udah panen setahu saya gitu. penyusunan rencana pemecahan masalah, terlihat
Tanamannya banyak, bayam, kangkung, dan lain- dari adanya penyusunan jadwal kegiatan harian dari
lain.” (HW, 5 Januari 2021)
PSBL 1 untuk PDM berdasarkan silabi klaster 1 yang
Perhatian dan kepedulian keluarga terhadap mengarah pada pemulihan fungsional PDM agar
PDM juga bisa mempercepat pemulihan. dapat hidup mandiri. PSBL 1 juga telah menyusun
Sebagaimana penelitian Subekti (2013) bahwa sikap jadwal pemeriksaan kesehatan bagi PDM di Klinik
keluarga berdampak pada hasil PDM. Monitoring Tiendra untuk pemulihan klinis. Lanjut ke tahapan
kunjungan keluarga selama pandemic covid-19 yang pemecahan masalah dengan menjalankan kegiatan
dilakukan oleh PSBL 1 dengan media telepon. PDM silabi nomor 101-111, penanganan farmaterapi di
yang dirujuk ke PSBL 2 juga akan mendapatkan Klinik Tiendra dan kegiatan bimbingan lainnya
tambahan kegiatan pemberdayaan lainnya. Hal ini untuk penanganan PDM. Pemecahan masalah ini
sesuai dengan prinsip kegiatan pembinaan lanjut mengarah kepada pemulihan sosial. Kegiatan pada
dari Widodo (2014) yang menyebutkan adanya pemecahan masalah merupakan bentuk rehabilitasi
dukungan partisipasi aktif keluarga dan masyarakat, sosial, adapun bentuk rehabilitasi sosial yang telah
pelibatan penyandang disabilitas dalam proses dilakukan antara lain motivasi dan diagnosis
pemberdayaan dalam mencapai kemandirian, dan psikososial/asesmen kebutuhan; perawatan dan
kerjasama panti sosial dengan sumber yang relevan pengasuhan; pelatihan vokasional dan pembinaan
dengan kebutuhan dan permasalahan penyandang kewirausahaan sebagai perawatan kesehatan jiwa;
disabilitas. bimbingan mental dan spiritual; bimbingan fisik;
bimbingan sosial dan konseling psikososial,
KESIMPULAN pelayanan aksesibilitas adanya Klinik Tiendra di
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan PSBL 1; dan bantuan dan asistensi sosial.
menggunakan konsep rehabilitasi menurut Luhpuri Selanjutnya dengan adanya tahapan
& Andayani (2019), dapat disimpulkan bahwa resosialisasi, PSBL 1 melaksanakan asesmen
tahapan dalam rehabilitasi sosial bagi penyandang pemeriksaan secara berkala melalui ISDPS
disabilitas mental telantar di Panti Sosial Bina Laras pemeriksaan berulang untuk mengetahui kemajuan
Harapan Sentosa 1 Provinsi DKI Jakarta dimulai dari PDM. Pembekalan keterampilan sebagai pelatihan
pendekatan awal yang ditunjukkan dengan adanya bagi PDM untuk pengembangan potensi saat
sosialisasi internal, pembagian tugas yang jelas penyaluran ke keluarga maupun rujukan ke PSBL 2.
sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta PSBL 1 setelah itu melakukan tahapan terminasi
Nomor 358 Tahun 2016 tentang Pembentukan, dengan monitor penilaian kemajuan PDM melalui
Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Laras klasterisasi. Setelah dilakukan pemeriksaan berkala,
Harapan Sentosa, sosialisasi eksternal mendapat beberapa PDM di PSBL 1 dirujuk ke PSBL 2 dan
dukungan masyarakat sekitar lingkungan PSBL 1 beberapa bisa pulang kembali ke keluarga setelah
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 64 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 65 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Rehabilitasi Sosial... 10.15408/empati.v10i1.20405
Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 66 - 66 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial