Rencana Kerja Dan Syarat
Rencana Kerja Dan Syarat
( RKS )
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM
PASAL I. 03 DIREKSI
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan oleh Proyek yang dalam hal ini
adalah:
1. Pengelola Administrasi dan Keuangan Proyek dari unsur-unsur Pemegang Mata
Anggaran dalam hal ini PT. Waskita Karya dan Pengelola Teknik Proyek dari PT.
Waskita Karya.
PASAL I. 04 KONSULTAN PERENCANA
Selaku Konsultan Perencana untuk pekerjaan ini adalah PT. Waskita Karya.
PASAL I. 08 PELELANGAN
1. Pelelangan dilakukan sesuai dengan Keputusan Presiden nomor : 16 tahun 1994 serta
perubahannya pada saat pemberian penjelasan yang termuat dalam Berita acara
Pemberian Penjelasan.
2. Pemasukan Surat Penawaran paling lambat pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:
3. Pembukaan surat penawaran akan dilaksanakan oleh panitia lelang dihadapan para
rekanan pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu :
d. Tempat:
4. Wakil Pemborong yang mengikuti pelelangan harus membawa surat kuasa bermaterai
Rp. 6000 dari pimpinan pemborong dan bertanggung jawab penuh.
PASAL I. 20 LAIN-LAIN
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini akan dijelaskan di dalam Aanwijzing
dan atau akan diberikan petunjuk Pemberi Tugas, bilamana terdapat pekerjaan yang
sifatnya menunjang penjelasan fisik dan bellum dijelaskan dalam RKS maupun
gambar serta penjelasan pekerjaan, Pemborong harus tetap melaksanakan atas biaya
Pemborong.
2. Bilamana jenis pekerjaan yang telah tercantum didalam contoh daftar volume
pekerjaan terdapat kekurangan, maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan
menurut pos-posnya masingmasing dengan cara menambah huruf alphabet pada
nomor terakhir dari pos yang bersangkutan, misalnya pos persiapan nomor terakhir 4,
maka penambahannya tidak nomor 5, tetapi nomor 4a, 4b, 4c dan seterusnya.
3. Contoh volume pekerjaan yang diberikan tidak mengikat, Pemborong harus
menghitung sendiri.
4. Surat permintaan ijin Mendirikan Banguanan dari Pemberi Tugas yaitu pihak
Developer.
5. Besarnya ijin bangunan supaya menghubungi Kantor Pemerintah Daerah setempat,
pembiayaannya timbul untuk pengurusan IMB menjadi badan Pelaksana.
BAB II
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI PELAKSANAAN
BAB III
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PASAL 01
URAIAN PEKERJAAN
Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan mempelajari :
1. Lapangan / bahan yang tersedia
2. Gambar-gambar secara menyeluruh
3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing
4. Pekerjaan harus dilaksanakan menurut :
a. RKS dan gambar-gambar detail untuk pekerjaan ini
b. RKS dan segala perubahan - perubahannya dalam aanwijzing (Berita Acara
Aanwijzing)
c. Petunjuk-petunjuk dari Pemimpin Proyek / unsur teknis
5. Tata cara penyelenggaraan bangunan ini telah diatur dalam BAB I (Instruksi Kepada
Peserta Pengadaan Barang / Jasa) dan BAB II (Syarat-syarat Umum Kontrak),
sedangkan bentuk bangunan yang dimaksud, harus dilaksanakan sesuai gambar yang
telah ditetapkan dengan syarat-syarat teknis sebagaimana tercantum dalam pasal demi
pasal.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong adalah PEMBANGUNAN RUMAH
TINGGAL TYPE - 300 GREENHILLS RESIDENCE MALANG.
PASAL 02
TEMPAT TITIK DUGA DAN UKURAN-UKURAN
1. Lokasi proyek terletak di Karangploso, Batu Malang
2. Peil / Titik duga ditetapkan sesuai dengan Bench Mark (BM) terdekat yang sudah
ditentukan oleh perencana.
3. Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-
gambar dengan catatan :
a. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar-gambar, maka yang menentukan
adalah ukuran-ukuran pada gambar dengan skala yang lebih besar dan
dikonsultasikan dengan Direksi lapangan.
b. Jika terdapat ketidak-sesuaian antara gambar dan RKS, harap dikonsultasikan
dengan Direksi lapangan.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan dilaksanakan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
d. Menetapkan ukuran dan sudut-sudut siku agar tetap dijaga dan diperhatikan
ketelitiannya.
e. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar dan bestek.
f. Pemborong diwajibkan mencocokan ukuran satu sama lain, apabila ada perbedaan
ukuran dalam gambar dan RKS segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan.
g. Bilamana terdapat selisih atau perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka
petunjuk Unsur Teknik yang dijadikan pedoman.
4. Bila dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka pemborong
tidak berhak minta ongkos kerugian, kecuali bilamana pihak pemborong dapat mem-
buktikan bahwa dengan adanya perubahan-perubahan tersebut Pemborong minta
kerugian.
5. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka
Pemborong harus membuat gambar perubahan (revisi) dengan tanda garis berwarna
diatas gambar aslinya, kesemuanya atas biaya Pemborong.
6. Gambar perubahan tersebut harus disetujui oleh Pemimpin Proyek
7. Di dalam pelaksanaan, Pemborong tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan
RKS dan ukuran-ukuran gambar, kecuali seijin dan sepengetahuan Pemimpin Proyek.
PASAL 03
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Tempat Pekerjaan diserahkan kepada Kontraktor dalam keadaan seperti pada waktu
Pemberian Penjelasan.
a. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Pengelola Proyek,
barak kerja dan gudang untuk menyimpan bahan-bahan.
2. Piket-piket bouwplank dan profil :
Piket-piket guna menentukan as, titik duga dan lain-lain sebagainya dibuat dari kayu
tahun yang baik dan kering, ukuran 5 x 7 panjang secukupnya dan dimeni.
3. Bouwplank
a. Bouwplank harus dipasang pada patok-patok yang tertancap kuat kedalam tanah
dan tidak dapat digerakkan.
b. Profil untuk pasangan harus dari kayu meranti, kayu kapur/kayu kelapa yang tua,
kering dan lurus.
c. Titik-titik as bangunan harus di jaga kebenarannya jangan sampai berubah
letaknya.
d. Pemasangan bouwplank harus berjarak maksimal 20 m dan melintang bangunan.
e. Pemindahan as-as bangunan dalam bouwplank jika tidak memaksa harus dipindah
tidak dibenarkan. Pemindahan titik-titik as bangunan harus sepengetahuan direksi
lapangan.
4. Titik Ikat Lapangan
Kontraktor diminta untuk membuat titik ikat lapangan yang terbuat dari beton untuk
memudahkan dalam pengukuran peil pekerjaan. Pengawas diminta untuk mengawasi
penurunan bangunan terhadap titik ikat bangunan akibat terjadinya Settlement yang
disyaratkan didalam perencanaan dan melaporkan ke Pemimpin Proyek.
5. Penjagaan & Penerangan.
a. Pemborong harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang dan malam) dalam
kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain-
lain.
b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan/lampu
pada tempat tertentu.
c. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lain yang
disimpan dalam gudang dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan
pencurian, Pemborong harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran
pekerjaan.
d. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase
ditempat pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran atau alat bantu lain untuk
keperluan yang sama harus selalu berada ditempat pekerjaan.
e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian-kerugian
dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material juga gudang dan lain-lain,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
6. Asuransi
a. Pemborong memberikan asuransi tenaga kerja (Astek).
b. Penggunaan asuransi harus sepengetahuan direksi dan pemimpin Proyek.
c. Persyaratan-persyaratan asuransi harus dipenuhi oleh pemborong dan wajib
dilaksanakan.
7. Keselamatan Kerja
a. Bilamana terjadi kebakaran, Pemborong harus segera mengambil tindakan dan
segera memberitahukan kepada Pemimpin Proyek.
b. Pemborong harus memenuhi / mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan
korban dan keluarganya.
c. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-syarat
Palang Merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.
d. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerja juga selalu
memberikan pertolongan kepada pekerja pihak ketiga dan juga menyediakan air
minum yang memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pemborong diwajibkan mentaati undang-undang tenaga kerja dan segera
mengurus ASTEK setelah SPK diterbitkan.
8. Pekerjaan lain-lain
Sesuai petunjuk direksi, jika terdapat pekerjaan yang belum disyaratkan dalam
pekerjan persiapan, maka kontraktor (Pemborong) wajib untuk melaksanakan atas
biaya Pemborong.
PASAL 04
PERSYARATAN BAHAN
1. Yang disebut dengan bahan bangunan adalah semua bahan-bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan sebagaimana tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan ini serta gambar kerja.
2. Semua bahan bangunan harus berkualitas baik dan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PUBB, PBI’71, SKSNI – T15 – 1991 – 03, AV, PTC, AUWI, AVE
dan PKKI.
3. Pemborong harus membuat gambar-gambar detail pelaksanaan (shop drawing),
pengiriman kepada Direksi contoh bahan bangunan termasuk warna bentuk yang akan
dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui.
4. Pemborong harus menyerahkan hasil tes laboratorium jika diperlukan, yang berkaitan
dengan mutu bahan yang akan digunakan.
5. Contoh-contoh harus sesuai dengan macam dan kualitas keadaan barang-barang yang
dipakai (dimaksud).
6. Direksi berhak untuk meminta keterangan selengkap-lengkapnya tentang bahan itu.
7. Jika diperlukan pekerjaan yang memerlukan tempat kerja selain tempat kerja yang
ada dilapangan / Basecamp, maka pemborong wajib memberitahu kepada direksi
lapangan. Agar kwalitas bahan maupun kwalitas pekerjaan sebelum dikirimkan ke
lapangan. direksi bisa merekomendasi apakah layak untuk di kirim / pasang.
8. A i r
a. Air untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang bersih dan bebas
mineral zat organik tanah lumpur, larutan alkalin dan lain-lain.
b. Jika air dari saluran air minum atau sumber air yang ada tidak mencukupi maka
pemborong sendiri harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini dengan
mendatangkan atau mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
9. Semen Portland
a. Portland Cemen (PC) yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah semen
sekualitas Nusantara.
b. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai di tempat
pekerjaan.
c. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh dipergunakan.
d. Untuk menghindari terjadinya semen sampai membatu, pemborong diwajibkan
untuk menjaga stok semen jangan sampai melebihi kapasitas penggunaan (sesuai
dengan schedule)
e. Penyimpanan semen (gudang semen), agar dibuat tidak kemasukan air / air hujan
dan pengaruh cuaca.
f. Semen harus keluaran pabrik yang sama dan hasil produksi yang sama.
10. K e r i k i l
a. Untuk pekerjaan beton, batu pecah atau koral dengan gradasi 2 sampai 3 cm,
bersih dari bahan organis atau kotoran lain sebelum digunakan harus dicuci
terlebih dahulu.
b. Kerikil yang akan digunakan untuk bahan beton (pengecoran) harus kerikil yang
keras tidak berpori.
c. Untuk pekerjaan rembesan kerikil dari kwarsa keras
11. P a s i r
a. Pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan organis dan bebas
dari bahan lumpur.
b. Pasir aduk adalah pasir yang tidak mengandung bahan organis atau garam atau
tidak tercampur tanah atau bahan-bahan lain.
c. Pasir beton adalah pasir yang bersih tidak mengandung bahan-bahan organis kasar
tajam memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam PBI’ 71.
d. Untuk pasir aduk pasir beton digunakan pasir sekualitas Muntilan atau pasir yang
kasar tidak mengandung lumpur atau tanah ( yang berkwalitas baik)
e. Penyetokan material terutama pasir agar dipisahkan sesuai dengan fungsi
penggunaannya, jangan sampai tercampur satu dengan yang lainnya..
f. Kayu yang rusak akibat kesalahan penyimpanan dalam lokasi proyek, harus
dikeluarkan segera dan merupakan resiko Pemborong.
g. Semua kayu baik untuk daerah basah maupun daerah kering harus berada
dibawah kadar air 12 % dan mengalami pengawetan kayu dengan residu dengan
pelaksanaan di bawah.
12. B e s i
a. Semua besi beton yang dipakai harus sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
b. Baja tulangan harus dari baja polos atau diprofilkan dengan tegangan leleh
minimal 2400 kg/cm2 untuk besi beton Ø < 12 dan dengan tegangan leleh 4000
kg/cm2 untuk besi beton Ø > 13, yang dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan-kelentuan SKSNI T-15-1991-03.
c. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan di udara terbuka untuk jangka lama. Cara pembengkokan besi tulangan
harus menurut SKSNI T-15-1991 - 03.
d. Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat selama pengecoran.
Selimut beton dibuat dengan beton decking (tahu beton) dari semen pasir
campuran 1 : 2 dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm untuk elemen struktur (balok, kolom
lantai II) dan 4 x 4 x 4 cm untuk elemen struktur (balok, kolom lantai I) atau
sesuai dengan petunjuk Direksi. Besi tulangan harus disatukan satu sama lain
dengan kawat bendrat dengan mutu sama dengan baja tulangan kecuali jika
Direksi menginstruksikan menggunakan las.
e. Sebelum pengecoran baja tulangan harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat
atau bahan lain yang merusak.
f. Untuk besi rangka baja tidak boleh besi bekas pakai dan bekas karat.
PASAL 05
AIR KERJA
Pemborong harus memperhitungkan penyediaan air untuk keperluan bangunan, baik
dengan sumur pompa atau cara-cara lain yang memenuhi syarat, tidak diperkenankan
memakai air rawa atau sesuai dengan petunjuk direksi.
PASAL 06
PEKERJAAN TANAH
1. Umum
Semua pekerjaan tanah dikerjakan sesuai dengan letak, elevasi, kemiringan dan
penampang yang diminta dalam gambar, dengan memperhitungkan ruang kerja dan
ukuran bangunan.
Tanah galian yang memenuhi syarat, setelah memperoleh persetujuan Direksi
dapat dipakai sebagai tanah timbun secepat mungkin sehingga tidak mengganggu
lingkungan. Tanah yang tidak terpakai untuk menimbun harus disingkirkan dari
lokasi dengan segera.
Termasuk di dalam pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembersihan, penggalian,
penimbunan, pemadatan, membuang ke tempat lain, pekerjaan menurap,
mengeringkan air, dan mengembalikan lapisan tanah yang digali.
Kontraktor tidak diperkenankan menumbangkan pohon tanpa ijin dari Direksi.
Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan yang disyaratkan dan ditentukan dari
gambar-gambar pelaksanaan.
Bila pada waktu pelaksanaan penggalian ternyata kondisi tanah galian kurang
baik dan dikhawatirkan akan terjadi kelongsoran, maka harus diadakan konstruksi
penguat (dengan turap kayu) atau lain-lain cara yang disetujui Direksi sehingga
pekerjaan dapat berlangsung terus.
Segala biaya akibat adanya pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.
Jika pada waktu penggalian terdapat tanah gembur atau batuan, maka tanah/ batuan
tersebut harus dibuang dan diganti dengan urugan pasir sehingga rata permukaannya.
Kedalaman dan lebar galian harus sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
pelaksanaan dengan baik dengan memperhitungkan kedalaman letak pondasi atau
bangunan yang akan dilaksanakan.
Jika dasar galian telah mencapai kedalaman sesuai gambar rencana terdiri dari
tanah lumpur, maka galian harus dibuang dan diganti dengan tanah lainnya yang
ditunjuk oleh Direksi atas beban Kontraktor.
Semua pekerjaan konstruksi dan pemasangan harus dilakukan dalam keadaan
dasar galian yang kering dan atas beban Kontraktor, Kontraktor diwajibkan
menyediakan pompa air untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini bila diperintahkan
oleh Direksi.
Semua galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan
kembali harus dibuang ke tempat yang ditunjukkan oleh Direksi atas beban
Kontraktor.
2. Pengukuran Elevasi Tanah
Untuk memulai penggalian, Kontraktor harus mengukur elevasi tanah asli
dengan cara yang disetujui oleh Direksi. Direksi harus hadir dalam pengukuran
tersebut.
PASAL 07
PONDASI LAJUR BATU BELAH
PASAL 08
PEKERJAAN BETON
PASAL 12
PEKERJAAN LISPLANK
1. Lisplank bawah genting dibuat dari kayu kamper ukuran tebal 3 cm dan lebar 30
cm/ sesuai gambar dengan konstruksi dan pelaksanaan sesuai dengan gambar
detail.
2. Kayu yang dipasang harus kayu tua, lurus, kering dan tanpa cacat-cacat dan
disetujui oleh Direksi
3. Pemasangan lisplank bawah genting harus menghasilkan bidang yang rata dan
dijamin kekuatannya, sambungan-sambungan harus betul-betul rapi dan tidak ada
bagian yang bergelombang dan harus waterpass. Kemudian dicat dengan cat kayu.
Ujung-ujung usuk yang kelihatan agar diketam rata dan halus juga difinish dengan
cat kayu.
PASAL 13
PEKERJAAN PLAFOND & LANGIT-LANGIT
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan pemasangan plafond dengan pada lantai 4 dan pada kamar mandi.
b. Pekerjaan pemasangan plafond dengan menggunakan rangka usuk dan balok.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan pemasangan plafond dengan menggunakan rangka usuk dan papan
a. Pekerjaan plafond dengan menggunakan rangka usuk dan papan harus dikerjakan
sesuai dengan gambar.
b. Sebelum usuk dan papan dipasang terlebih dahulu usuk dan papan diserut
minimal tiga sisi hingga halus dan rata.
c. Pemasangan plafond harus dikerjakan sedemikian rupa hingga sesuai dengan
gambar.
d. Semua rangka yang masuk dalam dinding pasangan batu bata harus diberi angkur
dan di cor dengan menggunakan campuran beton 1 Pc : 2 Ps : 3 kr.
e. Besi IWF yang digunakan sebagai hanger p[lafond harus besi utuh dan tidak besi
bekas.
f. Kayu usuk yang menumpang pada rangka hanger ( besi IWF ) harus benar-benar
kuat dan rapi, dengan cara besi IWF dilubang dan di sekrup ke rangka kayu usuk
tersebut.
g. Pemasangan plafond rangka usuk dan papan harus menghasilkan bidang yang
plat, datar dan herizontal
h. Semua rangka plafond difinishing dengan menggunakan melamin.
PASAL 16
PEKERJAAN CAT-CATAN & PELITURAN.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan cat tembok meliputi semua bagian dinding tembok, dan kolom, kecuali
yang di minta di expose.
b. Pekerjaan pelitur kayu meliputi semua kosen kayu, jendela dan daun rangka daun
pintu dan jendela.
c. Pekerjaan memeni kayu meliputi semua kayu pada konstruksi tritisan (konsol,
gording dan listplan).
d. Pekerjaan cat besi meliputi pengecatan konstruksi yang menggunakan besi,
handrill dan daun pintu dari besi.
e. Pekerjaan cat kayu meliputi semua kayu yang kelihatan, selain yang dipolitur.
2. Syarat-syarat pelaksanaan :
a. Bahan :
Syarat bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini :
Untuk cat tembok harus cat yang berkwalitas baik mudah dibersihkan (
sekwalitas Mowileks).
Cat kayu yang digunakan yang berkalitas baik sekwalitas Emco.
Cat besi yang digunakan sekwalitas Nipont Paint.
Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng untuk cat tembok = 15 liter,
untuk cat kayu = 10 kg, dimana tertera nama perusahaan pembuatnya,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatan.
Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari Konsultan
pengawas/direksi lapangan.
Plamour dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan merk
yang sama dengan merk cat yang dipilih.
Cat meni digunakan sesuai dengan cat jadi dan sesuai dengan penggunaan cat.
Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik dan bahan yang diencerkan.
Warna-warna cat yang digunakan harus bermutu dan bagian luar dengan
catyang tahan cuaca dan ditentukan oleh Direksi.
b. Cat tembok :
Bidang yang akan dicat tembok sebelumnya harus dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi dengan air. Setelah kering didempul
pada tempat yang berlubang sehingga permukaannya rata dan licin yang
selanjutnya diplamour secara merata dan di amplas/diambril, kemudian dicat
paling sedikit 2 (dua) kali dengan roller minimal 20 cm sampai baik atau
dengan cara yang telah ditentukan oleh pabrik.
Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengecatan
yang rata dan baik.
Pengecatan dilakukan setelah pekerjan pemasangan lantai selesai secara
keseluruhan.
Pengecatan tidak boleh berganti ganti kuas, agar tidak tercampur warna lain.
c. Memeni kayu
Bidang yang akan dicat meni harus bersih dan dalam keadaan kering.
Pengecatan harus merata dan tidak lagi terlihat warna serat-serat kayu yang
dicat.
Sebelum memeni kayu sebelumnya lubang-lubang kayu di dempul dahulu.
Penggunaan kuas yang dipakai tidak diperkenankan untuk mengecat kayu,
setelah pekerjaan meni selesai.
d. Cat kayu
Menggunakan cara seperti petunjuk dari pabriknya atau sebelum pekerjaan cat
dimulai, kayu harus kering dan digosok dengan amplas sampai halus dan
didempul pada tempat yang berlubang selanjutnya diplamour sampai rata dan
di ambri/di amplas, kemudian dicat minimum 2 (dua) kali ,hingga rata sampai
tidak kelihatan warna kayunya lagi. Pengecatan dilakukan pada tempat yang
tidak terkena sinar matahari langsung.
Pengecatan dilakukan setelah pekerjaan kayu terpasang secara keseluruhan,
dan dinyatakan siap untu dicat oleh dereksi.
Penggunaan kuas yang dipakai tidak diperkenankan untuk mengecat kayu,
setelah pekerjaan meni selesai.
e. Cat besi
Semua pekerjaan yang telah dicat meni besi baru boleh dicat setelah terlebih
dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel. Pengecatan minimum 2
(dua) kali. Pengecatan di luar ketika cuaca mendung dan hujan tidak
diperkenankan.
Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pekerjaan
yang baik.
f. Melamik
Yang dimaksud dengan pekerjaan polituran / melamin disini ialah semua
pekerjaan kayu yang tidak dicat, meliputi : semua kusen pintu,jendela daun
pintu, jendela dan bovenlicht, sesuai petunjuk direksi.
Sebelum kayu yang akan dipolitur/ melamin harus bersih dari kotoran maupun
cat. Kayu yang lubang sebelumnya harus didempul menggunakan dempul
khusus politur hingga rata, setelah itu baru di kuas dengan oker. Lalu diambril
hingga rata dan halus. Setelah kayu dianggap sudah siap dipolitur, baru
dipolitur. Cara politur menggunakan kain kaos dengan digosok-gosokan
hingga rata dan mengkilat.
Bahan politur disyaratkan harus buat sendiri dengan bahan sepertus dicampur
dengan serlak yang mutunya baik direndam dalam tempat untuk siap dipakai.
Penggunaan melamin harus sesuai petunjuk pabrik.
g. Coating
Yang dimaksud dengan pekerjaan coating disini adalah semua pekerjaan besi
termasuk dalam pengecetan.
Sesudahj pekerjaan anti karat pada pekerjaan besi diadakan lapisan coating
(lapisan pelinding matrial bahan besi).
PASAL 15
KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEURE
1. Semua kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan claim.
2. Semua kenaikan harga akibat Pemerintah Republik Indonesia dibidang moneter yang
bersifat nasional dapat mengajukan claim sesuai dengan Keputusan Pemerintah dan
Pedoman resmi dari Pemerintah R.I.
3. Semua kerugian akibat force majeure berupa bencana alam antara lain : gempa bumi,
angin topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain, dimana kejadian
tersebut dapat dibenarkan oleh Pemerintah bukan menjadi tanggungan pemborong.
4. Untuk kelambatan penyerahan yang disebabkan oleh force majeure maka pihak
pemborong harus segera memberitahukan kepada Pemimpin Proyek, selambat-
lambatnya 48 (empat puluh delapan) jam setelah kejadian disertai bukti-bukti yang
sah dipihak berwenang.
PASAL 16
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Papan Nama Proyek lengkap dengan tulisan.
2. Jalan masuk dibuat sesuai arahan Direksi Pekerjaan.
3. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini dijelaskan di dalam aanwijzing dan
atau akan diberikan petunjuk Direksi.
4. Contoh BQ yang diberikan, VOLUME MENGIKAT, Pemborong harus meneliti
apabila ada tidak kesamaam antara gambar dan BQ yang diberikan.
5. Surat permintaan ijin bangunan dari pihak Proyek, sedang pengurusannya ke kantor /
kotamadia diserahkan kepada pihak pemborong.
PASAL 17
PENUTUP
1. Sehubungan dengan adanya Bab ini dan pasal demi pasal dalam spesifikasi, maka
Kontraktor wajib untuk mempelajari dan memahami gambar / bestek, daftar
kwantitas barang serta dokumen lelang lainnya agar dapat memberikan penawaran
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Lampiran dan gambar-gambar yang termasuk lingkup pekerjaan ini, tapi belum
masuk dalam uraian ini, adalah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
dokumen ini, dan harus diikuti / dilaksanakan oleh kontraktor sebagai bagian dari
penawarannya, agar diperoleh penyelesaian pekerjaan yang baik dan memenuhi
persyaratan.