Anda di halaman 1dari 3

Prinsip Penatalaksanaan Community Acquired Pneumonia (CAP) yaitu yang pertama

menentukan tingkat keparahan dari CAP apakah severe atau non severe. Penentuan tingkat
keparahan berdasarkan kriteria mayor dan minor menurut ATS . Menurut IDSA/ATS (2007)
kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di bawah ini:
1. Kriteria Minor
-Frekuensi napas ≥ 30/menit
-PaO2/FiO2 ≤ 250 mmHg
-Foto toraks menunjukkan infiltrat multibolus
-Kesadaran menurun/disorientasi
-Uremia (BUN ≥ 20 mg/dl)
-Leukopenia (leukosit < 4000 sel/mm3)
-Trombositopenia (trombosit < 100.000 sel/mm3)
-Hipotermia (suhu < 36ºC)
-Hipotensi yang memerlukan resusitasi cairan agresif
2. Kriteria Mayor
-membutuhkan ventilasi mekanik
-membutuhkan vasopresor >4 jam (septic syok)
Dikatakan severe apabila ditemukan satu kriteria mayor dan paling tidak dua kriteria minor
atau minimal tiga kriteria minor. Dan apabila tidak memenuhi kriteria tersebut maka
dikatakan non severe. Setelah menentukan derajat keparahan maka penatalaksanaan kasus
CAP dibagi lagi berdasarkan tempat perawatan pasien (rawat jalan, rawat inap di ruang rawat
biasa dan perawatan di ruang rawat intensif/ ICU). Untuk dapat menentukan apakah pasien
dirawat atau rawat jalan dan apabila dirawat apakah dirawat di ruang biasa atau di ruang ICU.
Penilaian dapat dilakukan dengan beberapa skor antara lain yaitu CURB-65 (confusion,
uremia, respiratory rate, low blood pressure, age 65 years or greater). Pasien pneumonia yang
mendapatkan skor 0 dengan skor CURB65 dapat rawat jalan dengan diberikan antimikroba
oral selama 5 hari. Pneumonia derajat sedang jika hasil skor CURB-65 1 atau 2 dan pasien
harus dirujuk ke rumah sakit, skor3-4 tergolong pneumonia berat dan harus segera
mendapatkan antimikroba empirik. Beratnya CAP juga dapat dinilai dengan pneumonia
severity index (PSI) skor. Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi
rawat inap CAP adalah : 1. Skor PORT/PSI lebih dari 70 2. Bila skor PORT/PSI kurang < 70
maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria :
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
Setelah menentukan tingkat keparahan dan harus atau tidaknya dirawat lalu dirawat di
ruangan bagaimana. Maka untuk terapi yang diberikan harus dipertimbangkan juga tentang
faktor modikasi yang ada pada masing masing pasien . Faktor modifikasi tersebut antara lain
 Streptococcus pneumonia resisten
o Usia di atas 65 tahun
o Riwayat penggunaan antibiotik beta laktam dalam 3 bulan
o Imunosupresi (riwayat penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama)
o Penyakit komorbid multiple
o Alkoholism
 Enteric gram negatif
o Riwayat penggunaan antibiotik
o Penyakit kardiovaskuler
o Riwayat tingggal di nursing home
o Penyakit komorbid multipel
 Pseudomonas aeruginosa:
o Bronkiektasis
o Penggunaan antimikroba spektrum luas dalam 7 hari di bulan lalu
o Penggunaan kortikosteroid minimal prednison 10 mg per hari
o Malnutrisi
Maka terapi antibiotik yang dapat kita berikan berdasarkan kriteria antara lain
1. Untuk pasien rawat jalan dengan sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian
antibiotik 3 bulan sebelumnya antibiotic yang diberikan Golongan β-laktam or β -
laktam ditambah anti β -laktamase atau Makrolid baru
2. Untuk pasien rawat jalan dengan komorbid atau mempunyai riwayat pemakaian
antibiotik 3 bulan sebelumnya, antibiotik yang diberikan Fluorokuinolon respirasi
(levofloxacin 750mg atau moxifloxacin ) atau Golongan β -laktam ditambah anti β -
laktamase atau β -laktam ditambah makrolid.
3. Untuk pasien rawat inap non ICU maka antibiotic yang diberikan Fluorokuinolon
respirasi (levofloksasin 750mg atau moksifloksasin ) atau β - laktam ditambah
makrolid
4. Untuk pasien yang dirawat di ruang ICU antibiotic yang diberikan (sefotaksim,
seftriakson, atau ampisilin - sulbaktam) ditambah makrolid baru atau fluorokuinolon
respirasi (levofloksasin 750mg atau moksifloksasin )
5. Bila ada faktor risiko infeksi pseudomonas : antipneumokokal, antipseudomonas
laktam (piperasilin-tazobaktam, sefepime, imipenem, atau meropenem) ditambah
siprofloksasin atau levofloksasin (750mg) Atau β laktam seperti tersebut diatas
ditambah aminoglikosida dan azitromisin Atau β laktam seperti tersebut diatas
ditambah aminoglikosida dan antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang
alergi penisilin, β - laktam diganti dengan aztreonam)
6. Bila curiga disertai infeksi CA-MRSA maka dapat ditambahkan vancomisin atau
linezolid.
Setelah mendapatkan perbaikan dengan antibiotik intravena pada pasien rawat inap maka
jika terapi secepatnyadiganti ke oral dengan syarat; hemodinamik stabil, gejala klinis
membaik, dapat minum obat per oral dan fungsi gastrointestinal baik. Terapi sulih atau
switch terapi dapat dengan 3 cara yaitu sequential,switch over, dan step down.
Sequential yaitu dengan golongan yang sama dengan potensi yang sama contohnya
levofloksasin dengan moksifloksasin. Switch over yaitu dengan golongan yang berbeda
tetapi potensi sama contohnya fluorokuinolon respirasi diganti dengan sefiksim oral. Dan
yang terakhir yaitu step down dimana golongan bisa sama atau berbeda tetapi dengan
potensi yang berbeda contohnya sefepim diganti dengan siprofloksasin.

Anda mungkin juga menyukai