Anda di halaman 1dari 1

Dalam UU No 16 Tahun 2004 Bahwa kepentingan umum sebagai kepentingan bangsa dan negara

dan/atau kepentingan masyarakat luas. Mengesampingkan perkara sebagaimana dalam ketentuan ini
merupakan pelaksanaan asas oportunitas, yang hanya dapat dilakukan olehJaksa Agung setelah
memperhatikan saran dan pendapat dari badan-badan kekuasaan negarayang mempunyai hubungan
dengan masalah tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pengertian kepentingan
umum yang menjadi alasan penyampingan perkara oleh Jaksa Agungdan bagaimana penerapan
penyampingan perkara oleh Jaksa Agung dalam sistem peradilan pidana.Penelitian ini merupakan
peneltian yuridis normatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder.Berdasarkan
penelitian ini diperoleh hasilnya bahwa penyampingan perkara oleh Jaksa Agungterdapat dalam Pasal 35
huruf c UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia bahwa yang dimaksud kepentingan
umum adalah kepentingan bangsa dan negaradan atau kepentingan masyarakat luas, dan memberikan
batasan kepentingan dalam dua hal,pertama kepentingan bangsa dan negara, kedua terhadap
kepentingan masyarakat luas. Jaksa Agung dalam menerapkan asas oportunitas tidak sendiri melainkan
melalui mekanismekerja dari bawah ke atas, kemudian dari atas ke bawah. Sedangkan dalam
memutuskan apakah suatu perkara perlu dikesampingkan atau tidak, Jaksa Agung berkonsultasi
denganpejabat tinggi lainnya yang berwenang.-Siapakan penyelenggara kepentingan umum
Penyelenggara Negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan cita-cita perjuanganbangsa. Hal
ini secara tegas dinyatakan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yangmenyatakan bahwa yang
sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negaraialah semangat para Penyelenggara
Negara dan pemimpin pemerintahan.Penyelenggara Negara tidak dapat menjalankan tugas dan
fungsinya secara optimal, sehingga penyelenggaraan negara tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal
itu terjadi karena adanya pemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab pada
Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Di samping itu, masyarakat
pun belum sepenuhnya berperan serta dalam menjalankan fungsi kontrol sosial yang efektif
terhadappenyelenggaraan negara.Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional
sesuai tuntutan reformasi diperlukan kesamaan visi, persepsi, dan misi dari seluruh Penyelenggara
Negara dan masyarakat. Kesamaan visi. persepsi, dan misi tersebut harus sejalan dengan tuntutan
hatinurani rakyat yang menghendaki terwujudnya Penyelenggara Negara yang mampu menjalankan
tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab, yang dilaksanakan secara
efektif, efisien, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia NomorXI/MPR/1998 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Sumber Refrensi: https://www.hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai