Anda di halaman 1dari 2

JAPANESE DISASTER MANAGEMENT- RETROSPECTS AND PROSPECTS'

SUCHITA TRIPATHI*

*Assistant Professor

Department of Anthropology and Tribal Development

Guru Ghasidas Vishwa Vidyalaya (Central University),

Bilaspur, 495 009 (C.G), India

Sepanjang sejarahnya, Jepang telah belajar untuk hidup bersama dengan gempa bumi meskipun
mayoritas begitu kecil, tetapi seiring berjalannya waktu, bencana yang besar dapat terjadi dan
mengakibatkan banyak nyawa melayang. Baru-baru ini Jepang menghadapi tiga bencana besar pada
11 Maret 2011 akibat gempa bumi terbesar dalam sejarah jepang, tsunami dan bencana nuklir yang
mengikutinya, yang akhirnya membuat jepang harus mempersiapkan sebuah perencanaan/peta
untuk menghadapi bencana selanjutnya.

Jepang telah mengembangkan budaya kesiapsiagaan gempa dalam interaksinya dengan lingkungan :

1. Perencanaan awal, peringatan dini dan penggunaan praktis tingkat lanjut teknik dan
pengetahuan ilmiah :
jepang telah mengembangkan berbagai teknik dan alat untuk mengukur
frekuensi dan magnitude gempa bumi dan tsunami dll sebelum terjadinya bencana, oleh
karena itu, di tahun 2009 pemerintah jepang sudah memprediksi akan terjadi gempa pada
tahun 2011, sehingga dapat mempersiapkan berbagai pencegahan.

2. Bangkitnya organisasi sukarela tingkat komunitas dan peran pemerintah daerah dan
pusat:
kerja sama yang baik dari pihak pemerintah dengan organisasi-organisasi sukarela di tingkat
komunitas beserta komponen masyarakat lainnya sangat efektif, sehingga apat saling bahu
membahu dalam mengahdapi bencana.

3. Kesadaran reguler dan program pelatihan untuk mengelola bencana :


Hal pertama dan terpenting untuk mengelola bencana adalah menyadarkan setiap orang
tentang bencana melalui program penanggulangan atau pencegahan bencana. Jika semua
orang memiliki beberapa pengetahuan sebelumnya, kerugian manusia yang besar dapat
dicegah. Orang Jepang mengembangkan budaya gempa kesiapan. Mulai dari tingkat taman
kanak-kanak, mereka diberikan pelatihan tentang manajemen gempa dengan beberapa
pelatihan praktis.

4. Pengembangan teknologi tahan bencana dan infrastruktur :


Di Jepang, kebanyakan peralatan listrik dibuat peka terhadap guncangan. Pemanas listrik,
gas dan minyak tanah otomatis berhenti saat mereka mendapat kejutan. Kereta api Jepang
juga tahan terhadap guncangan gempa dan saat ada guncangan kecil atau sentakan akan
membuat kereta api otomatis berhenti. Pada 11 Maret 2011, saat gempa dengan intensitas
9 datang, semua kereta otomatis dihentikan. Itu mencegah kematian populasi besar untuk
mati dari kecelakaan kereta api yang tergelincir, dan kebakaran di kereta.
Jepang telah menangani bencana tersebut dengan sangat baik
dan pelajaran ini dapat membantu negara atau masyarakat lain untuk bersiap menghadapi
bencana lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai