Anda di halaman 1dari 10

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Asuhan Keperawatan

4.1.1 Analisis Pengkajian Pasien

a. Identitas klien

Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan klien atas nama Ny. N

berusia 21 tahun. Klien dibawa ke puskesmas dikarenakan

mengalami mual dan muntah yang berlebihan. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Apriyani et al. (2022), bahwa usia dibawah 24 tahun

dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya Hiperemesis

Gravidarum. Pada usia tersebut secara fisiologis dan fungsional

rahim belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan secara

psikologis belum siap untuk hamil dan menjadi orang tua (Susanti,

Firdayanti dan Haruna, 2019). Sehingga ini bisa menjadi konflik

mental yang membuat ibu tidak memperhatikan asupan nutrisinya

yang menyebabkan iritasi lambung sehingga menimbulkan reaksi

pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah

(Susanti, Firdayanti dan Haruna, 2019).

Pada pengkajian tersebut didapatkan bahwa usia kehamilan klien

yaitu 13-14 minggu. Menurut Apriyani et al. (2022), mual dan muntah

paling umum terjadi pada usia 12-16 minggu dikarenakan HCG

mencapai kadar tertinggi. Peningkatan hormon HCG yang berasal

dari plasenta ini dapat menyebabkan mual dan muntah yang

berlebihan (Septiani, 2018). Berdasarkan hal tersebut dapat


disimpulkan bahwa Ny. N yang mengalami Hiperemesis Gravidarum

ini disebabkan oleh usia yang terlalu muda yaitu 21 tahun serta usia

kehamilan 13-14 minggu dimana hormon HCG mencapai kadar

tertinggi.

Berdasarkan hasil pegkajian didapatkan pula bahwa tingkat

pendidikan klien yaitu SMP. Menurut penelitian yang dilakukan

Rahmanindar, Zulfiana dan Harnawati (2021), bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pendidikan dengan angka kejadian

Hiperemesis Garividrum. Pendidikan mempengaruhi individu,

kelompok, atau masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan dapat

memengaruhi pengetahuan pada ibu hamil tentang Hiperemesis

Gravidarum (Notoatmodjo, 2015). Oleh karena itu, semakin tinggi

tingkat pendidikan ibu hamil maka semakin tinggi pula tingkat

pengetahuan ibu terkait Hiperemesis Grvidarum sehingga ibu dapat

melakukan pencegahan agar tidak sampai terjatuh pada kondisi

Hiperemesis Gravidarum.

b. Keluhan dan pemeriksaan fisik

Berdasarkan pengkajian pada Ny. N didapatkan keluhan utama

klien yaitu mual dan muntah setiap kali makan sejak 1 minggu yang

lalu. Klien juga mengatakan lemas dan tidak bisa makan karena

setiap makan selalu muntah. Hasil pengkajian tersebut sesuai

dengan penelitian Syamsuddin, Lestari dan Fachlevy (2018), yang

menyatakan bahwa manifestasi klinis utama Hiperemesis Gravidarum

adalah mual dan muntah yang berat dan terus menerus sehingga
menyebabkan pusing, lemas, kulit kering, bibir kering, keringat dingin,

bahkan bisa sampai pingsan.

Pada pengkajian didapatkan pula hari ini mual serta muntah lebih

dari 5 kali. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran klien

komposmentis, tampak pucat, mukosa bibir kering, TFU 3 jari diatas

simpisis, DJJ 145 x/menit. Sesuai kasus tersebut Hiperemesis

Gravidarum yang dialami Ny. N pada tingkat I. Hal tersebut ditandai

dengan gejala mual dan muntah terus menerus yang menyebabkan

lemas, tidak mau makan, dan lidah kering (Wahyuni, 2018).

4.1.2 Analisis Masalah Keperawatan yang Muncul

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. N

ditemukan masalah keperawatan yaitu nausea berhubungan dengan

kehamilan (D.0076). Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada

bagian belakang tenggorokan atau dilambung yang dapat

mengakibatkan muntah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis

tersebut dirumuskan karena data hasil pengkajian yang ditemukan

pada Ny. N sesuai dengan tanda gejala mayor yaitu klien mengeluh

mual, merasa ingin muntah, dan tidak berminat makan. Serta sesuai

dengan tanda gejala minor yaitu klien tampak pucat dan lemas.

Secara teori konsep keperawatan pada kasus Hiperemesis

Gravidarum maka diagnosa keperawatan yang lazim muncul, yaitu

hipovolemi b.d kehilangan cairan yang aktif dan defisit nutrisi b.d

kurangnya asupan makanan (Nurarif dan Kusuma, 2015). Berdasarkan

hal tersebut ditemukan kesenjangan pada kasus yang dialami Ny. N

antara diagnosa pada teori dan diagnosa pada kasus. Hal ini disebabkan
tidak ada kesesuian antara kasus dengan tanda gejala mayor dari

diagnosa tersebut, seperti klien tidak mengalami penurunan berat badan,

frekuensi nadi klien 80 /menit, nadi klien teraba kuat, tekanan darah

110/80 mmHg, turgor kulit baik, dan volume urin 1000 cc.

4.1.3 Analisis Rencana Intervensi Keperawatan

Pada perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan

pada Ny. N dengan masalah keperawatan nausea berhubungan dengan

kehamilan, penulis menetapkan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat nausea (L.12111)

menurun dan fungsi gastrointestinal (L.03019) yang dialami klien

membaik dengan kriteria hasil yaitu nafsu makan meningkat, keluhan

mual menurun, pucat membaik, dan muntah menurun (Tim Pokja SLKI

DPP PPNI, 2019).

Rencana intervensi keperawatan nausea yaitu manajemen mual

(I.03117) dan manjemen muntah (I.03118). Manajemen mual meliputi: 1)

Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan,

aktivitas kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur), 2) Identifikasi faktor

penyebab mual (mis. pengobatan dan prosedur), 3) Monitor mual (mis.

frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan), 4) Monitor asupan nutrisi dan

kalori, 5) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik, 6) Anjurkan

makan tinggi karbohidrat dan rendah lemak, 7) Ajarkan penggunaan

teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual (mis. biofeedback, hipnosis,

relaksasi, terapi musik, akupresur), 8) Kolaborasi pemberian antiemetik,

jika perlu. Sedangkan untuk manajemen muntah meliputi: 1) Identifikasi

karakteristik muntah (mis. warna, konsistensi, adanya darah, waktu,


frekuensi, dan durasi), 2) Periksa volume muntah, 3) Identifikasi faktor

penyebab muntah (mis. pengobatan dan prosedur), 4) Monitor

keseimbangan cairan dan elektrolit, 5) Berikan dukungan fisik saat

muntah (mis. membantu membungkuk atau menundukkan kepala), 6)

Berikan kenyamanan selama muntah (mis. kompres dingin di dahi atau

sediakan lingkungan kering dan bersih), 7) Berikan cairan yang tidak

mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah muntah, 8) Anjurkan

membawa kantong plastik untuk menampung muntah, 9) Anjurkan

memperbanyak istirahat, 10) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi

untuk mengelola muntah (mis. biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi

musik, akupresur) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Fokus intervensi ini yaitu mengganti cairan yang hilang agar klien

tidak jatuh pada kondisi hipovolemi, mengajurkan mengkonsumsi

makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak dengan cara makan porsi

sedikit namun sering, dan pemberian obat antiemetik. Selain hal tersebut

klien diberikan intervesi berupa penggunaan terapi akupresur pada titik

P6. Teknik tersebut diberikan dengan tujuan agar mual dan muntah klien

dapat berkurang sehingga tidak merasa nyaman dengan kehamilannya.

4.1.4 Analisis Tindakan Keperawatan

Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada Ny. N tetap

didasarkan pada teori keperawatan yang berfokus pada intervensi yang

sudah ditetapkan sebelumnya. Tindakan keperawatan dilakukan mulai

tanggal 27-29 September 2021 dengan masalah keperawatan nausea

sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan

berdasarkan SIKI. Menurut teori, untuk mengatasi masalah keperawatan


nausea dapat dilakukan dengan teknik farmakologi maupun non

farmakologi. Teknik farmakologi yang dapat digunakan yaitu dengan obat

antihistamin, antiemetik, benzamid, serotonin reseptor antagonis, agen

reduksi asam, dan kortikosteroid (Bustos, Venkataramanan and Caritis,

2017). Sedangkan teknik nonfarmakologi yang dapat digunaka yaitu

modifikasi makanan, jahe, akupresur atau akupuntur, suplemen tiamin,

dan rehidrasi cairan intravena (Bustos, Venkataramanan and Caritis,

2017).

Implementasi yang dilakukan pada Ny. N pada tanggal 27

September 2021 yaitu rehidrasi cairan melalui intravena, pemberian obat

Ondansetron 3 x 1 dan Neurobion , serta megajarkan terapi akupresur

titik P6. Pada tanggal 28 September 2021 implemetasai yang dilakukan

yaitu melanjutkan intervensi yang telah dilakukan kemarin dan

menambahkan dengan modifikasi makanan serta mengevalusai terapi

akupresur. Pada tanggal 29 September 2021 implemetasai yang

dilakukan yaitu melanjutkan intervensi yang telah dilakukan kemarin dan

memberikan edukasi mengenai perawatan dirumah.

4.1.5 Analisis Evaluasi Keperawatan

Evaluasi digunakan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

ditetapkan tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk

klien atau tidak. Berdasarkan hasil evaluasi selama 3 x 24 jam terhadap

Ny. N adapun hasil penurunan frekuensi mual dan muntah pada saat

sebelum diberikan intervensi menunjukan frekuensi mual dan muntah

lebih dari 5 kali dalam sehari. Kemudian setelah dilakukan intervensi

selama 3 x 24 jam klien mengatakan tidak mengalami mual dan mutah


kembali. Sehingga dapat dirumuskan analisa masalahnya teratasi. Dari

data yang sudah didapatkan setelah dilakukakan intervensi sealma 3 x 24

jam, klien berespon dengan baik sesuai dengan kriteria hasil sebagai

berikut: nafsu makan meningkat, keluhan mual menurun, pucat membik,

dan muntah menurun.

4.2 Implikasi Keperawatan

Hasil studi kasus pemberian terapi akupresur pada titik P6 dalam asuhan

keperawatan pada klien Hiperemesis Gravidarum dengan masalah

keperawatan nausea memiliki efek yang signifikan dalam mengurangi

keparahan dan frekuensi mual dan muntah. Menurut penelitian yang

dilakukan Mady et al. (2019), dengan menggunakan terapi akupresur titik P6

selama 60 menit perhari yang dilakukan selama 7 hari berturut-turut

mendapatkan hasil yang signifikan dalam mengurangi keparahan dan

frekuensi mual dan muntah pada kelompok sampel dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan terapi akupresur titik P6 merangsang

sirkulasi darah dan kemudian menghambat aktivitas korteks serebral melalui

stimulasi saraf (Nunley, Wakim dan Guinn, 2008). Juga, dalam pengobatan

tradisional Tiongkok, terapi akupresur titik P6 atau titik Neiguan membawa

keseimbangan gaya hidup energi atau Chi ke meridian perikardial. Meridian

perikardial mengontrol fungsi jantung dan pernapasan. Titik neiguan yang

terletak di pergelangan tangan kanan adalah tempat energi negatif dari

jantung keluar dari tubuh, dan titik neiguan di pergelangan tangan kiri adalah

tempat masuknya energi positif dari luar ke dalam tubuh. Ketika ada
keseimbangan antara Yin dan Yang, mual akan terkontrol (Nunley, Wakim

dan Guinn, 2008).

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Rahmanindar, Zulfiana dan

Harnawati (2021), dengan menggunakan terapi akupresur titik P6 dengan

cara pemijatan sebanyak 30 kali tekanan saat merasa mual dan muntah

mendapatkan hasil yang signifikan dapat mengurangi keparahan dan

frekuensi mual serta muntah. Mekanisme yang tepat dari efek akupresur

dalam mencegah NVP tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan

bahwa konsentrasi β-endorfin meningkat dalam cairan serebrospinal setelah

akupresur yang memiliki efek antiemetik (Ozgoli and Naz, 2018). Selain itu,

stimulasi P6 mengurangi mual dan muntah dengan meningkatkan aliran

darah dan menstabilkan korteks otak dan juga meningkatkan aktivitas

mioelektrik gastrointestinal secara teratur (Ozgoli and Naz, 2018).


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang

terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan kadar elektrolit, penutunan berat badan (lebih dari 5%

berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kondisi klien

menunjukkan adanya penurunan tingkat nausea dan perbaikan fungsi

gastrointestinal dengan kriteria hasil yang tercapai semua sehingga masalah

teratasi. Kondisi klien menunjukkan nafsu makan meningkat, keluhan mual

menurun, pucat membaik, dan muntah menurun. Salah satu tindakan yang

dapat mengatasi masalah nausea yaitu terapi akupresur titik P6 efektif dalam

mengurangi keparahan dan frekuensi mual dan muntah. Terapi akupresur

titik P6 merupakan tindakan yang sederhana, mudah diaplikasikan, non-

invasif, dan tanpa efek samping pada wanita hamil dan janinnya serta akan

lebih efektif bila disertai dengan tindakan lainnya seperti pemberian obat

antiemetik, manajemen cairan, dan modifikani makanan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi puskesmas

Dapat memaksimalkan asuhan keperawatan guna mencegah

komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada ibu hamil yang mengalami

Hiperemesis Gravidarum. Serta direkomendasikan agar akupresur titik P6


dapat diajarkan kepada tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan

edukasi kepada klien yang mengeluh mual dan muntah dalam bentuk

leaflet atau poster.

5.2.2 Bagi pasien dan keluarga

Disarankan kepada klien dan keluarga untuk dapat mengenali

tanda dan bahaya pada masa kehamilan agar dapat segera melaporkan

ke tenaga kesehatan dan mendapatkan pertolongan segera. Kemudain

juga mendorong klien untuk melakukan terapi akupresur titik P6 sebagai

metode alternatif dalam pengobatan mual dan muntah dalam kehamilan

yang dapat mengurangi resiko obat antiemetik selama trimester pertama

kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai