Anda di halaman 1dari 3

1.1.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 1.

Refleksi Diri

Apa intisari pemikiran KHD tentang pendidikan? 


Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik
itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Kita sebagai guru harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang
berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak
untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka
belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari
guru supaya anak tidak kehilangan arah.
KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman
yang ada, namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga
memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. KHD
menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah
membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus
sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar
muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi sifat-sifat jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada
siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks
pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi
pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita
lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya
dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di
sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti kepada anak.
Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrat anak yang masih
suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan
adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya.
Hendaknya guru juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan
tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain
menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk
melestarikan kebudayaan.
Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak
dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan
teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan
memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka
menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai
kebahagiaan dan keselamatan.

Bagaimana Anda memandang diri Anda sebagai pembelajar (guru) dan pemelajar
(murid) jika dikaitkan dengan pemikiran KHD?

Kemudian yang kedua, jika dikaitkan dengan tugas saya sebagai guru, sebelum mempelajari
pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas,
siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan
bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan
keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban
dalam mengikuti pelajaran. Dan juga belum banyak memberikan model-model pembelajaran
yang  menyenangkan bagi anak.
Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari
saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan
ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang
sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya.
Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam
model pembelajaran.
Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak
memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih
dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi
dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home
visit.  Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media
pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video  maupun audio, atau pembelajaran yang
berbasis permainan tradisional .

Anda mungkin juga menyukai