Anda di halaman 1dari 38

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

( RKS )

PROYEK : RUMAH TINGGAL TYPE - 300


LOKASI : GREENHILLS RESIDENCE,
MALANG

BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL I. 01 PERATURAN UMUM


Tata laksana dalam penyelenggaraan bangunan ini dilaksanakan peraturan-peraturan
sebagai berikut :
1. Surat Keputusan bersama Bappenas dan Departemen Keuangan RI
2. Keputusan Mendikbud No. 3/M/1997
3. Keputusan Presiden RI No. 16 tahun 1994 tanggal 22 Maret tentang pelaksanaan
APBN
4. Keputusan bersama Menkeu RI dan Bappenas
5. Peraturan daerah setempat.

PASAL I. 02 PEMBERI TUGAS PEKERJAAN


Bertindak sebagai pemberi pekerjaan adalah pihak Developer dalam hal ini PT. Waskita
Karya, Semarang.

PASAL I. 03 DIREKSI
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan oleh Proyek yang dalam hal ini
adalah:
1. Pengelola Administrasi dan Keuangan Proyek dari unsur-unsur Pemegang Mata
Anggaran dalam hal ini PT. Waskita Karya dan Pengelola Teknik Proyek dari PT.
Waskita Karya.
PASAL I. 04 KONSULTAN PERENCANA
Selaku Konsultan Perencana untuk pekerjaan ini adalah PT. Waskita Karya.

PASAL I. 05 KONSULTAN PENGAWAS


1. Dalam pelaksanaan sehari-hari di lapangan akan ditunjuk Pengawas Lapangan.
2. Konsultan Pengawas tidak boleh merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan sebelum
mendapat ijin dari Developer.
3. Apabila Konsultan Pengawas menjumpai penyimpangan dari bestek atau berita acara
Anwijzing agar supaya melaporkan kepada Developer.
4. Konsultan Pengawas harus membuat rekaman pelaksanaan mulai dari 0 % sampai
penyerahan kedua dan diserahkan kepada Developer.

PASAL I. 06 REKANAN / PEMBORONG


Rekanan adalah Pemborong berstatus badan hukum yang usaha pokoknya adalah
melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan yang memenuhi syarat bonafiditas dan
kualitas menurut panitia lelang yang di tunjuk oleh pihak Developer untuk melaksanakan
pekerjaan pembangunan perumahan tersebut setelah memenangkan lelang ini.
Pemborongan hanya mencakup tenaga kerja.

PASAL I. 07 PEMBERIAN PENJELASAN


1. Pemberian penjelasan (Aanwijzing) akan diselenggarakan pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:
2. Peninjauan lapangan akan diselenggarakan pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:
3. Bagi mereka yang tidak mengikuti anwijzing tidak diperbolehkan mengikuti lelang.
4. Berita acara Pemberian Penjelasan dapat di ambil pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:

PASAL I. 08 PELELANGAN
1. Pelelangan dilakukan sesuai dengan Keputusan Presiden nomor : 16 tahun 1994 serta
perubahannya pada saat pemberian penjelasan yang termuat dalam Berita acara
Pemberian Penjelasan.
2. Pemasukan Surat Penawaran paling lambat pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:
3. Pembukaan surat penawaran akan dilaksanakan oleh panitia lelang dihadapan para
rekanan pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:
4. Wakil Pemborong yang mengikuti pelelangan harus membawa surat kuasa bermaterai
Rp. 6000 dari pimpinan pemborong dan bertanggung jawab penuh.

PASAL I. 09 PENETAPAN PEMENANG


Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Panitia, Developer yang berwenang
menetapkan pemenang lelang dan cadangan pemenang lelang urutan kedua dan tiga
diantara calon yang diusulkan oleh panitia.
PASAL I. 10 PENGUMUMAN PEMENANG
1. Pengumuman pemenang leleang dilakukan oleh panitia setelah ada penetapan
pemenang lelang dari Pejabat yang berwenang.
2. Kepada Rekanan yang berkeberatan atas penetapan pemenang pelelangan diberikan
kesempatan untuk memberikan sanggahan secara tertulis kepada atasan Pejabat yang
bersangkutan selambat-lambatnya dalam waktu 4 (empat) hari setelah diajukan
terhadap pelaksanaan prosedur pelelangan.
3. Jawaban terhadap sanggahan akan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya dalam
waktu 4 (empat) hari kerja setelah diterimanya sanggahan tersebut.

PASAL I. 11 PEMBATALAN LELANG


Lelang dibatalkan bilamana :
1. Harga standar dilampaui
2. Dana yang tersedia tidak cukup
3. Harga-harga yang ditawarkan di anggap tidak wajar
4. Apabila sanggahan rekanan ternyata benar
5. Berhubung berbagai hal tidak memungkinkan di adakan penetapan.

PASAL I. 12 PEMBERIAN/PELULUSAN PEKERJAAN


1. Pemberi tugas akan memberikan pekerjaan kepada rekanan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2. SPK (Gunning) akan diberikan kepada rekanan yang ditunjuk paling cepat dalam
waktu 6 (enam) hari, paling lambat dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah
pengumuman pemenang.

PASAL I. 13 PELAKSANA PEMBORONG


1. Bilamana akan memulai Pelaksanaan Pekerjaan di lapangan, pihak pemborong supaya
memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Tugas.
2. Pemborong supaya menempatkan seorang kepala pelaksana yang ahli dan diberi
kuasa penuh oleh direktur perusahaan yang bertindak atas namanya.
3. Kepada Pelaksana yang diberi kuasa penuh harus selalu berada ditempat pekerjaan
agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah ditugaskan
oleh direksi.
4. Kepala pelaksana dan pembantu-pembantu supaya yang berpengalaman, minimal
memahami bestek dan gambar dari proyak yang akan dikerjakan.

PASAL I. 14 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN


Kontraktor sebelum memulai melaksanakan pekerjaan diharuskan mengadakan penelitian
antara lain :
1. Lapangan / lahan yang akan didirikan untuk bangunan yang akan dikerjakan.
2. Gambar-gambar secara menyeluruh berikut RKS dan perubahan-perubahannya.
3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing.

Pekerjaan harus dilaksanakan menurut :


1. RKS dan gambar-gambar detail untuk keperluan ini.
2. RKS dan segala perubahan-perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara
Aanwijzing.
3. Petunjuk-petunjuk dari Konsultan Perencana, Pemberi Tugas maupun Konsultan
Pengawas.

PASAL I.15 PENETAPAN UKURAN-UKURAN DAN PERUBAHAN-


PERUBAHAN
1. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran-ukuran
yang tercantum dalam gambar dan perubahan-perubahannya.
2. Pemborong berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan apabila ada
perbedaan ukuran satu sama lain ada perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS
segera dilaporkan kepada Developer.
3. Bilamana terdapat selisih atau perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka
petunjuk tertulis Developer dijadikan pedoman.
4. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaandiadakan perubahan-perubahan, maka
Pemborong harus membuat gambar untuk disetujui Developer secar tertulis.
5. Didalam melaksanakan pekerjaan Pemborong tidak boleh menyimpang dari
ketentuan-ketantuan yang termuat dalam RKS dan ukuran-ukuran gambar kecuali
seijin dan sepengetahuan Developer secara tertulis.

PASAL I. 16 PENJAGAAN DAN PENERANGAN


1. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan /lampu pada
tempat-tempat tertentu.
2. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat yang disimpan
dalam gudang dan halaman pekerjaan.

PASAL I. 17 KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Bilamana terjadi kebakaran, Pemborong harus segera mengambil tindakan dan segera
memberitahukan kepada pimpinan Proyek.
2. Pemborong harus memenuhi / mentaati peraturan tentang korban dan keluarganya.
3. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-syarat
Palang Merah dan setiap kali habis digunakan harus diisi lagi.
4. Pemborong wajib mentaati Undang-Undang Ketenagakerjaan.

PASAL I. 18 PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN


1. Semua bahan-bahan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat
persetujuan dari Developer.
2. Semua bahan-bahan bangunan yang dinyatakan tidak dapat dipakai (afkeur) harus
segera disingkirkan keluar lapangan pekerjaan dan hal ini menjadi tanggung jawab
Pemborong dalam waktu 1 x 24 jam.
3. Bilamana Pemborong melanjutakan pekerjaan dengan bahan-bahan bangunan yang
telah ditolak, maka Developer berhak memerintah pembongkaran dengan perintah
tetulis dan harus diganti dengan bahan-bahan yang memenuhi syarat atas resiko /
tanggung jawab pemborong.
4. Diutamakan penggunaan bahan produksi dari dalam negeri.

PASAL I. 19 KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAEJURE


1. Semua kenaikan harga akibat kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia dibidang
moneter bersifat Nasional. Pemborong dapat mengajukan klaim sesuai dengan
Keputusan Pemerintah dan Pedoman resmi dari pemerintah Republik Indonesia.
2. Semua kenaikan harga yang bersifat biasa, pemborong tidak dapat mengajukan klaim.
3. Semua kerugian akibat force maejure berupa bencana alam antara lain : gempa bumi,
angin topan, banjir, pemberontakan, perang dan lain-lain, kejadian tersebut dapat
dibenarkan oleh Pemerintah, bukan menjadi tanggungan pemborong.

PASAL I. 20 LAIN-LAIN
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini akan dijelaskan di dalam Aanwijzing
dan atau akan diberikan petunjuk Pemberi Tugas, bilamana terdapat pekerjaan yang
sifatnya menunjang penjelasan fisik dan bellum dijelaskan dalam RKS maupun
gambar serta penjelasan pekerjaan, Pemborong harus tetap melaksanakan atas biaya
Pemborong.
2. Bilamana jenis pekerjaan yang telah tercantum didalam contoh daftar volume
pekerjaan terdapat kekurangan, maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan
menurut pos-posnya masingmasing dengan cara menambah huruf alphabet pada
nomor terakhir dari pos yang bersangkutan, misalnya pos persiapan nomor terakhir 4,
maka penambahannya tidak nomor 5, tetapi nomor 4a, 4b, 4c dan seterusnya.
3. Contoh volume pekerjaan yang diberikan tidak mengikat, Pemborong harus
menghitung sendiri.
4. Surat permintaan ijin Mendirikan Banguanan dari Pemberi Tugas yaitu pihak
Developer.
5. Besarnya ijin bangunan supaya menghubungi Kantor Pemerintah Daerah setempat,
pembiayaannya timbul untuk pengurusan IMB menjadi badan Pelaksana.
BAB II
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI PELAKSANAAN

PASAL II.01 JAMINAN PELAKSANAAN


1. Jaminan Pelaksanaan ditetapkan sebesar 5 % ( lima prosen) dari nilai kontrak.
2. Jaminan pelaksanaan diterima oleh Pimpinan proyek pada saat menerima SPK.
3. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan bilamana prestasi mencapai penyelesaian
100% dan pekerjaan sudah diserahkan yang pertama kalinya dan diterima baik oleh
Pimpinan proyek.

PASAL II.02 RENCANA KERJA ( TIME SCHEDULE )


1. Pemborong harus membuat Rencana Kerja pelaksanaan yang disetujui oleh Konsultan
Perencana Pemberi Tugas selambat-lambatnya satu minggu setelah SPK diterbitkan
serta daftar nama Pelaksana yang diserahkan untuk menyelesaikan proyek ini.
2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana.

PASAL II.03 LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN


1. Konsultan Pengawas tiap minggu diwajibkan mengirimkan laporan kepada Pemberi
tugas mengenai prestasi pekerjaan disertai Laporan Harian. Laporan Harian dan
Laporan Mingguan dibuat oleh Pengawas Lapangan dan dilegalisir oleh yang
berwenang dalam hal ini Developer.
2. Penilaian prosentase kerja atas dasar pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak termasuk
adanya bahan-bahan ditempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran
uang oleh pemborong.
3. Contoh Blanko Laporan Harian dan Mingguan dapat dikonsultasikan dengan
developer yang bersangkutan.

PASAL II.04 PEMBAYARAN


1. Pembayaran angsuran akan diatur dalam Surat Perjanjian Pekerjaan ( Kontrak ) antara
developer dengan pemborong.
2. Tiap mengajukan pembayaran angsuran ( termin ) dan penyerahan pertama harus
disertai Berita Acara Pemeriksaan, dilampiri daftar hasil kemajuan pekerjaan.

PASAL II.05 SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN


1. Surat Perjanjian Pemborongan ( Kontrak ) seluruhnya dibubuhi materai Rp 6.000,-
atas biaya pemborong ( pemborongan tenaga ).
2. Surat Perjanjian Pemborong dibuat rangkap 7 ( tujuh ) atas biaya pemborong.
3. Konsep kontrak dibuat oleh Developer, sedangkan lampiran – lampiran dan seluruh
kontrak disiapkan oleh pemborong antara lain :
a. Bestek dan Voorwarden / RKS yang disyahkan.
b. Foto copy jamjnan pelaksanaan.
c. SPK ( Gunnuing )
d. Gambar pelaksanaan.

PASAL II.06 PERMULAAN PEKERJAAN


1. Selambat-lambatnya dalam waktu satu minggu terhitung dari SPK ( Gunning)
dikeluarkan dari Pemberi Tugas ( Developer ), pekerjaan harus sudah dimulai.
2. Bilamana ketentuan-ketentuan seperti tersebut diatas tidak dipenuhi maka maka
jaminan pelaksanaan dinyatakan hilang.
3. Pemborong wajib memberitahukan kepada pihak Developer bila akan memulai
pekerjaan, secara tertulis.

PASAL II.07 PENYERAHAN PEKERJAAN


1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 150 ( seratus delapan puluh ) hari kalender.
2. Pekerjaan dapat diserahkan yang pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah selesai
100% dan dapat diterima dengan baik oleh Developer dengan disertai berita acara dan
dilampiri daftar kemajuan pekerjaan, pada penyerahan I untuk pekerjaan ini, keadaan
halaman serta bangunan harus dalam keadaan rapi dan bersih.
3. Dalam penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dan bilamana terdapat pekerjaan
instalasi listrik, maka pihak pemborong harus menunjukkannya kepada Proyek, Surat
Pernyataan bermaterai Rp. 6.000,00 bahwa listrik telah terdaftar di PLN.
4. Bilamana pada ayat 3 tersebut pihak Pemborong tidak dapat menunjukkan Surat
Pengesyahan Instalasi Listrik kepada Proyek, maka penyerahan pekerjaan yang
pertama kalinya ditangguhkan dahulu, agar tidak menjumpai kesulitan di kemudian
hari.

PASAL II.08 MASA PEMELIHARAAN ( ONDERHOUD TERMIJN )


1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 60 ( enem puluh ) hari kalender setelah
penyerahan pertama.
2. Bilamana dalam masa pemeliharaan ( Onderhoud Termijn ) terjadi kerusakan akibat
kurang sempurnanya dalam pelaksanaan atau kurang baiknya mutu bahan yang
dipergunakan maka pemborong harus segera memperbaiki dan menyempurnakan.
3. Meskipun pekerjaan telah diserahkan yang kedua kalinya, namun pemborong masih
terikat pada pasal I.609 KUHP ( selama 5 – 10 tahun ).

PASAL II.09 PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN


1. Surat Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang diajukan kepada
developer harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 ( lima belas ) hari sebelum
batas waktu penyerahan pertama kalinya beerakhir, pada surat tersebut supaya
dilampirkan :
a. Data yang lengkap
b. Time schedule baru yang disesuaikan dengan sisa pekerjaan.
2. Surat Permohonan Perpanjangan Waktu Penyerahan tanpa data yang lengkap tidak
akan dipertimbangkan.
3. Permintaan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama dapat diterima
oleh developer bila :
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer of minderwerk ) yang tidak
dapat dielekkan lagi setelah atau sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua belah
pihak.
b. Adanya surat perintah tertulis dari Developer, tentang pekerjaan tambahan.
c. Adanya perintah tertulis dari Developer pekerjaan untuk sementara waktu
dihentikan.
d. Adanya force majeur ( bencana alam, gangguan keamanan pemogokan, perang )
ditangguhkan oleh yang berwenang.
e. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus ditempat pekerjaan yang secara
langsung mengganggu pekerjaan, yang dilaporkan oleh pemborong disampaikan
kepada pihak developer ( unsut teknik yang bersangkutan ).
f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan karena lahan
yang akan dipakai untuk bangunan masih ada masalah.

PASAL II.10 SANKSI / DENDA


1. Bilamana batas waktu penyerahan yang pertama kalinya dilampaui ( tidak terpenuhi ),
maka Pemborong dikenakan denda / diwajibkan membayar denda satu permil tiap
hari keterlambatan.
2. Bilamana ada perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambahan dan tidak disebutkan
jangka waktu pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaan tidak akan
diperpanjang.

PASAL I.11 PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN


1. Harga untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh developer,
pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.
2. Sebelum pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan kepada
pihak Developer agar dapat diperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat
dibayar atau tidak.
3. Untuk memperhiitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan digunakan harga
satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran.

PASAL II.12 PENCABUTAN PEKERJAAN


1. Pihak developer berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari tangan
pemborong apabila ternyata pihak pemborong telah menyerahkan pekerjaan
seluruhnya atau sebagian pekerjaan pada Pemborong lain semata-mata hanya mencari
keuntungan saja dari pekerjaan tersebut.
2. Pada pencabutan pekerjaan, pemborong dapat dibayar untuk pekerjaan yang telah
selesai dan telah diperiksa serta disetujui oleh developer.
Penyerahan bagian-bagian seluruh pekerjaan kepada Pemborong lain ( onder eanemer )
tanpa ijin tertulis dari pihak developer tidak diijinkan

BAB III
SYARAT - SYARAT TEKNIS

PASAL 01
URAIAN PEKERJAAN
Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan mempelajari :
1. Lapangan / bahan yang tersedia
2. Gambar-gambar secara menyeluruh
3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing
4. Pekerjaan harus dilaksanakan menurut :
a. RKS dan gambar-gambar detail untuk pekerjaan ini
b. RKS dan segala perubahan - perubahannya dalam aanwijzing (Berita Acara
Aanwijzing)
c. Petunjuk-petunjuk dari Pemimpin Proyek / unsur teknis
5. Tata cara penyelenggaraan bangunan ini telah diatur dalam BAB I (Instruksi Kepada
Peserta Pengadaan Barang / Jasa) dan BAB II (Syarat-syarat Umum Kontrak),
sedangkan bentuk bangunan yang dimaksud, harus dilaksanakan sesuai gambar yang
telah ditetapkan dengan syarat-syarat teknis sebagaimana tercantum dalam pasal demi
pasal.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong adalah PEMBANGUNAN RUMAH
TINGGAL TYPE - 300 GREENHILLS RESIDENCE MALANG.
PASAL 02
TEMPAT TITIK DUGA DAN UKURAN-UKURAN
1. Lokasi proyek terletak di Karangploso, Batu Malang
2. Peil / Titik duga ditetapkan sesuai dengan Bench Mark (BM) terdekat yang sudah
ditentukan oleh perencana.
3. Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-
gambar dengan catatan :
a. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar-gambar, maka yang menentukan
adalah ukuran-ukuran pada gambar dengan skala yang lebih besar dan
dikonsultasikan dengan Direksi lapangan.
b. Jika terdapat ketidak-sesuaian antara gambar dan RKS, harap dikonsultasikan
dengan Direksi lapangan.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan dilaksanakan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
d. Menetapkan ukuran dan sudut-sudut siku agar tetap dijaga dan diperhatikan
ketelitiannya.
e. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar dan bestek.
f. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran satu sama lain, apabila ada perbedaan
ukuran dalam gambar dan RKS segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan.
g. Bilamana terdapat selisih atau perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka
petunjuk Unsur Teknik yang dijadikan pedoman.
4. Bila dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka pemborong
tidak berhak minta ongkos kerugian, kecuali bilamana pihak pemborong dapat mem-
buktikan bahwa dengan adanya perubahan-perubahan tersebut Pemborong minta
kerugian.
5. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka
Pemborong harus membuat gambar perubahan (revisi) dengan tanda garis berwarna
diatas gambar aslinya, kesemuanya atas biaya Pemborong.
6. Gambar perubahan tersebut harus disetujui oleh Pemimpin Proyek
7. Di dalam pelaksanaan, Pemborong tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan
RKS dan ukuran-ukuran gambar, kecuali seijin dan sepengetahuan Pemimpin Proyek.

PASAL 03
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Tempat Pekerjaan diserahkan kepada Kontraktor dalam keadaan seperti pada waktu
Pemberian Penjelasan.
a. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Pengelola Proyek,
barak kerja dan gudang untuk menyimpan bahan-bahan.
2. Piket-piket bouwplank dan profil :
Piket-piket guna menentukan as, titik duga dan lain-lain sebagainya dibuat dari kayu
tahun yang baik dan kering, ukuran 5 x 7 panjang secukupnya dan dimeni.
3. Bouwplank
a. Bouwplank harus dipasang pada patok-patok yang tertancap kuat kedalam tanah
dan tidak dapat digerakkan.
b. Profil untuk pasangan harus dari kayu meranti, kayu kapur/kayu kelapa yang tua,
kering dan lurus.
c. Titik-titik as bangunan harus di jaga kebenarannya jangan sampai berubah
letaknya.
d. Pemasangan bouwplank harus berjarak maksimal 20 m dan melintang bangunan.
e. Pemindahan as-as bangunan dalam bouwplank jika tidak memaksa harus dipindah
tidak dibenarkan. Pemindahan titik-titik as bangunan harus sepengetahuan direksi
lapangan.
4. Titik Ikat Lapangan
Kontraktor diminta untuk membuat titik ikat lapangan yang terbuat dari beton untuk
memudahkan dalam pengukuran peil pekerjaan. Pengawas diminta untuk mengawasi
penurunan bangunan terhadap titik ikat bangunan akibat terjadinya Settlement yang
disyaratkan didalam perencanaan dan melaporkan ke Pemimpin Proyek.
5. Penjagaan & Penerangan.
a. Pemborong harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang dan malam) dalam
kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain-
lain.
b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan/lampu
pada tempat tertentu.
c. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lain yang
disimpan dalam gudang dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan
pencurian, Pemborong harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran
pekerjaan.
d. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase
ditempat pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran atau alat bantu lain untuk
keperluan yang sama harus selalu berada ditempat pekerjaan.
e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian-kerugian
dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material juga gudang dan lain-lain,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
6. Asuransi
a. Pemborong memberikan asuransi tenaga kerja (Astek).
b. Penggunaan asuransi harus sepengetahuan direksi dan pemimpin Proyek.
c. Persyaratan-persyaratan asuransi harus dipenuhi oleh pemborong dan wajib
dilaksanakan.
7. Keselamatan Kerja
a. Bilamana terjadi kebakaran, Pemborong harus segera mengambil tindakan dan
segera memberitahukan kepada Pemimpin Proyek.
b. Pemborong harus memenuhi / mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan
korban dan keluarganya.
c. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-syarat
Palang Merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.
d. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerja juga selalu
memberikan pertolongan kepada pekerja pihak ketiga dan juga menyediakan air
minum yang memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pemborong diwajibkan mentaati undang-undang tenaga kerja dan segera
mengurus ASTEK setelah SPK diterbitkan.
8. Pekerjaan lain-lain
Sesuai petunjuk direksi, jika terdapat pekerjaan yang belum disyaratkan dalam
pekerjan persiapan, maka kontraktor (Pemborong) wajib untuk melaksanakan atas
biaya Pemborong.

PASAL 04
PERSYARATAN BAHAN
1. Yang disebut dengan bahan bangunan adalah semua bahan-bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan sebagaimana tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan ini serta gambar kerja.
2. Semua bahan bangunan harus berkualitas baik dan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PUBB, PBI’71, SKSNI – T15 – 1991 – 03, AV, PTC, AUWI, AVE
dan PKKI.
3. Pemborong harus membuat gambar-gambar detail pelaksanaan (shop drawing),
pengiriman kepada Direksi contoh bahan bangunan termasuk warna bentuk yang akan
dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui.
4. Pemborong harus menyerahkan hasil tes laboratorium jika diperlukan, yang berkaitan
dengan mutu bahan yang akan digunakan.
5. Contoh-contoh harus sesuai dengan macam dan kualitas keadaan barang-barang yang
dipakai (dimaksud).
6. Direksi berhak untuk meminta keterangan selengkap-lengkapnya tentang bahan itu.
7. Jika diperlukan pekerjaan yang memerlukan tempat kerja selain tempat kerja yang
ada dilapangan / Basecamp, maka pemborong wajib memberitahu kepada direksi
lapangan. Agar kwalitas bahan maupun kwalitas pekerjaan sebelum dikirimkan ke
lapangan. direksi bisa merekomendasi apakah layak untuk di kirim / pasang.
8. A i r
a. Air untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang bersih dan bebas
mineral zat organik tanah lumpur, larutan alkalin dan lain-lain.
b. Jika air dari saluran air minum atau sumber air yang ada tidak mencukupi maka
pemborong sendiri harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini dengan
mendatangkan atau mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
9. Semen Portland
a. Portland Cemen (PC) yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah semen
sekualitas Nusantara.
b. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai di tempat
pekerjaan.
c. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh dipergunakan.
d. Untuk menghindari terjadinya semen sampai membatu, pemborong diwajibkan
untuk menjaga stok semen jangan sampai melebihi kapasitas penggunaan (sesuai
dengan schedule)
e. Penyimpanan semen (gudang semen), agar dibuat tidak kemasukan air / air hujan
dan pengaruh cuaca.
f. Semen harus keluaran pabrik yang sama dan hasil produksi yang sama.
10. K e r i k i l
a. Untuk pekerjaan beton, batu pecah atau koral dengan gradasi 2 sampai 3 cm,
bersih dari bahan organis atau kotoran lain sebelum digunakan harus dicuci
terlebih dahulu.
b. Kerikil yang akan digunakan untuk bahan beton (pengecoran) harus kerikil yang
keras tidak berpori.
c. Untuk pekerjaan rembesan kerikil dari kwarsa keras
11. P a s i r
a. Pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan organis dan bebas
dari bahan lumpur.
b. Pasir aduk adalah pasir yang tidak mengandung bahan organis atau garam atau
tidak tercampur tanah atau bahan-bahan lain.
c. Pasir beton adalah pasir yang bersih tidak mengandung bahan-bahan organis kasar
tajam memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam PBI’ 71.
d. Untuk pasir aduk pasir beton digunakan pasir sekualitas Muntilan atau pasir yang
kasar tidak mengandung lumpur atau tanah ( yang berkwalitas baik)
e. Penyetokan material terutama pasir agar dipisahkan sesuai dengan fungsi
penggunaannya, jangan sampai tercampur satu dengan yang lainnya..
f. Kayu yang rusak akibat kesalahan penyimpanan dalam lokasi proyek, harus
dikeluarkan segera dan merupakan resiko Pemborong.
g. Semua kayu baik untuk daerah basah maupun daerah kering harus berada
dibawah kadar air 12 % dan mengalami pengawetan kayu dengan residu dengan
pelaksanaan di bawah.
12. B e s i
a. Semua besi beton yang dipakai harus sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
b. Baja tulangan harus dari baja polos atau diprofilkan dengan tegangan leleh
minimal 2400 kg/cm2 untuk besi beton Ø < 12 dan dengan tegangan leleh 4000
kg/cm2 untuk besi beton Ø > 13, yang dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan-kelentuan SKSNI T-15-1991-03.
c. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan di udara terbuka untuk jangka lama. Cara pembengkokan besi tulangan
harus menurut SKSNI T-15-1991 - 03.
d. Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat selama pengecoran.
Selimut beton dibuat dengan beton decking (tahu beton) dari semen pasir
campuran 1 : 2 dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm untuk elemen struktur (balok, kolom
lantai II) dan 4 x 4 x 4 cm untuk elemen struktur (balok, kolom lantai I) atau
sesuai dengan petunjuk Direksi. Besi tulangan harus disatukan satu sama lain
dengan kawat bendrat dengan mutu sama dengan baja tulangan kecuali jika
Direksi menginstruksikan menggunakan las.
e. Sebelum pengecoran baja tulangan harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat
atau bahan lain yang merusak.
f. Untuk besi rangka baja tidak boleh besi bekas pakai dan bekas karat.

PASAL 05
AIR KERJA
Pemborong harus memperhitungkan penyediaan air untuk keperluan bangunan, baik
dengan sumur pompa atau cara-cara lain yang memenuhi syarat, tidak diperkenankan
memakai air rawa atau sesuai dengan petunjuk direksi.

PASAL 06
PEKERJAAN TANAH
1. Umum

Semua pekerjaan tanah dikerjakan sesuai dengan letak, elevasi, kemiringan dan
penampang yang diminta dalam gambar, dengan memperhitungkan ruang kerja dan
ukuran bangunan.
Tanah galian yang memenuhi syarat, setelah memperoleh persetujuan Direksi
dapat dipakai sebagai tanah timbun secepat mungkin sehingga tidak mengganggu
lingkungan. Tanah yang tidak terpakai untuk menimbun harus disingkirkan dari
lokasi dengan segera.
Termasuk di dalam pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembersihan, penggalian,
penimbunan, pemadatan, membuang ke tempat lain, pekerjaan menurap,
mengeringkan air, dan mengembalikan lapisan tanah yang digali.
Kontraktor tidak diperkenankan menumbangkan pohon tanpa ijin dari Direksi.
Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan yang disyaratkan dan ditentukan dari
gambar-gambar pelaksanaan.
Bila pada waktu pelaksanaan penggalian ternyata kondisi tanah galian kurang
baik dan dikhawatirkan akan terjadi kelongsoran, maka harus diadakan konstruksi
penguat (dengan turap kayu) atau lain-lain cara yang disetujui Direksi sehingga
pekerjaan dapat berlangsung terus.
Segala biaya akibat adanya pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.
Jika pada waktu penggalian terdapat tanah gembur atau batuan, maka tanah/ batuan
tersebut harus dibuang dan diganti dengan urugan pasir sehingga rata permukaannya.
Kedalaman dan lebar galian harus sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
pelaksanaan dengan baik dengan memperhitungkan kedalaman letak pondasi atau
bangunan yang akan dilaksanakan.
Jika dasar galian telah mencapai kedalaman sesuai gambar rencana terdiri dari
tanah lumpur, maka galian harus dibuang dan diganti dengan tanah lainnya yang
ditunjuk oleh Direksi atas beban Kontraktor.
Semua pekerjaan konstruksi dan pemasangan harus dilakukan dalam keadaan
dasar galian yang kering dan atas beban Kontraktor, Kontraktor diwajibkan
menyediakan pompa air untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini bila diperintahkan
oleh Direksi.
Semua galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan
kembali harus dibuang ke tempat yang ditunjukkan oleh Direksi atas beban
Kontraktor.
2. Pengukuran Elevasi Tanah
Untuk memulai penggalian, Kontraktor harus mengukur elevasi tanah asli
dengan cara yang disetujui oleh Direksi. Direksi harus hadir dalam pengukuran
tersebut.

PASAL 07
PONDASI LAJUR BATU BELAH

1. Yang dimaksud dengan pondasi pasangan batu belah ialah :


a. Semua pondasi selain pondasi dangkal dari material batu belah dengan
pengikat semen.
b. Semua pekerjaan pasangan batu belah yang terletak di bawah tanah yang
menerima langsung beban pasangan batu bata.
2. Pekerjaan galian tanah pondasi.
a. Semua galian tanah pondasi diletakkan minimal 1.50 m dari jarak lubang
galian tanah pondasi, agar tanah hasil galian tidak longsor dan masuk lagi
kedalam galian tanah dan tidak menganggu kedudukan bouwplank.
b. Kedalaman galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar, dan mendapatkan
persetujuan dari direksi.
c. Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah
terlebih dahulu dibuang humusnya dan akar-akar pohon yang ada disekitarnya
/ sesuai petunjuk direksi lapangan.
d. Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan parit-
parit sementara untuk mengalirkan air.
e. Perbaikan galian pondasi yang diakibatkan terlalu dalam penggalian tanah
untuk pondasi, menggunakan pasir urug yang dipadatkan dengan air.
3. Pasangan pondasi batu belah
a. Sebelum pasangan pondasi batu belah dimulai terlebih dahulu kegalaman
galian dikontrol terlebih dahulu apakah sudah sesuai yang diharapkan antara
lain kedalamannya, lebar galian.
b. Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug
menggunakan tanah bekas galian agar kedalamannya sesuai dengan peil yang
diinginkan (sesuai gambar), harus menggunakan pasir urug yang dipadatkan
dengan air secukupnya.
c. Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah (sesuai gambar), baru diurug
dengan pasir urug. Ketebalan urugan pasir urug dibuat sesuai gambar.
d. Untuk mencapai kepadatan urugan sirtu harus disiram dengan air secukupnya.
e. Setelah lapisan urugan pasir urug, baru dilakukan pemasangan lapisan batu
kosong.
f. Untuk mengisi pasangan batu kosong harus diurug dengan pasir urug dan
disiram dengan air secukupnya.
g. Pasangan batu belah bisa dilakukan setelah pasangan batu kosong selesai
secara keseluruhan.
h. Pasangan batu belah menggunakan campuran 1 PC : 5 Pasir
i. Bentuk dan ukuran pondasi agar dibuat sesuai dengan gambar.
j. Dalam pelaksanaan pasangan batu belah tidak boleh saling menempel harus
diberi jarak dengan sepesi 1 PC : 5 Pasir.
k. Batu belah yang digunakan tidak diperbolehkan menggunakan batu blondos,
batu bisa digunakan setelah dipecah terlebih dahulu.
l. Batu belah yang digunakan tidak boleh terlalu besar dan harus bergrdasi
maksimal 20 cm.
m. Setelah selesai pekerjaan pasangan batu belah untuk pondasi, pondasi tersebut
harus di braben menggunakan campuran yang sama
4. Urugan kembali.
a. Setelah pekerjaan pasangan batu belah selesai tidak diperbolehkan mengurug
sisa bekas galian tersebut sebelum mendapatkan izin dari direksi lapangan..
b. Pekerjaan urugan kembali tidak boleh mengurug pasangan batu belah.
c. Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas gailan.

PASAL 08
PEKERJAAN BETON

1. Yang termasuk pekerjaan beton ialah :


a. Semua pekerjaan beton tidak bertulang, antara lain neut kaki kusen, pengisi
lobang angkur, rabat beton dan lain-lain seperti pada gambar yang tertera.
b. Semua pekerjaan beton bertulang yang menurut sifat konstruksinya merupakan
struktur utamanya antara lain : pondasi dangkal, kolom-kolom struktur, kolom
praktis, balok lantai, plat lantai, tangga, ring balk dan lain-lain seperti pada
gambar.
c. Semua pekerjaan yang dilakukan sebelum, sedang dan sesudah pengecoran yaitu :
pembuatan cetakan, persiapan dan penulangan (stek-stek), pengecoran,
pemeliharaan, pembukaan cetakan dan lain sebagainya.
d. Semua pekerjaan beton yang akan dilakukan sebelum pengecoran harus dilakukan
test beton dengan pemeriksaan test beton yang dilakukan di lembaga yang biaya
pengetesannya ditanggung oleh pemborong.
2. Persyaratan Umum :
a. Konstruksi-konstruksi harus menggunakan peraturan peraturan / normalisasi yang
berlaku di Indonesia seperti PBI’71 / SKSNI – T15 – 1991-03, PMI, PKKI dan
lain-lain.
b. Peraturan beton
 Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada PBI ’71 /
SKSNI – T15 – 1991-03.
 Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2 pasal 3.1
sampai 3.9 atau seperti yang tertera dalam SKSNI – T15 – 1991-03.
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2 bagian 3 bab 4,5,6 berlaku
seluruh pasal.
 Syarat-syarat pekerjaan tulangan PBI ‘71 NI-2 bab 5 pasal 5.3 sampai 5.8.
 Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan PBI ’71 / SKSNI –
T15 – 1991-03.
 Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).
c. Penggunaan bahan bangunan.
 Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat K-225 untuk beton struktur
atas (balok, kolom pelat dan tangga) dan untuk beton struktur bawah (pelat
pondasi dan sloof) dengan test beton yang dilakukan di laboratorium yang
resmi.
 Kualitas baja U-24. untuk tulangan kurang dari atau sama dengan  12
sedangkan U-40 untuk tulangan lebih dari 12.
 Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive beton.
d. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan :
Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton pemborong harus meneliti gambar-gambar
kerja penulangan beton. Apabila terjadi keragu-raguan segera memberitahu
kepada Direksi.
e. Adukan
Adukan beton tak bertulang dan beton bertulang adalah sesuai dengan mix design.
Dengan mutu beton
K-225.
f. Tulangan
 Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus dilakukan
dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan
sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam gambar kerja, harus
dimintakan persetujuan direksi terlebih dahulu.
 Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahan-bahan lain
yang mengurangi daya rekat.
 Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
 Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau tumpuan
lain. Untuk itu harus dibuat beton tahu (beton decking) dengan tebal dan
pemasangan sesuai dengan PBI ’71 / SKSNI – T15 – 1991-03
 Untuk mengatur jarak tulangan tarik dan tulangan tekan pada pelat digunakan
cakar ayam, yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.
 Pertemuan dengan tulangan Plat / balok / kolom / pondasi yang sudah dicor
harus distek dengan overlapping sesuai dengan PBI ‘71.
 Persiapan Pengecoran
 Pemborong harus membuat kotak-kotak takaran untuk adukan beton, yang
disetujui oleh konsultan penngawas.
 Semua cetakan dibersihkan dari segala kotoran.
 Pertemuan dengan plat/balok/kolom/pondasi yang sudah dicor beton kering
dan sebagainya dibongkar terlebih dahulu sampai panjang dibuat miring 45
sesuai PBI ‘71 dan disiram air semen kental.
 Cetakan harus datar dan tegak lurus, cetakan kedudukan dan bentuknya tetap
tidak bergeser maupun bergerak pada waktu dan setelah pengecoran tetapi
mudah dibongkar. Cetakan dibuat sesuai fungsinya. Sambungan-sambungan
antara papan dan balok harus rapat, rapi dan kuat.
 Khusus untuk plat lantai dan balok-balok induk dan anak, cetakan
menggunakan multiplek tebal 18 mm.
 Apabila untuk rangka penyangga bekisting digunakan kayu, maka bahan kayu
harus kering, lurus dan berupa kayu kina atau pinus. Jarak penempatan
maksimum adalah 60 cm. Dan memikul muatan dibawah 1000 kg.
 Bila menggunakan bambu sebagai penyangga harus seijin Direksi lagi pula
penyangga tidak boleh didirikan di atas tanah (harus dengan alas papan).
 Penulangan diteliti kembali/disesuaikan dengan gambar, kalau ada yang
bengkok atau berubah posisi harus segera dibetulkan.
 Perubahan / penambahan penulangan dan ukuran beton atau perbedaan
pelaksanaan dengan gambar kerja, harus sepengetahuan dan disetujui oleh
Direksi.
 Seluruh pipa kabel harus dipasang pada plat lantai dan kolom-kolom sebelum
dicor.
g. Perbandingan Campuran dan Kekuatan
Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang
diberikan. Tes pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk
berbagai kelas beton yang direncanakan dan harus mengikuti NI – 2 (PBI’ 71)
bagian 3 bab 4 untuk menentukan perbandingan semen, agregat dan air yang
akan digunakan.
Tes pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan
pengerjaan (workability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang diperoleh kira –
kira 30% - 40% lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Pengawas Proyek adalah
untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin – mesin
pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton.
Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari test pendahuluan akan tetap
dipertahankan selama pekerjaan berlangsung, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
/ Engineer, perubahan mana dipandang perlu karena adanya perubahan dalam
bahan atau hasil-hasil test.
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi bangunan ini adalah :
 K – 225 untuk komponen struktural dari beton bertulang yang dicor setempat
seperti : plat lantai, balok, kolom dan tangga
 K – 225 untuk struktur bawah pile cap, pelat pondasi dan sloof
 K – 125 untuk lantai kerja.
h. Test Pendahuluan untuk Menentukan Perbandingan Beton
Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan – bahan
penambah (admixture) yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang
memenuhi persyaratan harus ditentukan oleh Pemborong dari sejumlah
campuran-campuran percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk beton
yang akan dipakai dalam pekerjaan.
Persetujuan Pengawas Proyek mengenai campuran percobaan termasuk kekuatan
28 (dua puluh delapan) hari harus di dapat secara tertulis sebelum beton diizinkan
untuk dicor.
i. Bahan – Bahan Penambah (Admixture)
Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diizinkan Pengawas Proyek.
Dimana penggunaan admixture diizinkan, maka bahan ini harus ditambahkan
pada beton dalam tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur
otomatis, dan petunjuk – petunjuk pabrik mengenai penggunaannya.
j. Tempat Adukan
Pengadukan dari semua semen, agregat kasar dan halus harus dilakukan dalam
mesin pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat
pengatur/penunjuk berat. Air yang dimasukkan ke dalam mesin pengaduk ini
harus dilakukan dengan tepat. Kadar kelembaban dari agregat harus
diperhitungkan sehingga banyaknya air yang akan dimasukkan dapat ditentukan
dengan tepat. Kadar kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali
sehari yaitu sekali diwaktu pagi dan sekali diwaktu siang atau pada waktu – waktu
lain yang dianggap perlu oleh Pengawas Proyek. Toleransi untuk pengadukan
harus dalam batas 2% untuk semen dan 3% untuk agregat.
k. Pengecoran
 Pengecoran beton harus seijin tertulis dan sepengetahuan Direksi.
Perbandingan adukan beton sesuai dengan ketentuan dalam bestek ini.
 Angka dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam berat yang
ditakar dalam keadaan kering.
 Takaran harus dibuat baik dan kuat dan sebelum dipakai dimintakan
persetujuan Direksi.
 Pengadukan minimum 3 menit setelah semua bahan masuk ke dalam drum
pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna yang
sama.
 Penggunaan bahan-bahan pembantu harus terlebih dahulu disetujui oleh
Direksi.
 Bekisting atau tulangan yang tekena percikan beton harus dibersihkan
sebelum pengecoran selanjutnya.
 Beton tak boleh dituang langsung dari ketinggian lebih dari 1,5 meter untuk
mencegah terlepasnya agregat dari campuran bahan pengikatnya.
 Nilai slump untuk lantai, balok, kolom dan pondasi adalah 7,5 sampai 12 cm.
 Pasangan batu bata dilakukan dengan campuran 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps untuk
semua pasangan batu bata selain pasangan trasram.
 Batu bata sebelum dipasang harus direndam di dalam air terlebih dahulu
sampai jenuh.
 Pasangan bata setengah batu dilakukan bertahap, setiap hari setinggi 1
m,tidak boleh melebihi 1 m diikuti dengan cor kolom praktis.
 Batu bata kurang dari setengah panjang tidak boleh dipergunakan.
 Siar dikerok sebelum diplester, dan pasangan batu bata tidak boleh ditembus
andang-andang.
 Pasangan batu bata seluas maksimum 12 m2 harus diperkuat beton (kolom
praktis) 12 x 12 cm dengan tulangan pokok 410, beugel 6 jarak 15 cm
kecuali sudah ada perkuatan lain.
 Pasangan batu bata yang telah berdiri harus terus menerus dibasahi air selama
14 (empat belas) hari.
l. Pembongkaran Bekisting.
 Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga
menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor. Bagian struktur beton
vertikal yaitu sisi balok kolom praktis, dapat dibongkar bekistingnya setelah
72 jam dengan persyaratan bahwa betonnya telah cukup mengeras sehingga
tidak ada kemungkinan cacat, setelah mendapat ijin dari Direksi. Bagian
struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak boleh dibongkar
begesting maupun tiang penyangganya sebelum elemen struktur tersebut
mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri berikut bahan-bahan
pelaksanaan di atasnya. Dalam keadaan apapun bekisting tidak boleh
dibongkar sebelum mencapai 14 (empat belas) hari pada beton yang memakai
rawatan begesting baru boleh dibongkar setelah rawatan berakhir.
 Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air,
selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.

m. Pemotongan Contoh Beton untuk Pengujian (Core Drill)


Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal
– hal lain dimana kubus – kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian
seperti yang telah diutarakan di atas, maka harus dilakukan pengambilan contoh
dari beton yang telah mengeras yang berbentuk silinder yang mempunyai
diameter luar 100 mm untuk diuji. Peralatan dan cara pemotongan/pengambilan
contoh harus disampaikan kepada Direksi / Engineer sebelum pelaksanaannya dan
persiapan – persiapan dan pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A
1108. Jika kekuatan contoh silinder yang diambil dari beton yang telah mengeras
ini lebih rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak
memenuhi persyaratan – persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi, maka
pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak memenuhi persyaratan.
 Hasil Pengujian yang tidak Memenuhi Syarat
Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, pemborong harus mengambil
langkah – langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh
Pengawas Proyek dan sebelum pelaksanaannya. Pemborong harus
menyampaikan detail pelaksanaan kepada Pengawas Proyek untuk mendapat
persetujuannya dan harus menjamin bahwa beton yang akan dicor memenuhi
persyaratan. Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk
pengujian, peralatan pemotongan dan peralatan lain – lain, menjadi
tanggungan Pemborong.
 Peralatan Pengaduk Beton (Plant)
Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik type maupun kapasitasnya yang
direncanakan khusus untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat
beton ini harus memenuhi persyaratan teknis yang telah disetujui oleh
Pengawas Proyek.
Waktu pengadukan harus lebih dari 1.5 menit dalam hal penggunaan
pengaduk yang dapat dimiringkan (tikting mixer) dan lebih dari satu menit
dalam penggunaan forced mixer. Jika waktu pengoperasian mixer harus
segera dihentikan, tidak boleh dilakukan penambahan bahan lagi ke dalam
mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan.
Jika Pemborong menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang
lebih kecil untuk pekerjaan khusus atau bagian – bagian pekerjaan yang jauh
letaknya, maka hal ini dapat disetujui oleh Pengawas Proyek asal mixer yang
lebih kecil ini juga dilengkapi dengan alat timbangan.
Dalam keadaan biasa pengadukan beton dengan mempergunakan tangan
tidak diizinkan. Tapi bila jumlah beton yang dicor sedikit atau pada bagian
pekerjaan yang dianggap kurang penting, pengadukan dapat dilakukan dengan
tangan, hal mana sepenuhnya tergantung kepada pertimbangan Pengawas
Proyek.
 Pengangkutan
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat
mungkin dari mixer agar dijamin bahwa tidak akan terjadi bleeding atau
segregasi dari campuran agregat dan slump akan sesuai dengan harga – harga
yang ditentukan. Jika dipergunakan kereta dorong atau trollry maka harus
dibuat tempat jalannya yang rata agar beton tidak bersegregasi selama
diangkut. Pemompaan beton dapat diizinkan jika Pengawas Proyek
menyetujuinya. Setiap perubahan perbandingan untuk campuran yang
dianggap perlu dilakukan agar beton dapat dipompa harus dilaksanakan oleh
Pemborong dan sepenuhnya menjadi tanggungannya. Tempat pengadukan
yang terapung (floating) atau truk pengaduk akan dipakai utuk pengangkutan
beton yang dipergunakan pada pekerjaan – pekerjaan maritim dan cara
pengangkutannya harus disetujui oleh Pengawas Proyek.
 Penempatan dan Pemadatan
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang – barang lain yang
harus berada didalam beton, harus dibersihkan dari semua macam kotoran.
Semua cetakan dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang
yang akan diisi beton harus betul – betul dibersihkan. Pekerjaan pengecoran
di bagian manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persiapan –
persiapannya disetujui dan izin pengecoran diberikan oleh Pengawas Proyek.
Pengecoran harus selalu diawasi langsung oleh mandor atau (foreman) yang
berpengalaman.
Pemborong harus memberitahukan kepada Pengawas Proyek bila akan
mengecor dengan mengajukan request yang telah disetujui Pengawas Teknik.
Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga dalam satu bagian pekerjaan,
permukaannya rata. Penempatan didalam lapisan – lapisan horisontal tidak
boleh melebihi tebal 40 cm (setelah dipadatkan), kecuali ditentukan lain oleh
Pengawas Proyek. Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus antara
tempat sambungan yang direncanakan atau disetujui tanpa terhenti termasuk
waktu makan. Jika dipakai corong – corong untuk mengalirkan beton, maka
kemiringan harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi dan harus
disediakan selang – selang penyemprot atau pelat – pelat peluncur agar tidak
terjadi segregasi selama pengecoran.
Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m.
Kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga tebal beton tidak
kurang dari 0,5 m per jam dan tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui lain
oleh Pengawas Proyek. Semua beton harus dipadatkan dengan
mempergunakan vibrator yang digerakkan dengan tenaga listrik (immersion
type vibrator) yang baik type maupun cara kerjanya disetujui oleh Pengawas
Proyek. Vibrator yang disediakan harus cukup jumlah, ukuran dan
kapasitasnya dan sesuai dengan banyaknya beton yang akan dicor, ukuran –
ukuran beton dan penulangan. Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik
didalam acuan dan sekeliling penulangan dan barang – barang lain yang
diletakkan didalamnya tanpa harus memindahkan. Penggetaran yang
berlebihan (overvibration) yang menyebabkan segregasi, permukaan yang
keropos atau kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.
 Siar Dilatasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar dilatasi, letak dan
pengaturannya ditunjukkan dalam gambar – gambar atau seperti yang
disetujui Pengawas Proyek. Apabila siar dilatasi harus dibuat diluar yang
ditunjukkan oleh ganbar, karena kerusakan mesin pengaduk beton atau
keadaan yang tidak terduga, harus dibuat bulk-head sedemikian sehingga
arahnya tegak lurus arah tegangan – tegangan utama. Apabila letaknya
berdekatan dengan tumpuan atau lokasi yang dianggap oleh Pengawas Proyek
tidak dikehendaki, maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut
harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah
mengeras, maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan. Kemudian
permukaan tersebut harus dibersihakan dari bagian – bagian yang lepas dan
kotoran – kotoran lainnya disemprot dengan air semen atau zat perekat
(addition) dan beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan dengan baik
pada bidang pertemuan tersebut. Sebelum pengecoran, permukaan beton lama
harus dilapis dengan adukan semen dengan kualitas yang sama dengan adukan
beton.
 Selimut Beton
Tebal selimut beton untuk seluruh konstruksi pada lantai I dan pondasi poer
karena berhubungan dengan air laut setebal 4 cm, sedang untuk kontruksi
pada lantai II dan keatasnya, tebal selimut beton minimal 3 cm.
 Pengeringan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan dari pengaruh panas
matahari yang merusak, hujan dan air yang mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan cara
sebagai berikut :
 Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, atau bahan sejenis
atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari.
 Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan
air yang disetujui.
 Cetakan Beton
Cetakan yang dipakai untuk beton dari kayu bekisting, dilapis dengan triplex
atau multiplex. Konstruksi harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan
beban hidup yang bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran –
getaran tanpa mengalami perubahan.
Acuan harus direncanakan sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian
permukaan yang baik dan harus diperhitungkan.
Acuan boleh dibuka setelah beton berumur cukup.
 Penulangan
Penulangan untuk konstruksi beton harus memenuhi persyaratan – persyaratan
dalam PBI 1971 / SKSNI – T15 – 1991 –03. Pemborong sebelum
melaksanakan pembesian harus membuat gambar kerja yang mencakup
penempatan tulangan, pemotongan dan pembengkokan besi.
Dalam pemotongan tulangan tidak boleh menggunakan binder.
Antar tulangan yang satu dengan yang lain harus dihubungkan dengan
bendrat. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat – tempat yang telah
ditentukan dalam gambar dan pada tempat – tempat yang disetujui oleh
Pengawas Lapangan. Panjang sambungan harus sesuai dengan PBI 1971 /
SKSNI – T15 – 1991 – 03.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan harus diperiksa oleh Pengawas
mengenai penempatan dan kebersihannya.
Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan ijin pengecoran
belum diberikan oleh Pengawas Proyek.

PASAL 12
PEKERJAAN LISPLANK

1. Lisplank bawah genting dibuat dari kayu kamper ukuran tebal 3 cm dan lebar 30
cm/ sesuai gambar dengan konstruksi dan pelaksanaan sesuai dengan gambar
detail.
2. Kayu yang dipasang harus kayu tua, lurus, kering dan tanpa cacat-cacat dan
disetujui oleh Direksi
3. Pemasangan lisplank bawah genting harus menghasilkan bidang yang rata dan
dijamin kekuatannya, sambungan-sambungan harus betul-betul rapi dan tidak ada
bagian yang bergelombang dan harus waterpass. Kemudian dicat dengan cat kayu.
Ujung-ujung usuk yang kelihatan agar diketam rata dan halus juga difinish dengan
cat kayu.

PASAL 13
PEKERJAAN PLAFOND & LANGIT-LANGIT

1. Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan pemasangan plafond dengan pada lantai 4 dan pada kamar mandi.
b. Pekerjaan pemasangan plafond dengan menggunakan rangka usuk dan balok.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan pemasangan plafond dengan menggunakan rangka usuk dan papan
a. Pekerjaan plafond dengan menggunakan rangka usuk dan papan harus dikerjakan
sesuai dengan gambar.
b. Sebelum usuk dan papan dipasang terlebih dahulu usuk dan papan diserut
minimal tiga sisi hingga halus dan rata.
c. Pemasangan plafond harus dikerjakan sedemikian rupa hingga sesuai dengan
gambar.
d. Semua rangka yang masuk dalam dinding pasangan batu bata harus diberi angkur
dan di cor dengan menggunakan campuran beton 1 Pc : 2 Ps : 3 kr.
e. Besi IWF yang digunakan sebagai hanger p[lafond harus besi utuh dan tidak besi
bekas.
f. Kayu usuk yang menumpang pada rangka hanger ( besi IWF ) harus benar-benar
kuat dan rapi, dengan cara besi IWF dilubang dan di sekrup ke rangka kayu usuk
tersebut.
g. Pemasangan plafond rangka usuk dan papan harus menghasilkan bidang yang
plat, datar dan herizontal
h. Semua rangka plafond difinishing dengan menggunakan melamin.

PASAL 16
PEKERJAAN CAT-CATAN & PELITURAN.

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan cat tembok meliputi semua bagian dinding tembok, dan kolom, kecuali
yang di minta di expose.
b. Pekerjaan pelitur kayu meliputi semua kosen kayu, jendela dan daun rangka daun
pintu dan jendela.
c. Pekerjaan memeni kayu meliputi semua kayu pada konstruksi tritisan (konsol,
gording dan listplan).
d. Pekerjaan cat besi meliputi pengecatan konstruksi yang menggunakan besi,
handrill dan daun pintu dari besi.
e. Pekerjaan cat kayu meliputi semua kayu yang kelihatan, selain yang dipolitur.
2. Syarat-syarat pelaksanaan :
a. Bahan :
 Syarat bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini :
 Untuk cat tembok harus cat yang berkwalitas baik mudah dibersihkan (
sekwalitas Mowileks).
 Cat kayu yang digunakan yang berkalitas baik sekwalitas Emco.
 Cat besi yang digunakan sekwalitas Nipont Paint.
 Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng untuk cat tembok = 15 liter,
untuk cat kayu = 10 kg, dimana tertera nama perusahaan pembuatnya,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatan.
 Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari Konsultan
pengawas/direksi lapangan.
 Plamour dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan merk
yang sama dengan merk cat yang dipilih.
 Cat meni digunakan sesuai dengan cat jadi dan sesuai dengan penggunaan cat.
 Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik dan bahan yang diencerkan.
 Warna-warna cat yang digunakan harus bermutu dan bagian luar dengan
catyang tahan cuaca dan ditentukan oleh Direksi.
b. Cat tembok :
 Bidang yang akan dicat tembok sebelumnya harus dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi dengan air. Setelah kering didempul
pada tempat yang berlubang sehingga permukaannya rata dan licin yang
selanjutnya diplamour secara merata dan di amplas/diambril, kemudian dicat
paling sedikit 2 (dua) kali dengan roller minimal 20 cm sampai baik atau
dengan cara yang telah ditentukan oleh pabrik.
 Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengecatan
yang rata dan baik.
 Pengecatan dilakukan setelah pekerjan pemasangan lantai selesai secara
keseluruhan.
 Pengecatan tidak boleh berganti ganti kuas, agar tidak tercampur warna lain.
c. Memeni kayu
 Bidang yang akan dicat meni harus bersih dan dalam keadaan kering.
Pengecatan harus merata dan tidak lagi terlihat warna serat-serat kayu yang
dicat.
 Sebelum memeni kayu sebelumnya lubang-lubang kayu di dempul dahulu.
 Penggunaan kuas yang dipakai tidak diperkenankan untuk mengecat kayu,
setelah pekerjaan meni selesai.
d. Cat kayu
 Menggunakan cara seperti petunjuk dari pabriknya atau sebelum pekerjaan cat
dimulai, kayu harus kering dan digosok dengan amplas sampai halus dan
didempul pada tempat yang berlubang selanjutnya diplamour sampai rata dan
di ambri/di amplas, kemudian dicat minimum 2 (dua) kali ,hingga rata sampai
tidak kelihatan warna kayunya lagi. Pengecatan dilakukan pada tempat yang
tidak terkena sinar matahari langsung.
 Pengecatan dilakukan setelah pekerjaan kayu terpasang secara keseluruhan,
dan dinyatakan siap untu dicat oleh dereksi.
 Penggunaan kuas yang dipakai tidak diperkenankan untuk mengecat kayu,
setelah pekerjaan meni selesai.
e. Cat besi
 Semua pekerjaan yang telah dicat meni besi baru boleh dicat setelah terlebih
dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel. Pengecatan minimum 2
(dua) kali. Pengecatan di luar ketika cuaca mendung dan hujan tidak
diperkenankan.
 Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pekerjaan
yang baik.
f. Melamik
 Yang dimaksud dengan pekerjaan polituran / melamin disini ialah semua
pekerjaan kayu yang tidak dicat, meliputi : semua kusen pintu,jendela daun
pintu, jendela dan bovenlicht, sesuai petunjuk direksi.
 Sebelum kayu yang akan dipolitur/ melamin harus bersih dari kotoran maupun
cat. Kayu yang lubang sebelumnya harus didempul menggunakan dempul
khusus politur hingga rata, setelah itu baru di kuas dengan oker. Lalu diambril
hingga rata dan halus. Setelah kayu dianggap sudah siap dipolitur, baru
dipolitur. Cara politur menggunakan kain kaos dengan digosok-gosokan
hingga rata dan mengkilat.
 Bahan politur disyaratkan harus buat sendiri dengan bahan sepertus dicampur
dengan serlak yang mutunya baik direndam dalam tempat untuk siap dipakai.
 Penggunaan melamin harus sesuai petunjuk pabrik.
g. Coating
 Yang dimaksud dengan pekerjaan coating disini adalah semua pekerjaan besi
termasuk dalam pengecetan.
 Sesudahj pekerjaan anti karat pada pekerjaan besi diadakan lapisan coating
(lapisan pelinding matrial bahan besi).

PASAL 15
KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEURE
1. Semua kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan claim.
2. Semua kenaikan harga akibat Pemerintah Republik Indonesia dibidang moneter yang
bersifat nasional dapat mengajukan claim sesuai dengan Keputusan Pemerintah dan
Pedoman resmi dari Pemerintah R.I.
3. Semua kerugian akibat force majeure berupa bencana alam antara lain : gempa bumi,
angin topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain, dimana kejadian
tersebut dapat dibenarkan oleh Pemerintah bukan menjadi tanggungan pemborong.
4. Untuk kelambatan penyerahan yang disebabkan oleh force majeure maka pihak
pemborong harus segera memberitahukan kepada Pemimpin Proyek, selambat-
lambatnya 48 (empat puluh delapan) jam setelah kejadian disertai bukti-bukti yang
sah dipihak berwenang.

PASAL 16
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Papan Nama Proyek lengkap dengan tulisan.
2. Jalan masuk dibuat sesuai arahan Direksi Pekerjaan.
3. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini dijelaskan di dalam aanwijzing dan
atau akan diberikan petunjuk Direksi.
4. Contoh BQ yang diberikan, VOLUME MENGIKAT, Pemborong harus meneliti
apabila ada tidak kesamaam antara gambar dan BQ yang diberikan.
5. Surat permintaan ijin bangunan dari pihak Proyek, sedang pengurusannya ke kantor /
kotamadia diserahkan kepada pihak pemborong.

PASAL 17
PENUTUP
1. Sehubungan dengan adanya Bab ini dan pasal demi pasal dalam spesifikasi, maka
Kontraktor wajib untuk mempelajari dan memahami gambar / bestek, daftar
kwantitas barang serta dokumen lelang lainnya agar dapat memberikan penawaran
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Lampiran dan gambar-gambar yang termasuk lingkup pekerjaan ini, tapi belum
masuk dalam uraian ini, adalah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
dokumen ini, dan harus diikuti / dilaksanakan oleh kontraktor sebagai bagian dari
penawarannya, agar diperoleh penyelesaian pekerjaan yang baik dan memenuhi
persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai