Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 10, Nomor 4, Juli 2022


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT


DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DEMAK

Muhamad Syaiful Bachri Al Yunus1*, Chatila Maharani1


1
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,Universitas Negeri
Semarang Jl. Raya Sekaran, Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
*Corresponding author: bachrialyunus214@students.unnes.ac.id.com

ABSTRACT
Proper drug logistics management is one of the factors so that drugs can be managed properly. Pharmacy Unit of
the Demak District Health Office had problems that were human resources,shortage, obstacles for using the
SIMDIO (information system of the Demak District Health Office for systematic recording and reporting)
application system, drug storage discrepancy with regulations, etc. The purpose of this study was to determine the
analysis of drug logistics management in the pharmaceutical installation of the Demak District Health Office. The
research used qualitative methods through in-depth interviews, observations, and observation guides for data
collection. The result showed that in planning phase us a combination method (a combination of consumption and
epidemiological methods), drug procurement used e-purchasing and e-catalogue systems, good drug receipts
because the inspections were carried out, a less spacious building for the drug storage.In addition, sometimes there
were delay distribution and inadequate transportation, the drugs` elimination step was not in accordance with
regulations. Furthermore, the recording and reporting step was done systematically using the SIMDIO application.
For the output aspect, there was unavailability and inadequacy of drugs at the puskesmas. Suggestions for the
Demak District Health Office are to carry out routine evaluations of drug logistics management, completing
transportation based on regulations, and expanding drug storage warehouses.

Keywords: Analysis; Drug Logistics Management; Pharmacy Unit; Qualitative

PENDAHULUAN masing-masing puskesmas, dan tingkat prioritas 10


Manajemen logistik obat adalah rangkaian penyakit terbesar di puskesmas. Kemudian,
kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, kebutuhan obat puskesmas disampaikan melalui
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) menggunakan sistem aplikasi SIMDIO ke
penghapusan, evaluasi dan monitoring yang saling
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak
berkaitan untuk mencapai ketepatan jumlah dan jenis yang pengadaan dan itemnya mengacu pada Daftar
obat dalam perbekalan kesehatan.(1) Tujuan dari Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium
pengelolaan obat adalah untuk memastikan Nasional.(4)
ketersediaan, distribusi, dan keterjangkauan obat Berdasarkan studi pendahuluan yang
dengan jenis dan jumlah yang cukup sehingga dapat dilaksanakan pada Februari 2021 di Dinas Kesehatan
dengan mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang Kabupaten Demak. Pengadaan obat menggunakan
dana APBD, Dana Alokasi Khusus, dan Hibah dari
tepat.(2) Oleh karena itu, perlu pengelolaan obat yang
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Proses
baik, efektif, dan efisien serta prosedur yang tepat pengadaan obat dilakukan dengan menggunakan
oleh petugas di berbagai tingkat untuk mengurangi prosedur e-purchasing (tata cara pembelian
risiko akan adanya obat yang stagnan (kelebihan barang/jasa) berdasarkan sistem e-catalogue (sistem
persediaan obat) dan obat yang stock out (kekurangan informasi elektronik yang memuat daftar berbagai
atau kekosongan persediaan obat).(3) macam obat dan harga dari berbagai penyedia
barang/jasa) yang menjelaskan bahwa pengadaan
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak merupakan
obat dilakukan secara online pada website pelelangan
pelaksana teknis di bidang pembangunan kesehatan
elektronik dan dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan
yang membawahi 27 Puskesmas (15 puskesmas rawat
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).(5)
inap dan 12 puskesmas rawat jalan). Selama ini
metode yang digunakan dalam perencanaan obat Dengan adanya sistem e-catalogue, Dinas Kesehatan
Kabupaten Demak dapat langsung melakukan
adalah kombinasi, yaitu berdasarkan kebutuhan

1
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

pengadaan melalui e-purchasing tanpa perlu Informan utama adalah Kepala Seksi Kefarmasian,
melakukan proses pelelangan. Staf Kefarmasian (2 orang), dan kepala seksi
Selanjutnya, obat yang sudah tersedia disimpan di ketenagaan DKK Demak. Sedangkan informan
gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, triangulasi antara lain Kepala Puskesmas dan staf
dimana terdapat dua gudang farmasi yaitu gudang farmasi dari Puskesmas Mranggen III (rawat inap)
pertama menyatu dengan gedung Instalasi Farmasi dan Puskesmas Karangawen II (non rawat inap).
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dan yang kedua Teknik pengambilan data dilakukan melalui
terpisah tidak jauh dari Dinas Kesehatan Kabupaten wawancara mendalam, observasi, dan panduan
observasi. Metode yang digunakan dalam penelitian
Demak. Proses pendistribusian dilakukan setiap dua
ini yaitu open coding menggunakan aplikasi QDA
bulan sekali. Pada minggu pertama puskesmas Miner Lite. Dalam open coding, peneliti
memberikan laporan LPLPO melalui sistem aplikasi menguraikan, memeriksa, membuat perbandingan,
SIMDIO, kemudian pada minggu ke dua dan tiga membuat konsep, dan mengkategorikan fakta yang
Instalasi Farmasi melakukan proses pendistribusian ditemukan dari hasil wawancara. Setelah melakukan
obat kepada semua puskesmas di wilayah kerjanya. analisis data dengan open coding, pengkodean
Dalam proses penghapusan obat di Instalasi Farmasi dilakukan dengan dua cara yaitu secara deduktif dan
induktif. Pengkodean secara deduktif yaitu
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dilakukan oleh
pengkodean dilakukan dengan cara label dibuat
pihak ketiga yaitu PT Teknotama Lingkungan terlebih dahulu berdasarkan pedoman wawancara
Internusa melalui pihak kabupaten. Kendala yang yang digunakan. Sedangkan, pengkodean secara
dialami dalam proses manajemen logistik obat di induktif yaitu pengkodean dimulai dengan
Instalasi Farmasi Dinas Kabupaten Demak yaitu pembacaan yang teliti pada transkrip wawancara,
masih terdapat kekurangan sumber daya manusia, kemudian peneliti menciptakan label untuk kategori
terdapat kendala terkait pemakaian sistem aplikasi baru ke dalam bagian kalimat yang diberikan.(6)
Di dalam pengkodean deduktif terdapat 12 kode
SIMDIO di puskesmas, syarat dan proses
dan 39 sub-kode, yaitu : (1) Sumber Daya Manusia
penyimpanan belum sesuai dengan peraturan yang yang terdiri dari sub-kode jumlah, pendidikan,
berlaku, seperti penyimpanan obat tidak secara pelatihan. (2) Sumber Anggaran/Dana yang terdiri
alfabetis, belum memiliki ventilasi yang cukup, dari sub-kode sumber anggaran, mekanisme
tumpukan obat belum sesuai dengan ketentuan, obat pencairan, kendala. (3) Data yang terdiri dari sub-
diletakkan menempel pada dinding, serta terdapat kode sumber data. (4) Prosedur yang terdiri dari sub-
beberapa rak yang tidak ada pelabelan nama obat dan kode ketersediaan prosedur. (5) Perencanaan yang
terdiri dari sub-kode proses perencanaan, metode
tidak tersedianya lemari khusus untuk menyimpan
perencanaan, pemilihan jenis obat. (6) pengadaan
obat. Selain itu, pemusnahan obat belum sesuai yang terdiri dari sub-bab proses pengadaan, sistem
dengan peraturan dan bekerjasama dengan pihak pengadaan, waktu pengadaan, kedatangan obat, dan
ketiga, pendistribusian obat di Instalasi Farmasi kendala pengadaan. (7) Penerimaan yang terdiri dari
Dinas Kesehatan Demak mengalami keterlambatan, sub-kode waktu penerimaan dan pemeriksaan obat.
transportasi yang belum memadai, dan keterlambatan (8) Penyimpanan yang terdiri dari sub-kode tempat
puskesmas dalam pengisian LPLPO. Berdasarkan penyimpanan, proses penyimpanan, sarana prasarana,
kondisi tempat penyimpanan dan kendala tempat
latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian
penyimpanan. (9) Pendistribusian yang terdiri dari
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana analisis sub-kode proses pendistribusian, transportasi, data
manajemen logistik obat di iinstalasi farmasi Dinas pendistribusian, waktu pendistribusian, kendala
Kesehatan Kabupaten Demak. pendistribusian. (10) Penghapusan yang terdiri dari
sub-kode penghapusan obat, perlakuan obat rusak,
METODE PENELITIAN pihak yang terlibat, prosedur penghapusan obat. (11)
Penelitian menggunakan metode kualitatif. Pencatatan dan Pelaporan yang terdiri dari sub-kode
Fokus penelitian ini meliputi aspek input, proses, dan sistem pencatatan, waktu pencatatan, mekanisme
output dalam manajemen logistik obat di Instalasi pengiriman data, waktu pengumpulan data, kendala
Farmasi DKK Demak. Penentuan informan dalam pencatatan & pelaporan. (12) Ketersediaan obat di
penelitian ini menggunakan purposive sampling. Puskesmas yang terdiri dari sub-kode ketersediaan
dan kecukupan obat di Puskesmas. Pada saat analisis

2
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

ditambahkan satu sub-kode penyebab obat kadaluarsa (input) yang mempengaruhi mutu pelayanan
pada kode penghapusan. Penelitian ini telah lolos kaji kefarmasian yaitu ketersediaan dana. Selain
etik dengan sertifikat nomor 282/KEPK/EC/2021, digunakan untuk pengadaan obat, dana pengelolaan
yang diterbitkan oleh Komite Etik Penelitian obat juga digunakan untuk pemeliharaan obat serta
Kesehatan (KEPK) pada tanggal 30 agustus 2021.
pengiriman obat.(9) Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya mengenai Evaluasi Perencanaan Obat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
1. Input Tenggara yang menyatakan bahwa ketersediaan dana
a. Sumber Daya Manusia operasional dapat mempengaruhi ketersediaan obat.
Secara jumlah untuk SDM yang ada di (11)
Instalasi Farmasi sudah terpenuhi, akan tetapi untuk c. Sumber Data
tenaga farmasi masih mengalami kekurangan, Data yang digunakan dalam pengelolaan
mengingat latar belakang pendidikan dari SDM tidak obat yaitu data obat pada tahun sebelumnya, data stok
semuanya dari farmasi/apoteker, dan dari pihak DKK obat, serta LPLPO dari puskesmas. Hal itu sejalan
Demak juga belum pernah melakukan pelatihan. Hal dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
itu sesuai dengan pernyataan dari Seksi Ketenagaan bahwa data dasar yang digunakan dalam perencanaan
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak yang kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
menyatakan “…secara umum SDM di Instalasi Minahasa Tenggara yaitu pemakaian obat pada tahun
Farmasi DKK Demak itu belum memenuhi karena
sebelumnya berdasarkan LPLPO.(12)
apotekernya belum ada, dan untuk kelancaran
d. Prosedur
manajemen logistiknya yaitu meminta bantuan dari
Dari hasil penelitian terdapat prosedur yang
puskesmas lain untuk menunjang di Dinas
dibuat oleh pihak kepala seksi Instalasi Farmasi
Kesehatan…”.
bersama dengan kepala seksi bidang lain dan
Menurut Undang-Undang RI No. 51 Tahun
disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
2009 sumber daya manusia yang harus tersedia dalam
Demak. Hal ini sesuai dengan Permenkes No 72
pengelolaan obat di Instalasi Farmasi minimal
Tahun 2016 yang menyatakan bahwa
terdapat tiga orang yaitu apoteker dan tenaga teknis
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian
kefarmasian.(7) Dilihat dari jumlah pengelola obat, harus didukung salah satunya dengan ketersediaan
serta tingkat pendidikan Tenaga Farmasi belum
Standar Prosedur Operasional.(13)
memenuhi ketentuan. Kekurangan jumlah tenaga
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
kerja, latar belakang pendidikan yang belum sesuai
sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan adanya
serta tidak terpenuhinya syarat ketentuan yang ada,
prosedur akan menjadikan perencanaan obat berjalan
dikhawatirkan akan mempengaruhi kelancaran suatu
dengan baik, sesuai dengan prosedur yang telah
kegiatan dalam sebuah organisasi.(8) ditetapkan sebelumnya. Jika prosedur pengelolaan
Salah satu upaya untuk meningkatkan obat tidak ada, maka akan mengakibatkan
pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian
kebingungan dalam melakukan pengelolaan obat
secara berkesinambungan untuk mengembangkan
karena tidak adanya dasar untuk memulai dan akan
potensi dan produktivitas secara optimal adalah
menyebabkan pengelolaan obat tidak berjalan dengan
dengan adanya pelatihan.(9) Hal itu sejalan dengan
baik.(14)
penelitian sebelumnya yang menyatakan kualitas
2. Proses
SDM dapat ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan
a. Perencanaan
pelatihan agar dapat meningkatkan keterampilan bagi
Perencanaan obat adalah kegiatan untuk
tenaga kesehatan.(10)
menentukan kebutuhan obat baik dari segi jenis
b. Sumber Dana/Anggaran
maupun jumlah obat secara efektif dan efisien agar
Sumber dana/anggaran yang ada di Instalasi
kebutuhan obat dapat terpenuhi. Menentukan
Farmasi DKK Demak berasal dari Dana APBD, Dana
kebutuhan obat merupakan salah satu pekerjaan
DAK (Dana Alokasi Khusus) dari pusat, yang
kefarmasian yang harus dilakukan oleh Instalasi
mekanisme perencanaan anggarannya dilakukan
Farmasi Kabupaten/Kota.(15)
setahun sebelumnya. Selain itu, dropping atau hibah
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa
dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam
proses perencanaan obat sesuai Daftar Obat Esensial
bentuk barang
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional dengan
Dalam Permenkes RI No 74 tahun 2016
menggunakan metode kombinasi, berdasarkan obat
menyebutkan bahwa salah satu unsur masukan

3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

rutin yang diajukan oleh puskesmas dan data obat


pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. (13) Dalam
program dari Dinas Kesehatan.
penerimaan perbekalan obat sebaiknya dilakukan
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh petugas yang terlibat yaitu tenaga farmasi di
yang menyatakan bahwa dalam proses perencaan
Instalasi Farmasi dan diperiksa sesuai dengan
kebutuhan obat per tahun di Dinas Kesehatan
spesifikasi obat yang dipesan.(20)
Lhokseumawe, puskesmas diminta untuk
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
menyediakan data pemakaian obat dengan
bahwa proses penerimaan obat yang ada di Instalasi
menggunakan LPLPO, selanjutnya Instalasi Farmasi
Farmasi diterima secara bertahap. Sedangkan, obat
Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan
yang diterima oleh puskesmas diterima secara
analisis terhadap kebutuhan obat di Puskesmas di
langsung. Pada saat proses penerimaan obat
wilayah kerjanya.(16) Proses pemilihan obat di Dinas
dilakukan pemeriksaan baik dari segi jenis, jumlah,
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara
dan masa kadaluarsanya.
berdasarkan pada DOEN dan Formularim Nasional,
Hal ini sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis
apabila Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Standar Kefarmasian yang menyebutkan bahwa
Kabupaten/Kota dalam pemilihan obat tidak sesuai
penerimaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan DOEN dan Formularium Nasional, maka
oleh apoteker untuk memeriksa kondisi obat sesuai
Instalasi Farmasi akan sulit untuk menentukan obat
dengan jenis, jumlah, dan masa kadaluarsa yang akan
apa yang akan disediakan.(12) dicatat pada kartu stok atau buku penerimaan obat
b. Pengadaan yang sudah ditandatangani dan mengetahui Kepala
Pengadaan merupakan kegiatan usaha yang
Puskesmas.(21) Hasil penelitian tersebut juga
dapat memenuhi kebutuhan operasional yang
didukung oleh penelitian lain yang menyatakan
ditentukan sesuai dengan proses perencanaan. Tujuan
bahwa proses penerimaan dan pemeriksaan obat
dari pengadaan obat yaitu tersedianya obat dengan
dimulai dari Dinas Kesehatan untuk diperiksa terlebih
mutu terjamin dalam jumlah dan jenis yang sesuai
dahulu, kemudian diperiksa kembali di gudang
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan serta dapat
farmasi puskesmas dan dicatat dalam pembukuan.(22)
diperoleh pada waktu yang tepat.(17)
d. Penyimpanan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan
bahwa pengadaan obat dilakukan oleh tim pengadaan
pengamanan terhadap obat-obatan yang telah
menggunakan sistem e-purchasing dan e-catalogue.
diterima agar dapat terhindar dari kerusakan fisik dan
Kendala yang dialami yaitu obat pernah mengalami
kerusakan akibat bahan kimia sehingga mutu obat
kekosongan, terkadang pendistribusian obat dari
tetap terjaga. Tujuan penyimpanan obat yaitu untuk
distributor mengalami keterlambatan, dan terdapat
memastikan obat disimpan dengan aman dan di
obat yang tidak tersedia di e-catalogue. Hal tersebut
lingkungan yang sesuai, pencatatan yang akurat,
sesuai dengan pernyataan kepala seksi kefarmasian
pengaturan tempat yang efektif untuk memudahkan
yang menyatakan “…selama dalam waktu
pencarian dan pemantauan obat kadaluarsa, serta
pemesanan, terkadang kita juga pernah mengalami
melindungi obat dari pencurian.(23)
keosongan obat. Kadang juga ada keterlambatan obat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
seperti vitamin, dan tidak semua obat saat proses
Terdapat dua tempat penyimpanan obat di Instalasi
pengadaan tersedia di e-catalogue… ”
Farmasi, pertama berada di gedung Instalasi Farmasi
Hal ini juga sejalan dengan penelitian
DKK Demak dan yang kedua berada di gedung lain
sebelumnya yang menyatakan bahwa pengadaan obat
yang tempatnya tidak jauh dengan gedung DKK
di RSUD Tugurejo dilakukan secara elektronik (e-
Demak. Proses penyimpanan obat berdasarkan
purchasing) dengan berdasarkan e-catalogue, tetapi
bentuk sediaan tetapi tidak secara alfabetis, hanya
jika dalam aplikasi terdapat kendala operasional atau
lebih memperhatikan sistem FIFO (Firs In First Out)
obat kosong pengadaan dilakukan secara menual
dan FEFO (First Expired First Out). Selain itu
kepada persusahaan farmasi yang tercantum pada e-
tempat penyimpanan belum memiliki ventilasi yang
catalogue.(18) Selain itu, terjadinya kekosongan dan cukup, tumpukan obat belum sesuai ketentuan, obat
keterlambatan kedatangan obat akan berdampak pada diletakkan menempel pada dinding, terdapat rak yang
pasien yang ada di puskesmas.(19) tidak ada pelabelan nama, sarana prasarana yang
c. Penerimaan belum memenuhi seperti troli dan lemari pendingin,
Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin serta tempat penyimpanan yang kurang luas dan
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu terbagi dengan ruang JAMKESDA.
penyerahan dan harga yang sudah tertera dalam surat

4
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

Dari penelitian di atas dapat diketahui bahwa f. Penghapusan


proses penyimpanan obat yang ada di Instalasi Penghapusan obat merupakan suatu kegiatan
Farmasi DKK Demak belum sesuai dengan JICA & penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak
Kemenkes Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa terpakai dikarenakan obat tersebut dalam keadaan
obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar.
terdapat sarana prasarana yang memadai, pengaturan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
tata ruang gudang yang baik, ventilasi yang cukup, diketahui bahwa proses penghapusan obat dilakukan
dan mencantumkan pelabelan nama obat pada rak oleh pihak kabupaten. Obat yang telah rusak atau
dengan rapi.(15) Hal ini sejalan dengan dengan kadaluarsa yang ada di Instalasi Farmasi DKK
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa luas Demak dipisah, kemudian diajukan ke pengurus
gudang yang kurang memadai sangat menghambat barang kabupaten untuk mendapatkan izin
petugas dalam melakukan tugas penyimpanan obat di pemusnahan obat. Jika izin sudah didapat, maka
gudang farmasi.(24) Penyimpanan obat yang baik pemusnahan dilakukan dengan pihak ketiga yang
ditentukan oleh banyak hal, diantaranya luas ruangan sebelumnya sudah bekerja sama yaitu dengan pihak
penyimpanan / penentuan tempat dan peletakan obat. PT Teknotama Lingkungan Internusa.
(25)
Dalam pelaksanaanya proses penghapusan
e. Pendistribusian obat yang ada di Instalasi Farmasi DKK Demak
Pendistribusian obat merupakan suatu belum sesuai dengan prosedur. Menurut Permenkes
rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan Nomor 35 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa obat
pengiriman obat, baik dari segi mutu, jenis dan kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
jumlah secara merata dan teratur untuk memenuhi dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan atau
kebutuhan di unit pelayanan kesehatan. Tujuan dari penghapusan obat-obatan yang kadaluarsa atau rusak
distribusi obat yaitu terlaksananya pengiriman obat yang mengandung bahan-bahan narkotika atau
secara merata dan teratur, sehingga dapat diperoleh psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
pada saat dibutuhkan. Baik dari segi mutu, jenis dan oleh tenaga farmasi lain yang memiliki izin praktek
jumlah sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan atau izin kerja. Laporan pemusnahan dibuktikan
program kesehatan.(15) dengan berita acara pemusnahan dengan formulir
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemusnahan dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
Pendistribusian obat ke puskesmas dilakukan oleh kesehatan kabupaten/kota.(27)
pihak DKK Demak menggunakan transportasi mobil Keberadaan obat-obatan yang rusak atau
box setiap dua bulan sekali sesuai dengan permintaan kadaluarsa ini terjadi karena adanya perubahan pola
obat yang telah disetujui oleh pihak Dinas Kesehatan. penyakit, stock berlebih dari obat-obatan yang
Akan tetapi, pada transportasi tersebut tidak terdapat dipesan sebelumnya dan obat hibah yang diterima
pendingin AC. Hal itu tidak sesuai dengan Peraturan mendekati masa kadaluarsa. Hal ini sejalan dengan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2019 penelitian sebelumnya yang menyatakan stockout dan
tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang stagnant obat dapat terjadi karena perencanaan dan
baik yang menyatakan bahwa transportasi yang pengadaan obat yang berlebihan secara tidak akurat
digunakan pada saat pendistribusian periode tertentu dan adanya perubahan pola penyakit, sehingga obat
harus mempertimbangkan ketahanan kontainer yang telah direncanakan sebelumnya tidak sesuai
pengiriman guna menjamin kondisi suhu dengan kebutuhan. Untuk menghindari terjadinya
penyimpanannya.(26) obat rusak atau kadaluarsa lebih banyak, sebaiknya
Selain itu kendala yang dialami yaitu SDM dari pihak Instalasi Farmasi mengeveluasi proses
yang terbatas, dan proses pendistribusian obat di perencanaan dan obat yang sekiranya mengalami
puskesmas yang terkadang mengalami keterlambatan slow moving dan yang sudah tidak diresepkan lagi.(28)
dan diluar jam kerja. Hal ini sejalan dengan g. Pencatatan dan Pelaporan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Pencatatan dan pelaporan merupakan suatu
kurangnya tenaga pada saat pendistribusian obat di proses kegiatan untuk mencatat dan melaporkan
RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar secara tertib dalam rangka melakukan pendataan
mengakibatkan proses pendistribusian menjadi obat-obatan baik yang diterima, disimpan,
menumpuk dan lambat. Sedangkan, pendistribusian didistribusikan maupun digunakan di puskesmas.
obat yang tidak baik dapat mempengaruhi pelayanan Pelaporan instalasi farmasi dibuat secara periodik
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat yang dilakukan dalam periode waktu tertentu
dasar. (bulanan, triwulan, semester atau pertahun). (13)

5
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sementara itu, kecukupan obat yang ada di
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang ada di puskesmas juga belum sepenuhnya terpenuhi dan
Instalasi Farmasi DKK Demak sudah dilakukan pesanan yang diminta puskesmas tidak sesuai dengan
secara sistematis menggunakan aplikasi SIMDIO, pemberian obat yang dilakukan oleh pihak Dinas
sedangkan mekanisme pengiriman data yang ada di Kesehatan. Seperti permintaan obat ibuprofen sekitar
Instalasi Farmasi DKK Demak yaitu dari Puskesmas 5.000 tablet, akan tetapi pada saat kedatangan obat
mengirimkan LPLPO melalui aplikasi SIMDIO yang datang hanya sekitar 1.000 sampai 3.000 tablet.
paling lambat setiap tanggal 5 di setiap bulannya. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
Manajemen sediaan farmasi yang berbasis web atau menyatakan bahwa ketersediaan obat yang diterima
online mampu menyelesaikan masalah terkait puskesmas masih kurang lengkap dan belum sesuai
administrasi, pendistribusian dan pengiriman data dengan permintaan LPLPO, sehingga dapat
LPLPO menjadi lebih tepat waktu. Sehingga, dengan menyebabkan terjadinya kekosongan obat untuk
adanya sistem informasi obat dapat memudahkan
kebutuhan pasien.(2)
pihak instalasi farmasi melakukan pendistribusian,
Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak
pengecekan obat, dan pengecekan laporan dalam
puskesmas untuk mengatasi terjadinya kekosongan
waktu yang cepat untuk mencari data yang tersimpan.
(29) obat yaitu dari puskesmas menggantinya dengan obat
yang serupa dengan khasiat yang sama. Jika masih
Pencatatan juga dilakukan setiap kali ada obat
tidak memungkinkan, maka dari pihak puskesmas
yang masuk dan keluar. Pencatatan obat yang ada di
akan membuat resep untuk pasien, sehingga pasien
puskesmas dilakukan oleh petugas farmasi setiap ada
harus membeli obat di luar atau apotek. Hal itu
penerimaan dan pengeluaran obat dari gudang
sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan
kemudian dicatat dalam buku penerimaan dan
bahwa penggantian pemberian obat yang ekuivalen
pengeluaran obat serta kartu stok. Laporan obat
dengan obat yang dibutuhkan pasien juga sering
berdasarkan kartu stok dan catatan buku harian
dilakukan petugas obat dalam menutupi kekosongan
pemakaian obat yang nantinya dilaporkan puskesmas
kebutuhan obat.(30)
dalam bentuk LPLPO ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.(21)
SIMPULAN DAN SARAN
Selain itu, jika kebutuhan obat yang ada di
Pada aspek input, di Instalasi Farmasi DKK
puskesmas kosong dan belum waktunya dropping.
Demak terdapat kekurangan SDM farmasi dan belum
Dari puskesmas dapat melakukan permintaan
pernah dilakukan pelatihan. Sumber dana berasal dari
langsung dengan cara menghubungi Dinas Kesehatan
APBD, DAK, dan Hibah dari Dinas Kesehatan
atau membuat Surat Bukti Barang Keluar untuk
Provinsi Jawa Tengah. Sumber data berasal dari
mengambil obat secara langsung. Adapun kendala
LPLPO puskesmas, serta terdapat SOP untuk
dalam proses pencatatan dan pelaporan yaitu jaringan
menjalankan proses manajemen logistik obat.
yang kurang mendukung untuk melakukan input data
Pada aspek proses, perencanaan obat
di sistem SIMDIO, aplikasi yang terkadang
dilakukan berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional
mengalami gangguan mengingat aplikasi masih
(DOEN) dan Formularium Nasional dengan
tergolong baru, keterlambatan pengiriman laporan
menggunakan metode kombinasi. Pengadaan obat
dari puskesmas, human error terkait pencatatan kartu
menggunakan sistem e-purchasing dan e-catalogue.
stok obat, serta masih terdapat kekurangan SDM
Penerimaan obat berjalan dengan baik karena
Farmasi di puskesmas untuk membantu melakukan
dilakukan pemeriksaan obat baik dari segi jenis,
pencatatan dan pelaporan obat.
jumlah, dan masa kadaluarsanya Penyimpanan obat
3. Output
belum berjalan dengan baik karena belum sesuai
Menurut Permenkes No 74 Tahun 2016
dengan peraturan yang berlaku dan gedung tempat
salah satu tujuan dari pengelolaan persediaan obat
penyimpanan yang kurang luas. Pendistribusian
adalah menjamin ketersediaan dan keterjangkauan
terkadang mengalami keterlambatan dan transportasi
sediaan farmasi serta bahan medis habis pakai yang
yang digunakan tidak terdapat pendingin untuk
efektif, efisien, rasional dan bermutu.(9) Dari hasil
menjaga kualitas obat. Penghapusan obat masih
penelitian diketahui bahwa ketersediaan kebutuhan
belum sesuai dengan peraturan dan bekerjasama
obat di puskesmas masih terdapat obat yang belum
dengan pihak ketiga. Selanjutnya, untuk pencatatan
tersedia, seperti obat jantung yang stoknya tidak
dan pelaporan dilakukan secara sistematis dengan
terdapat di Instalasi Farmasi DKK Demak sehingga
menggunakan aplikasi SIMDIO. Dalam ketersediaan
dari pasien harus membeli obat tersebut di luar.
dan kecukupan obat di puskesmas wilayah kerja

6
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

DKK Demak belum sepenuhnya terpenuhi, Abdou, Frederic; Akel, Marwan; Sacre, Hala;
adakalanya obat yang diterima terpenuhi dan tidak. Salameh, Pascale; Khabbaz LR. Assessment of
Seperti pesanan obat yang diminta puskesmas tidak knowledge, attitude and practice among
sesuai dengan jumlah yang diberikan DKK Demak. community pharmacists towards dental care: A
Adapun saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten national cross sectional survey. Saudi Pharm J.
Demak yaitu diharapkan pihak instansi dapat 2019;475–83.
melakukan perekrutan dan pelatihan terkait SDM 11. Boku, Y.; Satibi, N. M. Y.; & Yasin NM.
Farmasi, melengkapi dan memperbaiki sarana Evaluasi Perencanaan dan Distribusi Obat
prasarana, serta melakukan monitoring dan evaluasi Program di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
agar manajemen logistik obat dapat berjalan dengan Tenggara. J Manaj Pelayanan Kesehat.
baik. 2019;9(2):88–100.
12. Rumbay IN. Analisis Perencanaan Obat di
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
1. Malinggas NER, Soleman T, Posangi J. Analisis Tenggara. Manado. JIKMU. 2015;
Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi 13. Permenkes RI Nomor 72. Peraturan Menteri
Rumah Sakit Daerah DR Sam Ratulangi Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
Tondano. Jikmu. 2015;5(2):448–60. Available 2016 tentang Standar Pelayan Kefarmasian di
from: Rumah Sakit. 2016;85(1):2071–9.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/artic 14. Juliandayani TS. Analisis Perencanaan Obat di
le/download/7853/7904 Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kotamadya
2. Lubis anggi silvana putri. Analisis Manajemen Binjai Tahun 2018. Skripsi. Medan; 2018.
Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Dinas 15. Kemenkes RI. Materi Pelatihan Manajemen
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lubuk Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Pakam Tahun 2017. Skripsi. 2017;28. Kabupaten/Kota. 2010.
3. Siahaan DN, Hamzah NFP. Analisis 16. Mukhlis T. Manajemen Pengelolaan Obat di
Pengelolaan Manajemen Logistik Di Depo Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. Thesis.
Farmasi Pusat Jantung Terpadu Rsup H. Adam Medan; 2016.
Malik. J Stikna. 2017;01(02):148. Available 17. Kurniawati E. Analisis Manajemen Logistik
from: Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam
https://www.jurnalstikna.com/index.php/js/articl Siti Aisyah Madiun Tahun 2017. Skripsi. Vol.
e/view/12 110265. Madiun; 2017.
4. Pemerintah Kabupaten Demak. Profil Kesehatan 18. Friska E. Analisis Proses Pengadaan Guna
Kabupaten Demak. Vol. 2017. Demak; 2020. Menjamin Ketersediaan Obat Di RSUD
5. Permenkes RI. pengadaan obat berdasarkan Tugurejo Semarang. Media Kesehat Masy
katalog elektronik (e-catalogue). 2014. Indones. 2019;18(4):135–9.
6. Ascarya. Coding Wawancara Kualitatatif : 19. Silrieni IN, Rozalina S. Analisis Manajemen
Teknik dan Contohnya. 24 Mei. 2021. Available Logistik Obat Di Puskesmas Lubuk Buaya Kota
from: https://ascarya.or.id/contoh-coding- Padang. J Kesehat Saintika Meditory [Internet].
wawancara-kualitatif/ 2018;1(August):79–88. Available from:
7. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medi
Republik Indonesia Nomor 51. Vol. 2. Jakarta; tory/article/view/244
2009. Available from: 20. Utari A. Cara Pengendalian Persediaan Obat
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/4975/p Paten dengan Metode Analisis ABC, Metode
p-no-51-tahun-2009 Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock
8. Aisah N, Suryawati S. Evaluasi Pengelolaan dan Reorder Point (ROP) di Unit Gudang
Obat pada Tahap Perencanaan dan Pengadaan di Farmasi RS Zahirah. Jakarta; 2015.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Manajemen 21. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Standar
Farmasi. 2020;16(1):34–42. Available from: Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta,
https://jurnal.ugm.ac.id/majalahfarmaseutik/arti editor. Kementerian Kesehatan Republik
cle/view/47972 Indonesia. 2019. 1–99 p.
9. Permenkes RI. Standar Pelayanan Kefarmasian 22. Amiruddin EE, Septarani A WI. Studi tentang
di Puskesmas. 2016.
Ketersediaan Obat di Puskesmas Meo-Meo
10. Hajj, Aline; Hallit, Souheil; Azzo, Christel; Kota Baubau. J Ilm Kesehat [Internet].

7
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 4, Juli 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i4.33686

2019;1(2):60–76. Available from: Jakarta


23. Nasution SA. Evaluasi Pengelolaan Obat
Program Tuberkulosis (Tb) Di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Skripsi. Medan; 2020.
24. Palupiningtyas R. Analisis Sistem Penyimpanan
Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya
Tangerang. Jakarta; 2014.
25. Maulidie M, Saputera A, Sarbini A, et al.
Evaluasi sistem penyimpanan obat di upt
intalasi farmasi kabupaten banjar. Jurnal Insan
Farmasi. 2019;2(2):54–63.
26. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
baik. Jakarta; 2019. Available from:
https://jdih.pom.go.id/download/product/863/6/
2020
27. Permenkes RI. Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. 2014.
28. Mulyani E. Analisis Manejemen Pengelolaan
Obat di Puskesmas Tanjung Aur Kab. Lahat.
Skripsi. 2021.
29. Albaidhlawy, Musliyana Z. Sistem Informasi
Pendistribusian obat pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bireuen.pdf. J Informatics Comput
Sci. 2020;6(1).
30. Saragih SM. Analisis Fungsi Manajemen
Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Tahun 2015. Skripsi. Medan; 2015.

Anda mungkin juga menyukai