Pendahuluan
Pada tahun 1980-an di Amerika Serikat, mengonsumsi narkoba jenis apapun masih
menjadi perbuatan yang dilegalkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Narkoba yang
dikonsumsi merupakan narkoba yang berasal dari Amerika Latin. Hal tersebut dikarenakan
luasnya ladang yang ditanami tanaman koka sebagai sumber dari produksi narkoba jenis kokain
di daerah Pegunungan Andes, Amerika Latin. Di samping itu, melimpahnya tanaman koka juga
dimanfaatkan oleh masyarakat selatan sebagai pemasukan ekonomi. Meskipun begitu,
maraknya narkoba jenis kokain lambat laun menjadi suatu kebiasaan yang menyebabkan
ketergantungan bagi penggunanya. Sebagai informasi tambahan, pengguna kokain di Amerika
Serikat tidak hanya masyarakat biasa melainkan politisi dan tokoh masyarakat yang dihormati.
Sehingga pemerintah mulai menyadari adanya ketidaktepatan dari tindakan tersebut dan
mengadakan pelarangan bagi pengedaran dan konsumsi narkotika (S., 2016). Peraturan untuk
tidak mengedarkan dan mengkonsumsi narkotika ini kemudian menjadikan harga dari
narkotika melambung tinggi di pasaran Amerika Latin. Dengan adanya persaingan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi, setiap individu yang menjalankan bisnis tersebut rela
melakukan apapun untuk mencapai kepentingannya, menjadi penguasa dan membentuk kartel.
Dan segalanya, dimulai oleh Pablo Escobar di Amerika Latin.
Kemunculan kartel-kartel di Amerika Latin ini memang memiliki tujuan untuk
mengedarkan narkoba ke daerah yang lebih jauh lagi. Karena dengan adanya larangan narkoba
di Amerika Serikat, pasokan narkoba dari Amerika Latin ini menemui banyak kesulitan.
Sehingga sebagai tindak lanjutnya, anggota kartel tidak segan untuk melakukan penyuapan
yang diberikan kepada pihak berwenang demi menyalurkan narkoba ke Amerika Serikat.
Bahkan sudah tidak menjadi kabar yang mengejutkan lagi ketika kartel narkoba Amerika Latin
sedang bersaing untuk menyuplai narkoba, penculikan dan pembunuhan tidak jarang
dilakukan. Fenomena tersebut dilakukan demi kelancaran transaksi narkoba. Meskipun
nyatanya Pemerintah Amerika Serikat sudah menetapkan larangan dan peringatan “war on
drugs” serta mengadakan bantuan untuk meminimalisir adanya pengedaran narkoba dari
Amerika Latin, tidak menyurutkan semangat kartel untuk tetap menjalankan bisnisnya.
Bantuan dari Amerika Serikat dianggap gagal karena pada kenyataannya kebijakan yang
tertuang dalam “war on drugs”, yang diubah menjadi “Plan Kolombia”, transaksi narkoba di
Amerika Serikat tetap terjadi melalui pasar illegal konsumsi narkoba di wilayah Amerika justru
meningkat. Adapun menurut Mejía (2012), produksi kokain di ladang koka Amerika Latin
meningkat dengan angka 15%.
Dengan adanya berbagai tindakan yang dilakukan oleh kartel narkoba demi kelancaran
pengedaran narkoba, paper ini ditulis untuk menjawab bagaimana kejahatan dari perdagangan
narkoba mulai berkembang secara signifikan di Amerika Latin dan mengapa kejahatan ini
menjadi sebuah ancaman individu dan nasional selagi pemerintah menekan angka produksi
narkoba, penyebaran narkoba, penyalahgunaan narkoba, bahkan angka pembunuhan yang telah
dianggap sebagai aktivitas lumrah dalam kartel narkoba. Paper ini menganalisis berbagai
tindakan yang dilakukan oleh kartel narkoba dan pemerintah di Amerika Latin untuk
mengetahui ancaman yang ditimbulkan oleh narkoba melalui dengan membawa konsep
Transnational Organized Crime.
Bermula dari maraknya terjadi tindakan kriminal yang terorganisir (Organized Crime)
di wilayah Amerika dan menimbulkan banyak keresahan bagi masyarakat setempat.
Kejahatan-kejahatan yang biasanya dilakukan oleh organisasi kriminal ini adalah perjudian
ilegal, prostitusi, pemerasan, loan sharking, penggelapan property, dan perdagangan /
penyelundupan narkoba (Finckenauer & Albanese, 2014). Perkembangan teknologi dengan
adanya dunia digital membuat dunia organisasi criminal juga ikut berkembang. Bahkan sudah
dari lama bahwa kejahatan terorganisir ini sudah terjadi sampai melintasi batas-batas negara,
atau yang dikenal dengan istilah Transnational Organized Crime.
Istilah dari organized crime sendiri sudah ada sejak lama dan tindakan yang dilakukan
oleh para kriminal ini sudah menjadi keresahan dari zaman dulu. Perkembangan tindakan
kriminal juga mengikuti perkembangan zaman yang ada dan bahkan memudahkan mereka
untuk lebih bisa melakukan tindakan kriminal. Ada beberapa perkembangan dan masa dimana
ada perkembangan dari aktivitas organized crime. Perkembangan ini juga yang menimbulkan
ancaman-ancaman baru pada dunia realita. Perkembangannya dari mulai terbentuknya
organisasi dan taktik dalam melakukan tindakan kriminal dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
globalisasi, kemajuan teknologi komputer dan komunikasi, dan upaya anti-crime yang bersifat
global (Hanna, 2021).
Globalisasi menciptakan banyak hal, seperti liberalisme misalnya yang membuat pasar
global makin terbuka dari sebelumnya. Sistem ekonomi liberal ini memberlakukan pasar bebas
yang menghilangkan segala hambatan dalam menjalani kegiatan perdagangan internasional.
Dengan adanya kebebasan ini, para criminal bisa dengan mudah mengakses wilayah-wilayah
lain dengan mudah, yang diikuti juga dengan perkembangan teknologi yang membuat criminal
bisa mempelajari lebih dalam wilayah-wilayah lain dalam melakukan tugasnya. Negara
berkembang yang pada umumnya menjadi tempat para criminal bersinggah dikarenakan tidak
kuatnya pertahanan dan keamanan mereka sehingga mereka lebih bebas dalam melakukan
tindakan kriminal.
Dengan adanya perkembangan dalam perekonomian dunia diikuti juga dengan adanya
perkembangan teknologi. Kemudahan dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi
dipermudah dengan adanya komputer dan internet pada zaman sekarang, begitu pula dengan
kelompok criminal. TOC bisa memiliki akses ke segala hal yang ada di internet dengan mudah
karena keahlian mereka. Biasanya mereka melakukan penipuan dalam berbagai hal. Contoh
paling mudah adalah pencurian data asli yang memiliki hak paten dan memiliki harganya
tersendiri yang kemudian disebarluaskan secara gratis. Para criminal juga bisa mencari korban-
korban dari internet untuk mengetahui latar belakang dari korban yang dituju nanti. Keberadaan
internet juga menimbulkan tindakan kriminal yang baru, cybercrime. Tindakan ini dilakukan
dengan menyerang perusahaan melalui cyber dengan cara mencuri data-data rahasia atau yang
lainnya.
Dengan maraknya tindakan kriminal di dunia tentunya menciptakan banyak usaha anti-
kriminal yang dibentuk baik dalam skala regional maupun global. Hal ini juga membangun
para pelaku criminal. TOC makin lama makin berkembang dikarenakan adanya organisasi anti-
kriminal ini. Mereka akan mempelajarinya dan akan mengembangkan taktik baru untuk
menghindari diri dari organisasi anti-kriminal ini. Kasus yang dibicarakan dalam karya tulis
ini, perdagangan narkoba di Amerika Latin dimana kartel ini bisa masuk ke dalam
pemerintahan negara tersebut.
TOC juga terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan ruang lingkup kerja dari TOC.
Tindakan kriminal yang pertama ada yang berasal dari local dan hanya untuk wilayah tersebut
saja tidak melewati batas negara. Selanjutnya ada juga organisasi local tetapi memiliki
jangkauan yang luas sehingga melewati batas negara. Konflik yang diciptakan bisa berupa
perebutan teritori. Model ini juga yang menjadi akar dari pembahasan mengenai TOC ini. Jenis
tindakan yang terakhir adalah Transnational Logistical Network. Tipe yang satu ini yang
menyangkut dengan barang-barang logistic yang sifatnya illegal atau tidak terdata. Biasanya
kegiatannya adalah pencucian uang atau perdagangan narkoba yang melintasi batas wilayah.
Kegiatan ini bisa dikatakan sama dengan bisnis ekspor impor, dan angka dari nilai penjualan
narkoba sangat lah tinggi, misalnya pasar kokain di Eropa Barat dan Amerika Serikat mencapai
70 miliar USD (Miraglia, Rolando, & Briscoe, 2012)
Perkembangan tindakan kriminal yang sudah terjadi sejak lama menjadi pusat perhatian
PBB, dank arena itu, PBB membentuk UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime).
Kalau dihitung secara keseluruhan, organisasi kriminal dunia sudah menghasilkan sekitar 2,1
triliun USD atau setara dengan 3,6% dari GDP global.
Kesimpulan
Dalam beberapa dekade ke belakang, kawasan Amerika Selatan merupakan salah satu
pusat pasar perdagangan obat-obatan terlarang. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis
Amerika Selatan, khususnya kawasan Pegunungan Andes yang memungkinkan tanaman coca
bush, yang merupakan bahan dasar kokain dan juga heroin. Perdagangan narkoba di Amerika
Selatan, khususnya perdagangan kokain mulai mengemuka pada sekitar 1980-an. Krisis
ekonomi di beberapa negara menjadi salah satu momentum yang membuat industri kokain
mulai berkembang secara signifikan. Di sisi yang lain, karakteristik tanaman coca yang cepat
tumbuh dan mudah dalam perawatannya juga menjadi salah satu alasan petani-petani yang
tidak memiliki akses terhadap sumber daya dan teknologi untuk memilih memproduksi
tanaman tersebut. Pada pertengahan 1980-an, kokain hasil produksi kawasan Amerika Selatan
menjadi komoditas utama dalam pasar narkotika di Eropa, Amerika Serikat, dan juga belahan
dunia yang lain. Pada periode ini juga beberapa organisasi yang menjadikan perdagangan
narkoba sebagai tonggak utamanya mulai bermunculan, seperti kartel Cali dan kartel Medellin
di Kolombia, yang kemudian menguasai sebagian besar pasar narkotika hingga akhir 1980-an.
Pada periode ini juga beberapa organisasi yang menjadikan perdagangan narkoba
sebagai tonggak utamanya mulai bermunculan, seperti kartel Cali dan kartel Medellin di
Kolombia, yang kemudian menguasai sebagian besar pasar narkotika hingga akhir 1980-an.
Setelah melewati masa kejayaan kartel Cali dan Medellin, Kolombia kemudian dipenuhi oleh
kelompok-kelompok kartel kecil, yang tentu saja kekuatannya lebih kecil daripada dua kartel
besar sebelumnya. Namun, terdapat penyumbang utama perdagangan kokain di Kolombia,
yaitu Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia—Ejército del Pueblo (FARC). FARC
merupakan organisasi revolusioner yang mencoba membangun sistem sosialis di Kolombia.
Awalnya, operasi mereka berupa penculikan dan pemerasan untuk mendanai aksi mereka,
hingga pada akhirnya terlibat dalam perdagangan kokain yang keuntungannya jauh lebih besar.
Mulai memasuki tahun 1990-an dan 2000-an, mulai banyak negara yang menggunakan
tindakan kekerasan (militer) untuk menekan perdagangan narkoba. Pemerintah Kolombia
mengadakan pertemuan antara Amerika Serikat, Bolivia dan Peru, sebagai langkah awal
menuju perjanjian multilateral yang membahas mengenai pemberantasan narkoba. Pertemuan
ini menjadi cikal bakal terjadinya Deklarasi Cartagena, yang membahas mengenai pendekatan
intervensi bersenjata. Deklarasi ini didukung oleh dengan adanya Inter-American Commission
for Drug Abuse Control. Pada 1998, Presiden Kolombia saat itu, Andres Pastrana membuat
program dengan nama Colombian Marshal Plan. Rencana ini diharapkan dapat memulihkan
perdamaian di Kolombia dan juga diharapkan dapat mendorong pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat Kolombia dari ancaman peperangan karena narkoba. Program ini
didukung dan didanai oleh Amerika Serikat pada saat itu. Namun, sayangnya program ini
menemui kegagalan, karena justru terdapat peningkatan pada tingkat produksi tanaman coca
dan pula peningkatan pada luas perkebunan coca. Program inipun berdampak pada kesehatan
anak-anak dikarenakan fumigasi udara yang berlebih dan juga kerusakan pangan.
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari perdagangan narkoba inilah kenapa
perdagangan narkoba bisa sangat mengancam keamanan manusia. Perdagangan narkoba
memberi ancaman terhadap beberapa kategori keamanan manusia. Tentu, yang paling utama
adalah ancaman terhadap keamanan personal, sebab aktivitas berbagai kartel narkoba
seringkali memberi perasaan takut akan terjadinya kekerasan atau bahkan terjadinya
peperangan antara satu kartel dengan kartel yang lainnya. Di Kolombia, persaingan antar kartel
yang terlibat dalam perdagangan narkoba justru harus mengorbankan manusia dalam upaya
mengambil kontrol lebih antara satu kartel dan kartel yang lainnya. Korban jiwa di Kolombia
merupakan hasil dari konsumsi narkoba ataupun peperangan antara kartel. Begitu juga di
Meksiko, keuntungan yang diperoleh dari penjualan kokain justru digunakkan untuk
mengembangkan organisasi kriminal dan menjadi pemicu kekerasan. Meksiko merupakan
salah satu “jalur sutra” bagi perdagangan narkoba produksi Amerika Selatan menuju pasar di
Amerika Serikat. Banyak organisasi kriminal yang memperebutkan kuasa atas rute transportasi
utama. Hal ini diperparah dengan kemunculan kelompok pemberontak dan juga teroris, yang
melihat bahwa keuntungan besar dari bisnis narkoba ini bisa digunakan sebagai pendanaan
bagi aktivitas pemberontakan atau terorisme di Meksiko.
Aktivitas perdagangan narkoba juga memberi ancaman terhadap keamanan ekonomi.
Meskipun perdagangan narkotika menghasilkan pendapatan yang sangat besar, tapi dampak
yang dihasilkan justru berbanding terbalik yang destruktif. Di beberapa negara, salah satunya
Bolivia, perdagangan narkoba telah melemahkan industri lokal serta sektor ekonominya telah
dirusak karena nilai tukar tinggi sebagai akibat dari masuknya narkotika dalam jumlah yang
besar. Selain itu, produksi coca dan juga berperan dalam merusak lingkungan, dan keuntungan
dari penjualan barang tersebut pada akhirnya menimbulkan masalah keamanan ekonomi karena
merusak kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Aktivitas kartel juga sedikit banyak seringkali
melibatkan pemerintah negara, dalam hal suap ataupun korupsi, seperti yang dilakukan oleh
kartel-kartel di Kolombia. Korupsi yang terjadi akibat perdagangan narkoba tentunya
melemahkan aspek kelembagaan negara, penegakan hukum, dan kembali lagi pada keamanan
masyarakat serta ketertiban umum.
Produksi coca dan tanaman obat lainnya juga berperan dalam merusak lingkungan.
Untuk menanam tanaman coca, tentu harus membuka lahan dengan cara deforestasi dalam
jumlah yang besar. Hal ini tentu berdampak besar bagi keseimbangan lingkungan, salah
satunya yaitu hilangnya habitat hewan. Deforestasi juga berkontribusi terhadap erosi tanah,
yang mempengaruhi kelangsungan hidup spesies asli kawasan yang digunakan untuk
perkebunan coca. Selain itu, penggunaan pestisida tentunya berdampak pada ekosistem.
Hewan yang mati karena pestisida kemudian membawa racun pestisida tersebut berputar dalam
rantai makanan, sehingga secara tidak langsung penggunaan pestisida ini bisa mengancam
keberagaman fauna maupun flora di sekitarnya. Hal ini juga secara tidak langsung mengancam
keamanan pangan di wilayah tersebut, karena sedikit banyak racun pestisida tersebut bisa
mengkontaminasi air atau tanah yang kemudian digunakan untuk dikonsumsi atau kebutuhan
agrikultur. Selain itu juga hewan yang biasa dikonsumsi akan menjadi lebih berbahaya karena
rentan terkena kontaminasi racun di wilayah sekitar perkebunan coca.
Selain itu, tentu saja ancaman terhadap kesehatan menjadi yang paling utama, dan
menjadi salah satu alasan kenapa Amerika Serikat melancarkan war on drugs pada dekade
1980-an dan 1990-an. Korban jiwa akibat konsumsi narkoba di negara-negara kawasan Andes
jumlahnya tidak terhitung. Efek kecanduan serta ketergantungan yang diberikan oleh obat-
obatan terlarang juga membuat penggunanya terus-menerus untuk membeli. Selain itu,
konsumsi obat-obatan terlarang yang berlebihan juga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
penggunanya, dan menyebabkan depresi serta anxiety disorder. Dengan berbagai ancamannya
terhadap keamanan manusia, perdagangan narkoba tentunya perlu menjadi perhatian bagi
seluruh individu, bukan hanya kewajiban pihak berwenang saja. Karena bagaimanapun juga,
baik pemerintah maupun masyarakat tentunya akan tergiur oleh insentif ekonomi yang
ditawarkan perdagangan narkoba.
DAFTAR PUSTAKA