Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita selalu menjadi bahan pembahasan yang menarik dalam tema apapun, tidak

terkecuali jika membicarakan peran wanita dalam kegiatan jasmani. Sosiolog Michael

Smith menyimpulkan bahwa mulai tahun 1970-an tingkat keterlibatan wanita dalam

olahraga terus meningkat

Peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah

satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara adil, efektif, dan

akuntabel oleh seluruh penduduk Indonesia, baik pria maupun wanita. Wanita adalah salah

satu penentu dalam berhasil dan tidaknya pendidikan dalam keluarga, karena kerluarga

merupakan kesatuan sosial terkecil yang merupakan kelompok kekerabatan yang

bertempat

Dari hal tersebut sangatlah disayangkan jika wanita tidak mengikuti proses

pendidikan jasmani secara maksimal, mengingat tujuan pendidikan adalah membekali

manusia untuk kehidupan yang akan datang dan membentuk budaya di masyarakat.

Dalam status sosial , peran wanita selalu menjadi nomor dua , bahkan sudah

menjadi pola pikir setiap manusia ketika kita menyebut sosok pemimpin, direktur, kepala

sekolah, coach pasti yang terbesit dalam pikiran adalah sosok seorang pria, kalaupun

terdapat wanita yang aktif kegiatan sosial mungkin masih menjadi sesuatu yang aneh

dalam lingkungan sosial masyarakat.

Meskipun saat ini semakin banyak kita temukan wanita yang aktif dalam kegiatan

apapun termasuk dalam kegiatan  pendidikan jasmani dan olahraga, baik itu wanita yang
aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, prestasi olahraga maupun aktifiitas fisik

lainnya  dan mereka cenderung mendapat penilaian bahwa mereka lepas dari sosok wanita

yang harus feminim dan lemah lembut. Hal tersebut membawa kebiasaan dalam

pelaksanaan pendidikan jasmani dimana wanita selalu menjadi sosok yang keterlibatannya

tidak terlalu penting, karena pendidikan jasmani dinaggap lebih berorientasi pada

ketangkasan dan tidak perlu dilakukan oleh wanita.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Wanita Dalam Aktivitas Jasmani

Secara fisiologis wanita dan pria memang merupakan sosok yang berbeda ,

namun dalam proses aktifitas fisik terutama pendidikan jasmani tidak ada hal yang

mengatur tentang perbedaan perlakuan pada wanita dan pria,  tuntutan agar wanita harus

mengikuti gerakan pria dam pendidikan jasmani masih sering diperdebatkan , tidak

terkecuali oleh guru pendidikan jamani itu sendiri, masih ada guru pendidikan jasmani

yang memberikan perlakuan berbeda terhadap wanita dan pria, bahkan ada juga yang

menempatkan wanita sebagai penonton  saja apabila pendidikan jasmani sedang

berlangsung. 

Jika ditinjau lebih jauh bahwa pendidikan jasmani merupakan sebuah proses

belajar tentang manusia bergerak, dimana gerak manusia adalah suatu rangkaian yang

muncul dari kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidup . Gerakan muncul

dikarenakan adanya tiga faktor , yaitu faktor individu, faktor tugas, dan faktor lingkungan

(Anne Shumway, 2001 : 2), gerakan dipengaruhi oleh dua hal yaitu spesifikasi tugas dan

dibatasi oleh lingkungan.

Individu mengasilkan gerakan karena adanya sebuah kebutuhan didalam

tugasnya dan adanya lingkungan yang mengharuskan individu bergerak, kapasitas

Individu untuk berinteraksi dengan tugas, lingkungan, yang kemudian akan

mencerminkan kapasitas fungsional seseorang.

Ditinjau dari teori tersebut menggambarkan bahwa wanita akan dapat mengikuti

gerakan pria apabila terdapat tuntutan gerak terutama dalam lingkungan yang memang
megharuskan wanita melakukan gerakan tersebut, bisa dilihat dalam kehidupan

masyarakat berbagai peran pria yang di lakukan oleh wanita baik itu menjadi budaya

setempat maupun karena tuntutan ekonomi. Sebenarnya jika melihat lebih jauh pada

aktivitas fisik yang tinggi sekalipun , seperti prestasi olahraga, banyak wanita yang

mampu tampil sempurna dalam kegiatan olahraga, meskipun dari segi fisik sangat

berbeda dari pria namun dari keterampilan banyak wanita yang mempunyai gerakan

gerakan dengan koordinasi yang baik seperti halnya wanita.

 Skill atau sering kita sebut dengan ketrampilan, adalah sebauah kata yang sering

dipergunakan untuk menandakan akan digunakannya sebuah tugas yang spesifik untuk

mencapai tujuan atau menandakan sebuah tugas. Skill juga disebut sebagai kondisi saat

dibutuhkannya tubuh atau anggota tubuh untuk bergerak untuk melakukan sebuah tujuan

(Ricard a Magil, 1998 : 7). Ada beberapa catatan Karakteristik yang umum dari defisisi

motor skill. Yang pertama adalah keinginan untuk mencapai tujuan , yang kedua adalah

dapat diartikan sebagai sebuah minat yang dilakukan dengan sukarela atau atas dasar

dirinya sendiri, yang ketiga adalah diperlukannya anggota tubuh untuk melakukan

gerakan yang digunakan untuk mencapai sebuah sasaran. Skill (Ketrampilan ) , adalah

sebauah kata yang sering dipergunakan untuk menandakan akan digunakan nya sebuah

tugas yang spesifik untuk mencapai tujuan atau menandakan sebuah tugas .skill juga

disebut sebagai saat dibutuhkannya tubuh atau anggota tubuh untuk bergerak untuk

melakukan sebuah tujuan.

Munculnya keterampilan tersebut yang pertama adalah keinginan untuk

mencapai tujuan , yang kedua adalah dapat diartikan sebagai sebuah minat yang

dilakukan dengan sukarela atau atas dasar dirinya sendiri, yang ketiga adalah

diperlukannya anggota tubuh untuk melakukan gerakan yang digunakan untuk mencapai

sebuah sasaran.
Pendidikan jasmani sendiri selama masa perjuangan kemerdekaan di pergunakan

untuk membentuk pemuda – pemudi militan dengan semangat Nasionalistik untuk

mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia, karena pada masa itu pendidikan

jasmani dan olahraga di anggap mampu membentuk prilaku multi disiplin guna

menyukseskan perjuangan bangsa, sehingga mungkin saja keterlibatan wanita sangat

dibatasi dalam hal ini, walaupun pada masa perjuangan sudah banyak muncul pejuang

wanita yang memperjuangkan hak nya.

Dan saat ini muatan kurikulum yang berisi berbagai aktifitas jasmani sama sekali

tidak memberikan gambaran perbedaan perlakuan pada pria dan wanita karena aspek

yang ditekankan adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, aktivitas yang

dilakkukan dalam pendidikan jasmani bukanlah hal yang tidak dapat dilakukan oleh

wanita, terutama pada pendidikan jasmani nilai afektif individu sangat diutamakan, sikap

disiplin, bekerja sama, kerja keras dan pantang menyerah adalah karakter yang harus

ditanamkan pada diri seorang wanita yang kelak mendidik generasi penerus bangsa mulai

dari tingkat keluarga.


PANDANGAN SOSIAL  TERHADAP AKTIVITAS  JASMANI PADA WANITA

Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan

wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya

masyarakat yang bersangkutan. Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan

olehperbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan

antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang

lainnya sesuai dengan lingkungan/budaya. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke

masa, karena pengaruh kemajuan pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain‐lain.

Peran wanita dalam pendidikan jasmani selalu penuh dengan kontroversi , terutama

bila dikaji melalui norma social yang muncul dimasyarakat, terutama norma sosial Norma

akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga

disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas

dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat

memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah

terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat

dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

            Dalam aktivitas jasmani sendiri terkadang terdapat argument bahwa wanita tidak baik

berolahraga untuk mendapatkan persamaan, pendapat ini merupakan pendapat yang tidak

logis dan tidak rasional, wanita dianggap sebagai sosok yang feminim bukan merupakan hal

yang baru apalagi teori feminism terhadap wanita tidak didasari pada ilmu pengetahuan yang

mendasar,  banyak penelitian yang mengkaji bagaimana keterlibatan wanita dalam olahraga,

dimana pada penelitian tersebut memiliki implikasi yang sangat besar bahwa wanita banyak

terlibat dalam lingkungan sosial olahraga, mereka mampu meningkatkan  kesadaran bahwa

olahraga adalah bagian dari sebuah budaya, yang juga dapat dilakukan oleh wanita (Jay

Coackley, 2003 : 51).


            Sosiolog Michael Smith menyimpulkan bahwa mulai tahun 1970 an tingkat

keterlibatan wanita dalam olahraga terus meningkat. Perambahan pada cabang – cabang

olahraga keras sebagaimana yang kerap dilakukan pria , bukan lagi merupakan hal yang tabu.

Kesadaran akan adanya persamaan antara pria dan wanita semakin membuka kesadaran kaum

wanita , sehingga penerapan strategi  dalam cabang olahraga keras merupakan  sesuatu yang

cukup mengasyikkan

Meskipun demikian masih banyak mitos yang berkembang dimasyarakat yang

menyesatkan ,   seperti mitos yang mengatakan  wanita yang melakukan aktivitas jasmani

terlalu tinggi akan menggangu pada system reproduksinya, hal itu terjadi dikarenakan

aktivitas jasmani sangat berpengaruh bagi proses metabolisme tubuh manusia. Bukti bukti

menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara bertambahnya aktivitas olahraga dengan 

meningkatnya kejadian menarche (menstruasi untuk pertama kalinya ) yang terlambat

maupun disfungsi menstruasi(Harsuki, 2003 : 226). Hal ini tentu menjadi permasalahan

serius dalam lingkungan sosial masyarakat mengingat menstruasi masih dianggap sebagai hal

yang kotor, negative dan bahkan membahayakan , dan menurut penelitian tidak ditemukan 

penurunan kecakapan kognitif, perseptual dan motoric apabila aktivitas fisik dilakukan saat

menstruasi .

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mitos mitos yang

menempatkan wanita pada titik lemah kegiatan jasmani diharapkan mampu dihapuskan ,

dengan harapan bahwa tidak ada perbedaan proses pendidikan jasmani pada pria dan wanita,

terutama dalam lingkungan sekolah yang terkadang siswi selalu mempunyai alasan unttuk 

tidak mengikuti kegiatan jasmani .


WANITA SEBAGAI PEMBANGUN BUDAYA

Jika ditilik lebih jauh, peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara

adil, efektif, dan akuntabel oleh seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun

perempuan. Berbagai kemajuan dalam pembangunan, khususnya di bidang olahraga telah

menunjukkan angka yang meningkat, meski ketimpangan gender masih sangat dirasakan.

Meskipun demikian aneka diskriminasi terhadap hak dan peranan kaum perempuan di

Indonesia seperti dalam bidang sosial, ekonomi, dan lebih-lebih bidang politik masih

merupakan masalah yang sangat kompleks dengan akar sejarah yang cukup panjang, dan

jelas tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Fenomena ketimpangan sosial ini dapat diamati sejak berlangsung proses sosialisasi

terhadap anak bayi perempuan, dan semakin kentara tatkala mereka sudah menginjak usia

remaja dan dewasa(Berliana, 2011 : 2). Ketimpangan tersebut juga terjadi dalam pendidikan

jasmani , di lingkungan masyarakat pendidikan jasmani terkesan sebuah proses pembelajaran

yang memang dibuat untuk menunjukkan ketangkasan pria, sama seperti halnya

olahraga ,pendidikan jasmani dapat dan bahkan harus dilakukan oleh wanita. 

            Kita seringkali melupakan bahwa wanita merupakan pembektuk karakter anak

bangsa, membangun kesehatan manusia mulai dari keluarga , jika mengacu pada tujuan dan

fungsi pendidikan jasmani yaitu :

1.      Meletakkan landasan yang kuat dalam internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani

2.      Membangun landasan kepribadian yang kuat, cinta damai, sikap social dan toleransi dalam

konteks kemajemukan budaya, etnis dan budaya

3.      Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas tugas pembelajaran pendidikan

jasmani
4.      Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin , tanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan

demokratis melalui ativitas pendidikan jasmani

5.      Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi  berbagai

permainan danolahraga , aktivitas pengembangan , senam aktivitas ritmik , akuatik dan

pendidikan luar kelas

6.      Mengembangkan keterampilan pegelolaan diri dalam upaya pengembangan  dan

pemeliharaan kebugaran jasmani  serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani

7.      Mengembangkan keterampilan untuk menjaga  keselamatan diri sendiri dan orang lain

8.      Mengetahui dan memahami konsep  aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai

kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat

9.      Mampu mengisi waktu luang dengan dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif(Imam

Suyudi, 2013 )

Pendidikan jasmani merupakan sebuah pengalaman belajar yang amat penting untuk

dilalui seseorang, manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui

pengalaman dan pengalaman itu terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan social, lingkungan merupakan tempat berlangsungnya

pendidikan , itulah yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan , khususnya yang terjadi

pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.tinggal

sama , yang ditandai dengan  adanya kerjasama ekonomi, memiliki fungsi mensosialisasikan

atau mendidik anak anak sehingga anak berkembang dengan baik(Uyoh Sadulloh,2011 :186).

Wanita adalah salah satu penentu dalam berhasil dan tidaknyapendidikan dalam

keluarga, karena kerluarga merupakan kesatuan social terkecil yang merupakan kelompok

kekerabatan yang bertempat

Dari hal tersebut sangatlah disayangkan jika wanita tidak mengikuti proses

pendidikan jasmani secara maksimal, mengingat tujuan pendidikan adalah membekali


manusia untuk kehidupan yang akan datang dan membentuk budaya di masyarakat. Wanita

sebagai pelopor dan pengarah anak anak dalam keluarga mempunyai tugas penting yang

semuanya didapatkan melalui pendidikan jasmani yang baik.

KESIMPULAN

Pendidikan jasmani memegang perana penting dalam kehidupan manusia, pendidikan

jasmani mengandung nilai nilai pembentukan karakter dan kepribadian manusia, dari sisi

fisiologis pendidikan jasmani bertujuan menciptakan manusia yang terampil , sehat jasmani

dan rohani. Dalam pendidikan jasmani keterampilan ketrampilan gerak  tidak dibatasi oleh

kemampuan kondisi fisik seseorang , karena didalam pendidikan jasmani yang menjadi

penilaian adalah proses bagaimana keterampilan itu terjadi bukan pada hasil gerakan. Dan

dari sisi proses belakar gerak, secara teoritis manusia bergerak karena disesuaikan dengan

kebutuhan lingkungannya.

Oleh sebab itu tidak perlu ada perbedaaan perlakuan dan pengkerdilan keterlibatan

wanita dalam pendidikan jasmani karena semua proses pendidikan diciptakan sebagai proses

manusia untuk mendapatkan pengalaman belajar.

            Kelak wanita adalah sosok yang memberikan pendidikan dalam lingkungan keluarga,

dalam hubungannya dengan pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama

dan pertama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui media

permainan. Orang tua mereupakan benar benar sebagai peletak kepribadian anak . dasar

tersebut akan berperan  akan berpengaruh pada pengalaman pengalaman selanjutnya.


Daftar Pustaka

Berliana. Olahraga Prestasi Sebagai Sarana Penyetaraan Gender.  Audotorium F MIPA :

UPI.2011

Coackley, Jay. Sport in Society : Issues & Controversies. Singapore : Mc Graw Hill. 2003.

Harsuki. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003

Maggil ,Ricard A . Motor Learning , Concept and Apllication. Singapore  : Mc Graw Hill. 1998

Sadulloh, Uyoh. Pedagogik : Ilmu Mendidik. Bandung  : Alfabeta .2011

Shumway ,Cook Anne & Narjorie Woollacott. Motor Control. USA : Lippincott William &

Wilkin.2001.

Suyudi,imam . Pendidikan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Universitas Negeri

Jakarta, bahan kuliah Pendidikan Olahraga Pascasarjana UNJ, 2013.

Anda mungkin juga menyukai