Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs,
perlawanan yang dilakukan oleh Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi dilatarbelakangi oleh :
Intervensi dan campur tangan VOC terhadap urusan internal keraton
Mataram. Sikap Pakubuwono II yang sewenang-wenang terhadap bangsawan Mataram dan tunduk terhadap VOC. Keinginan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi untuk mengambil hak atas kekuasaan beberapa daerah Mataram. Mas said yang direndahkan dengan hinaan dan cercaan dari keluarga kepatihan serta mendapat tuduhan ikut membantu pemberontakan orang- orang Tionghoa. Sayembara pangeran Pakubuwono II untuk memadamkan perlawanan mas Sakd terhadap VOC serta ingkar janji Pakubuwana II kepada Mangkubumi terhadap hadiah sayembara. Perkataan Gubernur Jenderal Van Imhoff pada pertemuan terbuka di istana yang menghina dan menuduh pangeran Mangkubumi terlalu berambisi memcari kekuasaan.
Isi perjanjian yang disebut sebagai tragedi karena harus membuat kerajaan Mataram yang berjaya di masa Sultan Agung harus menyerahkan kedaulatan atas seluruh wilayah kerjaan kepada pihak Asing:
Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan Kerajaan Mataram baik secara de
facto maupun de jure kepada VOC. Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC. Putera mahkota akan segera dinobatkan. Sembilan hari setelah penandatanganan perjanjian itu Pakubuwana II wafat. Tanggal 15 Desember 1749 Baronvan Hohendorff mengumumkan pengangkatan putera mahkota sebagai Susuhunan Pakubuwana III.
Akhir dari perlawanan pangeran Mangkubumi dan Mas Said
Kemenangan demi kemenangan diperoleh Mangkubumi dan Mas Said
menyebabkan VOC kewalahan yang membuat VOC membujuk Mangkubumi untuk berunding dalam perundingan Giyanti pada 13 Februari 1755 yang isinya berisi pembagian kerajaan mataram menjadi dua. Isi pokok perjanjian itu adalah bahwa Mataram dibagi dua. Wilayah bagian barat (daerah Yogyakarta) diberikan kepada Pangeran Mangkubumi dan berkuasa sebagai sultan dengan sebutan Sri Sultan Hamengkubuwana I, sedang bagian timur (daerah Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana III. Di sisi lain, perlawanan Mas Said berakhir setelah tercapai Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 yang isinya Mas Said diangkat sebagai penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.