G
wy
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN
DIREKTUR JAMINAN SOSIAL KELUARGA
NOMOR : 626/SK/LJS.JSK.TU/09/2016
TENTANG
PENGANGKATAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN
Menimbang
Mengingat
TAHUN 2016
DIREKTUR JAMINAN SOSIAL KELUARGA
a.
bahwa pada Tahun 2016 terdapat penambahan
jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program
Keluarga- Harapan (PKH) sebanyak 2.500.000
keluarga, untuk kelancaran pelaksanaan PKH maka
dipandang perlu menambah jumlah Pendamping
PKH;
bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a di atas perlu ditetapkan
Keputusan Direktur Jaminan Sosial Keluarga;
bahwa nama-nama sebagaimana tercantum dalam
keputusan ini memenuhi syarat untuk diangkat
sebagai Pendamping PKH Tahun 2016.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (lembaran Negara RI Tahun
2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4967);
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara RI
Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 5235);
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 83, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4738);
Keputusan Menteri Sosial Nomor 111/HUK/2014
Tanggal 17 Oktober 2014 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Program Keluarga
Harapan Tingkat Pusat;Menetapkan
KESATU
KEDUA.
7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial
(Berta Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
MEMUTUSKAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JAMINAN SOSIAL KELUARGA
TENTANG PENGANGKATAN PENDAMPING PROGRAM
KELUARGA HARAPAN TAHUN 2016,
Mengangkat nama-nama yang tercantum dalam lajur 05
dalam jabatan scbagaimana tersebut dalam lajur 06,
kepadanya diberikan honor sebagai Pendamping PKH
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana
tersebut dalam lajur 07 daftar lampiran keputusan ini.
Tugas Pendamping PKH sebagaimana maksud Diktum
KESATU adalah :
1. Melakukan kegiatan sosialisasi PKH kepada aparat
kecamatan, aparat pemerintah desa/kelurahan, UPT
Pendidikan, UPT Kesehatan dan masyarakat umum;
2. Menyelengavakan kegiatan pertemuan awal dan
validasi daca calon peserta PKH;
3. Melakukan kegiatan verifikasi komitmen kehadiran
Komponen peserta PKH pada layanan fasilitas
pendidikan dan fasilitas keschatan setiap bulannya;
4, Melakukan pemutakhiran data kepesertaan PKH
setiap ada perubahan;
5. Memfasilitasi akses kepada layanan pendidikan,
layanan kesehatan dan layanan kesejahteraan sosial
kepada anggota keluarga peserta PKH;
6. Memfasilitasi dan melakukan penanganan masalah
dan pengaduan peserta PKH;
7. Melakukan pendampingan kepada Peserta PKH
terhadap pemenuhan komitmen dan kewajiban
kehadiran pada layanan fasilitas pendidikan dan
fasilitas kesehatan sesuai dengan ketentuan;
8. Melakukan kegiatan pertemuan _peningkatan
kemampuan keluarga (P2K2) untuk —tujuan
perubahan perilaku bidang pendidikan, keschatan,
ekonomi dan perlindungan anak yang lebih baik
bagi seluruh peserta PKH;
9. Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada
peserta PKH untuk mendapatkan bantuan PKH dan
bantuan dari program-program komplementaritas,
meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA,
Rumah Tinggal Layak Huni, serta bantuan dari
program komplementaritas lainnya.KETIGA
KEEMPAT
Kewajiban “Pendamping PKH dalam melaksanakan
tugasnya sebagaimana maksud Diktum KEDUA adalah :
1. Melaksanakan seluruh ketentuan dan kebijakan
program sesuai Pedoman Umum PKH dan peraturan
Kementerian Sosial;
2. Melakukan koordinasi dengan aparat kecamatan,
pemerintahan desa/kelurahan, UPT Pendidikan dan
UPT Kesehatan terkait dengan pelaksanaan PKH di
lokasi tugasnya;
3. Melakukan koordinasi dan membangun kemitraan
dengan unsur-unsur di luar PKH termasuk unsur-
unsur berbasis masyarakat dalam rangka
pengembangan dan pemberdayaan keluarga peserta
PKH di lokasi tugasnya;
4. Melakukan koordinasi dengan petugas penyedia
layanan pendidikan dan layanan kesehatan terkait
pelaksanaan verifikasi komitmen Peserta PKH;
5. Melakukan koordinasi dengan petugas bayar terkait
pelaksanaan penyaluran bantuan Peserta PKH di
lokasi tugasnya;
6. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
Koordinator Kabupaten/Kota dan bekerjasama
dengan Operator PKH tingkat Kabupaten/Kota dan
Pendamping PKH lain di lokasi tugasnya;
7. Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta
kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan oleh
Kementerian Sosial maupun UPPKH Provinsi/
Kabupaten/Kota;
8. Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam
melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan
program-program perlindungan dan jaminan sosial
serta program penanggulangan kemiskinan;
9. Bertanggung jawab terhadap capaian target dan
kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di lokasi
tugasnya;
10. Melakukan pencatatan dan pembuatan laporan
kegiatan pendampingan PKH secara periodik sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pendamping PKH wajib memegang teguh prinsip Kode _
Etik Pegawai Pelaksana PKH:
1, Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin;
3. Memberikan pelayanan dengan sikap hormat, sopan
dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan
atau pejabat yang berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan _—ketentuan _peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;KELIMA
10.
q.
12.
13.
Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara dan tidak memberikan data kepesertaan PKH
baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak lain
kecuali mendapat izin dari Kementerian Sosial;
Menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan
dalam melaksanakan tugasnya;
Memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
Tidak menyalahgunakan informasi, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapatkan
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain;
Tidak melakukan tindakan penyalahgunaan dana,
termasuk mengutip dana dari peserta PKH atau
membawa/menyimpan uang bantuan PKH;
‘Tidak melakukan manipulasi/pemalsuan data atau
dokumen untuk kepentingan laporan program;
Tidak ‘melanggar ketentuan larangan rangkap
pekerjaan bagi Pegawai Pelaksana PKH.
Pendamping PKH memperoleh hak cuti dengan
ketentuan :
ie
Cuti tahunan diberikan sebanyak-banyaknya 12
(duabelas) hari kerja dalam satu tahun, termasuk di
dalamnya hak cuti bersama, yang pelaksanaannya
tidak boleh bertepatan dengan jadwal pemutakhiran
data dan penyaluran bantuan PKH;
Cuti untuk keperluan melahirkan — diberikan
sebanyak-banyaknya selama 3 (tiga) bulan. Cuti
untuk keperluan melahirkan dapat diambil 1 (satu)
bulan sebelum melahirkan dan 2 (dua) bulan setelah
melahirkan. Pengambilan hak cuti ini harus
memperhatikan pekerjaan rutin Pendamping PKH
seperti verifikasi komitmen, pemutakhiran data dan
penyaluran bantuan PKH;
. Pengambilan hak cuti tahunan, cuti melahirkan
dikonsultasikan kepada Koordinator Kabupaten/Kota
dan diajukan secara tertulis kepada Ketua UPPKH
Kabupaten/Kota dengan ketentuan minimal 3 (tiga)
hari sebelum pelaksanaan cutis
. Persetujuan surat cuti tahunan atau cuti melahirkan
diterbitkan oleh Ketua UPPKH Kabupaten/Kota;
. Pelaksanaan cuti tahunan atau cuti melahirkan
dihitung sejak tanggal permohonan disetujui;
Selama pelaksanaan cuti tahunan atau cuti
melahirkan, Pendamping PKH tetap mendapatkan
hak atas pembayaran honornya.KEENAM
KETUJUH
KEDELAPAN
Pendamping PKH yang terbukti tidak melaksanakan
tugas, kewajiban dan prinsip Kode Etik Pegawai
Pelaksana PKH sebagaimana tercantum dalam Diktum
KEDUA, KETIGA dan KEEMPAT, akan diberikan sanksi
dalam bentuk :
1, Mendapat teguran secara lisan, atau;
2. Mendapat teguran secara tertulis berupa Surat
Peringatan (SP), dengan ketentuan :
a. SP-1 : berlaku untuk 2 (dua) bulan pertama;
b. SP-2 : berlaku untuk 1 (satu) bulan, diberikan
kepada Pendamping PKH yang tidak
menunjukan perubahan sikap dan kinerja
setelah 2 (dua) bulan mendapat SP-1;
c. SP-3 : diberikan kepada Pendamping PKH yang
tidak menunjukan perubahan sikap dan
Kinerja setelah 1 (satu) bulan mendapat
SP-2, atau terbukti_ —melakukan
pelanggaran berat, sebagimana Diktum
KEEMPAT pada butir 10, 11, 12, dan 13;
d. Pemberian sanksi sebagaimana butir a dan b
disertai penundaan pembayaran honornya;
¢. Pemberian sanksi sebagaimana butir c ditetapkan
untuk penghentian pembayaran honornya.
Pelaksanaan tugas Pendamping PKH scbagaimana
maksud Diktum KEDUA adalah :
1, Berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran;
2. Dapat diperpanjang pada pelaksanaan tahun
berikutnya jika memenuhi ketentuan syarat evaluasi
kinerja dan kelanjutan program (PKH);
3, Berakhir'dengan sebab :
a. Pengunduran diri atas kemauan sendiri;
b. Telah mendapat SP-3;
c. Sebagai tersangka dalam kasus hukum;
4. Pendamping PKH tidak berhak menuntut untuk
diangkat menjadi CPNS/PNS.
Semua biaya sehubungan dengan ditetapkannya
keputusan ini dibebankan pada Daftar _Isian
Penggunaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jaminan Sosial
Tahun 2016 Nomor : SP DIPA-027.05.1.4403.10/2016,
tanggal 07 Desember 2015.KESEMBILAN : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapannya akan dibetulkan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada/Tanggal : 12 September 2016 _
Jaminan Sosial Keluarga, —
Tembusan :
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial
Inspektur Jenderal Kementerian Sosial
Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta VII
Dinas Sosial Provinsi Pelaksana PKH
Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota Pelaksana PKH
Yang bersangkutan.
FrePrro00'00e'e | ONIANWANad Pa’S IMG VWHVY VRiL naive WVAVLviN| YAW ONNANT ennawy7 | ‘Oz:
| ooo'o0e'z | oniawvanaa | _____ra __voonrwww NvHnav1 ___NOWLL DNNAW1 ___onnawy1| “61
o00'00e'z | ONIaNWaNad PW'Y ‘HOMVHSIVIN LUS| IVOONRIVW NYHA MAWLL ONNANVT onnawy1| ‘8
o00'00e' | ONIANWANad Ias‘ONOHaS IVOONRIVW NVHAAVT AOL ONNAWYT onnawvt| “21
o00'00e'z | ONIaWWANad rpd's ‘wmnues wed ep IVOONRIVW NYHA MAW ONNANT onnawy1| “91
000°00e'z | ONIaNWANad ONRIVS GVWAWHON| ONNaWYxaS VOUVW ‘YALL ONNANVT onnawyt| “St
o00°00e'z | ONIAWWANGd 49'S'INOWINS NIaNIAVvE WWI AU AvAWVAL MAWLL ONNAWVT onnawy1| “+t
oo0'00e'z | ONIaNVGNGd 9 “Pa'W LINVINNA MLNVANA.LYO YAU AVIVA ‘MAWLL ONNANVT onnawyt| *
oo0'00e'z | ONIaVGNGd rPa’S VIN YON NAY] vary Avaya] ‘MAWNLL ONNAWT onnawy| “
o00'00e' | ONIaNVGNGd Pad’S ‘IMMA VALLI VONYN LLAVs uisval ‘SNL ONNANT pnnawyt| “1
o00'00e' | ONIANWANad Hg ‘sey, Suuesiag) LLNVS UISVa| AOINLL ONNAWVT oNnawy1| “OL
o00'00e'z | ONIANWANaa 1’Pa’s ‘Luwiend srins| onnave| UOINLL ONNAWYT pNnAWVT
o00'00e'e | ONIANWANaa Pa’S ‘INVAVGNVH LLNVAtind wlan ONNaWWHxaS MAWLL ONNAWWT ONnAWVT
o00'00e'e | ONIANWANaa Pa’ ‘LVVaVS YVLHNW wlan ONNaWWHxaS MNWLL ONNAWVT ONNAWVT
o00'00e'z | ONIaWWONad Pad’s ‘INVANNS LOU wlan ONNaWWHaS ‘SNL ONNANT ONNANVT
o00'00e'z | ONIAWWANad y's ‘HYNVPANN MIS VOUWOUvW ‘MNWLL ONNAWVT ONNaWYT
o00'00e'% | ONIAWWONGd 1Pd'S WNIIVIAIVIN ¥LING oNnawywas| ‘SLL ONNAWVT ONNAWYT
o00'00e'% | ONIANWONGd EPd'S “MVMVINYOM YNVATA| RIVHONVLva| UNWELL ONNAWVT ONnaWYT
o00'00e'% | ONIAWWANGd HS ‘NVANVLLAS VNIVHO RIVHONVLvS| OWL ONNAWVT ONNAWYT
o00'00e'z | ONIaNVGNGd ONvaD! OwLaW
Pa’s ‘ONORIVH ANOIN|
‘MAWLL ONNAWVT
ONNAWYT
40
Hod Surdurepueg weyeqSueFu0g
9toz xequroydeg ZT :
910Z/60/nLuSr’sr1/HS/979 +
VOUVNTAN TVISOS NVNIWVE ANLNGNIG NVSALNdaH LVANS NVAldWVT Aviva
ONVINGL
‘IVDDNVL
¢OWON000'00e'z | ONIAIWaNad ‘As‘s ‘NINN. NNLVVAVHYON| NVGAN RIVHONVLVG| BALL ONNAWVT onnawvt | “8%
o00'00e'z | ONIAWaNaa aS ‘INIVIDONY INHIS vnvavuns| ‘SNINLL ONDAWVT pennant | “22
o00°00e'z | ONIANVaNd Pa’s ‘Houvwnr] ava NVHNaVT HMWNKL ONNAWVT onnawy1| 9
o00'00e' | ONIAWVANaa a's OLNVIGHY NVI] ova NvHnavT| ‘MALL ONDAWVT onnawv| ‘Sz
000'00e'z | ONIaWVaNad TPa’s ‘ONOIravINNS Hvaaras vrvag| MOWLL ONNAWVT oNnawy1| ‘é
00°00’ | ONIaINVaNaa TH’S MINVNNRY vavaae Avan] MALL ONNAWWT onnaw1| ‘82:
o00'00e'z | ONIAWWaNaa YPa's ‘wemenos HoH ‘oNNGNTTad ONANND| AWM. ONNAWVT onnanvi| ‘2%
o00'00e'z | ONIaNVGNGa Pas ‘VSIN NOWIOHD ONLNITaW MAWHL ONNAWT