Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mahmid, S.

Pd

Tugas M2 KB2

1. JUDUL : Penerapan Model Pembelajaran Students Teams Achivement Division

(STAD) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar pada mata pelajaran Ekonomi Kelas X

SMK Negeri 8 Majene

2. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat sekarang ini, menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia

berkualitas. Sesuai dengan fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab. (UU RI No. 20 Tahun 2003).

Proses belajar mengajar adalah suatu peristiwa yang melibatkan dua input

yaitu guru dan siswa. Keduanya sama-sama bertujuan untuk mencapai hasil akhir

yang baik. Namun mereka berbeda, siswa terfokus pada kegiatan belajar, bagaimana

menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru guna memperoleh prestasi

belajar yang optimal. Sedangkan guru berfokus pada bagaimana mengajarkan materi

pelajaran agar bisa dipahami siswa, olehnya itu dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya maka guru dituntut untuk jeli menggunakan media dan metode

yang tepat, sebab kemampuan setiap peserta didik akan sangat ditentukan oleh

1
sejauh mana relevansi antara penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

Tujuan proses pembelajaran merupakan komponen pertama yang harus

ditetapkan dalam proses pembelajaran, sekaligus berfungsi sebagai indikator

keberhasilan dalam proses pembelajaran seperti halnya pada mata pelajaran

ekonomi. Memperhatikan pentingnya tujuan mata pelajaran ini, maka peran guru

membangun motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sangat penting karena

dengan adanya motivasi belajar yang kuat siswa akan bersemangat, bergairah dan

interaktif dalam proses pembelajaran. Namun membangun motivasi belajar siswa

bukanlah hal yang mudah, utamanya bila dikaitkan dengan model pembelajaran yang

di terapkan guru pada proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

dianggap cukup tepat di terapkan dalam pembelajaran untuk membangun motivasi

belajar siswa adalah model pembelajaran Student Team Achievement Division

(STAD).

Berdasarkan hasil observasi motivasi siswa dalam belajar sangat kurang

sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal, ketergantungan siswa

kepada guru juga masih sangat kuat, upaya mencari dan mengembangkan

pengetahuan diri melalui beragam sumber belajar sangat rendah, siswa cenderung

bersikap pasif selama proses pembelajaran di kelas. Realitas tersebut mengharuskan

guru untuk terus berusaha dengan beragam strategi pembelajaran untuk

menumbuhkan sikap dan minat belajar siswa secara maksimal dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Gambaran tersebut menunjukkan adanya

kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang

diharapkan.

Apabila permasalahan tersebut di atas tidak segera dipecahkan / diatasii maka

akan memberikan dampak negatif terhadap kelancaran proses pembelajaran di kelas

yang akan merugikan siswa, seperti:

2
a. Kesulitan dalam menghidupkan suasana kelas, karena kurangnya keaktifan

berpendapat siswa dalam kegiatan pembelajaran.

b. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar Ekonomi

c. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi kurang memuaskan.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi pembelajaran di atas

yakni dengan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang menarik,

menyenangkan dan menggairahkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif, kreatif,

produktif dan konstruktiv sehingga dapat membangun dan memberikan pengetahuan

seiring dengan paradigma konstruktivistik. Alternatif tindakan yang dilakukan adalah

melaksanakan pembelajaran Ekonomi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achivement Division (STAD).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah apakah penerapan Model pembelajaran STAD dapat

meningkatkan motivasi belajar ekonomi

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas, maka

tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi melaui model pembelajaran Students

Teams Achivement Division (STAD) di kelas X SMK Negeri 8 Majene

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

a. Memberikan informasi tentang profil guru dan siswa dalam belajar.

3
b. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam

rangka memperbaiki pembelajaran didalam kelas serta peningkatan kualitas

sekolah.

2. Bagi Guru

a. Memberikan informasi kepada guru ekonomi mengenai situasi pembelajaran

ekonomi.

b. Sebagai bahan evaluasi bagi guru ilmu pengetahuan sosial dalam usahanya

untuk meningkatkan keberhasilan mengajar ilmu pengetahuan sosial.

c. Memberikan informasi kepada guru mengenai kesiapan dan daya kritis serta

keberhasilan siswa dalam belajar.

3. Bagi Siswa

a. Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari

Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan siswa dalam

berfikir kompleks.

c. Sebagai umpan balik terhadap keberhasilan belajar siswa.

4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru atau peneliti lainnya

yang ingin mengembangkan penelitian ini untuk mengatasi berbagai masalah

yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga

dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

3. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Model pembelajaran kooperatif

Berdasarkan berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa kreativitas siswa

dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi kebebasan

4
berpendapat dalam kelompok, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu

ketat (Ibrahim, dkk. 2000). Dalam hal ini peserta didik akan lebih berkreatif apabila:

1. Dikembangkan rasa percaya diri pada siswa dan mengurangi rasa takut;

2. Memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara

bebas dan terarah dalam kerja kelompok;

3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan proses evaluasinya;

4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; dan

5. Melibatkan siswa secara aktif dan kretaif dalam proses pembelajaran kelompok

secara keseluruhan (Mulyasa, E., 2003)

Menurut Kunandar, (2008) bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling

asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang

dapat menimbulkan permusuhan.

Menurut Dewey dan Thelan yang dikutip Ibrahim, dkk. (2000), bahwa model

pembelajaran kooperatif merupakan dasar bagi pembangunan karakter hidup

berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, dan sekolah dipandang sebagai

laboratorium untuk mengembangkan pola perilaku demokrasi siswa. Oleh karena itu

proses pembelajaran di sekolah sebaiknya selalu mengembangkan model

pembelajaran kooperatif dengan berbagai macam jenisnya.

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning mencakup suatu

kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah

masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk

mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa hanya

duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah seorang

di antaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok.

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif ada empat macam yakni saling

ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan

5
keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. (Kunandar, 2008). Penjelasannya

dipaparkan sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesama. Saling

ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui; (1) saling ketergantungan

pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan. (3)

ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan, (4) saling

ketergantungan peran. Dalam ketergantungan positif ini setiap siswa saling

memberi motivasi untuk meraih hasil belajar yang maksimal.

2. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan

guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dengan interksi tatap muka,

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber

belajar menjadi bervariasi. Interaksi ini penting untuk memudahkan siswa dalam

mempelajari suatu materi/konsep.

3. Akuntabilitas individual

Meskipun menampilkan metode belajar kelompok, tetapi penilaian

terhadap penguasaan suatu materi dilakukan secara individual. nilai kelompok

didasarkan atas hasil rata-rata anggota kelompok, oleh karena itu tiap anggota

kelompok harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompoknya. Penilaian

kelompok yang didasarkan rata-rata penguasaan semua anggota kelompok

secara individual yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.

Melalui pembelajaran koopertif akan menumbuhkan keterampilan menjalin

hubungan antar pribadi, karena menekankan aspek tenggangrasa, sikap sopan

6
terhadap teman, mengkritik ide dan bukan orangnya, berani mempertahankan

pendapat yang logis, dan mandiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson yang dikutip

Kunandar (2008:273) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran

kooperatif, antara lain: 1) memudahkan siswa melakukan penyelesaian sosial, 2)

Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi,

perilaku sosial dan pandangan, 3) memungkinkan terbentuknya nilai-nilai sosial dan

komitmen, 4) menghilanhkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan

egosentris, 5) meningkatkan rasa saling percaya diantara sesama manusia, 6)

meningkatkan kemampuan memandang masalah, dan situasi dari berbagai perspektif,

7) meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri, 8) meningkatkan

motivasi belajar, 9) mengembangkan bertanggungjawab dan saling menjaga

perasaan, 10) Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, 11) meningkatkan sikap

posotif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

Menciptakan suasana belajar kooperatif bukanlah suatu pekerjaan yang

mudah, tetapi diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai

dengan dedikasi yang tinggi serta latihan yang serius dan terus menerus. (Kunandar,

2008: 274).

2. Model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD)

Model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD)

dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins.

Tipe ini dipandang sebagai yang tipe yang paling sederhana dan paling langsung dari

pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi

akademik baru setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Student

Teams Achivement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan

dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai

7
menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu

metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Menurut Kunandar, 2008 langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah sebagai berikut:

(1) para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun prestasinya, (2) guru
menyampaikan materi pelajaran, (3) guru memberikan tugas kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu
untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya tawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok, (4) guru memberikan pertanyaan atau
kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru
siswa tidak boleh saling membantu, (5) setiap akhir pembelajaran guru
memberikan evaluasi untuk mengetaui penguasaan siswa terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari, (6) tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual
atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan, (7) kesimpulan.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima

komponen utama yaitu;

1. Penjelasan materi pembelajaran

Guru menyajikan materi materi pelajaran sesuai dengan yang di

rencanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai

dengan penyajian kelas yang mencakup pembukaan, pengembangan materi dan

latihan terbimbing. Dalam pengembangan materi pembelajaran harus sesuai

dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, dan mengontrol

pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

2. Belajar kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai

materi yang diberikan guru dan membantu anggota kelompok yang lain untuk

menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan

untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan. Pada saat siswa kerja

8
kelompok guru juga harus memberikan bantuan dengan cara menjelaskan

konsep atau pertanyaan yang terdapat pada lembar kegiatan atau menjelaskan

materi yang tidak dipahami oleh siswa. Dalam kerja kelompok atau diskusi

kelompok tidak boleh menyita waktu yang lama.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk

menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selam belajar dalam kelompok.

Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan

dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Penghargaan kelompok

Pada kegiatan ini, guru harus menghitung nilai kelompok dan nilai

perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada

rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya. Penghargaan bisa

berupa pujian, aplous, hadiah dsb.

3. Motivasi belajar

Secara etimologi motivasi dapat diartikan sebagai dorongan, kehendak, alasan

atau kemauan. Motifasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang membangkitkan dan

mengarahkan kelakuan individu. Motivasi belajar sangatlah penting dan berkaitan erat

dengan proses belajar siswa. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat apabila

seorang siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat.

Menurut Sperling yang dikutip Nor, M. (2000) motifasi didefinisikan sebagai

suatu kecenderungan untuk beraktifitas yang dimulai dari dorongan dalam diri dan

diakhiri dengan penyesuaian diri. Dengan demikian motif dapat diartikan sebagai

pangkal seseorang melakukan aktfitas. Motivasi (motivation) berarti pemberian motif

atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.

Motivasi kerja dapat didevinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

9
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan

untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk

memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu

dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai

tujuan.

Menurut Danim (2004:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong

seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan

apa yang dikehendakinya

Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk

dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa

kebutuhannya terpenuhi Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar

dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya

sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper: 1988).

Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Syamsudin M (1996) yang dapat

kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam tahap-tahap

tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3)

Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya

dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai

dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya

terhadap sasaran kegiatan.

Dengan demikian, motivasi ditandai dengan bentuk bentuk aktifitas melalui

proses psikologis, baik yang dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal yang

dapat mengarahkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Pengertian ini

mengandung arti bahwa seseorang dapat diarahkan pada perilaku belajar melaui

10
rangsangan dari dalam maupun dari luar. Rangsangan dari dalam biasanya muncul

dari latar belakang pendidikan, pengalaman dan kebutuhan. Sedangkan rangsangan

dari luar bisa didorong oleh faktor kepemimpinan, lingkungan belajar dan rekan

sejawat. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni :

(1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal,

(2) tujuan yang ingin dicapai,

(3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan

tersebut

Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan

menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Siswa yang memiliki

motivasi tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang motivasi

belajarnya rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki  motivasi

belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa

mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat  mengganggu

kegiatan belajar yang dilakukannya.

Fungsi motivasi belajar menurut Purwanto (1996;70) yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak


2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan cita-cita
3. Menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan yang dilakukan yang serasi guna
mencapai tujuan dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat.

Peranan motivasi belajar adalah menumbuhkan gairah, merasa senang, dan

semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan

mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu dengan motivasi

yang tinggi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik

(Sardiman, 2001:84).

4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi

11
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa menjadi meningkat (Wardani, 2005). Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana

dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dikutip Riyanto (2001) merupakan

penelitian yang bersiklus, yang terdiri dari rencana, aksi, observasi, dan refleksi yang

dilakukan secara berulang, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Alternatif pemecahan Pelaksanaan


Permasalahan
(Rencana Tindakan) Tindakan

Refleksi I Observasi I
Analisis Data I
(Monitoring)
Siklus I

Alternatif pemecahan Pelaksanaan


Belum Berhasil
(Rencana Tindakan II) Tindakan II

Observasi II Siklus II
Berhasil Refleksi II Analisis data II (Monitoring)

Belum berhasil Siklus ke-n

Gambar 2, Skema alur PTK yang bersumber dari Model Kemmis dan taggart (1998)

Penelitian tindakan kelas ini menerapkan model pembelajaran kooperatif

STAD (Student Team Achievement Devisions) dengan variasi bermain kuis.

Pembelajaran dengan kooperatif STAD memiliki keunggulan yang dapat mengatasi

masalah yang ada. Karena dalam kooperatif STAD akan terjadi meningkatnya fungsi

mental melalui percakapan dan interaksi lainnya, serta kerjasama antar siswa yang

memiliki kemampuan yang heterogen.

12
Begitu pula bermain kuis diyakini memiliki keunggulan menciptakan suasana

pembelajaran yang mengasyikkan, karena berupa permainan tanya jawab antar

kelompok. Dalam situasi demikian diharapkan siswa tidak akan mengantuk dan bosan

belajar ekonomi. Kegiatan bertanya dan menjawab adalah bentuk kegiatan berfikir,

sedangkan belajar juga melalui proses berfikir. Kondisi di harapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Sebagaimana layaknya penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini akan

dimulai dari siklus I yang pelaksanaannya melalui 4 (empat) tahap yaitu :

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV

Perencan Tindakan Observasi Refleksi


aan
(P-T) (T-O)
(R)
(Ra)

Gambar 3. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

13

Anda mungkin juga menyukai