Anda di halaman 1dari 14

PERDAGANGAN NARKOBA DI KAWASAN AMERIKA LATIN SEBAGAI

KEJAHATAN TRANSNASIONAL TERORGANISIR

Agnes Florince Destemyca


Email : agnesfd@upnvj.ac.id
NIM: 1910412147

Pendahuluan

Pada tahun 1980-an di Amerika Serikat, mengonsumsi narkoba jenis apapun masih
menjadi perbuatan yang dilegalkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Narkoba yang
dikonsumsi merupakan narkoba yang berasal dari Amerika Latin. Hal tersebut dikarenakan
luasnya ladang yang ditanami tanaman koka sebagai sumber dari produksi narkoba jenis kokain
di daerah Pegunungan Andes, Amerika Latin. Di samping itu, melimpahnya tanaman koka juga
dimanfaatkan oleh masyarakat selatan sebagai pemasukan ekonomi. Meskipun begitu,
maraknya narkoba jenis kokain lambat laun menjadi suatu kebiasaan yang menyebabkan
ketergantungan bagi penggunanya. Sebagai informasi tambahan, pengguna kokain di Amerika
Serikat tidak hanya masyarakat biasa melainkan politisi dan tokoh masyarakat yang dihormati.
Sehingga pemerintah mulai menyadari adanya ketidaktepatan dari tindakan tersebut dan
mengadakan pelarangan bagi pengedaran dan konsumsi narkotika (S., 2016). Peraturan untuk
tidak mengedarkan dan mengkonsumsi narkotika ini kemudian menjadikan harga dari
narkotika melambung tinggi di pasaran Amerika Latin. Dengan adanya persaingan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi, setiap individu yang menjalankan bisnis tersebut rela
melakukan apapun untuk mencapai kepentingannya, menjadi penguasa dan membentuk kartel.
Dan segalanya, dimulai oleh Pablo Escobar di Amerika Latin.
Kemunculan kartel-kartel di Amerika Latin ini memang memiliki tujuan untuk
mengedarkan narkoba ke daerah yang lebih jauh lagi. Karena dengan adanya larangan narkoba
di Amerika Serikat, pasokan narkoba dari Amerika Latin ini menemui banyak kesulitan.
Sehingga sebagai tindak lanjutnya, anggota kartel tidak segan untuk melakukan penyuapan
yang diberikan kepada pihak berwenang demi menyalurkan narkoba ke Amerika Serikat.
Bahkan sudah tidak menjadi kabar yang mengejutkan lagi ketika kartel narkoba Amerika Latin
sedang bersaing untuk menyuplai narkoba, penculikan dan pembunuhan tidak jarang
dilakukan. Fenomena tersebut dilakukan demi kelancaran transaksi narkoba. Meskipun
nyatanya Pemerintah Amerika Serikat sudah menetapkan larangan dan peringatan “war on
drugs” serta mengadakan bantuan untuk meminimalisir adanya pengedaran narkoba dari
Amerika Latin, tidak menyurutkan semangat kartel untuk tetap menjalankan bisnisnya.
Bantuan dari Amerika Serikat dianggap gagal karena pada kenyataannya kebijakan yang
tertuang dalam “war on drugs”, yang diubah menjadi “Plan Kolombia”, transaksi narkoba di
Amerika Serikat tetap terjadi melalui pasar illegal konsumsi narkoba di wilayah Amerika justru
meningkat. Adapun menurut Mejía (2012), produksi kokain di ladang koka Amerika Latin
meningkat dengan angka 15%.
Dengan adanya berbagai tindakan yang dilakukan oleh kartel narkoba demi kelancaran
pengedaran narkoba, paper ini ditulis untuk menjawab bagaimana kejahatan dari perdagangan
narkoba mulai berkembang secara signifikan di Amerika Latin dan mengapa kejahatan ini
menjadi sebuah ancaman individu dan nasional selagi pemerintah menekan angka produksi
narkoba, penyebaran narkoba, penyalahgunaan narkoba, bahkan angka pembunuhan yang telah
dianggap sebagai aktivitas lumrah dalam kartel narkoba. Paper ini menganalisis berbagai
tindakan yang dilakukan oleh kartel narkoba dan pemerintah di Amerika Latin untuk
mengetahui ancaman yang ditimbulkan oleh narkoba melalui dengan membawa konsep
Transnational Organized Crime.

Konsep TNC (Transnational Organized Crime)

Bermula dari maraknya terjadi tindakan kriminal yang terorganisir (Organized Crime)
di wilayah Amerika dan menimbulkan banyak keresahan bagi masyarakat setempat.
Kejahatan-kejahatan yang biasanya dilakukan oleh organisasi kriminal ini adalah perjudian
ilegal, prostitusi, pemerasan, loan sharking, penggelapan property, dan perdagangan /
penyelundupan narkoba (Finckenauer & Albanese, 2014). Perkembangan teknologi dengan
adanya dunia digital membuat dunia organisasi criminal juga ikut berkembang. Bahkan sudah
dari lama bahwa kejahatan terorganisir ini sudah terjadi sampai melintasi batas-batas negara,
atau yang dikenal dengan istilah Transnational Organized Crime.
Istilah dari organized crime sendiri sudah ada sejak lama dan tindakan yang dilakukan
oleh para kriminal ini sudah menjadi keresahan dari zaman dulu. Perkembangan tindakan
kriminal juga mengikuti perkembangan zaman yang ada dan bahkan memudahkan mereka
untuk lebih bisa melakukan tindakan kriminal. Ada beberapa perkembangan dan masa dimana
ada perkembangan dari aktivitas organized crime. Perkembangan ini juga yang menimbulkan
ancaman-ancaman baru pada dunia realita. Perkembangannya dari mulai terbentuknya
organisasi dan taktik dalam melakukan tindakan kriminal dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
globalisasi, kemajuan teknologi komputer dan komunikasi, dan upaya anti-crime yang bersifat
global (Hanna, 2021).
Globalisasi menciptakan banyak hal, seperti liberalisme misalnya yang membuat pasar
global makin terbuka dari sebelumnya. Sistem ekonomi liberal ini memberlakukan pasar bebas
yang menghilangkan segala hambatan dalam menjalani kegiatan perdagangan internasional.
Dengan adanya kebebasan ini, para criminal bisa dengan mudah mengakses wilayah-wilayah
lain dengan mudah, yang diikuti juga dengan perkembangan teknologi yang membuat criminal
bisa mempelajari lebih dalam wilayah-wilayah lain dalam melakukan tugasnya. Negara
berkembang yang pada umumnya menjadi tempat para criminal bersinggah dikarenakan tidak
kuatnya pertahanan dan keamanan mereka sehingga mereka lebih bebas dalam melakukan
tindakan kriminal.
Dengan adanya perkembangan dalam perekonomian dunia diikuti juga dengan adanya
perkembangan teknologi. Kemudahan dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi
dipermudah dengan adanya komputer dan internet pada zaman sekarang, begitu pula dengan
kelompok criminal. TOC bisa memiliki akses ke segala hal yang ada di internet dengan mudah
karena keahlian mereka. Biasanya mereka melakukan penipuan dalam berbagai hal. Contoh
paling mudah adalah pencurian data asli yang memiliki hak paten dan memiliki harganya
tersendiri yang kemudian disebarluaskan secara gratis. Para criminal juga bisa mencari korban-
korban dari internet untuk mengetahui latar belakang dari korban yang dituju nanti. Keberadaan
internet juga menimbulkan tindakan kriminal yang baru, cybercrime. Tindakan ini dilakukan
dengan menyerang perusahaan melalui cyber dengan cara mencuri data-data rahasia atau yang
lainnya.
Dengan maraknya tindakan kriminal di dunia tentunya menciptakan banyak usaha anti-
kriminal yang dibentuk baik dalam skala regional maupun global. Hal ini juga membangun
para pelaku criminal. TOC makin lama makin berkembang dikarenakan adanya organisasi anti-
kriminal ini. Mereka akan mempelajarinya dan akan mengembangkan taktik baru untuk
menghindari diri dari organisasi anti-kriminal ini. Kasus yang dibicarakan dalam karya tulis
ini, perdagangan narkoba di Amerika Latin dimana kartel ini bisa masuk ke dalam
pemerintahan negara tersebut.
TOC juga terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan ruang lingkup kerja dari TOC.
Tindakan kriminal yang pertama ada yang berasal dari local dan hanya untuk wilayah tersebut
saja tidak melewati batas negara. Selanjutnya ada juga organisasi local tetapi memiliki
jangkauan yang luas sehingga melewati batas negara. Konflik yang diciptakan bisa berupa
perebutan teritori. Model ini juga yang menjadi akar dari pembahasan mengenai TOC ini. Jenis
tindakan yang terakhir adalah Transnational Logistical Network. Tipe yang satu ini yang
menyangkut dengan barang-barang logistic yang sifatnya illegal atau tidak terdata. Biasanya
kegiatannya adalah pencucian uang atau perdagangan narkoba yang melintasi batas wilayah.
Kegiatan ini bisa dikatakan sama dengan bisnis ekspor impor, dan angka dari nilai penjualan
narkoba sangat lah tinggi, misalnya pasar kokain di Eropa Barat dan Amerika Serikat mencapai
70 miliar USD (Miraglia, Rolando, & Briscoe, 2012)
Perkembangan tindakan kriminal yang sudah terjadi sejak lama menjadi pusat perhatian
PBB, dank arena itu, PBB membentuk UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime).
Kalau dihitung secara keseluruhan, organisasi kriminal dunia sudah menghasilkan sekitar 2,1
triliun USD atau setara dengan 3,6% dari GDP global.

Pembahasan Perdagangan Narkoba di Amerika Latin

Ketika berbicara tentang perdagangan narkoba internasional, kawasan Amerika Latin


tidak dapat dipisahkan. Dalam beberapa dekade terakhir, kawasan Amerika Latin telah
memainkan peran sentral di pasar obat terlarang global. Peran sentral ini tidak terlepas dari
posisi kawasan Andes yang menjadi sumber utama coca dan kokain dunia. Munculnya
berbagai organisasi baru dan semakin berkembangnya rute penyelundupan dan pasar baru juga
membuat peredaran barang haram ini semakin tidak terkendali. Produksi dan perdagangan
obat-obatan terlarang yang populer seperti kokain, marijuana, opium, dan metamfetamin tetap
berhasil bertahan dan membentuk pasar gelap yang menghasilkan miliaran dolar setiap
tahunnya dan menjadi tempat berkembangnya organisasi kriminal dan teroris di Amerika Latin.
Berbagai aspek rantai pasokan obat terjadi di wilayah tersebut termasuk budidaya
tanaman obat, produksi obat, perdagangan obat, dan konsumsi obat. Saat ini, beberapa negara
di kawasan Amerika Latin seperti Meksiko, Bolivia, Jamaika, Guatemala dan Kolombia
menjadi produsen utama kokain, opium, ganja, dan metamfetamin bagi pasar obat terlarang
global (Seelke, Wyler, & Beittel, 2012). Budidaya tanaman obat semakin berkembang di
Amerika Latin terutama budidaya coca bush yang digunakan untuk menghasilkan kokain dan
tanaman candu yang digunakan untuk menghasilkan heroin. Negara yang menjadi tempat
budidaya utama tanaman candu atau opium poppy di Amerika Latin termasuk Meksiko,
Kolombia, dan Guatemala. Tanaman ganja dibudidayakan di hampir semua negara di kawasan
ini tetapi negara yang menjadi eksportir ganja utama bagi pasar dunia adalah Meksiko dan
Jamaika.
Perdagangan narkoba di Amerika Latin khususnya produksi daun koka dan kokain
mulai mengemuka di pasar dunia pada awal 1980-an. Padahal pada awal hingga akhir 1970-an
produksi dua komoditas tersebut di kawasan Amerika Latin terbilang cukup kecil dan dan tidak
berkembang pesat. Namun kemudian industri coca dan kokain olahan mulai mendapatkan
momentumnya dan berkembang secara signifikan setelah beberapa negara mengalami krisis
ekonomi dan kehilangan legitimasi. Produksi coca bush dan kokain dapat dikatakan sesuai
dengan corak ekonomi pedesaan yang terbelakang di negara Amerika Latin, dimana petani-
petani rumahan yang tidak memiliki akses ke sumber daya dan teknologi memilih untuk
memproduksi tanaman tersebut karena kemudahan dan cepatnya pertumbuhan coca.
Lalu pada pertengahan tahun 1980-an, daun koka dan kokain olahan yang berasal dari
kawasan Amerika Latin menjadi komoditas utama bagi pasar narkotika negara-negara di
Eropa, Amerika Serikat, dan belahan dunia lainnya. Pada saat itu, beberapa negara di Amerika
Latin mendominasi pasar daun koka dan kokain dunia. Peru memproduksi sebanyak 65% dari
total pasokan dunia diikuti Bolivia sekitar 25% dan negara lain seperti Kolombia yang hanya
dapat memproduksi kurang dari 10%. Pada pertengahan 1980-an juga banyak bermunculan
gerakan-gerakan seperti cocalero yang dibentuk oleh petani tanaman coca di Bolivia. Mereka
secara aktif mengorganisir kelompok mereka atas dasar penolakan terhadap pemberantasan
paksa tanaman terlarang yang dilakukan AS (Tokatlian, 2013).
Pada periode pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an menjadi puncak kejayaan bagi
beberapa organisasi perdagangan narkoba seperti kartel Cali dan kartel Medellin di Kolombia
yang menguasai sebagian besar pasar narkotika global. Kehadiran dua organisasi kriminal ini
selanjutnya diikuti oleh munculnya beberapa organisasi kriminal lainnya. Organisasi kriminal
ini melakukan kejahatan perdagangan dan penyelundupan obat-obatan lintas perbatasan
dengan menggunakan kekerasan dan korupsi secara sistematis. Di beberapa negara,
keuntungan besar dari penjualan narkoba berperan sebagai sumber pendanaan organisasi
kriminal dan memicu terjadinya gelombang kekerasan yang terus meningkat.
Kekerasan terjadi di antara organisasi kriminal yang saling berebut kuasa atas rute
transportasi utama yang menghubungkan kawasan dengan pasar narkotika utama yaitu Eropa
dan AS. Kekerasan yang berkaitan dengan organisasi kriminal umumnya terjadi di zona
produksi dan zona transit narkoba. Organisasi kriminal ini memanfaatkan perkembangan rute
dan teknologi untuk melakukan aktivitas perdagangan obat-obatan lintas perbatasan. Kejahatan
transnasional terorganisir ini tidak stagnan dan terus berubah dengan beradaptasi dengan
peningkatan arus perjalanan, pasar global, dan terus menciptakan praktik kejahatan baru.
Meskipun produksi tanaman obat dan olahan di Amerika Latin pada periode 1980-an
cukup tinggi dan mendominasi pasar dunia, dampak yang dihasilkan justru berbanding terbalik
dari apa yang diharapkan. Sejak awal 1980-an manfaat ekonomi yang didapat negara-negara
di Amerika Latin dari perdagangan narkoba secara signifikan memiliki dampak negatif yang
seringkali menghancurkan. Sebagai contoh Di Bolivia dan beberapa negara lainnya,
perdagangan narkoba berdampak pada permasalahan keamanan ekonomi dimana peredaran
barang haram ini melemahkan industri lokal dan sektor ekonominya telah dirusak oleh nilai
tukar yang sangat tinggi sebagai akibat dari masuknya narkotika secara besar-besaran.
Berkaitan dengan keamanan manusia, korban jiwa dalam hal kematian yang disebabkan oleh
narkoba akibat konsumsi dan kekerasan dari pertempuran antar organisasi kriminal di semua
lapisan masyarakat di negara-negara kawasan Andes tidak terhitung jumlahnya.
Perdagangan narkoba di Amerika Latin pada akhirnya menimbulkan dampak yang
menghancurkan tidak hanya di kawasan Andes, namun seluruh dunia. Berkaitan dengan
konteks keamanan manusia, selain meningkatnya korban jiwa akibat konsumsi narkotika,
kekerasan akibat perdagangan narkoba juga turut berperan dalam masalah keamanan
masyarakat, ketertiban umum, dan penegakan hukum. Korupsi yang terjadi akibat perdagangan
narkoba juga turut melemahkan aspek kelembagaan negara. Produksi coca dan tanaman obat
lainnya juga berperan dalam merusak lingkungan, dan keuntungan dari penjualan barang
tersebut pada akhirnya menimbulkan masalah keamanan ekonomi karena merusak kegiatan
ekonomi masyarakat lokal. Penggunaan obat-obatan terlarang juga semakin meningkat akibat
berkembangnya organisasi, pasar, dan rute penyelundupan yang baru. Dan mengikuti hal
tersebut, kekerasan dan kemunculan berbagai kelompok teroris yang menggunakan
keuntungan perdagangan narkoba sebagai sumber pendanaan juga ikut meningkat.

Perkembangan Perdagangan Narkoba di Kawasan Amerika Latin (Kolombia)

Kolombia merupakan negara dengan perdagangan dan pengkonsumsi narkoba berjenis


kokain terbesar di dunia hingga saat ini. Perdagangan narkoba di Kolombia ini menjadi sebuah
kekuatan. Bagi masyarakat Kolombia perdagangan narkoba tersebut memiliki dampak yang
cukup besar terhadap kehidupan nasional mereka. Dengan cara yang bervariasi dalam
perdagangan narkoba, hal tersebut membuat peningkatan ekonomi di Kolombia. Namun,
dibalik peningkatan ekonomi Kolombia yang dihasilkan oleh perdagangan narkoba banyak
permasalahan yang terjadi diakibatkan oleh kelompok-kelompok besar atau kartel yang dibuat
oleh industry narkoba.
Kolombia sudah mulai memasuki ranah perdagangan narkotika pada pertengahan
1970-an Ketika pemberantasan ganja di Meksiko menjadi penanaman ganja dalam skala yang
besar di wilayah timur laut Kolombia di dekat Pantai Karibia. Penanaman tersebut
memanfaatkan kondisi iklim dan tanah yang baik, dan juga di daerah tersebut sudah memiliki
jaringan selundupan yang telah lama dibangun. Pada tahun 1980-an, Kolombia sudah mulai
mengimpor coca paste dari Bolivia dan Peru dengan tujuan untuk memenuhi permintaan dari
Amerika serikat yang semakin meningkat. Pada tahun 1988 Kolombia sudah mengekspor 270
ton kokain ke Amerika Serikat dan 40 ton kokain Eropa. Pada waktu yang bersamaan juga
kebun ganja milik Kolombia sedang diberantas. Selama tahun 1990-an, Kolombia sudah
menjadi pengekspor utama kokain di dunia, hal tersebut dikarenakan perluasan penanaman
koka berkelanjutan di dalam negeri. Kolombia sudah mendagangkan kokainnya hingga Eropa
secara langsung ataupun melalui Afrika barat. Selain kokain Kolombia juga menjadi
pengekspor utama opiate bagi Amerika Utara.
Perdagangan kokain illegal ini terus menjadi ekspor utama bagi Kolombia. Sehingga
pada awal 1980-an sudah banyak pembentukan organisasi-organisasi ekspor Kolombia yang
dikenal sebagai kartel, yang mampu untuk bersaing dengan organisasi-organisasi ekspor
lainnya dari negara asing. Bahan baku kokain yaitu daun koka pun sudah banyak ditanam di
dalam negeri dan menggantikan impor, sehingga para kartel-kartel yang ada mulai menguasai
Kolombia. Seiring dengan berjalannya waktu, Pasar kokain ini berputar diantara dua kartel
yang ada di Kolombia, yaitu kartel Medellin dan Cali. Saat puncak-puncaknya perdagangan
kokain, kedua kartel ini dapat mensuplai sekitar 80% kokain yang diselundupkan ke Amerika
Serikat dan angka tersebut sejauh ini merupakan keuntungan terbesar dan kejam dari organisasi
kejahatan di dunia. Kedua kartel ini memproduksi, menyelundupkan dan mendistribusikan
kokain dan juga memiliki semua suplainya. Meskipun kedua kartel ini memiliki kekuatan yang
sangat besar, Kartel Medellin lebih membuat takut musuh-musuhnya dan juga tidak memiliki
perhatian terhadap hukum dalam menjalankan operasinya. Namun, alasan utama Medellin
Kartel mendapatkan perhatian dunia adalah karena ketuanya yaitu Pablo Escobar, yang
merupakan buronan Amerika Serikat yang paling dicari.
Kartel Medellin juga dikenal karena kekerasan yang dilakukannya kepada orang-orang
yang menghianati kartel ini. Selain kekerasan, ekstradisi juga merupakan cara dari Kartel
Medellin ini melakukan bisnisnya. Pemerintah Kolombia sangat mendukung aksi ekstradisi ini,
Escobar dan Kartel Medellin membuat sebuah organisasi yang bernama “the Extradibles” dan
melancarkan sebuah gelombang terorisme dan kekerasan yang membuat guncangan di
Kolombia. Teror yang dihasilkan Pablo Escobar ini berjalan selama 18 tahun dan dia dapat
menghasilkan miliaran dollar dari hasil perdagangan kokain. Banyak yang beranggapan bahwa
Escobar tidak akan berhenti untuk melindungi perdagangan kokainnya. Escobar mengubah
kokain menjadi sebuah komoditas dan secara substansial juga telah meningkatkan pasokan
kokain di pasar global yang menyebabkan harga kokain turun dari $50.000/kg pada tahun 1979
menjadi $10.000/kg pada tahun 1989.
Berbeda dengan Kartel Medellin yang terkenal karena pemimpinnya yang flamboyan
dan mendapatkan pusat perhatian dunia melalui kekerasan, Kartel Cali yang dipimpin oleh
Rodriguez Orejuela brothers, yang menyelundupkan narkoba dengan kedok pengusaha dan
gangster. Kartel Cali beroperasi dengan membuat koneksi dengan cara membayar para
politikus untuk membuat pengaruh yang lebih besar untuk mengoperasikan bisnis yang mereka
jalankan tanpa ada hambatan. Dengan hilangnya masa kejayaan Kartel Medellin membuat
Kartel Cali dapat merebut kendali perdagangan kokain dengan sementara hingga Amerika
Serikat menghancurkan Kartel Cali.
Kartel Cali membiayai sebesar $3.5 miliar terhadap kampanye yang dilakukan oleh
Ernesto Samper pada tahun 1994 dengan tujuan membiayai kampanye Samper adalah untuk
membangun sebuah hubungan informal untuk mengatur industry kokain. Kartel Cali ini
menggunakan profit dari penjualan kokain untuk membayar kampanye para politisi, setelah
terpilih mereka dapat mengakuisisi kontrol kartel di industri atau mendapatkan hukuman yang
ringan di Kolombia dibandingkan ekstradisi di Amerika serikat. Pada Agustus 1995 Rodriguez
Orejuela brothers dan beberapa orang lainnya ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan
pencucian uang.
Kartel Medellin dan Kartel Cali merupakan sindikat kriminal yang mendapatkan
keuntungan dari penjualan kokain illegal, dan memiliki perbedaan dalam pengoperasian jalan
bisnisnya. Setelah jatuhnya masa kejayaan Kartel medellin dan Kartel Cali, perdagangan
Colombia berubah dari sistem duopoli menjadi sistem dimana kartel-kartel kecil mulai
bermunculan atau orang Kolombia menyebutnya “Cartelitos”. Namun para kartel-kartel kecil
tidak memiliki kekuatan yang sama besar dengan dua kartel sebelumnya. Meskipun banyak
kartel kecil yang bermunculan, penyumbang utama dari perdagangan kokain di Kolombia
adalah Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia—Ejército del Pueblo (FARC).
FARC adalah sebuah organisasi revolusioner yang bertujuan untuk mencapai kekuatan
nasional dan membangun sistem sosialis di Kolombia. Awalnya FARC ini hanya mendapatkan
keuntungan dari penculikan dan pemerasan, namun setelah melihat perdagangan kokain yang
mendapatkan untung yang sangat besar, FARC ini melebarkan sayap bisnisnya ke dalam
perdagangan kokain. FARC kemudian membuat sistema pajak untuk kokain sebesar 10 persen
dari produksi kokain, impor bahan kimia dan transportasi kokain lewat udara keluar dari
Kolombia. Kartel Cali memutuskan untuk membayar pajak tersebut untuk menghindari
permasalahan dengan FARC sedangkan Kartel Medellin tidak ingin membayar pajak tersebut.
Pada tahun 1995, FARC sudah berada diatas perdagangan kokain dan mendapatkan
profit yang sangat besar. Banyak orang yang berargumen bahwa FARC adalah konsekuensi
dari serangkai keberhasilan mengenai kebijakan anti-drug Amerika Serikat pada tahun 1990-
an. Jadi, Amerika Serikat dan Kolombia menghilangkan ancaman terbesar bagi FARC di
berbagai wilayah dan mengurangi kartel-kartel kecil untuk menolak membayar pajak yang
sudah ditetapkan oleh FARC. Pada musim gugur 1996 FARC menyerang 32 departemen
Kolombia dan mengancam kehadiran pemerintah di tempat pengelolaan Koka Hal sehingga
menjadi pukulan serius terhadap pemerintahan Kolombia, hingga presiden Ernesto Samper
mengenakan pajak kepada orang kaya untuk mengumpulkan dana guna melengkapi angkatan
darat Kolombia. Dengan deretan kekalahan yang banyak, pada masa pemerintahan Andres
Pastrana mengajukan untuk damai kepada FARC pada tahun 1998. Pada tahun inilah Kolombia
dianggap sebagai negara yang gagal.
Berdasarkan kepada pasal 3 ayat 2 dalam United Nations Convention Against
Transnational Organized Crime (UNCATOC), kartel-kartel narkoba seperti Medellin dan Cali
merupakan termasuk kedalam transnational organized crime. Hal tersebut dikarenakan
tindakan kriminal yang dilakukan oleh kartel-kartel tersebut dilakukan di lebih dari satu negara.
Didukung dengan fakta bahwa kartel Medellin yang dipimpin oleh gembong narkoba kelas
kakap, Pablo Escobar, memasok kokain ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat,
Meksiko, Puerto Rico, Venezuela, Republik Dominika, dan Spanyol. Amerika Latin memasok
40% heroin yang masuk ke AS, dan juga ganja & kokain. Hal tersebut membuat sindikat-
sindikat narkoba di Amerika Selatan tergolong kedalam kejahatan transnasional.

Upaya Negara-Negara di Amerika Latin terkait Pemberantasan Perdagangan Narkoba


Sebelum penandatanganan Konvensi Wina pada tahun 1987, Amerika Serikat
mengajukan proposal kerjasama antar negara dalam memberantas perkembangan peredaran
narkoba. Namun sayangnya pengajuan ini mendapatkan penolakan dari negara-negara
Amerika Selatan kecuali Chile (Malamud-Goti 1994). Pada Februari 1990, melakukan
pengeboman terhadap Panama untuk menangkap buronan narkoba, Manuel Antonio Noriega.
Berangkat dari penangkapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat, pemerintah Kolombia
mengajukan pertemuan antara Amerika Serikat, Bolivia dan Peru, sebagai langkah awal
menuju perjanjian multilateral yang membahas mengenai pemberantasan narkoba. Pertemuan
ini menjadi cikal bakal terjadinya Deklarasi Cartagena, yang membahas mengenai pendekatan
intervensi bersenjata. Deklarasi ini didukung oleh dengan adanya e Inter-American
Commission for Drug Abuse Control.
Pada tahun 1998, Presiden Kolombia saat itu, Andres Pastrana mencetuskan sebuah ide
dalam upaya pemberantasan persebaran narkoba. Ia menamakan program berkepanjangan ini
dengan nama Colombian Marshal Plan. Rencana ini diharapkan dapat memulihkan perdamaian
di Kolombia dan juga diharapkan dapat mendorong pembangunan sosial dan ekonomi
masyarakat Kolombia dari ancaman peperangan terhadap narkoba. Program ini didukung dan
didanai oleh Amerika Serikat pada saat itu. Namun, sayangnya program ini mengalami
kegagalan. Berdasarkan fakta bahwa terdapat peningkatan pada tingkat produksi tanaman coca
yaitu bahan dasar salah satu narkotika sebesar 15%. Selain itu, terdapat pula peningkatan pada
luas perkebunan koka hingga di angka 42%. Program inipun berdampak pada diracuninya
anak-anak dikarenakan fumigasi udara yang berlebih dan juga kerusakan pangan karena hal
tersebut.
Upaya-upaya ini dilakukan karena berangkat dari fakta bahwa Amerika Selatan
merupakan salah produsen obat-obatan terlarang di dunia. Berdasarkan data yang dirilis oleh
United Nations Office on Drugs and Crime, nilai pasar kokain mencapai angka $40 juta, angka
tersebut merupakan 47% dari pasar global (UNODC, 2015). Selain itu, Peru, Kolombia, dan
Bolivia dinobatkan sebagai negara produsen daun koka terbesar di dunia. Perkembangan pasar
narkoba telah menarik perhatian besar dalam penanggulangannya. Drug Enforcement
Administration atau DEA, menyatakan bahwa Kolombia dapat memproduksi kokain sejumlah
lima ratus hingga delapan ratus ton per tahunnya.
Upaya ini berlanjut ketika Presiden Meksiko yang baru, Felipe Calderon, pada tahun
2006 menyatakan perang atas kejahatan narkoba. Hal tersebut disusul dengan fakta bahwa
ditahun yang sama terdapat 1.410. tindakan pidana yang berkaitan dengan narkoba. Reformasi
yang diharapkan oleh Calderon mendapatkan dukungan dari tentara Meksiko sebagai salah satu
aktor utama dalam pelaksanaannya. Kebijakan anti-narkoba ini mendapatkan respon yang
cukup baik dari masyarakat. Berdasarkan angka persentase, 53% masyarakat menyetujui
kebijakan. Di minggu pertama kebijakan ini terlaksana, terdapat penurunan tingkat kejahatan
di kawasan kartel Meksiko, selain itu terdapat kerugian yang dialami kartel hingga $3,3 Miliar.
Namun seiring berjalannya waktu Calderon kehilangan pijakan pada popularitas politiknya.
Peredaran narkoba di Amerika Latin telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi
keberlangsungan masyarakatnya sendiri. CICAD merilis data bahwa 27% populasi pengguna
kokain berasal hanya dari Amerika Selatan. Selain itu, data menunjukan bahwa 7,3 hingga 7,5
juta populasinya setidaknya telah menggunakan ganja dalam periode 2008. Penggunaan
narkotika ini berdampak pada kesehatan mental penggunanya. Pan American Health
Organization merilis fakta bahwa 5% dari populasi Amerika Selatan mengalami depresi dan
juga sekitar 3,4 % populasi mengalami anxiety disorder.

Kesimpulan
Dalam beberapa dekade ke belakang, kawasan Amerika Selatan merupakan salah satu
pusat pasar perdagangan obat-obatan terlarang. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis
Amerika Selatan, khususnya kawasan Pegunungan Andes yang memungkinkan tanaman coca
bush, yang merupakan bahan dasar kokain dan juga heroin. Perdagangan narkoba di Amerika
Selatan, khususnya perdagangan kokain mulai mengemuka pada sekitar 1980-an. Krisis
ekonomi di beberapa negara menjadi salah satu momentum yang membuat industri kokain
mulai berkembang secara signifikan. Di sisi yang lain, karakteristik tanaman coca yang cepat
tumbuh dan mudah dalam perawatannya juga menjadi salah satu alasan petani-petani yang
tidak memiliki akses terhadap sumber daya dan teknologi untuk memilih memproduksi
tanaman tersebut. Pada pertengahan 1980-an, kokain hasil produksi kawasan Amerika Selatan
menjadi komoditas utama dalam pasar narkotika di Eropa, Amerika Serikat, dan juga belahan
dunia yang lain. Pada periode ini juga beberapa organisasi yang menjadikan perdagangan
narkoba sebagai tonggak utamanya mulai bermunculan, seperti kartel Cali dan kartel Medellin
di Kolombia, yang kemudian menguasai sebagian besar pasar narkotika hingga akhir 1980-an.
Pada periode ini juga beberapa organisasi yang menjadikan perdagangan narkoba
sebagai tonggak utamanya mulai bermunculan, seperti kartel Cali dan kartel Medellin di
Kolombia, yang kemudian menguasai sebagian besar pasar narkotika hingga akhir 1980-an.
Setelah melewati masa kejayaan kartel Cali dan Medellin, Kolombia kemudian dipenuhi oleh
kelompok-kelompok kartel kecil, yang tentu saja kekuatannya lebih kecil daripada dua kartel
besar sebelumnya. Namun, terdapat penyumbang utama perdagangan kokain di Kolombia,
yaitu Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia—Ejército del Pueblo (FARC). FARC
merupakan organisasi revolusioner yang mencoba membangun sistem sosialis di Kolombia.
Awalnya, operasi mereka berupa penculikan dan pemerasan untuk mendanai aksi mereka,
hingga pada akhirnya terlibat dalam perdagangan kokain yang keuntungannya jauh lebih besar.
Mulai memasuki tahun 1990-an dan 2000-an, mulai banyak negara yang menggunakan
tindakan kekerasan (militer) untuk menekan perdagangan narkoba. Pemerintah Kolombia
mengadakan pertemuan antara Amerika Serikat, Bolivia dan Peru, sebagai langkah awal
menuju perjanjian multilateral yang membahas mengenai pemberantasan narkoba. Pertemuan
ini menjadi cikal bakal terjadinya Deklarasi Cartagena, yang membahas mengenai pendekatan
intervensi bersenjata. Deklarasi ini didukung oleh dengan adanya Inter-American Commission
for Drug Abuse Control. Pada 1998, Presiden Kolombia saat itu, Andres Pastrana membuat
program dengan nama Colombian Marshal Plan. Rencana ini diharapkan dapat memulihkan
perdamaian di Kolombia dan juga diharapkan dapat mendorong pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat Kolombia dari ancaman peperangan karena narkoba. Program ini
didukung dan didanai oleh Amerika Serikat pada saat itu. Namun, sayangnya program ini
menemui kegagalan, karena justru terdapat peningkatan pada tingkat produksi tanaman coca
dan pula peningkatan pada luas perkebunan coca. Program inipun berdampak pada kesehatan
anak-anak dikarenakan fumigasi udara yang berlebih dan juga kerusakan pangan.
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari perdagangan narkoba inilah kenapa
perdagangan narkoba bisa sangat mengancam keamanan manusia. Perdagangan narkoba
memberi ancaman terhadap beberapa kategori keamanan manusia. Tentu, yang paling utama
adalah ancaman terhadap keamanan personal, sebab aktivitas berbagai kartel narkoba
seringkali memberi perasaan takut akan terjadinya kekerasan atau bahkan terjadinya
peperangan antara satu kartel dengan kartel yang lainnya. Di Kolombia, persaingan antar kartel
yang terlibat dalam perdagangan narkoba justru harus mengorbankan manusia dalam upaya
mengambil kontrol lebih antara satu kartel dan kartel yang lainnya. Korban jiwa di Kolombia
merupakan hasil dari konsumsi narkoba ataupun peperangan antara kartel. Begitu juga di
Meksiko, keuntungan yang diperoleh dari penjualan kokain justru digunakkan untuk
mengembangkan organisasi kriminal dan menjadi pemicu kekerasan. Meksiko merupakan
salah satu “jalur sutra” bagi perdagangan narkoba produksi Amerika Selatan menuju pasar di
Amerika Serikat. Banyak organisasi kriminal yang memperebutkan kuasa atas rute transportasi
utama. Hal ini diperparah dengan kemunculan kelompok pemberontak dan juga teroris, yang
melihat bahwa keuntungan besar dari bisnis narkoba ini bisa digunakan sebagai pendanaan
bagi aktivitas pemberontakan atau terorisme di Meksiko.
Aktivitas perdagangan narkoba juga memberi ancaman terhadap keamanan ekonomi.
Meskipun perdagangan narkotika menghasilkan pendapatan yang sangat besar, tapi dampak
yang dihasilkan justru berbanding terbalik yang destruktif. Di beberapa negara, salah satunya
Bolivia, perdagangan narkoba telah melemahkan industri lokal serta sektor ekonominya telah
dirusak karena nilai tukar tinggi sebagai akibat dari masuknya narkotika dalam jumlah yang
besar. Selain itu, produksi coca dan juga berperan dalam merusak lingkungan, dan keuntungan
dari penjualan barang tersebut pada akhirnya menimbulkan masalah keamanan ekonomi karena
merusak kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Aktivitas kartel juga sedikit banyak seringkali
melibatkan pemerintah negara, dalam hal suap ataupun korupsi, seperti yang dilakukan oleh
kartel-kartel di Kolombia. Korupsi yang terjadi akibat perdagangan narkoba tentunya
melemahkan aspek kelembagaan negara, penegakan hukum, dan kembali lagi pada keamanan
masyarakat serta ketertiban umum.
Produksi coca dan tanaman obat lainnya juga berperan dalam merusak lingkungan.
Untuk menanam tanaman coca, tentu harus membuka lahan dengan cara deforestasi dalam
jumlah yang besar. Hal ini tentu berdampak besar bagi keseimbangan lingkungan, salah
satunya yaitu hilangnya habitat hewan. Deforestasi juga berkontribusi terhadap erosi tanah,
yang mempengaruhi kelangsungan hidup spesies asli kawasan yang digunakan untuk
perkebunan coca. Selain itu, penggunaan pestisida tentunya berdampak pada ekosistem.
Hewan yang mati karena pestisida kemudian membawa racun pestisida tersebut berputar dalam
rantai makanan, sehingga secara tidak langsung penggunaan pestisida ini bisa mengancam
keberagaman fauna maupun flora di sekitarnya. Hal ini juga secara tidak langsung mengancam
keamanan pangan di wilayah tersebut, karena sedikit banyak racun pestisida tersebut bisa
mengkontaminasi air atau tanah yang kemudian digunakan untuk dikonsumsi atau kebutuhan
agrikultur. Selain itu juga hewan yang biasa dikonsumsi akan menjadi lebih berbahaya karena
rentan terkena kontaminasi racun di wilayah sekitar perkebunan coca.
Selain itu, tentu saja ancaman terhadap kesehatan menjadi yang paling utama, dan
menjadi salah satu alasan kenapa Amerika Serikat melancarkan war on drugs pada dekade
1980-an dan 1990-an. Korban jiwa akibat konsumsi narkoba di negara-negara kawasan Andes
jumlahnya tidak terhitung. Efek kecanduan serta ketergantungan yang diberikan oleh obat-
obatan terlarang juga membuat penggunanya terus-menerus untuk membeli. Selain itu,
konsumsi obat-obatan terlarang yang berlebihan juga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
penggunanya, dan menyebabkan depresi serta anxiety disorder. Dengan berbagai ancamannya
terhadap keamanan manusia, perdagangan narkoba tentunya perlu menjadi perhatian bagi
seluruh individu, bukan hanya kewajiban pihak berwenang saja. Karena bagaimanapun juga,
baik pemerintah maupun masyarakat tentunya akan tergiur oleh insentif ekonomi yang
ditawarkan perdagangan narkoba.
DAFTAR PUSTAKA

Amaritasari, I. P. (2017, Mei). Keamanan Nasional dalam Konteks Isu-isu Global


Kontemporer: Sebuah Tinjauan Hubungan Internasional. Jurnal Keamanan Nasional,
3(1), 109-132.
Cruz, G. (2017). A View from the South: The Global Creation of the War on Drug, 39(3). doi:
https://doi.org/10.1590/s0102-8529.2017390300009
Esposito, Mark. (2011). The Drug Cartel Cluster in Mexico.
Finckenauer, J. O., & Albanese, J. (2014). Transnational Organized Crime. Thousand Oaks:
SAGE Publications Inc All Rights Reserved.
Hanna, M. (2021). Transnational Organized Crime. 37-41.
McCarthy, D. M. (2011). An Economic History of Organized Crime: A National and
Transnational Approach. New York: Routledge.
Mejía, D. (2012). The War on Drugs Under Plan Colombia. In E. Zedillo, & H. Wheeler (Eds.),
Rethinking the “War on Drugs” Through the US-Mexico Prism (pp. 19-32). USA: Yale
Center for the Study of Globalization.
Miraglia, P., Rolando, O., & Briscoe, I. (2012). Transnational organised crime. 6-7.
Rahman, A. (2016, September). Ancaman Peredaran Narkoba Ditinjau dari Perspektif
Keamanan Manusia. Socio Informa, 2(3), 273-290.
S., C. A. (2016, Januari - Juni). Analisis Kebijakan War on Drugs Amerika Serikat di
Kolombia. Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun IX(01), 137-152.
Seelke, C. R., Wyler, L. S., & Beittel, J. S. (2012). Latin America and the Caribbean: Illicit
drug trafficking and U.S. counterdrug programs. New Developments in Drug Abuse,
Trade and Policies, 83–117.
Tokatlian, J. G. (2013). Latin America and the drug issue : searching for a change. The
Norwegian Peacebuilding Resource Centre (NOREF), (December), 1–5.

Anda mungkin juga menyukai