Anda di halaman 1dari 10
Sementara fasititas bertahap kee Kesehatan primer dapat melakukan deteksi dini HIV dan uh dloknatanes age "nulal inisisi terapi ARV. Konseling dan Tes HIV telah les HIV ats insite tren > Seiak tahun 2004, yaitu dengan pendekatan konseling dan (KTS). Hens auth _ Yang dikenal dengan Konseling dan Tes HIV Sukarela mengetahui status HIV enn teh FeUE asin ilakukan bagi Klien yang ingin ya. Sejak tahun 2010 mulai dikembangankan Konseling dan Tes Katan Konseling dan Tes HIV atas. tn secara HIV dengan pende Kesehatan (TIPK), if Pemberi Layanan Kedua pendekatan konseling dan tes HIV ini bertujuan untuk mencapa universal I akses, dengan menghilangkan stigma dan diskriminasi, sera mengurangi missed opport ’pportunities pencegahan penularan infeksi HIV. B, TUSUAN PEDOMAN 1. Tujuan Umum Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelayanan Konseling dan Tes HIV dalam rangka penegakkan di HIV-AIDS untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan pengobatan lebih din Tujuan Khusus a. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing HIV-AIDS b. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumberdaya dan manajemen yang sesuai. ¢. Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan konseling dan testing HIV-AIDS C. RUANG LINGKUP PELAYANAN 1. Voluntary Counseling and Testing (VCT) VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan keschatan HIV-AIDS berkelanjutan, Pelayanan VCT berkualitas bukan hanya membuat orang mempunyai akses terhadap pelayanan namun juga efektif dalam pencegahan tethadap HIV. Layanan VCT dapat digunakan untuk mengubah perilaku berisiko dan memberikan informasi tentang pencegahan HIV-AIDS. Untuk mengurangi stigma dan diskriminassi dari petugas Kesehatan, Rumah Sakit Permata Keluarga Lipo Cikarang mengadakan sosialisasi dan ‘raining tentang pelayanan HIV-AIDS kepada petugas kesehatan di rumah sakit. 2 Care, Suy ‘are, Support and Treatment (St) Layanan Perawatan sksinng dan ine lersedia meliputi Konseling dan tes HIV untuk tujuan agnost Panjang a, stk Terapi antiretroviral (ARV) merupakan komitmen — ' dan kepatuhan trap adalah he ‘yang paling penting dalam menekan replikasi istensi, Pasien dianjurkan untuk melakukan 8 ini yang terpenting adalah faktor adheren atau kepatuhan |si dari konseling HIV dan menghindari terjadinya resi konseling ARV. Konsetin, untuk minum obat, tentang minum obat tepat waktu, tepat dosis dan tepat pengeuna fn obat. Pasien diajarkan membuat pengingat untuk minum obat misalnya alarm dj "slePon selulr. Pasien yang terbuka kepada keluarga tentang lwarga yang menjadi Pendamping Minum Obat (PMO) untuk mendukung kepatuhan minum obat, 3+ Infeksi Oportunisti (10) &infekst Menuler Seksual (IMS) Pelayanan IO dan IMS dilakukan oleh spesialis ataupun dokter umum. Pasien yang ‘membutuhkan terapi ARV ekan dirujuk ke fasilitas Kesehatan yang ditunjuk oleh Komonterlan pieSehieddDR bart pelejananARVsBasien selain mendapatkan Pengobatan juga akan mendapatkan dukungan gizi, pelayanan laboratorium dan radiologi. Pemilihan obat untuk IMS harus sesuai dengan pedoman penatalaksanaan IMS yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI tentang kriteria yang digunakan dalam pemilihan obat untuk IMS yaitu angka kesembuhan yang tinggi, harga murah, toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima, diberikan dosis tunggal, cara pemberian peroral dan tidak merupakan kontra indikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui, 4. Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) Pelayanan PMTCT merupakan salah satu pelayanan tersedia untuk klien yang berusia produktif, mempunyai istri atau suami. Pelayanan PMTCT menjadi fokus dari Klinik Kebidanan dan Kandungan dan Klinik Anak. 5. Pelayanan pada ODHA dengan Faktor Risiko Injection Drug Use (IDU) Rumah Sakit Permata Keluarga Lippo Cikarang bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Bekasi dalam menangani kasus penyalahgunaan NAPZA. Pasien dengan NAPZA yang menjalani program konseling dengan dokter umum yang telah menjalani pelatihan dari BNN akan diperiksa status HIV-nya, Pasien ODHA dengan faktor risiko IDU akan dilaporkan kepada BNN untuk itangani sesuai dengan regulasi BNN D. BATASAN OPERASIONAL 1 Pelayanan VCT Pelayanan VCT metiput a. Penerimaan b. Konseling pra testing HIV-AIDS © Konseling pra testing HIV-AIDS dalam keadaan khusus Informed consent Testing HIV dalam VCT E. LANDASAN HUKUM 25 Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular Keputusan Menteri Kesehatan No. 1285/Menkes/SK/X/2002 tentang Pedoman Penanggulangan HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Keputusan Menteri Kesehatan No. 1278/Menkes/SK/XI1/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit TB dan HIV Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 87 tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral A BABII STANDAR KETENAGAAN KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu Komponen yang paling penting untuk mendukung dan memberikan pelayanan HIV-AIDS yang berkesinambungan. Pengetahuan dan sikap SDM dalam hal ini adalah petugas Kesehatan akan mempengaruhi Keefektifan penyediaan pelayanan HIV-AIDS. Pelayanan HIV-AIDS membutuhkan tenaga kesehatan yang berdedikasi dan mempunyai ketrampilan yang memadai. ‘Adapun petugas pelayanan HIV-AIDS terdiri dari: 1. Kepala Klinik VCT Konselor Dokter Spesialis awn Dokter Umum Perawat Petugas Laboratorium Farmasis Petugas Administrasi Tenaga lain: Humas dan petugas Kamar Jenazah Ce eran DISTRIBUSI KETENAGAAN Distribusi ketenagaan pelayanan HIV-AIDS di Rumah Sakit Permata Keluarga Lippo Cikarang adalah sebagai berikut: 1. Kepala klinik VCT: 1 orang Konselor: 2 orang Dokter spesialis: 4 orang Dokter umum: 2 orang Perawat: | orang Petugas laboratorium: | orang Farmasi: | orang Petugas Administrasi: | orang 10. Instalasi Bedah Sentral: | Orang 2. Ls 4. ae 6. Bidan: | orang a 8. 9. 11. Humas: 1 Orang 12, Kamar Jenazah: | Orang C. PENGATURAN JAGA : Pelayanan Klinik VCT Rumah Sakit Permata Keluarga Lippo Cikarang ae pada hari Jum’at pukul 08.00 s.d. 11.00 dengan petugas sesuai dengan jadwal. Petugas laboratorium berada di Instalasi Laboratorium dan akan dihubungi oleh petugas jaga Klinik VCT, apabila ada klien yang melakukan pemeriksaan HIV. eee ishing arid ag BAB III STANDAR FASILITAS A. DENAH RUANG Denah ruang pelayanan VCT terlampir pada Pedoman Pelayanan HIV-AIDS ini. B, STANDAR FASILITAS 2% Sarana a. Papan petunjuk Papan petunjuk dipasang yang jelas untuk memudahkan akses Klien ke klinik VCT. Juga di depan ruang klinik VCT bertuliskan Pelayanan VCT/ Klinik VCT b. Ruang Tunggu Ruang tunggu berada di depan ruang konseling. Di ruang tunggu tersedia: 1) Materi KIE: poster, leaflet, brosur yang berisi tentang HIV-AIDS, IMS, KB,ANC, TB, Hepatitis, Penyalah gunaan Napza, Perilaku sehat, Nutrisi danseks yang aman 2) Informasi konseling dan testing 3) Kotak saran 4) Tempat sampah, tissue, air minum 5) Televisi 6) Komputer 7) Meja dan kursi 8) Kalender Jam pelayanan HIV-AIDS Jam pelayanan konseling dan testing terintregasi dalam jam pelayanan kesehatanlainnya, bisa dilakukan pada pagi hari atau sore hari schingga dapat mempermudahakses Klien yang bekerja atau sekolah, Karena keterbatasan sumber daya makakonseling dan testing tidak dapat dilaksanakan setiap hari. Klinik VCT membuka pelayanan setiap hari Jum’at pukul 08,00 s.d. 11.00 dan pukul 13,00 s.d. 15.00 WIB. Ruang Konseling Ruang konseling disediakan senyaman mungkin dan terjaga kerahasiaannya sertaterpisah dari ruang tunggu dan ruang pengambilan sampel darah. Ruang 7 Konseling terdapat dua pintu yaitu pintu masuk dan pintu keluar klien sehingga klien bertemu, yang selesai konseling dan klien berikutnya yang akan konseling tidaksal Ruang Konseling dilengkapi: a. 1 meja dan 3 kursi (tempat duduk bagi klien maupun konselor) b. Buku catatan perjanjian klien dan catatan harian, forrmulir informed ., formulir pre dan pasca testing, buku rujukan, consent,catatan medi: formulicrujukan, kalender dan ATK alat peraga reproduksi wanita c. Kondom dan alat peraga peni d. Buku resep gizi seimbang e. Tisu f. Airminum g. Lemari arsip/ lemari dokumen yang dapat dikunci Ruang Pengambilan Sampel Darah m_pasien HIV-AIDS dilakukan di ruang terpisah dengan Pelayanan laborato ruang tunggu dan konseling. Pengambilan darah dilakukan langsung di laboratorium. Ruang Petugas Non kesehatan Meja dan kursi oP Tempat pemeriksaan fisik ¢. Stetoskop dan tensimeter d. Blangko resep e. Alat timbangan badan f KIEHIV-AIDS Prasarana a. Aliran Listrik Diperlukan untuk penerangan yang cukup baik, untuk membaca, menulis sertauntuk pendingin ruangan b. Air Diperlukan air mengalir untuk menjaga kebersihan ruangan dan mencuci tanganserta membersihkan alat-alat ¢. Sambungan Telepon Diperlukan terutama untuk komunikasi dengan layanan lain yang terkait d. Pembuangan Limbah Padat dan Limbah Cair ewaspadaan transmisi di pelayanan Mengacu kepada pedoman k pengolahan limbah. TATA LAKSANA PELAYANAN A. KONSELING PRETESTING 1. Penerimaan Klien a. Informasikan kepada klien tentang pelayanan tanpa nama, sehingga nama tidak ditanyakan b. Pastikan klien tepat waktu dan tidak menunggu Buat catatan rekam medic Klien dan pastikan setiap klien mempunyai kodenya sendiri |. Kartu periksa konseling dan testing dengan nomor kode dan ditulis oleh konselor. Tanggung jawab klien dalam konselor: 1) Bersama konselor mendiskusikan hal-hal terkait tentang HIV AIDS, perilaku beresiko, testing HIV dan pertimbangan yang terkait dengan hasil negative atau positif| 2) Sesudah melaksanakan konseling lanjutan diharapkan dapat melindungi diri dan keluarganya dari penyebaran infeksi 3) Untuk klien yang dengan HIV positif memberitahu pasangan atau keluarganya akan status dirinya dan rencana kehidupan lebih lanjut 2. Konseling Pre-Testing a. Periksa ulang nomor kode dalam formulir b. Perkenalan dan arahan Menciptakan kepercayaan klien pada konselor, schingga terjalin hubungan baik dan terbina saling memahami d. Alasan kunjungan Penilaian resiko agar klien mengetahui factor resikodan menyiapkan diri untuk pretest f. _Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi g. Konselor membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian resiko dan merespon kebutuhan emosi klien h, Konselor VCT membuat penilaian system dukungan i, Klien memberikan persetujuan tertulis sebelum tes HIV dilakukan. B. INFORMED CONSENT 1. Semua Klien sebelum menjalani tes HIV harus Memberikan Persetujuan Tertulis Aspek penting dalam persetujuan tertulis adalah: a. Klien diberi penjelasan tentang resiko dan dampak sebagai akibat tindakan danklien menyetujuinya b. Klien mempunyai kemampuan mengerti/memahami dan menyatakanpersetujuannya c. Klien tidak dalam terpaksa memberikan persetujuannya d. Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan karena keterbatasan dalammemahami, maka konselor berlaku jujur dan obyektif dalam menyampaikaninformasi 2. Informed Consent pada Anak Bahwa anak memiliki keterbatasan kemampuan berfikir dan menimbangketika dihadapkan dengan HIV-AIDS. Jika mungkin anak didorong untuk menyertakanorang tua atau wali, namun apabila anak tidak menghendaki, maka layanan VCT disesuaikan dengan kemampuan anak untuk menerima dan memproses sertamemahami informasi hasil testing HIV AIDS, Dalam melakukan testing HIV pada anakdibutuhkan persetujuan orang tua/ wali. 3. Batasan Umur untuk Persetujuan Anak berumur dibawah 17 tahun dana tau belum menikah orang tua/ wali yang menandatanganiinformed consent, jika tidak mempunyai orang tua/ wali maka kepala institusi, kepalapuskesmas, kepala rumah sakit, kepala klinik atau siapa yang bertanggungjawab atasdiri anak harus menandatangani informed consent. Jika anak dibawah umur 17tahun memerlukan testing HIV maka orangtua atau wali harus mendampingi secarapenuh. 4, Persetujuan Orang Tua untuk Anak Orang tua dapat memberikan persetujuan konseling dan testing HIV-AlDSuntuk anaknya. Namun sebelum meminta persetujuan, konselor melakukan penilaian akan situasi anak, apakah melakukan tes HIV lebih baik atau tidak. Jikaorang tua bersikeras ingin mengetahui status anak, maka konselor melakukankonseling dahulu dan apakan orang tua akan menempatkan pengetahuan atan statusHIV anak untuk kebaikan atau merugikan anak. Jika konselor ragu maka bimbinglahanak untuk didampingi tenaga

Anda mungkin juga menyukai