Anda di halaman 1dari 14

Stoikisme: Obat Untuk Si Overthinker

“Man conquers the world by conquering himself”


— Zeno

“Manusia menaklukkan dunia dengan menaklukkan dirinya sendiri” —


Zeno

Zeno adalah seorang pedagang yang melakukan perjalanan dari pelabuhan


satu ke pelabuhan lainnya, untuk menjual dan membeli barang pada abad 3
Sebelum Masehi. Kegiatan perdagangan ini membuatnya menjadi pedagang
kaya berkelimpahan harta.

Namun suatu hari, di tengah perjalanannya menuju Peiraeus, kapal yang ia


naiki karam. Beruntung nyawa Zeno dapat selamat dan sampai di Athena.
Namun naas, seluruh barang muatan dan segala kekayaannya habis ditelan
lautan.

Bagaimana reaksi kalian ketika mengetahui segala yang kalian miliki lenyap
dalam satu malam?

Sedih? Marah? Putus asa? Atau bahkan ingin mengakhiri hidup?


Manusia pada umumnya akan mengalami rasa amarah dan terpuruk luar
biasa jika mengalami perubahan kehidupan drastis seperti yang dialami
Zeno.

Tapi ternyata hal ini tidak berlaku untuk Zeno, pendiri filsafat Stoikisme.

SEJARAH

“A bad feeling is a commotion of the mind repugnant to reason,


and against nature” — Zeno
“Perasaan buruk adalah kekacauan pikiran akibat menolak akal dan
melawan alam” kata Zeno.

Dalam perjalanannya bertahan hidup dengan kemiskinan, Zeno sering


mengunjungi seorang penjual buku di Athena. Di masa inilah ia
menemukan Memorabilia Xenophon, sebuah buku yang mengenalkan
Zeno dengan Socrates dan filosofinya. Pemikiran filsafat Socrates mengenai
hakikat dari kehidupan manusia, dengan pendekatan rasionalisme dan
kajiannya tentang kebahagiaan dan kebajikan, telah membuat Zeno
terkagum.

Rasa kagumnya yang begitu besar pada Socrates, membuatnya mencari


tahu. Dia menanyakan kepada sang penjual buku, kemana ia bisa mencari
seseorang yang memiliki pemikiran serupa. Zeno ingin mempelajari lebih
dalam pemikiran dan filosofi seperti yang dianut oleh Socrates.

Penjual buku tersebut memberitahu Zeno, tentang seseorang bernama


Crates dari Thebes, seorang filsuf Sinisme. Zeno pun mencari Crates,
menjadi murid Crates dan semakin mendalami ilmu filsafat.

Zeno kemudian mulai mengajar filsafat di sebuah bangunan dengan tiang


besar dan memiliki teras di tengah Athena, Yunani. Bangunan ini disebut
sebagai Stoa Poikile yang artinya “Teras Berwarna.” Dari sinilah istilah
Stoa digunakan. Yang kemudian disebut Stoicism atau Stoic Philosophy.
Itulah mengapa di Indonesia sendiri, Stoikisme juga dikenal dengan
istilah Filosofi Teras.
AJARAN STOIKISME

Stoikisme mempelajari tentang perkembangan logika baik retorika dan


dialektika, fisika, etika, teologi serta politik. Namun lebih banyak berfokus
pada etika.

Salah satu pandangan yang mencolok tentang etika stoikisme adalah


bagaimana manusia memilih sikap hidup dengan
menekankan apatheia atau kontrol diri penuh, hidup pasrah menerima
keadaannya di dunia. Sikap tersebut dianggap sebagai cerminan dari
kemampuan logika manusia, bahkan menjadi kemampuan tertinggi dari
semua hal.

“You have power over your mind, not outside events” — Marcus
Aurelius

“Kamu memiliki kekuatan atas apa yang kamu pikirkan, bukan peristiwa
yang terjadi di luar” begitu kata Marcus Aurelius.

Melalui kutipan ini Marcus ingin menyampaikan bahwa kita memiliki


kendali penuh atas apa yang kita pikirkan. Dan hal itulah yang akan
menuntun kita menjadi seseorang yang kita inginkan. Terlepas dari hal
buruk apapun yang terjadi di sekitar kita. Bila kita berhasil memilah mana
yang pantas masuk ke pikiran kita dan mana yang tidak pantas, maka kita
akan mencapai ketenangan hidup.
Marcus Aurelius merupakan salah satu tokoh Stoikisme yang paling
terkenal. Banyak kutipan dan cara pandang hidup Marcus Aurelius yang
dijadikan inspirasi dalam menjalani hidup hingga saat ini.

Marcus Aurelius sendiri adalah seorang Kaisar yang memimpin kekaisaran


Romawi pada 161–180 Sebelum Masehi. Dia memiliki kekuasaan sangat
besar, namun menggunakan kekuasaannya dengan dengan cara kebaikan
dan kebajikan. Bahkan seorang sejarawan terkenal Edward Gibbon
menyebutkan bahwa dia adalah “Kaisar terakhir dari Lima Kaisar yang
Terbaik.”

Marcus Aurelius juga banyak menulis jurnal perenungan diri. Jurnal yang
pada awalnya tidak ditujukan untuk dipublikasikan. Jurnal ini bukan
sekedar catatan pribadi, namun juga berisi ide-ide Stoic dari sudut
pandangnya. Jurnal ini membuatnya mendapatkan pemahaman lebih baik
mengenai siapa dirinya dan dampak apa yang ingin ia kontribusikan kepada
dunia.

Jurnal tersebut kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul


“Meditation”. Buku ini merupakan salah satu karya terpenting dalam
filosofi Stoikisme yang masih tercatat dengan baik sampai saat ini.

LALU BAGAIMANA MENERAPKAN STOIKISME


DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI?
Stoikisme secara sederhana, mengajarkan bagaimana menjaga pikiran yang
tenang dan rasional, tidak peduli hal buruk apa pun yang terjadi pada diri
kita, kita tetap fokus pada apa yang dapat kita kendalikan dan tidak
khawatir atau memasrahkan hal-hal yang tidak dapat kita dikendalikan.

Ajaran Stoikisme bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa


poin yang bisa kita terapkan dalam hidup kita, diantaranya yaitu:

1. Fokus pada hal yang bisa kita kendalikan

“The more we value things outside our control, the less control we have”

Artinya “Semakin kita menghargai hal-hal yang ada di luar kendali kita,
maka semakin sedikit kendali yang kita miliki”. Ungkapan tersebut
disampaikan oleh Epictetus.

Dalam kalimat itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus fokus
pada hal yang bisa kita lakukan dan kita kendalikan. Tidak ada gunanya
menghabiskan waktu untuk mengurusi hal-hal yang tidak bisa kita ubah.

Contohnya kenyataan bahwa seseorang lahir di keluarga yang


berkekurangan. Tentu akan menghabiskan waktu bila dia terus meratapi
nasib bahwa dia hanyalah orang miskin dan tak mudah melakukan banyak
hal, karena keterbatasan biaya.

Daripada berfokus pada kekurangan, lebih baik berfokus pada hal-hal apa
yang bisa dilakukan dengan kekuatan yang dimiliki. Misalnya, menjadikan
kemiskinan sebagai alasan untuk rajin belajar dan menjadi yang terbaik di
sekolah. Dan kemudian menjadi alasan untuk bekerja keras dan terus
meningkatkan skill dalam pekerjaan.

Epictetus sendiri adalah seorang budak. Selama hidupnya Epictetus sering


diperlakukan dengan kasar. Saking seringnya ia dipukuli, ia sampai harus
mengalami lumpuh dan pincang. Namun segala penderitaan tersebut tidak
membuat ia terpuruk. Pengalaman buruk itu yang justru ia jadikan sebagai
pelajaran untuk mengembangkan dan mengajarkan filosofi Stoikisme, dan
membuatnya menjadi salah satu filsuf Yunani yang paling berpengaruh.

Epictetus memiliki banyak kumpulan catatan yang kemudian dijadikan


sebagai salah satu karya tulis Yunani kuno yang terkenal dan dinamakan
Diskursus Epictetus.

Bayangkan bila seorang Epictetus hanya berfokus pada kenyataan bahwa


dia hanyalah seorang budak miskin yang tidak akan pernah bisa melakukan
apa pun selain menjalani perintah majikannya.

Apakah mungkin kita akan membaca namanya dalam sejarah Stoikisme?

2. Jangan biarkan dirimu menderita karena memikirkan banyak


masalah

Seneca, seorang negarawan Romawi, pengajar, sastrawan, dan filsuf


Stoikisme yang kemudian menjadi penasehat bagi Kaisar Nero dalam
menjalankan pemerintahan negara, pernah mengatakan
“People have suffered more often in imagination,
than in reality”.

Yang artinya, “Banyak orang lebih tersiksa karena imajinasinya


dibandingkan realitanya”.

Terkadang kita terlalu dalam, mengkaji suatu masalah, mengira-ngira siapa


yang bersalah, memikirkan apa pendapat orang lain tentang kita, terlalu
memikirkan bagaimana jika nanti hal-hal tidak berjalan sesuai rencana.

Akhirnya kita tersiksa oleh pikiran kita sendiri. Baik masalah yang sudah
terjadi maupun yang belum terjadi.

Yang terjadi hidup kita semakin terpuruk dan penuh kesedihan. Padahal
bisa jadi yang kita pikirkan semuanya salah dan tidak nyata.

Menurut Epictetus, ketika masalah datang, manusia memiliki dua pilihan:


Pertama, adalah mengubahnya seperti keinginan kita. Atau kedua,
menerimanya dengan lapang dada, bahwa begitulah kenyataan yang terjadi.
Mana yang akan kalian pilih?

Stoikisme mengajarkan kita untuk menerima kenyataan dan menggunakan


hal-hal yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Menerimanya sebagai hal
yang terbaik yang harus terjadi dengan bahagia.

3. Buatlah progres setiap hari, meskipun hanya langkah kecil


“Well being is realised by small steps, but its truly no small things”

Dalam bahasa Indonesia diartikan bahwa “Kesejahteraan dicapai dengan


langkah-langkah kecil, tetapi itu sama sekali bukan hal kecil” kata Zeno.

Ketika kamu memiliki satu tujuan atau cita-cita besar, maka buatlah target-
target yang bisa kamu lakukan dalam jangka pendek untuk menuju ke cita-
cita besarmu.

Kejar targetmu dan buatlah progres setiap harinya. Hal ini bisa
membuatmu memandang cita-citamu lebih realistis dan lebih nyata untuk
dicapai.

Jangan mengejar kesempurnaan, tapi kejarlah progres dan perkembangan.


Sehingga kamu selalu menjadi setingkat lebih baik daripada hari kemarin.
Jadi apakah kesempurnaan itu benar-benar ada?

4. Pelajari kehidupan dari orang hebat

“Not to assume it’s impossible because you find it hard. But to recognize
that if it’s humanly possible, you can do it too”

Yang artinya “Jangan menganggap sesuatu tidak mungkin dilakukan hanya


karena kamu merasa sulit. Tetapi sadarilah bahwa jika orang lain dapat
melakukannya, maka kamu juga bisa melakukannya” kata Marcus Aurelius.
Marcus mengingatkan bahwa jika kita terus-menerus memiliki pandangan
negatif, maka semua yang kita temui akan tampak negatif. Dan ketika kita
berpikir tidak akan bisa melakukan sesuatu, kemungkinan besar kita benar-
benar tidak akan bisa melakukannya.

Maka teruslah belajar dari orang-orang hebat, bila mereka bisa


melakukannya, maka kita juga bisa melakukannya.

Kesulitanlah yang akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik
dan lebih kuat.

5. Utamakan keberanian, kesederhanaan, keadilan, kebijaksanaan

Penganut stoikisme mempercayai 4 hal ini.

Keberanian.

“You have passed through life without an opponent. No one can ever know
what you are capable of, not even you.”

Yang dalam bahasa Indonesia “Kamu telah melewati hidup tanpa lawan,
Tidak ada yang pernah tahu apakah kamu mampu, bahkan kamu sendiri
tidak tahu” kata Seneca.

Dunia kadang ingin tahu dimana tempat yang tepat untukmu, itulah
sebabnya ia kadang-kadang akan mengirimkan situasi sulit padamu.
Pikirkan bahwa ini bukan sebagai ketidak-nyamanan atau bahkan tragedi.
Tapi tanamkan dalam diri bahwa ini menjadi peluang, sebagai pertanyaan
untuk jawaban. Dimana kamu akan berdiri nanti?

Kesederhanaan.

“Ask yourself at every moment, ‘Is this necessary?’”

“Tanyakan pada dirimi sendiri setiap saat, Apakah ini perlu?” Kata Marcus
Aurelius.

Lebih lengkap lagi, Marcus berkata bahwa jika kamu mencari ketenangan,
lakukan lebih sedikit. Atau lebih tepatnya lakukan apa yang benar-benar
penting dan dengan cara yang diperlukan. Karena sebagian besar dari apa
yang kita katakan dan lakukan tidak penting. Jika kamu dapat
menghilangkannya, kamu akan memiliki lebih banyak waktu, dan lebih
banyak ketenangan.

Keadilan

“And a commitment to justice in your own acts. Which means: thought and
action resulting in the common good. What you were born to do.”

Yang artinya “Dan komitmen untuk keadilan dalam tindakanmu sendiri.


Dimana pikiran dan perbuatan akan menghasilkan kebaikan bersama.
Untuk apa kita dilahirkan.” kata Marcus Aurelius.
Pada dasarnya manusia tidak dilahirkan untuk dirinya sendiri saja. Manusia
diciptakan demi manusia yang lainnya, agar mereka dapat saling berbuat
baik satu sama lain.

Maka, kita harus mengikuti alam sebagai panduan untuk mewujudkan


kontribusi kita untuk kebaikan bersama. Marcus berkata bahwa Iman,
ketabahan, dan kebenaran sangat penting untuk mempertimbangkan apa
artinya bertindak tidak adil.

Kebijaksanaan

“We were given two ears and one mouth for a reason: to listen more than
we talk.”

Kita diberi dua telinga dan satu mulut untuk sebuah alasan, yaitu supaya
kita lebih banyak mendengarkan, daripada bicara.” Kata Zeno.

Dan lebih lanjut, karena kita memiliki dua mata, maka kita berkewajiban
untuk membaca dan mengamati lebih banyak daripada berbicara.

Stoikisme mengajarkan kita untuk selalu bersikap bijaksana. Dimana kita


perlu menjadi siswa yang rendah hati dan mencari guru yang hebat. Itulah
mengapa kita tak boleh berhenti belajar dan terus berlatih. Kita harus
pandai membedakan mana sinyal dan mana noise, suara bising yang tak
perlu dihiraukan.

6. Hargai waktumu
“It’s not that we have a short space of time, but that we waste much of it.”

“Bukan karena waktu kita yang singkat, tapi karena kita telah banyak
menyiakannya”. Kata Seneca. Kalimat ini dapat ditemukan dalam buku “On
the Shortness of Life” yang merupakan salah satu buku oleh Seneca.

Seneca banyak menuliskan ide-idenya dalam surat-surat yang kemudian


dikumpulkan menjadi salah satu karya terpenting di dalam filosofi
stoikisme. Surat-surat koleksi Seneca ini dibuat menjadi buku yang berisi
pesan dan pelajaran bagaimana menjalani hidup, bagaimana caranya
bersikap, menghadapi orang lain, bagaimana caranya menjalani hidup
sebaik mungkin, menghadapi segala kesulitan, sampai dengan lebih peka
terhadap emosi seseorang.

Seneca menghindari penyampaian teori yang rumit dan lebih menyukai


penyampaian praktis. Ia meyakini bahwa filsafat harus mampu
memberikan panduan mengenai bagaimana kita menghadapi peristiwa
nyata di dalam hidup.

Banyak orang mengeluhkan betapa sedikitnya waktu yang mereka miliki


dalam hidup. Padahal, menurut Seneca, hidup ini cukup panjang dan telah
diberikan dalam ukuran yang tepat untuk memungkinkan pencapaian hal-
hal yang paling besar, jika kita dapat menggunakannya dan
menginvestasikannya dengan baik.

Tetapi ketika waktu disia-siakan dalam kemewahan dan kecerobohan,


hingga digunakan untuk tujuan yang tidak baik, dan kemudian kita mulai
menyadari ada banyak hal penting yang harus kita lakukan, kita melihat
semuanya sudah berlalu. Waktu kita mulai habis.

Contohnya adalah ketika seseorang memiliki kekayaan begitu banyak


namun terasa tak bernilai dan tak berarti saat jatuh ke tangan orang yang
tidak bijak. Sementara kekayaan yang terbatas, jika dititipkan kepada orang
yang baik, akan bertambah jumlahnya. Sama halnya dengan hidup kita,
sebenarnya cukup panjang bagi orang yang dapat menggunakannya dengan
benar.

OUTRO

Pada intinya, kehidupan akan selalu memberikan kejutan pada kita.


Adakalanya manis ada kalanya pula pahit. Namun semua pilihan ada di
tangan kita. Apakah kita akan memandangnya sebagai musibah, atau
menerimanya dengan ikhlas dan melihatnya sebagai tempa yang membuat
kita menjadi lebih baik. The choice is yours!

“The nearer a man comes to a calm mind, the closer he is to strength” —


Marcus Aurelius.

“Semakin dekat seseorang dengan pikiran yang tenang, semakin dekat dia
dengan kekuatan”- Marcus Aurelius.

Penulis: M.E.
© 1 Hari Sukses (all rights reserved)

Anda mungkin juga menyukai