Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

K DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS PROLAPS UTERI DAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA RISIKO INFEKSI
DI POLI KANDUNGAN RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA

Oleh:
Kelompok C1-3 / A-2015
Qurrata Ayuni Rasyidah, S.Kep. 131913143011
Cherlys Tin Lutfiandini, S.Kep. 131913143012
Malinda Kurnia Putri, S.Kep. 131913143013
Nyuasthi Genta S., S.Kep. 131913143014
Tyas Dwi Rahmadhani, S.Kep. 131913143015

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah seminar kasus “Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan Diagnosis


Medis Prolaps Uteri dan Masalah Keperawatan Utama Defisit Pengetahun di Poli
Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya” yang telah dilaksanakan mulai tanggal 09
Desember hingga 21 Desember 2019 dalam rangka pelaksanaan profesi keperawatan
maternitas di Poli Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Telah disetujui untuk
dilaksanakan Seminar Kasus di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Disahkan tanggal, 20 Desember 2019

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Tiyas Kusumaningrum, S.Kep.,Ns., M.Kep. Ernawati, Amd.Kep.


NIP. 198307032014042001 NIP. 196404211986022007

Surabaya, 20 Desember 2019


Mengetahui,
Kepala Poli Obgyn

Sustyawati, Amd.Keb.
NIP. 197207181991032002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, ridho, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar
kasus stase Keperawatan Medikal Bedah ini dengan baik. Adapun laporan seminar
kasus “Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan Diagnosis Medis Prolaps Uteri
dan Masalah Keperawatan Utama Defisit Pengetahun di Poli Kandungan RSUD
Dr. Soetomo Surabaya” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas praktik profesi ners.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada :

1. Ibu Tiyas Kusumaningrum, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Akademik


yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan
penulis
2. Ibu Ernawati, Amd.Kep.selaku Pembimbing Klinik yang telah meluangkan
waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis
3. Teman-teman, selaku pendorong motivasi dalam menyelesaikan makalah ini

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah
SWT. Saran dan kritik sangat diterima karena penulis menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna . Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dari penulis. Akhir kata
semoga ilmu dalam laporan seminar kasus ini dapat bermanfaat dan diterapkan secara
efektif. Terimakasih

Surabaya, 17 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 16
1.3. Tujuan...................................................................................................... 26

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 37


2.1. Prolaps Uteri............................................................................................ 37
2.2. WOC Prolaps Uteri..................................................................................1617
2.3. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Prolaps Uteri..........................1718

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 234

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................3251

BAB V PENUTUP....................................................................................................3453
5.1. Kesimpulan..............................................................................................3453
5.2. Saran........................................................................................................3453

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................3554

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Prolaps organ panggul (POP) masih menjadi masalah kesehatan pada wanita
yang mengenai hingga 40% wanita usia di atas 50 tahun. Prolaps uteri merupakan
salah satu jenis prolaps organ panggul (genitalia) dan menjadi kasus nomor dua
tersering setelah cystouretrochele (bladder and urethral prolapse). Frekuensi prolaps
genitalia di beberapa negara, seperti dilaporkan di klinik Gynecologie et
Obstetrique Geneva insidennya 5,7% dan pada periode yang sama di Hamburg
5,4%, Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya cukup
tinggi.
Prolaps organ panggul (POP) merupakan masalah yang sering dialami dengan
prevalensi 41-50% dari keseluruhan perempuan di atas usia 40 tahun dan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup seorang perempuan.
Insidensi bedah untuk POP yaitu 15-49 kasus per 10.000 perempuan per tahun.
Pada studi Women’s Health Initiative (Amerika), 41 % wanita usia 50-79 tahun
mengalami Prolaps Organ Panggul (POP), diantaranya 34% mengalami cystocele,
19% mengalami rectocele dan 14% mengalami prolaps uteri. Prolaps terjadi di
Amerika sebanyak 52% setelah wanita melahirkan anak pertama, sedangkan di
Indonesia prolaps terjadi sebanyak 3,4-56,4% pada wanita yang telah melahirkan.
Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan setiap tahun ada 47-67
kasus prolaps, dan sebanyak 260 kasus pada tahun 2005-2010 yang mendapat
tindakan operasi.

Banyaknya kasus prolaps uteri yang terjadi perlu menjadi perhatian khusus bagi
tenaga kesehatan tidak terkecuali perawat untuk pelaksanaan tindakan. Maka
diperlukan pemahaman bagi mahasiswa perawat tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan prolaps uteri agar dapat dilaksanakan di lapangan saat bekerja.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah seminar kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep teori mengenai prolaps uteri?
2. Bagaimana web of caution dari prolaps uteri?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan prolaps uteri?

1
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah seminar kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk memahami konsep teori mengenai prolaps uteri
2. Untuk mengetahui web of caution dari prolaps uteri
3. Untuk memahami asuhan keperawatan pada klien dengan prolaps uteri

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prolaps Uteri


2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Uterus
Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengahtengah
rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum. Uterus pada wanita nulipara
dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm
(Anwar dkk, 2011). Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan
serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus.
Hampir seluruh dinding uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di
bagian anterior dan di bawah ostium histologikum uteri internum (Hoffman BL,
2014). Uterus mempunyai tiga lapisan:
1) Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat
subserosa; lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligamen yang
memfiksasi uterus ke serviks.
2) Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas
serabutserabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah. Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan
longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan
ini otot polos berjalan saling beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya
dapat berkontraksi dan berelaksasi. Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada
uterus perempuan nulipara dewasa.
3) Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus.
Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma
dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami
perubahan yang cukup besar selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus
disebut fundus uteri dan merupakan tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke
uterus.
Umumnya uterus pada perempuan dewasa terletak di sumbu tulang panggul
dalam posisi anteversiofleksio, yaitu fundus uteri mengarah ke depan, hampir
horizontal, dengan mengadakan sudut tumpul antara korpus uteri dan serviks uteri. Di
Indonesia, uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke
belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan (Anwar dkk, 2011).

3
Gambar 1. Hubungan axis uterus, serviks, dan vagina
2.1.2. Definisi

Prolaps uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam
atau keluar melalui vagina (Price & Wilson, 2012). Hal tersebut dikarenakan
dukungan yang tidak adekuat dari ligamentum kardinal dan uterosakral serta struktur
penyangga pelvis mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain
juga ikut turun (Kristanto dkk, 2013).

2.1.3. Klasifikasi

Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasikan prolapsus organ panggul.


Tahun 1996, International Continence Society, the American Urogynecologic Society,
and the Society of Gynecologic Surgeons memperkenalkan sistem POP-Q (Pelvic
Organ Prolapse Quantification). Metode penilaian prolapsus organ pelvis ini
memberikan penilaian yang objektif, deskriptif sehingga dapat memberikan nilai
kuantifikasi atau derajat ringan beratnya prolapsus yang terjadi. Staging prolapsus
organ pelvis berdasarkan sistem POP-Q adalah sebagai berikut (Junizaf, 2013):

Gambar 2. Poin dan landmark untuk sistem POP-Q

Tabel 1. Derajat prolapsus organ panggul

4
Untuk prolapsus uteri, Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa
macam klasifikasi, tetapi klasifikasi yang dianjurkan sebagai berikut (Anwar dkk,
2011):
Tabel 2. Klasifikasi prolaps uteri

Gambar 3. Derajat prolaps uteri

2.1.4. Etiologi

5
Penyebab prolaps organ panggul belum diketahui secara pasti, namun secara
hipotetik penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi aterm. Pada
studi epidemiologi menunjukkan bahwa faktor risiko utama penyebab prolaps uteri
adalah persalinan pervaginam dan penuaan. Para peneliti menyetujui bahwa etiologi
prolaps organ panggul adalah multifaktorial dan berkembang secara bertahap dalam
rentang waktu tahun. Terdapat berbagai macam faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya prolaps dan dikelompokkan menjadi faktor obstetri dan faktor non-obstetri
(Anwar dkk, 2011).

1) Faktor obstetri
a. Proses persalinan dan paritas. Prolaps uteri terjadi paling sering pada wanita
multipara sebagai akibat progresif yang bertahap dari cedera melahirkan pada
fascia endopelvik (dan kondensasi, ligamentum uteroskral dan kardinal) dan
laserasi otot, terutama otot-otot levator dan perineal body (perineum).
Persalinan pervaginam merupakan faktor risiko utama terjadinya prolaps
organ genital. Pada penelitian tentang levator ani dan fascia menunjukkan
bukti bahwa kerusakan mekanik dan saraf terjadi pada perempuan dengan
prolaps dibandingkan perempuan tidak prolaps, dan hal tersebut terjadi akibat
proses melahirkan. Secara global, prolaps mempengaruhi 30% dari semua
wanita yang telah melahirkan. Jumlah paritas berbanding lurus dengan
kejadian prolaps. WHO Population Report (1984) menduga bahwa kejadian
prolaps akan meningkat tujuh kali lipat pada perempuan dengan tujuh anak
dibandingkan dengan perempuan yang mempunyai satu anak.
b.
c. Faktor obstetri lainnya seperti penggunaan forsep, vakum, dan episiotomi,
disebutkan sebagai faktor risiko potensial dalam terjadinya prolaps organ
panggul. Penggunaan forsep secara langsung terlibat dalam terjadinya cedera
dasar panggul, yaitu dalam kaitannya dengan terjadinya laserasi sfingter anal.
Manfaat forsep terhadap dasar panggul dalam memperpendek kala dua masih
mempunyai bukti yang kurang. Penggunaan forsep elektif untuk mencegah
kerusakan pada dasar panggul tidak direkomendasikan. Percobaan kontrol
secara acak pada penggunaan elektif dan selektif episiotomi tidak
menunjukkan manfaat, tetapi telah menunjukkan hubungan dengan terjadinya

6
laserasi sfingter anal inkontinensia dan nyeri pasca persalinan. Sejumlah
cedera pada ibu dan bayi dapat terjadi sebagai akibat penggunaan forsep.
Luka yang dapat ditimbulkan pada ibu berkaitan dengan penggunaan forsep
berkisar dari ekstensi sederhana sampai ruptur uterus atau kandung kemih.
Wanita dengan laserasi perineum dalam dua atau lebih persalinan beresiko
lebih tinggi secara signifikan terhadap prolaps. Perlukaan diafragma
urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada waktu persalinan
pervaginam atau persalinan dengan alat dapat melemahkan dasar panggul
sehingga mudah terjadi prolaps genitalia.
2) Faktor non-obstetri
a. Genetik
b.
Dua persen prolaps simptomatik terjadi pada perempuan nulipara. Perempuan
nulipara dapat menderita prolaps dan diduga merupakan peran dari faktor
genetik. Bila seorang perempuan dengan ibu atau saudaranya menderita
prolaps, maka risiko relatif untuk menderita prolaps adalah 3,2. Dibandingkan
jika ibu atau saudara perempuan tidak memiliki riwayat prolaps, risiko
relatifnya adalah 2,4. 31
c. Usia
Bertambahnya usia akan menyebabkan berkurangnya kolagen dan terjadi
kelemahan fascia dan jaringan penyangga. Hal ini terjadi terutama pada 16
periode post-menopause sebagai konsekuensi akibat berkurangnya hormon
estrogen.
d. Ras
Perbedaan ras pada prevalensi prolaps organ panggul (POP) telah dibuktikan
dalam beberapa penelitian. Perempuan berkulit hitam dan perempuan Asia
memiliki risiko yang lebih rendah, sedangkan perempuan Hispanik dan
berkulit putih memiliki risiko tertinggi. Perbedaan kandungan kolagen antar
ras telah dibuktikan, tetapi perbedaan bentuk tulang panggul juga diduga
memainkan peran. Misalnya, perempuan kulit hitam lebih banyak yang
memiliki arkus pubis (lengkungan kemaluan) yang sempit dan bentuk
panggul android atau antropoid. Bentuk-bentuk panggul tersebut adalah
pelindung terhadap POP dibandingkan dengan panggul ginekoid yang
merupakan bentuk panggul terbanyak pada perempuan berkulit putih.
e. Menopause

7
Pada usia 40 tahun fungsi ovarium mulai menurun, produksi hormon
berkurang dan berangsur hilang, yang berakibat perubahan fisiologik.
Menopause terjadi rata-rata pada usia 50-52 tahun. Hubungan dengan
terjadinya prolaps organ panggul adalah, di kulit terdapat banyak reseptor
estrogen yang dipengaruhi oleh kadar estrogen dan androgen. Estrogen
mempengaruhi kulit dengan meningkatkan sintesis hidroksiprolin dan prolin
sebagai penyusun jaringan kolagen. Ketika menopause, terjadi penurunan
kadar estrogen sehingga mempengaruhi jaringan kolagen, berkurangnya
jaringan kolagen menyebabkan kelemahan pada otot-otot dasar panggul.
Saraf pada serviks merupakan saraf otonom, sebagian besar serabut saraf
cholinesterase yang terdiri dari serabut saraf adrenergik dan kolinergik,
jumlah serabut kolinergik lebih sedikit. Sebagian besar serabut ini
menghilang setelah menopause.
f. Peningkatan BMI (obesitas)
Obesitas menyebabkan memberikan beban tambahan pada otot-otot
pendukung panggul, sehingga terjadi kelemahan otot-otot dasar panggul.
Pada studi Women’s Health Initiative (WHI), kelebihan berat badan (BMI 25
– 30 kg/m2 ) dikaitkan dengan peningkatan kejadian prolaps dari 31- 39%,
dan obesitas (BMI > 30 kg/m2 ) meningkat 40-75%.
g. Peningkatan tekanan intra abdomen
Tekanan intra abdomen yang meningkat karena batuk-batuk kronis (bronkitis
kronis dan asma), asites, mengangkat beban berat berulang-ulang, dan
konstipasi diduga menjadi faktor risiko terjadinya prolaps. Seperti halnya
obesitas (peningkatan indeks massa tubuh) batuk yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan intraabdomen (rongga perut) dan secara progresif
dapat menyebabkan kelemahan otot-otot panggul.
h. Kelainan jaringan ikat
Wanita dengan kelainan jaringan ikat lebih untuk mungkin untuk mengalami
prolaps. Pada studi histologi menunjukkan bahwa pada wanita dengan
prolaps, terjadi penurunan rasio kolagen tipe I terhadap kolagen tipe III dan
IV. Pada beberapa penelitian, sepertiga dari perempuan dengan Sindroma
Marfan dan tigaperempat perempuan dengan Sindroma Ehler-Danlos tercatat
mengalami POP. Kelemahan bawaan (kongenital) pada fasia penyangga

8
pelvis mungkin penyebab prolaps uteri seperti yang kadang-kadang
ditunjukkan pada nulipara.

i. Merokok

Merokok juga dikaitkan dalam pengembangan prolaps. Senyawa kimia yang


dihirup dalam tembakau dipercaya dapat menyebabkan perubahan jaringan
yang diduga berperan dalam terjadi prolaps. Namun, beberapa penelitian
tidak menunjukkan hubungan antara merokok dengan terjadinya prolaps.

Tabel 3. Faktor risiko prolaps uteri

2.1.5. Patofisiologi
2.1.6.
Penyangga organ panggul merupakan interaksi yang kompleks antara otototot
dasar panggul, jaringan ikat dasar panggul, dan dinding vagina. Interaksi tersebut
memberikan dukungan dan mempertahankan fungsi fisiologis organ-organ panggul.
Apabila otot levator ani memiliki kekuatan normal dan vagina memiliki kedalaman
yang adekuat, bagian atas vagina terletak dalam posisi yang hampir horisontal ketika
perempuan dalam posisi berdiri (Cunningham FG, 2008). Posisi tersebut membentuk
sebuah “flap-valve” (tutup katup) yang merupakan efek dari bagian atas vagina yang
menekan levator plate selama terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Teori
tersebut mengatakan bahwa ketika otot levator ani kehilangan kekuatan, vagina jatuh
dari posisi horisontal menjadi semi vertikal sehingga menyebabkan melebar atau
terbukanya hiatus genital dan menjadi predisposisi prolapsus organ panggul.
Dukungan yang tidak adekuat dari otot levator ani dan fascia organ panggul yang

9
mengalami peregangan menyebabkan terjadi kegagalan dalam menyangga organ
panggul (Werner et al, 2012).

Mekanisme terjadinya prolapsus uteri disebabkan oleh kerusakan pada struktur


penyangga uterus dan vagina, termasuk ligamentum uterosakral, komplek ligamentum
kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor obstetri, dan non-obstetri yang
telah disebutkan di awal diduga terlibat dalam terjadinya kerusakan struktur
penyangga tersebut sehingga terjadi kegagalan dalam menyangga uterus dan organ-
organ panggul lainnya. Meskipun beberapa mekanisme telah dihipotesiskan sebagai
kontributor dalam perkembangan prolapsus, namun tidak sepenuhnya menjelaskan
bagaimana proses itu terjadi (Werner et al, 2012).

Gambar 4. Patofisiologi prolaps uteri

2.1.7. Manifestasi Klinis


Gejala prolapsus uteri bersifat individual, berbeda-beda pada setiap orang.
Tingkat keparahan prolapsus uteri bervariasi. Kadangkala penderita dengan prolapsus
yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolapsus ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhankeluhan yang paling umum
dijumpai (Kristanto dkk, 2013 :
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal di vagina atau menonjol di
genitalia eksterna
b. Rasa sakit di panggul atau pinggang (backache) merupakan gejala klasik
dari prolapsus
c. Luka dan dekubitus pada porsio uteri akibat gesekan dengan celana atau
pakaian dalam
d. Gangguan berkemih, seperti inkontinensia urin atau retensi urin
e.

10
f. Kesulitan buang air besar
g.
h. Infeksi saluran kemih berulang
i.
j. Perdarahan vagina
k.
l. Rasa sakit atau nyeri ketika berhubungan seksual (dispareunia)
m.
n. Keputihan atau cairan abnormal yang keluar melalui vagina
o.
p. Prolapsus uteri derajat III dapat menyebabkan gangguan bila berjalan dan
bekerja
Gejala dapat diperburuk apabila berdiri atau berjalan dalam waktu yang lama.
Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan pada otot-otot panggul oleh pengaruh
gravitasi. Latihan atau mengangkat beban juga dapat memperburuk gejala.
2.1.8. Pemeriksaan
2.1.9.
a. Pemeriksaan Fisik
b.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu (Junizaf, 2013):
a) Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.
b) Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.
c) Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
1. Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
2. Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang
bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
3. Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsus uteri dan penting untuk
mengetahui derajat prolapsus uteri dengan inspeksi terlebih dahulu
sebelum dimasukkan inspekulum.
d) Manuver Valsava
1. Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat dilihat dengan
melakukan pemeriksaan fisik sambil meminta pasien melakukan
manuver Valsava.
2. Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding anterior vagina,
serviks, apeks, cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan perineum perlu
dievaluasi secara sistematis dan terpisah.
3. Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengejan pada posisi
berdiri di atas meja periksa.
4.
5. Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk
menentukan risiko inkontinensia tipe stres pasca operasi prolapsus.

11
e) Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan
otot levator ani.
f)
g) Pemeriksaan rektovaginal untuk memastikan adanya rektokel yang
menyertai prolapsus uteri.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu (Junizaf, 2013):
a) Urin residu pasca berkemih
b)
Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur
volume berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh,
kemudian diikuti dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih
dengan kateterisasi atau ultrasonografi.
c) Skrining infeksi saluran kemih.
d)
e) Pemeriksaan urodinamik apabila dianggap perlu.
f)
g) Pemeriksaan Ultrasonografi
1. Ultrasonografi dasar panggul dinilai sebagai modalitas yang relatif
mudah dikerjakan, cost-effective, banyak tersedia dan memberikan
informasi real time.
2. Pencitraan dapat mempermudah memeriksa pasien secara klinis. Namun
belum ditemukan manfaat secara klinis penggunaan pencitraan dasar
panggul pada kasus POP.
2.1.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada prolaps uteri yaitu (Junizaf, 2013):
a) Observasi
b)
Derajat luasnya prolapsus tidak berhubungan dengan gejala. Apabila telah
menderita prolapsus, mempertahankan tetap dalam stadium I merupakan pilihan
yang tepat. Observasi direkomendasikan pada wanita dengan prolapsus derajat
rendah (derajat 1 dan derajat 2, khususnya untuk penurunan yang masih di atas
himen). Memeriksakan diri secara berkala perlu dilakukan untuk mencari
perkembangan gejala baru atau gangguan, seperti gangguan dalam berkemih
atau buang air besar, dan erosi vagina.

c) Konservatif
d)
Pilihan penatalaksaan non-bedah perlu didiskusikan dengan semua wanita yang
mengalami prolapsus. Terapi konservatif yang dapat dilakukan, diantaranya:

12
1. Latihan otot dasar panggul. Latihan otot dasar panggul (senam Kegel)
sangat berguna pada prolapsus ringan, terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yang belum lebih dari enam bulan. Tujuannya untuk menguatkan
otot-otot dasar panggul dan otototot yang mempengaruhi miksi. Namun
pada penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review of conservative
management prolapsus uteri menyimpulkan bahwa latihan otot dasar
panggul tidak ada bukti ilmiah yang mendukung. Cara melakukan latihan
yaitu, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul
seperti setelah selesai buang air besar atau penderita disuruh membayangkan
seolah-olah sedang mengeluarkan buang air kecil dan tiba-tiba
menghentikannya.
2. Pemasangan pesarium. Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita
dengan prolapsus tanpa melihat stadium ataupun lokasi dari prolapsus.
Pesarium digunakan oleh 75%- 77% ahli ginekologi sebagai
penatalaksanaan lini pertama prolapsus. Alat ini tersedia dalam berbagai
bentuk dan ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu. Penempatan
pesarium bila tidak tepat atau bila ukurannya terlalu besar dapat
menyebabkan iritasi atau perlukaan pada mukosa vagina sehingga dapat
menyebabkan ulserasi dan perdarahan.
e) Operatif
Operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur
penderita, masih berkeinginan untuk mendapatkan anak atau mempertahankan
uterus, tingkat prolapsus, dan adanya keluhan. Prolapsus uteri biasanya disertai
dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus
uteri, prolapsus vagina juga perlu ditangani. Terdapat kemungkinan prolapsus
vagina yang membutuhkan pembedahan, tetapi tidak ada prolapsus uteri atau
prolapsus uteri yang ada belum perlu dioperasi. Di Inggris dan Wales pada tahun
2005-2006, 22.274 operasi dilakukan untuk prolapsus vagina. Beberapa literatur
melaporkan bahwa dari operasi prolapsus uteri, disertai dengan perbaikan
prolapsus vagina pada waktu yang sama. Macam-macam operasi untuk
prolapsus uteri sebagai berikut:
1) Ventrofikasi
Dilakukan pada wanita yang masih tergolong muda dan masih
menginginkan anak. Cara melakukannya adalah dengan memendekkan

13
ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding
perut atau dengan cara operasi Purandare (membuat uterus ventrofiksasi).
2) Operasi Manchester
Operasi ini disarankan untuk penderita prolapsus yang masih muda, tetapi
biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum
kardinale yang telah dipotong, di depan serviks dilakukan pula kolporafi
anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk
memperpendek serviks yang memanjang (elongasio koli). Tindakan ini
dapat menyebabkan infertilitas, partus prematurus, abortus. Bagian yang
penting dari operasi Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di
depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale
diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan
turunnya uterus dapat dicegah.
3) Histerektomi Vagina
Operasi ini tepat dilakukan pada prolapsus uteri tingkat lanjut (derajat III dan
IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah
menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada
ligamentum rotundum kanan dan kiri atas pada ligamentum infundibulo
pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan
kolpoperineorafi untuk mengurangi atau menghilangkan gejala saluran
pencernaan seperti, sembelit, inkontinensia flatus, urgensi tinja, kesulitan
dalam mengosongkan rektum atau gejala yang berhubungan dengan
gangguan buang air besar dan untuk mencegah prolaps vagina di kemudian
hari. Histerektomi vagina lebih disukai oleh wanita menopause yang aktif
secara seksual. Di Netherlands, histerektomi vaginal saat ini merupakan
metode pengobatan terkemuka untuk pasien prolapsus uteri simtomatik.

4) Kolpokleisis (kolpektomi)

Tindakan ini merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menginginkan


fungsi vagina (aktivitas seksual dan memiliki anak) dan memiliki risiko
komplikasi tinggi. Operasi ini dilakukan dengan menjahit dinding vagina
depan dengan dinding vagina belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan
uterus terletak di atas vagina. Keuntungan utama dari prosedur ini adalah

14
waktu pembedahan singkat dan pemulihan cepat dengan tingkat
keberhasilan 90 - 95%.

2.1.11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada prolaps uteri adalah:
a) Sistokel - di mana kandung kemih menonjol ke vagina (prolapse bladder).
Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya jaringan ikat yang memisahkan
kandung kemih dan vagina.
b) Rektokel - jaringan ikat yang memisahkan rektum dan vagina melemah,
sehingga rektum menonjol dari vagina (posterior vaginal prolapse).
c) Dinding vagina menonjol keluar. Turun peranakan yang parah dapat membuat
perpindahan posisi sebagian dinding vagina, sehingga menonjol keluar.
Akibatnya, dapat timbul luka pada jaringan yang menonjol tersebut karena
bergesekan dengan pakaian, dan memicu infeksi.
d)

15
e)
2.2. WOC Prolaps Uteri

Faktor obstetri: persalinan pervaginam, makrosomia, Faktor non-obstetri: genetik, usia,


riwayat persalinan menggunakan forcep menopause, obesitas

Kelemahan ligamen-ligamen fase endopeluk

Repasasi otot-otot fascia dasar panggul

Tekanan intraabdomen meningkat

Otot dasar panggul melemah

Penurunan uterus

PROLAPS UTERI

Dinding anterior Dinding superior- Grade


vagina posterior vagina
menurun menurun
Grade I Grade II Grade III
Penurunan Turunnya
Ddinding sebagian area usus
anterior vagina halus sehingga Serviks uteri Seluruh
Serviks tetap
ke posterior  menekan vagina
berada keluar di uterus keluar
(enterokel) introitus dari vagina
didalam
Kandung kemih vagina vagina
 turun atau
jatuh ke vagina Post operasi :
Merangsang
(sistokel) Tidak Terjadi histerektomi
serabut nyeri
menimbulkan gesekan fisik
Menekan keluhan
kandung kemih Nyeri Adanya luka
dipersepsikan Terjadi lecet insisi

BAK sedikit dan


Buffer
sering MK: Nyeri akut
MK: Risiko MK: pertahan
infeksi Gangguan terganggu
integritas kulit
MK :
Gangguan
Mengakitvasi nyeri MK: Risiko
eliminasi urin
infeksi

Nyeri dipersepikan
(nyeri post op)

16
MK: Nyeri akut
2.3.
2.4.
2.5.

17
2.6. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stroke Trombotik
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah melahirkan,
wanita tua dan wanita yang bekerja berat.
2) Keluhan utama: gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat
individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup
berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir
sering dijumpai
a) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
b) Rasa sakit di pinggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang dan menjadi kurang
3) Riwayat kehamilan dan menstruasi
Faktor risiko yang menyebabkan prolaps uteri yaitu jumlah kelahiran
spontan yang banyak, berat badan berlebih, riwayat operasi pada area
tersebut, batuk dalam jangka waktu lama saat hamil. Partus yang berulang
kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit merupakan
penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk prolaps yang sudah ada.
Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap. Bila
prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan
bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus. Faktor penyebab lain
yang sering adalah melahirkan dan menopouse. Persalinan yang lama dan
sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah
pad kala II penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar
panggul yang tidak baik. Pada menopouse, hormon estrogen telah
berkurang sehingga otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.
4) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Eliminasi
 Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat pada malam hari
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya

18
3) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk
dan mengejan. kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
 Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
1) Konstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
2) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel
vagina
b) Aktivitas dan Istirahat
Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita saat berjalan
dan beraktivitas. Gesekan portio uteri oleh celana dapat menimbulkan
lecet hingga dekubitus pada porsio.
5) Pemeriksaan
1. Keadaan umum lemah
2. Pemeriksaan fisik
a) Wajah
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin bila
terjadi syok. Bila perdarahan konjungtiva tampak anemis. Pada klien
yang disertai rasa nyeri klien tampak meringis.
b) Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut jika
terjadi shock hipovolemik hebat.
c) Dada dan Jantung
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk memenuhi
kebutuhan O2 akibat kadar O2 dalam darah yang rendah, keadaan
jantung tidak normal.
d) Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah. Teraba adanya massa
pada perut bagian bawah konsisten keras, kenyal, tidak teratur,
gerakan, tidak sakit, tetapi kadang-kadang ditemui nyeri. Pada
pemeriksaan bimanual akan teraba benjolan pada perut, bagian
bawah, terletak di garis tengah maupun agak kesamping dan sering
kali teraba benjolan-benjolan dan kadang-kadang terasa sakit.
e) Genetalia
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada
kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium
vagina dan berada di luar vagina.
f) Ekstremitas
Biasanya klien akan lemas, bisa juga merasa tidak nyaman saat
berjalan

19
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
mengeluh nyeri (D.0007)
2. Gangguan intregritas kulit faktor mekanis ditandai dengan kerusakan lapisan
kulit (D.0129))
3. Risiko infeksi berhubungan ditandai dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan (D.0142)
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih ditandai dengan distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas, dan
urin menetes (D.0149)

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
mengeluh nyeri (D.0007)

SLKI SIKI
Tingkat nyeri A. Manajemen Nyeri (I. 08238)
menurun 1. Observasi
(l.08066) o Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
o Identifikasi skala nyeri
o Identifikasi respon nyeri non verbal
o Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
o Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
o Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
o Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur

20
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

B. Pemberian Analgetik (I.08243)


1. Observasi
o Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
o Identifikasi riwayat alergi obat
o Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. Narkotika, non-narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
o Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
o Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
o Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
o Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
o Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
o Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesic dan efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
o Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis


ditandai dengan (D.0129)

21
SLKI SIKI
Integritas Kulit Perawatan Luka ( I.14564 )
dan Jaringan 1. Observasi
meningkat o Monitor karakteristik luka (mis:
(L.14125) drainase,warna,ukuran,bau
3. o Monitor tanda –tanda infeksi
2. Terapeutik
o Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
o Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
perlu
o Bersihkan dengan cairan NACL atau
pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
o Bersihkan jaringan nekrotik
o Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika
perlu
o Pasang balutan sesuai jenis luka
o Pertahan kan teknik seteril saaat
perawatan luka
o Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
o Berika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
3. Edukasi
o Jelaskan tandan dan gejala infeksi
o Anjurkan mengonsumsi makan tinggi
kalium dan protein
o Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan ditandai dengan (D.0142)

SLKI SIKI
Tingkat infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
menurun (l. 1. Observasi
14137) o Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sisitemik
2. Terapeutik
o Batasi jumlah pengunjung
o Berikan perawatan kulit pada area edema
o Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
o Pertahankan teknik aseptik pada pasien

22
berisiko tinggi
3. Edukasi
o Jelaskan tanda dan gejala infeksi
o Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
o Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
o Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
dan carian
4. Kolaborasi
o Kolaborasikan pemberian antibiotik, jika
perlu

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal:16 Desember 2019 Jam : 12.00 WIB


Tanggal MRS : 16 Desember 2019 No. RM : 12.79.XX.XX

Ruang/Kelas : Poli Kandungan RSUD Dr. Soetomo Dx. Medis : Prolaps Uteri

Nama Ibu : Ny. K Nama Suami : Tn. S Ke: 1


Umur : 55 Tahun Umur : 60 Tahun
Identitas

Agama : Islam Agama : Islam


Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kediri, Jawa Timur Alamat : Kediri, Jawa Timur
Keluhan Utama:
Klien mengeluh ada benjolan seperti daging keluar dari vagina
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
Klien rujukan dari RS Ratih di Kediri dengan diagnosa medis prolaps uteri. Klien datang ke poli
kandungan RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan terdapat benjolan daging yang keluar dari vagina
sejak 2 bulan yang lalu. Saat ini pasien direncanakan menjalankan operasi pengangkatan rahim.

Penyakit/operasi yang pernah diderita:


Tidak ada

Penyakit yang pernah diderita keluarga:


Tidak ada

Riwayat alergi: O ya O tidak Keterangan: tidak ada alergi

Lain-lain: tidak ada

24
Menstruasi
Menarche : Usia 12 Tahun Siklus : Pasien sudah menopause

Riwayat
Banyaknya : Pasien sudah menopause Lama : Pasien sudah menopause
HPHT : Menopause 4 bulan yang lalu Dismenorhea : Pasien sudah menopause
Usia Kehamilan: Tidak hamil Taksiran Partus: Tidak hamil
Lain-lain : Tidak ada
G0 P5005
Hamil Usia Jenis Penolong Penyulit BB/PB Usia anak KB/ Jenis/
ke- kehamilan persalinan saat ini Lama

3.500
1 37 minggu Normal Bidan Tidak ada 34 tahun KB Suntik
Riwayat Obstetri

gr /lupa
3.400
2 37 minggu Normal Bidan Tidak ada 30 tahun KB Suntik
gr/lupa
3.500
3 37 minggu Normal Dokter Tidak ada 27 tahun KB Pil
gr/lupa
3.400
4 37 minggu Normal Dokter Tidak ada 22 tahun KB Suntik
gr/lupa
3.500
5 37 minggu Normal Dokter Tidak ada 16 tahun KB Suntik
gr/lupa
    Keterangan:
 : Perempuan
Genoogram

   : Laki-laki

  : Meninggal
 : Pasien
◌ : Tinggal satu rumah
Keadaan umum: Baik Kesadaran: compos mentis BB: 57 kg ; Tinggi badan:149cm;
Observasi

Tanda Vital: TD: 142/80 mmHg ; Nadi:82 x/mnt ; Suhu:36,50C ; RR:20x/mnt


CRT: <2 detik ; Akral: Hangat kering merah; GCS: E4V5M6;
Lain-lain: Tidak ada
Kepala dan leher

Rambut : Tidak terkaji


Mata : konjungtiva Ananemis; Sklera: anikteris; Pupil : Isokor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: Tidak ada
Hidung : O Epistaksis ; lain-lain: Tidak ada
Mulut : Mukosa bibir: Lembab; lidah: Bersih; gigi : Bersih ; Kebersihan mulut:Bersih
lain-lain: Tidak ada
Telinga : Gangguan pendengaran: Tidak ada; O Otorhea ; O otalgia ; O tinitus ;
kebersihan: Tidak terkaji; lain-lain: Tidak ada
Cloasma : Tidak ada; Jerawat: Tidak ada

25
O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis Lain-lain: Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Jantung : Irama: Reguler ; S1/S2:Tunggal ; Nyeri dada:Tidak ada;


Bunyi: normal / murmur / gallop ;
Nafas : Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan: Tidak ada
Dada (Thoraks)

Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan: Normal, teratur


Batuk: Tidak ada; Sputum: Tidak ada; Nyeri: Tidak ada
Payudara : Konsistensi Padat, kenyal; areola Coklat kehitaman; papilla Menonjol
Simetris/asimetris ; Produksi ASI: Tidak produksi ASI; Nyeri Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: Teraba benjolan di bagian anterior dinding
vagina ; Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: ada; Nyeri tekan: tidak ada Luka: tidak ada; Lain-lain:
tidak ada
Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: tidak ada; Línea:tidak ada
Palpasi: Leopold I : Tidak hamil
Perut (Abdomen)

Leopold II : Tidak hamil


Leopold III: Tidak hamil
Leopold IV: Tidak hamil
DJJ: Tidak hamil
Lain-lain: Tidak ada
Postpartum:
Fundus uteri: tidak terkaji; kontraksi uterus: tidak terkaji ; Luka: tidak terkaji;
Lain-lain: Tidak post melahirkan
Lain-lain: Tidak ada

Masalah keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

26
Keputihan: kadang-kadang; Perdarahan: tidak ada perdarahan ; Laserasi: tidak ada;
VT: Ø tidak dikaji; eff: tidak dikaji ; Miksi: normal, spontan ; Defekasi: normal;
Lain-lain: Uteri turun ke bibir vagina membuat klien tidak nyaman, klien sering memasukkan
Genitalia
kembali uteri yang turun ke posisi semula. Selain itu, uteri yang turun sering bergesekan dengan
celana dalam pasien.

Masalah keperawatan: Resiko infeksi

27
Tangan dan kaki
Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot:
Refleks: Patella tidak dikaji; Triceps tidak dikaji; Biceps tidak dikaji ; Babinsky: tidak dikaji ;
Brudzinsky: tidak dikaji ; Kernig : tidak dikaji; Keterangan: tidak ada
Edema: Tidak ada ; Luka: Tidak ada ; Lain-lain: Tidak ada

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Aspek Kondisi saat ini


Nutrisi Nafsu makan baik. Makan 3x sehari porsi habis
Eliminasi BAK spontan, Normal (pagi ini sudah 3x), BAB normal (BAB 1x)
Istirahat/tidur Istirahat cukup, tidur 7-8 jam sehari
Perubhan

Aktivitas Aktivitas dirumah, tidak ada masalah


Seksual Aktif seksual seminggu sekali, tidak ada permasalahan
Kebersihan diri Tampak bersih, mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari,
Koping Koping pasif
Ibadah Tidak ada masalah
Konsep diri Konsep diri baik, tidak ada masalah
*) coret yang tidakperlu
Pengetahuan dan Perilaku

Kontrasepsi:pasien pernah menggunakan pil KB dan suntik KB


Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): Tidak ada masalah
Kesehatan

Merokok: tidak merokok


Obat-obatan/Jamu: tidak mengkonsumsi obat/ jamu
Lain-lain: klien setelah dirujuk dari RS Ratih diKediri untukoperasi pengangkatan kandungan
sempat tidak mau dilakukan operasi karena takut tidak bisa berhubungan badan lagi.
Masalah keperawatan: Defisit pengetahuan

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain


Tidak ada Tidak ada Tidak Pemeriksaan swab vagina :
ada Kesimpulan :
Ditemukan tanda-tanda vaginitis curiga e.c yeast
Pemeriksaan Penunjang dan Terapi

Tidak ditemukan bakteri diplococcus gram negatif


Nugent score : intermediate

1
Surabaya, 16 Desember 2019
Ners,

Ners

(Kelompok C1.3)
Pengkajian tanggal : 16 Desember 2019 Jam : 12.00 WIB
Tanggal MRS : 16 Desember 2019 No. RM : 12,79.XX.XX
Nama Ibu
Ruang/Kelas : Ny.
: Poli K
Kandungan Nama Suami : Tn. Uteri
Dx. Medis : Prolaps S Ke: 1
Identitas

Umur : 55 Tahun Umur : 60 Tahun


Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kediri, Jawa Timur Alamat : Kediri, Jawa Timur
Keluhan Utama:
Klien mengeluh ada benjolan seperti daging keluar dari vagina
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
Klien rujukan dari RS Ratih di Kediri dengan diagnosa medis prolaps uteri. Klien datang ke poli
kandungan RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan terdapat benjolan daging yang keluar dari
vagina sejak 2 bulan yang lalu. Saat ini pasien direncanakan menjalankan operasi pengangkatan
rahim.
Penyakit/operasi yang pernah diderita:
Tidak ada
Penyakit yang pernah diderita keluarga:
Tidak ada
Riwayat alergi: O ya O tidak Keterangan: tidak ada alergi
Lain-lain: tidak ada
Menarche : Usia 12 Tahun Siklus : Pasien sudah menopause
Riwayat Menstruasi

Banyaknya : Pasien sudah menopause Lama : Pasien sudah menopause


HPHT : Menopause 4 bulan yang lalu Dismenorhea : Pasien sudah menopause
Usia Kehamilan : Tidak hamil Taksiran Partus: Tidak hamil
Lain-lain : Tidak ada

P5005
Hamil Usia Jenis Penolong Penyulit BB/PB Usia KB/ Jenis/
ke- kehamilan persalinan anak Lama
saat ini
Riwayat Obstetri

3.500
1 37 minggu Normal Bidan Tidak ada 34 tahun KB Suntik
gr /lupa
3.400
2 37 minggu Normal Bidan Tidak ada 30 tahun KB Suntik
gr/lupa
3.500
3 37 minggu Normal Dokter Tidak ada 27 tahun KB Pil
gr/lupa
3.400
4 37 minggu Normal Dokter Tidak ada 22 tahun KB Suntik
gr/lupa
3.500
5 37 minggu Normal Dokter Tidak ada 16 tahun KB Suntik
gr/lupa
2
Genoogram     Keterangan:
 : Perempuan
 : Laki-laki
   : Meninggal
 : Pasien
◌ : Tinggal satu rumah

Keadaan umum: Baik Kesadaran: compos mentis BB: 57 kg ; Tinggi badan:149cm;
Observasi

Tanda Vital: TD: 142/80 mmHg ; Nadi:82 x/mnt ; Suhu:36,50C ; RR:20x/mnt


CRT: <2 detik ; Akral: Hangat kering merah; GCS: E4V5M6;
Lain-lain: Tidak ada

Rambut : Tidak terkaji


Mata : konjungtiva Ananemis; Sklera: anikteris; Pupil : Isokor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: Tidak ada
Hidung : O Epistaksis ; lain-lain: Tidak ada
Kepala dan leher

Mulut : Mukosa bibir: Lembab; lidah: Bersih; gigi : Bersih ; Kebersihan mulut:Bersih
lain-lain: Tidak ada
Telinga : Gangguan pendengaran: Tidak ada; O Otorhea ; O otalgia ; O tinitus ;
kebersihan: Tidak terkaji; lain-lain: Tidak ada
Cloasma : Tidak ada; Jerawat: Tidak ada
O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis Lain-
lain: Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Jantung : Irama: Reguler ; S1/S2:Tunggal ; Nyeri dada:Tidak ada;
Bunyi: normal / murmur / gallop ;
Dada (Thoraks)

Nafas : Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan: Tidak ada
Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan: Normal, teratur
Batuk: Tidak ada; Sputum: Tidak ada; Nyeri: Tidak ada
Payudara : Konsistensi Padat, kenyal; areola Coklat kehitaman; papilla Menonjol
Simetris/asimetris ; Produksi ASI: Tidak produksi ASI; Nyeri Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


 Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: Teraba benjolan di bagian
anterior dinding vagina ; Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: ada; Nyeri tekan: tidak ada
Luka: tidak ada; Lain-lain: tidak ada
 Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: tidak ada; Línea:tidak ada
Perut (Abdomen)

Palpasi: Leopold I : Tidak hamil


Leopold II : Tidak hamil
Leopold III: Tidak hamil
Leopold IV: Tidak hamil
DJJ: Tidak hamil
Lain-lain: Tidak ada
 Postpartum:
Fundus uteri: tidak terkaji; kontraksi uterus: tidak terkaji ; Luka: tidak terkaji;
Lain-lain: Tidak post melahirkan
Lain-lain: Tidak ada

Masalah keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan


Keputihan: kadang-kadang; Perdarahan: tidak ada perdarahan ; Laserasi: tidak ada;
VT: Ø tidak dikaji; eff: tidak dikaji ; Miksi: normal, spontan ; Defekasi: normal;
Genitalia

Lain-lain: Uteri turun ke bibir vagina membuat klien tidak nyaman, klien sering
memasukkan kembali uteri yang turun ke posisi semula. Selain itu, uteri yang turun
sering bergesekan dengan celana dalam pasien.

Masalah keperawatan: Resiko infeksi

3
Tangan dan kaki Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot:
5 5

5 5

Refleks: Patella tidak dikaji; Triceps tidak dikaji; Biceps tidak dikaji ; Babinsky: tidak dikaji ;
Brudzinsky: tidak dikaji ; Kernig : tidak dikaji; Keterangan: tidak ada
Edema: Tidak ada ; Luka: Tidak ada ; Lain-lain: Tidak ada

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Aspek Kondisi saat ini


Nutrisi Nafsu makan baik. Makan 3x sehari porsi habis
Eliminasi BAK spontan, Normal (pagi ini sudah 3x), BAB normal (BAB 1x)
Istirahat/tidur Istirahat cukup, tidur 7-8 jam sehari
Aktivitas Aktivitas dirumah, tidak ada masalah
Perubhan

Seksual Aktif seksual seminggu sekali, tidak ada permasalahan


Kebersihan diri Tampak bersih, mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari,
Koping Koping pasif
Ibadah Tidak ada masalah
Konsep diri Konsep diri baik, tidak ada masalah

*) coret yang tidakperlu

Kontrasepsi:pasien pernah menggunakan pil KB dan suntik KB


Pemeriksaan Penunjang dan Terapi Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan

Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): Tidak ada masalah


Merokok: tidak merokok
Obat-obatan/Jamu: tidak mengkonsumsi obat/ jamu
Lain-lain: klien setelah dirujuk dari RS Ratih diKediri untukoperasi pengangkatan kandungan
sempat tidak mau dilakukan operasi karena takut tidak bisa berhubungan badan lagi.
Masalah keperawatan: Defisit pengetahuan

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain


Tidak ada Tidak ada Tidak Pemeriksaan swab vagina :
ada WBC: ≥ 30 plp
RBC : 0 plp
Yeast cell positif
Pathogenic morphotype :
 Diplococcus gram negatif : negatif
 Coceus gram negatif : positif
Scoring bacterial vaginosis
 Mobiluncus like : 0 plp
 Gardnerella / bacteriodes like : ≥ 30 plp
 Lactobacillus like : 1-4 plp
 Clue cell : positif
Nugent score : 5
Kesimpulan :
1. Ditemukan tanda-tanda vaginitis curiga e.c
yeast
2. Tidak ditemukan bakteri diplococcus gram
negatif
4
3. Nugent score : intermediate

Surabaya, 16 Desember 2019


Ners,

Ners
(Kelompok C1.3)

5
FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Prolaps uteri Risiko infeksi
Klien mengatakan ada 
benjolan seperti daging yang Uterus keluar sampai ke
sering keluar dari vagina dan intronitus vagina
klien mengatakan sering 
memasukkan organ tersebut Terjadi gesekan / lecet
sendiri disekitar area vagina

DO: Berrisiko terjadi infeksi
 Ditemukan tanda-tanda
vaginitis curiga e.c yeast
pada hasil swab vagina
 WBC : 8,53 x 103 /µL

DS: Prolaps uteri Defisit pengetahuan


Klien mengatakan tidak mau 
dioperasi karena takut tidak Rencanapenatalaksanaan
dapat berhubungan seksual pembedahan
dengan suaminya lagi 
Pasien merasa takut dan cemas
DO: 
Klien tampak sering bertanya Kurangnya paparan informasi
ke dokter mengenai mengenai penyakit yang
kondisinya diderita

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

1. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit) (D.0142)
2.
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
penyakit (D.0111)
19

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan Rasional
(P-E-S)
16-12-2019 Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan infeksi (1.14539)
ketidakadekuatan 1x 8jam maka tingkat infeksi menurun 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1. Mempertahakan teknik
pertahanan tubuh primer dengan kriteria hasil : kontak dengan pasien aspetik untuk mengurangi
(kerusakan integritas Tingkat infeksi (L.14137) resiko infeksi
kulit) (D.0142) 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Pertahankan teknik aseptik pada saat 2. Mempertahakan teknik
(kemerahan, nyeri, bengkak, demam) melaukan tindakan pada pasien resiko aspetik untuk mengurangi
2. Klien dapat mengerti dan tinggi resiko infeksi
mempraktikkan cara menjaga 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 3. Memberikan informasi
kebersihan tangan pada pasien untuk skrining
awal bila ditemukan tanda
infeksi
4. Anjurkan untuk melaporkan pada 4. Agar segera mendapat
tenaga kesehatan jika terdapat tanda penanganan yang tepat
infeksi
5. Ajarkan cara mencuci tangan yang 5. Memberikan informasi
baik dan benar cara mencegah infeksi
6. Anjurkan untuk mencuci tangan 6. Upaya untuk mencegah
sebelum memasukkan uteri kembali infeksi
ke dalam
7. Ajarkan cara menjaga keberishan dan 7. Memberikan informasi
kelembaban area genitak cara mencegah infeksi
8. Anjurkan menjaga kebersihan dan 8. Upaya untuk mencegah
kelembaban area genital infeksi
9. Monitor tanda dan gejala infeksi 9. Menilai adanya tanda dan
gejala infeksi
20

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan Rasional
(P-E-S)
16-12-2019 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi kesehatan (1.12383)
kurang terpapar informasi 1x 8 jam maka tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk menentukan waktu
d.d menunjukkan meningkat dengan kriteria hasil : menerima informasi dan media yang tepat
persepsi yang keliru Tingkat pengetahuan (L.12111) bagi promosi kesehatan
terhadap penyakit 1. Tidak ada persepsi yang keliru 2. Untuk menentukan
(D.0111) terhadap masalah 2. Identifikasi faktor yang dapat strategi peningkatan
2. Klien mengerti dan mampu meningkatkan dan menurunkan kesehatan yang tepat
menjelaskan tentang topik yang motivasi hidup bersih dan sehat 3. Sebagai media pemberian
diberikan 3. Sediakan materi dan media pendidikan promosi kesehatan
kesehatan 4. Memberikan informasi
mengenai penyakit
4. Jelaskan faktor resiko yang dapat 5. Memberikan informasi
mempengaruhi kesehatan cara mempertahakan
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan kesehatan
sehat 6. Memberikan informasi
cara mempertahakan
6. Ajarkan strategi kesehatan untuk kesehatan
meningkatkan perilaku hidup bersih 7. Sebagai upaya umpan
dan sehat balik promosi kesehatan
7. Berikan kesempatan pasien untuk 8. Untuk menilai
bertanya pemahaman pasien
8. Berikan evaluasi terkait topik yang mengenai penjelasan
diberikan yang diberikan
21

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
dan Jam dan Jam
Risiko infeksi
ketidakadekuatan pertahanan
d.d 16-12-2019
12.10 WIB
1. Memonitor tanda dan gejala
infeksi (kemerahan, bengkak,
16-12-2019 S :
12.40 WIB 1. Klien mengatakan mengerti dan
Ners
tubuh primer (kerusakan iritasi, adanya perlukaan) di area memahami cara mencuci
integritas kulit) (D.0142) genital tangan dengan baik dan benar
R/ Tidak ditemukan tanda dan 2. Klien mengatakan tahu bahwa
gejala infeksi di area sekitar harus selalu mencuci tangan
genital sebelum dan sesudah
12.15 WIB 2. Menjelaskan tanda dan gejala memasukkan uterus secara
infeksi, serta menganjurkan untuk mandiri
melapor pada petugas kesehatan O:
bila didapatkan tanda dan gejala 1. Tidak ditemukan tanda dan
tersebut gejala infeksi
R/ Pasien mengerti dan memahami 2. Klien tempak bisa
12.18 WIB 3. Mengajarkan cara cuci tangan memperagakan cara cuci tangan
yang baik dan benar yang baik dan benar
R/ Pasien mengikuti ketika 3. Klien dapat mengulang tanda
perawat memperagakan dan gejala infeksi
12.20 WIB 4. Menganjurkan untuk selalu 4. Klien dapat mengulang cara
mencuci tangan saat sebelum dan pencegahan infeksi
setelah memasukkan uterus secara A : Masalah teratasi
mandiri P : Hentikan intervensi
R/ Pasien mengerti dengan anjuran
yang diberikan
12.23 WIB 5. Menganjurkan untuk menjaga
kebersian area genital dengan
sering mengganti celana dalamdan
menjaga kelembapan area genital
R/ pasien mengerti dengan anjuran
yang diberikan
22

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Defisit pengetahuan b.d kurang
terpapar informasi d.d
16-12-2019
12.25 WIB
1. Menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempenngaruhi prolaps
16-12-2019 S :
12.45 WIB Klien mengatakan mengerti dan
Ners
menunjukkan persepsi yang uteri memahami mengenai penyakit dan
keliru terhadap penyakit R/ Pada kasus klien yakni karena rencana intervensi yang akan
(D.0111) multipartus dengan riwayat partus dilakukan
dengan BB anak yang besar O:
12.30 WIB 2. Menjelaskan tentang rencana 1. Klien tampak paham dengan
prosedur penatalaksanaan yang penjelasan yang diberikan
akan dilakukan 2. Klien dapat mengulang faktor
R/ Klien mengerti dan memahami resiko yang menyebabkan
penjelasan yang diberikan penyakit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Ingatkan jadwal kontrol selanjutnya
23

BAB IV
PEMBAHASAN

Prolaps uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam
atau keluar melalui vagina, sebagai akibat dari kegagalan ligamen dan fasia dalam
menyangga (Price, 2012). Ny. K merupakan salah satu klien dengan diagnosis medis
prolaps uteri dengan rektokel grade III, dan sistokel grade III yang juga telah terpasang
pesarium ring, dengan tujuan agar organ panggul tidak menonjol keluar dari introitus
vagina. Saat ini klien datang ke poli kandungan untuk persiapan operasi pengangkatan
kandungan. Operasi ini dilakukan sesuai indikasi derajat rektokel dan sistokel yang
dialami oleh klien. Histerektomi pervaginam atau pengangkatan rahim merupakan terapi
penanganan pada prolaps uteri, mioma uteri, serta sistokel dan rektokel (Asih, 2013).
Berdasarkan proses terjadinya prolaps uteri, menurut riwayat penyakit yang telah
dijelaskan oleh klien yaitu terkait paritas yang termasuk dalam multipara. Ny. K Memiliki
5 orang anak dengan berat badan lahir rata-rata 3500 gram secara pervagiaam. Paritas ini
terbukti mempengaruhi kejadian prolaps uteri, hal ini dikarenakan wanita tersebut akan
mengalami kelamahan otot besar panggul serta dapat menjadi sebuah trauma pada otot-
otot dan fasia pelvis saat persalinan (Baiq, 2015). Penelitian dari Werner, 2012 juga
menjelaskan bahwa persalinan pervaginam dan penuaan merupakan faktor penting
terjadinya prolaps uteri.

Saat dilakukan pengkajian Ny.K mengatakan bahwa uteri turun ke bibir vagina
sehingga membuat klien tidak nyaman. Kemudian ia juga menjelaskan apabila hal tersebut
terjadi maka yang dilakukannya yaitu memasukkan kembali uteri yang turun ke posisi
semula. Cara tersebut sering dilakukan oleh Ny.K, karena uteri yang turun tersebur sering
bergesekan dengan celana dalam sehingga semakin membuat Ny.K tidak nyaman.
Pernyataan Ny.K ini merupakan salah satu tanda dan gejala dari prolaps uteri, bahwa
adanya rasa tekanan yang menyebabkan ketidaknyamanan terutama saat melakukan
aktivitas fisik. Selain itu juga dapat mempengaruhi frekuensi dan intensitas berkemih serta
BAB (Santoso,2013). Keluhan dari Ny.K terlihat dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
oleh dokter bahwa adanya benjolan yang keluar melalui vagina. Pada prolap uteri saat
dilakukan pemeriksaaan vaginal tuse maka akan didapatkan pembengkakan pada introitus
vagina dan juga ditemukan sistokel, rektokel, atau enterokel (Fiana, 2019).
24

Turunnya uteri ke vagina sehingga membuat sering bergesekan dengan celana


dalam klien, maka akan menimbulkan suatu masalah keperawatan yaitu resiko infeksi Hal
tersebut juga didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium berupa nilai kadar WBC
8,53 x 103 /µL, serta ditemukan tanda vaginitis pada hasil swab vagina. Sesuai SLKI 2017
terkait resiko infeksi maka diharapkan adanya kenaikan kadar sel darah putih dan
menurunnya tanda gejala infeksi. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan perawat
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu melakukan monitoring tanda
dan gejala infeksi, mengajarkan cara cuci tangan dengan tepat, serta menganjurka unttuk
selalu menjaga kebersihan area genitalia.

Pengkajian yang dilakukan oleh perawat kepada Ny.K didapatkan keterangan


bahwa pada awalnya ia tidak mau untuk dilakukan operasi pengangkatan kandungan, hal
ini dikarenakan ketakutannya untuk tidak dapat lagi melakukan hubungan badan dengan
suaminya. Dari keterangan yang disampaikan tersebut sesuai dengan tanda dan gejala
mayor dari defisit pengetahuan sesuai dengan SDKI 2017 yaitu menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap masalah yang dihadapi. Oleh karena itu perawat mengambil masalah
keperawatan defisit pengetahuan, dengan harapan bahwa persepsi yang keliru tersebut
dapat menurun serta Ny. K dapat mengerti terkait perjalanan penyakitnya. Sedangkan
intervensi yang dilakukan yakni menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
prolaps uteri dan menjelaskan tentan rencana prosedur penatalaksanaan yang akan
dilakukan termasuk manfaat dan kerugiannya. Dalam pemenuhan kebutuhan klien
memerlukan peran serta dari perawat sebagai care provider atau pemberi asuhan
keperawatan dan edukator. Sebagai care provider ini, peran perawat harus dilaksanakan
secara komprehensif atau menyeluruh, mulai dari memberikan tindakan promotif,
preventif, kuratif, hingga rehabilitatif serta sebagai edukator, perawat dapat meningkatkan
pengetahuan pasien terkait penyakit yang dialami (Asmadi, 2008).
25

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Prolaps uteri atau POP merupakan kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam
atau keluar melalui vagina. Kejadian prolaps uteri saat ini paling sering terjadi pada
wanita dengan usia diatas 50 tahun. Kondisi ini terbagi menjadi beberapa derajat
berdasarkan sistem POP-Q. Penyebab dari prolaps uteri belum diketahui secara pasti,
namun terdapat faktor pemicu terjadinya prolaps uteri seperti proses persalinan,
paritas, usia, dan gaya hidup tidak sehat. Salah satu tanda gejala yang paling sering
dialami pasien dengan prolaps uteri yaitu turunnya organ panggul ke vagina, sehingga
menyebabkan kebanyakan dari mereka mengalami gangguan rasa nyaman saat
melakukan aktivitas. Adapun bentuk penanganan pada kejadian ini yaitu dengan
memasang pesarium ring yang biasanya dilakukan penggantian setiap 3 bulan apabila
tidak disertai keluhan lainnya, serta langkah terakhir untuk menanganai prolaps uteri
yaitu operasi pengangkatan kandungan.

5.2 Saran

Diharapkan perlu adanya deteksi dini serta pendidikan kesehatan khususnya pada
wanita untuk mengurangi angka kejadian prolap uteri terutaama pada usia diatas 50 tahun.
26

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Mochamad, Baziad Ali, Prabowo R. Prajitno. 2011. Ilmu Kandungan: Kelainan
Letak Alat-Alat Genital. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Baiq Cipta Hardianti, Besari Adi Pramono. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Prolapsus Uteri Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Media Medika
Muda Vol.4.

Cunningham FG. 2008. Williams Gynecology. United States: Mc Graw Hill Companies.

Desita, Fiana. 2019. FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN DERAJAT


PROLAPS ORGAN PANGGUL DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG PERIODE 1 JANUARI 2014 – 31 DESEMBER 2018. Universitas
Lampung

Hoffman BL 2014. Williams Obstetrics 24th Edition. United States: Mc Graw Hill.
Available from: www.mhprofessional.com.

Junizaf, Santoso Budi Iman. 2013. Panduan Penatalaksanaan Prolaps Organ Panggul.
Himpunan Uroginekologi-POGI.

Kristanto Herman, Hidayat, Syarief Thaufik, Erwinanto. 2013. Praktis Klinis Obstetri
Ginekologi. Semarang: Cakrawala Media.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Santoso B. Paduan Penatalaksanaan Prolaps Organ Panggul. Perkumpulan Obstetri &


Ginekologi Indonesia Himpunan Uroginekologi Indonesia. 2013

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI

Werner C, Moschos E, Griffith W, Beshay V, Rahn D, Richardson D, et al. 2012. Williams


Gynecology Study Guide, 2nd ed. United States: Mc Graw Hill Professional.
27

Anda mungkin juga menyukai