Anda di halaman 1dari 7

Tugas.

1
1. Andi seorang petualang yang tersesat di suatu daerah terpencil, tidak ada satu orang
pun yang tinggal dan hidup disana. Andi memutuskan untuk tinggal disana. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya Andi memanfaatkan hasil dari bumi. Andi juga
membangun tempat tinggal sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Andi bebas
melakukan apapun disana. Suatu hari daerah yang ditinggali Andi kedatangan
serombongan petualang yang tersesat dan tidak bisa kembali ke tempat asalnya.
Rombongan petualang tersebut memutuskan untuk menetap hidup disana berdampingan
bersama Andi.

a. Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu merupakan zoon
politicon jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!

b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan


hukum.

2. Masyarakat Indonesia harus bijak dalam menggunakan dan memanfaatkan media


sosial jika tidak ingin terjerat tindak pidana yang diancam menurut UU ITE. Berdasarkan
data dari id.safenet.or.id sejak disahkannya UU ITE hingga sekarang tahun 2021 sudah
ada sekitar 300 lebih kasus terkait dugaan pelanggaran UU ITE. Pelanggaran ITE tersebut
didominasi kasus pencemaran nama baik, penghinaan hingga ujaran kebencian.

Pertanyaan:

Analisis oleh saudara tujuan hukum yang didasarkan oleh teori utilitas menurut Jeremy
Bentham dikaitkan dengan kasus pelanggaran UU ITE.

3. Dalam hidup bermasyarakat tentu dibutuhkan suatu tatanan atau kaidah atau norma
yang bertugas mengatur setiap sendi kehidupan. Norma atau kaidah itu tidak akan timbul
dengan sendirinya namun terbentuk dari interaksi-interaksi sosial antar individu dalam
masyarakat. Ada norma yang sifatnya tidak mengikat dan hanya memiliki sanksi sosial
seperti norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan dan ada pula norma yang
sifatnya mengikat dan memiliki sanksi tegas seperti norma hukum.

Pertanyaan:

Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen dan berikan
contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.
NAMA : MUHAMMAD ARI SIGIT
NIM : 045203705
MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM / PTHI

Jawaban :

1.
a. Istilah “zoon politicon” pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dalam sebuah
tulisannya yang menyebutkan bahwa manusia pada dasarnya adalah
hewan “zoon” penggembala yang dilahirkan untuk hidup
bermasyarakat “politicon” dan saling berinteraksi satu sama lain. Dalam kehidupan
sehari-harinya, manusia sebagai makhluk sosial akan selalu tergantung kepada
sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam cerita di atas, Andi yang selama ini hidup sendiri akhirnya didatangi
segerombolan petualang yang tersesat dan tentu Andi sangat senang mendapat
teman. Karena sifat “zoon politicon” Andi dimana manusia adalah makhluk
sosial yang cenderung hidup saling bergantungan saling membantu memenuhi
kehidupannya. Selama ini Andi hidup bersama alam sekitarnya yang mendukung
kehidupannya dan sekarang dengan datangnya segerombolan petualang ini akan
lebih menambah dinamika kehidupan Andi yang mudah-mudahan akan berlangsung
harmonis dimana mereka saling menjunjung tinggi tatanan masyarakat yang saling
menghargai satu sama lain dengan aturan-aturan dan norma-norma yang disepakati.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk hidup berkelompok sebagai
masyarakat yang dapat diwujudkan dengan berbagai cara mereka berinteraksi. Cara
interaksi ini dapat berupa perbincangan, berjabatan tangan, bekerja sama, bertanya,
dan lain-lain. Lebih jauh, di jaman modern seperti sekarang ini, interaksi antar
manusia sudah dapat dilakukan secara daring tanpa tatap muka melalui bermacam-
macam aplikasi yang tersedia dan mudah dipakai.

Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung memiliki rasa empati, toleransi, saling
menolong, dan akrab satu sama lain. Dengan naluri ini tercipta tatanan masyarakat
yang harmonis dengan munculnya nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Namun, apabila nilai-nilai dan norma-norma ini dilanggar maka akan
terjadi penyimpangan sosial di masyarakat.

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki dua macam keinginan hidup:

1. Hidup bermasyarakat dengan manusia lain yang ada di sekitarnya.

2. Hidup berdampingan dengan lingkungan alam sekitarnya.

Keinginan-keinginan tersebut di atas bermakna bahwa sebagai makhluk sosial:

1. Manusia tidak bisa hidup menyendiri.

2. Manusia butuh kehidupan sosial dengan berinteraksi antar sesama.

3. Manusia dapat mengembangkan potensinya jika hidup dalam bermasyarakat.


b. Hubungan antara manusia masyarakat dan hukum pada umumnya adalah hubungan
yang tidak dapat di pisahkan, karena ketiganya saling berkaitan. Penjelasannya
adalah :

1. Manusia dengan Masyarakat


Manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan
jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal
dunia di dalam masyarakat. Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia
itu adalah “Zoon Politicon” artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg
suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka
manusia disebut makhluk sosial.

2. Mayarakat dengan Hukum


Dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Hukum ada sejak masyarakat ada.
Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan,
kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di
masyarakat. Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk
mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang
menentukan sendiri. Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi
masyarakat itu sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk
pada tata hukum hukum itu disebut masyarakat hukum.
3. Hukum dengan Manusia

Setiap tingkah laku dari manusia baik disadari maupun tidak disadari sebenarnya
ada hukum yang mengatur manusia tersebut.

4. Manusia dengan Hukum

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam
ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus”
(di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap
pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka
selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas
berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai
“semen perekat” tersebut adalah hukum.

Manusia selalu berusaha untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang baik,


mewujudkan hukum yang adil bagi setiap anggota masyarakat. Tapi hal itu akan
sulit terwujud, hal itu dikarenakan manusianya itu sendiri yang mempunyai sifat
serakah dan inginkan kekuasaan. Banyak manusia yang hanya demi
mendapatkan harta dan kekuasaan mereka rela melanggar hukum yang telah di
buat dan merugikan orang lain yang berhubungan atau ikut campur dengan
masalah atau tujuannya tersebut. Bahkan mereka rela meninggalkan keluarga,
sahabat dan agamanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dengan adanya hal
yang seperti itu maka sesungguhnya manusia itu sulit untuk berhubungan erat
dengan hukum yang adil dan merata. Sehingga meskipun manusia tidak dapat
dipisahkan dari hukum, tetapi manusia dapat merubah aturan-aturan tersebut
sesuai dengan keinginan asalkan manusia tersebut mempunyai harta dan
kekuasaan. Sehingga hukum seakan-akan lebih berpihak pada orang-orang
memiliki kedudukan diatas dan orang kalangan bawah seperti tidak bisa menolak
dan menawar hukum yang telah di buat dalam masyarakat.

5. Hukum dengan Masyarakat


Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat dan tak mungkin dapat
diceraipisahkan antara satu sama lain, menginga bahwa dasar hubungan tersebut
terletak dalam kenyataan-kenyataan berikut ini:
a. Hukum adalah pengatur kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat tidak
mungkin bisa teratur kalau tidak ada hukum.
b. Masyarakat merupakan wadah atau tempat bagi berlakunya suatu hukum.
Tidak mungkin ada atau berlakunya suatu hukum kalau masyarakatnya tidak
ada.
c. Disamping itu, tak dapat disangkal adanya kenyataan bahwa hukum juga
merupakan salah satu sarana utama bagi manusia melalui masyarakat di
mana ia menjadi warga atau anggotanya, untuk memenuhi segala keperluan
pokok hidupnya dalam keadaan yang sebaik dan sewajar mungkin.

6. Masyarakat dengan Manusia


Masyarakat adalah tatanan sosial yang terbentuk oleh manusia.

2. Keterkaitan antara teori utilitas dengan perkembangan multimedia terletak pada


keyakinan bahwa hukum mesti dibuat secara utilitaristik. Tujuan hukum bukan hanya
untuk kepastian hukum dan keadilan, akan tetapi juga ditujukan untuk memberikan
manfaat bagi masyarakat. Tujuan hukum itu dapat dilihat seberapa besar dampaknya
bagi kesejahteraan manusia (human welfare). Tujuan hukum seperti ini memberi
landasan etis bagi aliran berpikir Utilitarianisme.

Hukum itu pada prinsipnya ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat, di


samping untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang
terbanyak. Dalam mencapai tujuan hukum yang telah dirumuskan tersebut peranan
hukum multimedia yang dihasilkan seberapa bisa memberikan ruang bagi setiap orang
untuk mengejar kebahagiaannya. Hukum multimedia yang dihasilkan oleh para
legislator ini untuk memberikan dan menghasilkan keserasian antara kepentingan
publik dan kepentingan pribadi. Dengan demikian, legislasi merupakan proses kunci
untuk mewujudkan hukum yang dapat mendatangkan manfaat bagi individu. Proses
legislasi akan menghasilkan hukum yang akan dipatuhi oleh semua warga negara.

Undang-Undang Hak Cipta, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik,


Undang-Undang Merek, juga dapat dilihat dengan kacamata teori Utilitarianisme ala
Bentham, yakni berupaya memberikan gambaran tentang hukum yang bisa bermanfaat
bagi masyarakat banyak. Teori ini seakan menjadi dasar pemikiran perkembangan
multimedia di Indonesia, bahwa tujuan hukum itu adalah untuk memberi kemanfaatan
bagi banyak orang, yakni kemanfaatan hukum yang memberikan perlindungan bagi
setiap individu kreatif melalui sarana multimedia dengan memberikan perlindungan
secara moral maupun secara ekonomi atas kreativitas ciptaannya. Negara
ikut mengatur kepentingan warga negara dan menjaga kestabilan serta ketertiban
hukum, yang pada gilirannya untuk menciptakan secara terarah berbagai kondisi
kesejahteraan sosial yang dikehendaki masyarakat.

Jadi, perkembangan multimedia sangat dipengaruhi oleh hukum yang membela


dan melindungi kepentingan masyarakat banyak untuk menuju kesejahteraan
masyarakat seperti yang tercantum dalam Alinea ke-4 Pembukaan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. ”Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melekasanakan ketertiban dunia”.
Maka, adanya pelanggaran kasus UU ITE terjadi karena dilakukan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggungjawab hanya untuk memperoleh keuntungan pribadi semata dan
hal tersebut bertolak belakangan dengan teori utilitas tersebut.

3. Teori hukum Piramida atau “stufenbau” merupakan teori yang dikemukakan oleh Hans
Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan
kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan pada
norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi (seperti konstitusi)
harus berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar (grundnorm). Menurut
Kelsen “grundnorm” adalah :

“a statement from which all other duty statements ultimately get their validity from”

Dengan perkataan lain “grundnorm” adalah sumber tertinggi bagi validitas suatu norma
yang supremasi validitasnya diasumsikan seperti itu. Kelsen mengakui bahwa bentuk
grundnorm dalam setiap sistem hukum berbeda-beda. “Grundnorm” dapat berbentuk
konstitusi tertulis atau perintah diktator. Berkaitan dengan grundnorm di Indonesia
dikenal dengan adanya konstitusi sebagai dasar dan hukum tertinggi. Konstitusi
tersebut yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya disebut UUD 45). Dalam teori hukum “stufenbau”, “grundnorm” merupakan
bagian kaidah tertinggi dalam hierarkinya.

Teori hukum berjenjang (stufenbau) juga dikenal dengan hierarki norma, dimana
sebuah norma tidak boleh bertentangan dengan norma yang diatasnya. Kelsen
menggambarkan suatu sistem hukum sebagai sebuah sistem norma yang saling terkait
satu sama lain (interlocking norms) yang bergerak dari suatu norma yang umum (the
most general ought) menuju ke norma yang lebih konkret (the most particular or
concrete). Hal tersebut pada akhirnya akan bermuara pada “grundnorm”. Relasi dan
hierarki antara “grundnorm” dan norma lainnya adalah sebagai berikut :

“Grundnorms-norms-subnorms”

Bagi Kelsen, hierarki norma hanya mengenal superordinasi dan subordinasi, tidak
mengakui adanya koordinasi. Selain terkenal dengan teori “stufenbau”, Kelsen juga
menjadi penggagas pentingnya menjaga sebuah hukum dasar melalui sebuah lembaga
agar konstitusi (grundnorm) tidak tercederai. Lembaga tersebut adalah Mahkamah
Konstitusi. Teori stufenbau di Indonesia diadopsi dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya
disebut UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Hal ini tertuang dalam
ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
menyatakan sebagai berikut :

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Teori Piramida atau “stufenbau” dari Kelsen ini memiliki kelemahan, dimana klaim
purifikasi hukum Kelsen dinilai cenderung tidak konsisten dan menjadikan hukum
sesuatu yang tidak bisa menjadi murni (impure). Hal tersebut dikarenakan Kelsen tidak
dapat meyakinkan bagaimana “grundnorm” itu hadir dan dihadirkan (comes into
existence), yang faktanya untuk menghadirkan “grundnorm” diperlukan bantuan dari
ilmu lain seperti, sejarah, politik, ekonomi dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai