Anda di halaman 1dari 7

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

LAPORAN PENUGASAN (LAPGAS)

MP : PENYELENGGARAAN PEMILU DI INDONESIA


DOSEN : KOMBES POL Drs. NANANG AVIANTO, Msi

I. PENDAHULUAN
Pemilu dalam pengertiannya pemilihan umum merupakan suatu kegiatan yang
sering diidentikkan sebagai suatu ajang pesta demokrasi, yang merupakan sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil
Walikota ataupun memilih Bupati dan Wakil Bupati berdasarkan per Undang-Undangan
yang berlaku. Melalui pemilihan umum, maka hak asasi rakyat dapat disalurkan,
demikian juga halnya dengan hak untuk sama didepan hukum dan pemerintahan. Dalam
penentuan dan penetapan perwakilan di lembaga eksekutif ketatanegaraan maka lahirlah
sebuah sistem yang turut mengimplementasikan.
Melalui pemilihan umum, rakyat yang berdaulat memilih wakil-wakilnya yang
diharapkan dapat memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya dalam suatu
pemerintahan yang berkuasa. Pemerintahan yang berkuasa sendiri merupakan hasil dari
pilihan maupun bentukan para wakil rakyat tadi untuk menjalankan kekuasaan negara.
Tugas para wakil pemerintahan yang berkuasa adalah melakukan kontrol atau
pengawasan terhadap pemerintah tersebut. Dengan demikian, melalui pemilihan umum
rakyat rakyat akan selalu dapat terlibat dalam proses politik dan, secara langsung
maupun tidak langsung menyatakan kedaulatan atas kekuasaan negara dan pemerintah
melalui para wakil-walilnya.
Dalam pelaksanaan Pemilu, Polres “X” sebagai salah satu lembaga Polri yang
berperan sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat memiliki peran penting
untuk menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif demi terselenggaranya pemilihan
umum yang memenuhi prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (LUBER
JURDIL). Rendahnya pemahaman politik masyarakat menimbulkan berbagai
permasalahan dalam penyelenggaraan Pemilu. Pertikaian antar warga sebagai
simpatisan partai politik serta berbagai pelanggaran terhadap peraturan penyelenggaraan
Pemilu sering terjadi dan menimbulkan keresahan masyarakat bahkan dapat
1
2

mengganggu aktifitas masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat


dirumuskan beberapa pokok persoalan sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan penyelenggaraan pemilu dan permasalahannya di
wilayah hukum Polres “X”?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyelenggaraan pemilu di
wilayah hukum Polres “X”?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Polri yang profesional
dalam tugas mengamankan Pemilu di Polres “X”?

II. PEMBAHASAN
A. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu dan Permasalahannya di Wilayah
Hukum Polres “X”
Pemilihan umum yang diselenggarakan di wilayah hukum Polres “X”
diantaranya adalah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) yang dilakukan
secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi
syarat. Pemilukada dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup:
1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi
2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten
3. Wali kota dan wakil wali kota untuk kota
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang pada pasal 5
ayat 3 dijelaskan bahwa tahapan penyelenggaraan pemilu terdiri dari:
1. Pengumuman pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
2. Pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,
pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon
Walikota dan Calon Wakil Walikota;
3. Penelitian persyaratan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,
Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota;
3

4. Penetapan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,


pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon
Walikota dan Calon Wakil Walikota;
5. Pelaksanaan Kampanye;
6. Pelaksanaan pemungutan suara;
7. Penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara;
8. Penetapan calon terpilih;
9. Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan;
10. Pengusulan pengesahan pengangkatan calon terpilih.
Masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada pemilukada yang
diselenggarakan di wilayah hukum Polres ”X” diantaranya:
1. Pengrusakan gambar parpol/ pasangan calon oleh oknum tdk dikenal
2. Pengrusakan kaca mobil dinas bupati
3. Unjuk rasa anarkis dgn membawa sajam di kantor DPRD, KPUD &
Panwas
4. Muncul spanduk-spanduk provokatif yg picu terjadinya salah paham
antar pendukung parpol
5. Penghadangan,pengancaman dan pembakaran bendera pasangan calon
bupati oleh massa pendukung partai

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Pemilu di


Wilayah Hukum Polres “X”
Beberapa faktor yang mempengaruhi optimalnya peran Polres “X” dalam
penyelenggaraan Pemilukada di wilayah hukumnya dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Faktor Internal
a. Kekuatan
1) Peran Polres “X” sebagai pelindung, pengayom dan
pelayan masyarakat serta penegak hukum.
2) Adanya komitmen Kapolres untuk menciptakan situasi
kamtibmas yang kondusif dalam penyelenggaraan Pilkada.
3) Adanya Si Propam yang melakukan pengawasan terhadap
seluruh anggota Polres dalam melaksanakan tugasnya.
4

4) Adanya keinginan anggota untuk meningkatkan


kemampuannya dalam mendukung kerjasama pengamanan
Pilkada.
b. Kelemahan
1) Kurangnya pengetahuan dan kemampuan personel Polres
“X” dalam melaksanakan kerjasama pengamanan Pilkada.
2) Masih adanya ego sektoral, kurang proaktif dan masih ada
sikap saling lempar tanggungjawab dalam melaksanakan
kerjasama pengamanan Pilkada.
3) Kurang tersusunnya program dan mekanisme kerjasama
serta naskah kerjasama dan HTCK dalam pelaksanaan
pengamanan Pilkada.
4) Kurangnya koordinasi, belum ada persamaan persepsi
serta kolaborasi program antara Polres “X” dengan instansi
terkait dalam kerjasama pengamanan Pilkada.
2. Faktor Eksternal
a. Peluang
1) Masyarakat membutuhkan pimpinan daerah yang dipilih
melalui proses Pilkada dan membutuhkan pengamanan dari Polri
dan instansi-instansi yang terlibat dalam pengamanan Pilkada.
2) Adanya elemen-elemen masyarakat yang mengetahui
berbagai kecurangan dalam Pilkada dapat diminta informasinya
untuk melaksanakan pengamanan.
3) Suksenya Pilkada dengan pengamanan yang optimal dapat
melahirkan pimpinan daerah yang benar-benar didambakan dan
mewakili aspirasi rakyat.
4) Sorotan media massa yang sangat tinggi terhadap
pelaksanaan Pilkada memicu lembaga Polri untuk
mengoptimalkan kerjasama pengamanan demi terselenggaranya
pemilihan yang LUBER dan JURDIL.
b. Kendala
1) Pendidikan dan pemahaman politik masyarakat masih
dianggap rendah (mudah diprovokasi, praktek politik uang dan
mudah dimobilisasi)
5

2) Adanya beberapa tim sukses calon yang melakukan


kecurangan dengan melakukan black campaigne melalui
selebaran atau media internet.
3) Fanatisme partai politik sangat sempit sehingga mudah
diprovokasi dan digerakan.
4) Adanya beberapa kandidat calon pilkada dan wakilnya
memaksakan kehendak dengan cara anarkis dalam mencapai
tujuannya sehingga mengancam situasi keamanan dan ketertiban
masyarakat.
C. Upaya yang Dapat Dilakukan untuk Mewujudkan Polri yang Profesional
dalam Tugas Mengamankan Pemilu Di Polres “X”
Upaya yang dapat dilakukan Polres “X” untuk mensukseskan
penyelenggaraan Pilkada antara lain sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personel Polres “X”
dalam melaksanakan kerjasama pengamanan Pilkada melalui workshop
Kerjasama Kepolisian, pelatihan komunikasi dan pelatihan negosiasi.
2) Menghilangkan ego sektoral, meningkatkan sikap proaktif
tanggungjawab dalam melaksanakan kerjasama pengamanan Pilkada.
3) Menyusun program dan mekanisme kerjasama serta naskah kerjasama
dan HTCK dalam pelaksanaan pengamanan Pilkada.
4) Menjalin sinergitas dengan partai-partai politik peserta Pilkada dengan
membentuk suatu forum. Hal ini bertujuan agar partai politik peserta
Pemilukada dapat mengendalikan para simpatisannya untuk tidak bertindak
anarkis atau mudah terprovokasi.
5) Pengamanan dalam setiap tahapan pemilukada mulai dari masa
penetapan bakal calon sampai pada penetapan pemenag dan pelantikan
pemenang.
6) Menggelar operasi cipta kondisi untuk memantapkan kondisi
Kamtibmas agar tetap kondusif selama berlangsungnya tahapan Pilkada.
7) Menjalin sinergitas dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh
adat dan tokoh pemuda untuk menerapkan strategi polmas agar masyarakat
tidak mudah terprovokasi sehingga mendukung situasi kamtibmas kondusif
sekitar pemilukada.
6

8) Melakukan koordinasi dengan Panwaslu Kabupaten dan KPU


Kabupaten.
9) Melakukan pengamanan terhadap para peserta pemilukada guna
menghindari penyerangan atau penganiayaan.
10) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat agar
memiliki pemahaman dan kesadaran sehingga tidak mudah dimobilisasi dan
diprovokasi.
11) Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para peserta
Pilkada agar tidak berkembang menjadi gangguan Kamtibmas, tentunya
dengan tetap menjaga netralitas.

III. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Permasalahan yang terjadi pada tahapan-tahapan pemilukada yang
diselenggarakan di wilayah hukum Polres ”X” diantaranya adalah
Pengrusakan gambar parpol/ pasangan calon oleh oknum tidak dikenal,
pengrusakan kaca mobil dinas bupati , unjuk rasa anarkis, muncul
spanduk-spanduk provokatif yg picu terjadinya salah paham antar
pendukung parpol, penghadangan,pengancaman dan pembakaran bendera
pasangan calon bupati oleh massa pendukung partai
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan Pemilu di
Wilayah Hukum Polres “X” terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi diantaranya terdiri kekuatan yang
diantaranya adalah Peran Polres “X” sebagai pelindung, pengayom dan
pelayan masyarakat serta penegak hukum, omitmen Kapolres untuk
menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif, Si Propam yang melakukan
pengawasan, keinginan anggota untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mendukung kerjasama pengamanan Pilkada. Adapun faktor internal yang
menjadi kelemahan adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan
personel,adanya ego sektoral, kurang tersusunnya mekanisme kerjasama
dan HTCK dalam pelaksanaan pengamanan Pilkad serta kurangnya
koordinasi dengan instansi terkait dalam pengamanan Pilkada. Adapun
faktor eksternal dibagi dua yaitu peluang dan kendala. Adapun faktor-faktor
yang menjadi peluang diantaranya adalah masyarakat membutuhkan
7

pimpinan daerah yang dipilih melalui proses Pilkada dan membutuhkan


pengamanan, adanya masyarakat yang dapat diminta informasinya terkait
kecurangan yang terjadi dalam Pilkada, Suksenya Pilkada dengan
pengamanan yang optimal dapat melahirkan pimpinan daerah yang benar-
benar didambakan dan mewakili aspirasi rakyat, dan sorotan media massa
yang sangat tinggi. Sedangkan faktor eksternal yang merupakan kendala
diantaranya adalah Pendidikan dan pemahaman politik masyarakat masih
dianggap rendah, beberapa tim sukses calon yang melakukan kecurangan,
Fanatisme partai politik sangat sempit, kandidat calon pilkada memaksakan
kehendak dengan cara anarkis .
c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Polri yang profesional
dalam tugas mengamankan Pemilu di Polres “X” diantaranya adalah
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personel dalam melaksanakan
kerjasama pengamanan Pilkada, menghilangkan ego sektoral, menyusun
mekanisme kerjasama dan HTCK, menjalin sinergitas dengan partai-partai politik
peserta Pilkada dengan membentuk suatu forum, pengamanan dalam setiap
tahapan pemilukada, menggelar operasi cipta kondisi selama berlangsungnya
tahapan Pilkada, menjalin sinergitas dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh adat dan tokoh pemuda, melakukan koordinasi dengan Panwaslu Kabupaten
dan KPU Kabupaten, melakukan pengamanan terhadap para peserta pemilukada,
melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak mudah
dimobilisasi dan diprovokasi, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh para peserta Pilkada.
2. Rekomendasi
Mengusulkan kepada Kapolda up Kabid Humas untuk membuat MOU
kerjasama dengan media massa dalam pemberitaan kepada masyarakat dalam
masa kampanye agar tidak memuat permasalahan politik sehingga dapat dipakai
sebagai alat provokasi oleh oknum politik.
.
.

Anda mungkin juga menyukai