Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF IMS PADA


PASANGAN USIA SUBUR

KELOMPOK 6

MUSDALIFA : B.21.06.257 HUSTIANI : B.21.06.276

SABRIAH : B.21.06.264 ERNI : B.21.06.274

SURIANI : B.21.06.268 WIDYA NUZLIANY : B.21.06.283

DIAN ANDINI : B.21.06.273 LISNA RIO : B21.06.279

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

PALOPO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri

berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang

dari 15 tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi

masih haid (BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru

menikah atau ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat

yang paling ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika

sebuah kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim

(Sunarsih, 2011).

Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam

kehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil

kehamilan yang positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam

gaya hidup yang sehat sebelum mereka hamil (Williams & Wilkins, 2012).

Keadaan yang kurang mendukung kondisi-kondisi prakonsepsi akan

berdampak kurang baik pula terhadap pembentukan terjadinya proses

konsepsi (Sujiono, 2004).

Perawatan kesehatan yang baik, penting untuk perkembangan dan

kesejahteraan janin, sehingga berada dalam kondisi kesehatan yang prima

sebelum kehamilan menjadi hal yang penting (Curtis, 1999). Perawatan

prakonsepsi yang dimulai sebelum kehamilan dapat menjadi strategi efektif

2
untuk mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan kesehatan wanita

usia subur (Shanon et al, 2013). American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) (2006) merekomendasikan bahwa selama periode

reproduktif wanita, terutama mereka yang merupakan bagian dari perawatan

prakonsepsi, seharusnya mencakup konseling tentang perawatan kesehatan

dan perilaku untuk mengoptimalkan hasil kehamilan. Pada wanita yang

menerima perawatan prakonsepsi lebih cenderung mengadopsi perilaku sehat,

sehingga memiliki hasil kehamilan yang baik (Dean et al, 2013).

Upaya promotif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegaiatan yang bersifat

promosi. Sedangkan upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan suatu

masalah kesehatan/penyakit dan gangguan kesehatan. Pelayanan promotif dan

preventif merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang harus lebih

diutamakan dan diperhatikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

kearah yang lebih baik (UU No. 36/2009).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui

bagaimana promotif dan preventif kesehatan IMS pada Pasangan Usia

Subur.?

C. Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah :

Untuk mengetahui promotif dan preventif kesehatan IMS pada pasangan

usia subur

3
D. Manfaat Penelitian

Dapat mengetahui promotif dan preventif kesehatan IMS pasangan usia

subur.

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A. Konsep Pasangan Usia Subur (PUS)

1. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini

hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia

istri antara 20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia

4
yang digunakan disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia Subur berkisar

antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah

cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah

berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang

berstatus janda atau cerai.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia Subur

sangat mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan

kedua pasangan tersebut normal. Hal ini lah yang menjadi masalah

bagi Pasangan Usia Subur yaitu perlunya pengaturan tingkat kelahiran,

perawatan kehamilan dan persalinan aman (Kadarisman, 2015).

B. IMS (Infeksi Menular Seksual )

Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang

dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak

seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau

mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis

kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga

kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja,

tetapi dapat juga di daerah ekstra genital. Kelompok umur yang

memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS adalah kelompok

remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).

1. Tanda dan gejala

Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:

a. Perempuan

5
 Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat

kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh ang lain,

tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit

disekitar alat kelamin.

 Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,

kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.

 Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita

biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning

urination.

 Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar

alat kelamin

 Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang

hilang muncul dan tidak berkaitan dengan menstruasi

bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi ( infeksi

yang telah berpindah kebagian dalam sistemik

reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium )

 Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.

b. Laki – laki

 Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat

kelamin, anus , mulut atau bagian tubuh yang lain,

tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat sakit di

sekitar alat kelamin

6
 Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna

berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.

 Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau

rasa sakit selama atau setelah urination.

 Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan

sakit di kantong zakar.

2. Kelompok Perilaku Resiko Tinggi

Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud

dengan perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan

seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit tersebut.

Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :

a. Usia

 20 – 34 tahun pada laki – laki

 16 – 24 tahun pada wanita

 20 – 24 tahun pada pria dan wanita

b. Pelancong

c. PSK ( Pekerja Seks Komersial )

d. Pecandu narkotik

e. Homo seksual

3. Macam – macam penyakit menular seksual

7
Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di

bedakan menjadi empat kelompok yaitu:

a. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital

non spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma

Venerum,Vaginosis bakterial

b. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis,

Kondiloma Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis

B, Moluskus Kontagiosum.

c. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis

d. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu:

Trikomoniasis, Pedikulosis Pubis, Skabies.

C. Promotif dan Preventif IMS pada Pasangan Usia Subur (PUS)

Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk mempukan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatakan kesehatan mereka,

dengan promosi kesehatan kata lain adalah upaya yang dilakukan

terhadap masyarakat sehingga masyarakat mau dan mampu untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(Notoadmodjo, 2007)

Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009 upaya preventif

adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan

penyakit.

Upaya pencegahan dan perawatan IMS yang efektif dapat

dicapai dengan melaksanakan “paket kesehatan masyarakat”.

8
Komponen pokok paket ini berupa:

♦ Promosi perilaku seksual yang aman.

♦ Memprogamkan peningkatan penggunaan kondom, yang meliputi

berbagai aktifitas mulai dari promosi penggunaan kondom sampai

melakukan perencanaan dan manajemen pendistribusian kondom.

♦ Peningkatan perilaku upaya mencari pengobatan.

♦ Pengintegasian upaya pencegahan dan perawatan IMS ke dalam

upaya pelayanan kesehatan dasar, upaya kesehatan reproduksi, klinik

pribadi/ swasta serta upaya kesehatan terkait lainnya.

♦ Pelayanan khusus terhadap kelompok populasi berisiko tinggi, seperti

misalnya para wanita dan pria penjaja seks, remaja, pengemudi truk

jarak jauh, anggota militer termasuk anggota kepolisian, serta para

narapidana.

♦ Penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna.

♦ Pencegahan dan perawatan sifilis kongenital dan konjungtivitis

neonatorum.

♦ Deteksi dini terhadap infeksi yang bersifat simtomatik maupun yang

asimtomatik.

Salah satu komponen penting dari paket kesehatan masyarakat

ini adalah penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna, meliputi:

a. Identifikasi sindrom: Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

diagnosis secara sindrom atau dengan bantuan laboratorium.

9
b. Edukasi pasien: kepada pasien dijelaskan tentang riwayat alamiah

dari infeksi yang dialaminya, serta pentingnya melaksanakan

pengobatan secara tuntas, serta hal-hal penting lainnya.

c. Pengobatan antibiotik terhadap sindrom: Cara apapun yang

digunakan untuk menegakkan diagnosis, baik dengan

menggunakan bagan alur maupun dengan bantuan laboratorium,

secara mutlak diperlukan ketersediaan antibiotik yang efektif. Obat

yang diperlukan perlu disediakan pada saat petugas kesehatan

pertama kalinya kontak dengan pasien IMS. Cara pengobatan yang

efektif ini juga perlu disiapkan dan dilaksanakan pada semua klinik

swasta/ pribadi

d. Penyediaan kondom: Dengan mendorong seseorang untuk

menggunakan kondom, maka Kepala Dinas Kesehatan perlu

memberikan jaminan bahwa kondom tersedia dalam jumlah yang

cukup, berkualitas, dan dengan harga yang terjangkau pada semua

fasilitas kesehatan serta berbagai titik pendistribusian lainnya.

Pemasaran Sosial (Social marketing) kondom adalah cara lain

untuk meningkatkan jangkauan terhadap penjualan kondom.

e. Konseling: Fasilitas konseling disiapkan agar dapat dimanfaatkan

oleh siapa saja yang membutuhkannya; misalnya pada kasus herpes

genitalis kronis atau kutil pada alat genital, baik untuk perorangan

maupun untuk mitra seksualnya.

10
f. Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual: Penting bagi

setiap program penanggulangan IMS adalah melakukan

penatalaksanaan terhadap setiap mitra seksual pasien IMS, dan

menghimbau agar mereka sendiri lah yang menghubungi tempat

pelayanan IMS untuk mendapat pengobatan. Upaya ini harus

dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor sosial dan budaya

setempat, untuk menghindari masalah etis maupun masalah praktis

yang mungkin timbul, misalnya penolakan, dan kekerasan

khususnya terhadap wanita.

Intervensi nasyarakat Pendekatan di tingkat masyarakat

tuntuk pencegahan dan pengendalian IMS/ISR termasuk:

• Mengkampanyekan seks aman— termasuk penggunaan kondom

secara konsisten, pengurangan pasangan seks dan penundaan

permulaan aktifitas seksual;

• Program kondom;

• Kesadaran masyarakat tentang IMS dan promosi penggunaan

layanan klinis lebih awal.

11

Anda mungkin juga menyukai