Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tentang

"Pemikiran Pendidikan Zainudin Labay El Yunusy dan Rahmah El Yunusiyah "

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Zalnur, M.A

Disusun Oleh :

Kurnia Juita (2114060061)

Aini Mardiah (2114060060)

Nur Saerah Siregar (2114060066)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL

1443 H / 2022 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang dengan limpahan rahmat,
nikmat, dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
dengan judul "Pemikiran Pendidikan Zainudin Labay El Yunusy dan Rahmah El Yunusiyah"Dalam
Penulisan makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, yang
dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi pengetikan
maupun kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan
kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis serta memperoleh ridho Allah semata. Aamiin.

Padang, 25 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
B. Tujuan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Pemikiran Pendidikan Zainudin Labay El Yunusy 5
B. Pemikiran Pendidikan Rahmah El Yunusiyah 8
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan pembaharuan pendidikan Zainudin Labay dimulai ketika ia memulai mengajar di Surau
jembatan Besi Padang Panjang tahun 1913 sebagai guru bantu yang pada perguruan dibawah pimpinan H
Rosul ayahanda Hamka di Surau jembatan Besi yang masih menggunakan model Halaqoh. Perubahan
dari model halaqoh menjadi klasikal pada tahun 1918 dimana kelas dibagi menjadi 7 tingkatan dan pada
tingkat 1-4 Zainudin Labay menjadi guru dan sekaligus menggunakan kurikulum dan buku yang dikarang
oleh Zainudin sendiri. Sebagai bahan ajar sekaligus pembaharuan model pendidikan Pesantren menjadi
madrasah. Dikala masih mengajar di Surau Jembatan Besi yang mulai berubah Zainudin Labay
membangun sistem sekolah di Bukit Sarungan.

Rahmah El Yunusiyah adalah pendiri sekolah khusus puteri Perguruan Diniyah Puteri di Padang
Panjang pada 1 November 1923. Beliau hadir ke tengah masyarakat melalui kegiatan dakwah dengan
merespon kondisi masyarakat yang dihadapinya melalui sarana pendidikan yang disesuaikan dengan
kondisi lingkungan pada masa itu.

Pemikiran dakwah menurut Rahmah El Yunusiyah ialah berdakwah bukan hanya sekedar dari
mimbar ke mimbar tetapi dengan mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader (wanita-wanita
yang akan menjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam (anak yang akan dilahirkannya). Maka dari itu
Rahmah El Yunusiyah mendirikan sekolah khusus puteri berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits yang dapat
berguna bagi dirinya, masyarakat, dan bangsanya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Zainudin Labay El Yunusy?


2. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Rahmah El Yunusiyah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pemikiran Pendidikan Zainudin Labay El Yunusy


2. Untuk Mengetahui Pemikiran Pendidikan Rahmah El Yunusiyah

BAB II

PEMBAHASAN

4
A. Zainudin Labay

Zainuddin Labay, adalah seorang penggerak Pendidikan, guru dan sekaligus pemikir Islam yang
berasal dari Padang Panjang. Dalam sejarah hidupnya ia belajar,mengembangkan ajaran dan pemikiran
Islam, dan mengabdikan dirinya sebagai guru dan redaktur majalah pemikiran di kota Padang Panjang.
Zainudin seorang pelopor pembaharuan Pendidikan yang berpengaruh, sehingga banyak tokoh
menyebutnya sebagai tokoh terkemuka dalam dunia Pendidikan Islam. Zainudin Lebai lahir dari
seorang ibu Rafi‘ah berasal negeri IV Angkat Bukittinggi Kabapaten Agam dan pindah ke Padang
Panjang di negeri Bukit Surungan pada abad XVIII M. Zainudin Labay merupakan anak keempat dari
lima bersaudara sukunya Sikumbang dengan kepala suku bergelar Datuk Bagindo Maharajo11.
Bapaknya adalah seorang ulama di Panjang Panjang Bernama Syekh Muhammad Yunus, yang masih
ada berhubungan darah dengan Haji Miskin yaitu salah seorang anggota Harimau Nan Salapan pada
masa Perang Paderi.

1. Pembaharuan Pendidikan Zainudin Labay

a. Rasionalisasi Nalar Surau atau Pesantren

Zainudin dengan bekal kekaguman pada Moh. Abduh menulis buku pelajaran tingkat dasar dalam
tajuk Empat Serangkai Diniah,di buku ini mempunyai struktur pembahasan yang berbeda dengan buku
yang biasa, lebih sistematis dan bergaya tutur modern.Misalnya dengan menggunakan gaya tutur ala Moh
Abduh tentang transendensi Tuhan Zainudin bertutur dalam bukunya yang disitir dalam Burhanudin
Daya.Struktur Konteks dan Relevansi Pemikiran Zainudin Labay Kalimat yang dibuat sangat berbeda
dengan model lama yang selalu menggunakan pendekatan sifat Wajib-Nya, Jaiz-Nya dan Mustahil ketika
menulis tulisan teologis. Dengan berdasar model tulisan Moh Abduh maka nalar transendental menjadi
lebih maju dibanding bahasan gaya surau yang terasa sangat doctrinal. Sama juga ketika menulis tajwid
maka yang dipakai pendekatan hiwar, dimana dimulai dengan pertanyaan dan kemudian dijawab. Ini
berbeda dengan tulisan matan tajwid yang selama ini harus dihafalkan oleh siswa surau.

Selain dalam merombak struktur Bahasa dalam Menyusun logika, Zainudin Labay juga menolak
menggunakan hafalan dalam mempelajari Bahasa Arab.Zainudin Lebai mendorong untuk memakai buku-
buku kaidah Bahasa Arab yang berlaku di Mesir terutama pada tingkat dasar daripada memakai nahwu
shorof yang menggunakan pendekatan hafalan dalam bentuk nadhom, yang dianggap sangat rumit
misalnya mengganti ajjurumiyah dengan Mabadi’ Arobiyyah.Dan Zainudin Labay Menyusun kurikulum
sendiri secara modern dengan menggunakan tingkatan sekolah modern seperti kelas rendah, keles
menengah dan kelas tinggi dengan memperhatikan sejarah dam fiqh yang biasanya tidak sangat
diperhatikan dalam model surau Selain dalam merombak struktur Bahasa dalam Menyusun logika,
Zainudin Labay juga menolak menggunakan hafalan dalam mempelajari Bahasa Arab. Zainudin Lebai
mendorong untuk memakai buku-buku kaidah Bahasa Arab yang berlaku di Mesir terutama pada tingkat
dasar daripada memakai nahwu shorof yang menggunakan pendekatan hafalan dalam bentuk nadhom,
yang dianggap sangat rumit misalnya mengganti ajjurumiyahdengan Mabadi’ Arobiyyah. Dan Zainudin
Labay Menyusun kurikulum sendiri secara modern dengan menggunakan tingkatan sekolah modern
seperti kelas rendah, keles menengah dan kelas tinggi dengan memperhatikan aspek sejarah dam fiqh
yang biasanya tidak sangat diperhatikan dalam model surau.

5
b. Membuat manajemen kelas yang modern

Lembaga Pendidikan yang didirikan Zainudin Labay Bernama Diniyah School.Sebagai Lembaga
dengan visi modern maka memperkenalkan sistem pendidikan modern klasikal dan kurikulum yang
teratur berdasarkan kurikulum yang berlaku di Mesir. Sebagai sekolah modern maka materi pendidikan
yang ditawarkan bukan hanya ilmu agama, akan tetapi juga ilmu yang berlaku di pendidikan government
seperti bahasa asing, ilmu bumi, sejarah, dan matematika. Sedangkan untuk kurikulum dalam
mengajarkan ilmu-ilmu agama,mengambil metode dan kurikulum yang berlaku di Mesir. Zainudin Labay
banyak mengadopsi gagasan pembaharuan pendidikan yang dikembangkan Mustafa Kemal Pasha,
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha Untuk memenuhi persyaratan sekolah modern maka murid-murid
Diniyah School pada diseleksi untuk memenuhi syarat rata-rata umur.Dalam rentang umur siswa
dimasukan dalam kelas yang sesuai dan kesanggupan berproses secara intensif dalam jam yang teratur
dan tempat yang secara khusus sebagai kelas. Misalnya kelas ibtidaiyah dimulai umur 4 tahun sampai
umur 10 tahun.

2. Menafsirkan Pembaharuan Pendidikan Zainuddin Labay

1. Pembaharuan adalah Modernisasi

Sebagai sebuah tafsiran maka paling tidak ada beberapa kata kunci yang dipakai sebagai alat untuk
menafsirkan arti pembaharuan, pembaharuan sebagian kemajuan dan modernisasi. Nurcholis Madjid
mengatakan, bahwa modernisasi sebagai rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata
kerja lama yang tidak akliah (rasional), dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang
aqliah. Dalam masalah pembaharuan Pendidikan paling tidak ada dua kecenderungan pola tafsir terhadap
sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, yaitu mengacu pola pola pemikiran yang bersifat tradisional, yang
selalu merujuk kepada wahyu dimana dalam perkembangannya terbentuk pola pemikiran sufistis dan
mengembangkan pendidikan sufi. Dipihak lain berkembang corak pemikiran rasional yang mementingkan
akal pikiran dan dari corak tersebut menimbulkan pola pendidikan yang bersifat empiris rasional.

Modernisasi pemikiran dan institusi adalah bentuk lain dalam membentuk sistem yang lebih progresif
dalam merespon dunia Pendidikan sebagai jalan keluar dari kejumudan.Gerakan mengganti system dari
surau menjadi sekolah sebagaimana di pelopori Zainudin Labay mempunyai makna bahwa untuk
rasionalisasi pemikiran masyarakat adat harus ada rasionalisasi pemikiran dan system yang mendukung
tercapainya rasionalisasi masyarakat.Dengan modernisasi dan atau rasionalisasi ada gerakan
intelektualisme menggantikan gerakan penanaman dan pelestarian adat. Salah satu kelebihan
intelektualisme adalah menampakan secara signifikan wajah modernitas dengan simbol elitism dan
individualism menggantikan komunalisme.modernisasi Pendidikan diharapkan menghasilkan output
Pendidikan yang mempunyai potensi ; yang terbuka dan kompetitif. Dengan model dan pola analisis
institusi yang dikembangkan Abuddin Nata bisa memetakan apakah konsep yang dipakai oleh Zainuddin
Labay signifikan melakukan rasionalisasi pendidikan dengan melakukan modernisasi pemikiran dan
institusi. Kalua dilihat dari penerusnya yaitu adiknya sendiri Rahma Al-Sanusi maka dari pengakuan
dunia internasional memadai, dimana seorang Rahma al Sanusi dapat Doktor HC. dari Al Azhar.

c. Arah Modernisasi itu Purifikasi atau Politisasi

6
Dalam pembaharuan pemikiran Islam yang mendominasi di ahir abad xix bermuara pada
pembaharuan Mesir melalui tokoh Muhamad Abduh dan Mustofa Kamal Pasya. Pemikirannya adalah
modernisasi untuk mengejar ketinggalan dengan Barat. Langkah pembaharuan Mesir bercorak Eropa
centrus.Diluar pengaruh rasionalisasi adalah modernisasi sebagai westernisasi ada term yang tidak kalah
pentingnya sebagai cermin arah rasionalisasi yaitu purifikasi. Haji Rosul belajar di Makah, dan tidak
lepas dari pengaruh Ibn Taimiyah dan dan kaum Wahabi dalam upaya melakukan pemurnian ajaran
Islam. Ibnu Taimiyyah yang diambil sebagai insirasi utama adalah ulama yang lahir dari ajaran Hanbali,
tetapi kemudian tidak mau bila dikatakan sebagai pendukung madzhab. Ia melepaskan belenggu taqlid
dan telah menjadi imam mujtahid. Ibnu Taimiyyah mempunyai ajaran pokok adalah mensucikan akidah
Islam sehingga sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah dengan semboyan “kembali” kepada Qur’an dan
Hadits. Oleh karena itu, semua yang menyimpang dari garis Al-Qur’an dan Sunnah diserangnya,
termasuk menyerang kaum filsafat, seperti Ibnu Sina dan Ibnu al-Arabi, dan menyerang kaum sufi dan
mutakalimin yang dipandangnya muncul dari lembah yang sama.Langkah Zainudin yang melarang para
peziarah untuk mendatangi keburan ayahnya adalah langkah yang sama dengan Ibnu Taimiyah sebagai
gerakan melawan tradisi yang disebutnya bid'ah dan kurafat.

Dengan demikian model dan strategi perjuangan Zainudin Labay menuju pada pola Abduh dalam
melakukan modernisasi. Apalagi ditambah pengaruh Mustofa Kamal Pasya yang diidolakan melahirkan
pandangan yang nasionalis anti imperialis. Dan orientasinya semakin jelas ketika Zainuddin Labay
meninggal, dimana gerakan pembaharuan di Minangkabau menjadikan politik sebagai panglima sehingga
pada akhirnya menghancurkan pondasi dasar dalam politik Pendidikan menjadi Pendidikan politik.

3. Konteks dan Relevansi Pemikiran Zainudin Labay

Pembaharuan yang diacu Zainudin Lebai mengacu pada pemikiran tajdid dari Moh Abduh yang di
jadikan rujukan. Tidak ada bukti langsung atas karya yang mengacu pada pemikiran Moh Abduh, tetapi
ada bebrapa indikator yang mengarah pada jalan pikir dan epistimologi Abduh dalam pemikiran Zainudin
Labay. Dalam majalah yang dipimpinya Al-Munir Al-Manar, semangat Abduh seperti terlihat dalam
majalah Abduh Al-Manar dalam menghidupkan Ijtihad dan melepaskanya pemikiran mazhap Syafi’i
dengan pemikiran antar Mazhab. Pemikiran Zainudin Labay tidak jauh dari pemikiran tajdidnya Moh
Abduh yang berorientasi kritik nalar atas masyarakat Muslim yang jumud.Dalam kritik nalar Surau juga
terdapat model reformulasi terhadap faham taklid,Zainudin Labay dengan tegas melawan terhadap faham
tradisionalis yang menyatakan bahwa ajaran-ajaran al-Qur’an secara otoratif telah ditafsirkan secara
tuntas oleh para ulama pada tiga abad pertama Islam, disinilah fungsi dari majalah Al-Munir Al-Manar
melakukan refurmulasi pemahan kajian keislaman yang anti taklid, melainkan menegaskan kembali
pentingnya ijtihad.

B. Rahmah El Yunusiyah

Rahmah el-Yunusiyah, H. Dilahirkan pada tanggal 26 oktober 1900 (1 rajab 1318 H) di


padang panjang, sumatra barat. Ia putri bungsu dari keluarga Syekh M. Yunus dengan Rapiah. Ia
dilahirkan dari keluarga yang berlatar belakang pendidikan agama yang kuat. Bahkan, bukan saja
berpendidikan, keluarganya adalah tokoh-tokoh pendidikan dan masyarakat. Ayahnya, Syekh M.
Yunus adalah seorang ulama dan pernah menjabat qadi di Pandai Sikat, Padang Panjang.

7
Sedangkan kakeknya, Imanuddin, seorang ahli ilmu falak dan pemimpin tarekat Naqsabandiyah.
Rahmah El-Yunusiah mempunyai lima orang saudara. Kakaknya yang tertua bernama Zainuddin
Labay El-Yunusi (1890-1924), seorang ulama muda, pendiri Diniyah School (1915) untuk putra
dan putri yang memakai sistem dan pelajaran modern. Dialah yang membuka mata pandangan
Rahmah El-Yunusiah. Walaupun ayahnya seorang ulama, Rahmah tidak banyak mendapat
pendidikan dari ayahnya karena sewaktu ia masih kanak-kanak ayahnya meninggal dunia. Ia
dibesarkan oleh ibu dan kakak-kakaknya yang telah berumah tangga.

Dalam usia 16 tahun, Rahmah dinikahkan dengan seorang ulama muda berpikiran maju bernama H.
Baharuddin Lathif. Setelah perkawinannya berlangsung selama enam tahun, atas kehendak kedua belah
pihak, terjadilah perceraian tanpa memperoleh anak. Sejak itu ia hanya mencurahkan perhatian dan
tenaganya dalam berbagai kegiatan masyarakat. Ia bukan saja berjuang dan menjadi tokoh pendidikan
wanita, tetapi juga menjadi tokoh perjuangan wanita pada masa revolusi fisik. Misalnya,
pengorganisasian

1. Lembaga Pendidikan (Diniyyah Putri) Dan Perkembangannya

Keyakinan Rahmah akan peranan pendidikan sebagai salah satu jalan yang tepat untuk mengangkat
derajat kaum perempuan telah dimilikinya sejak ia masih remaja. Oleh karena itu, Rahmah berkeinginan
untuk mendirikan perguruan agama khusus untuk perempuan. Pada hari kamis tanggal 1 November 1923
diresmikan sekolah itu dengan nama AL-Madrasah AL-Diniyyah Li Al-Banat. Untuk menarik perhatian
masyarakat terutama kaum ibu, intelektual, dan golongan yang sangat kuat memegang tradisi lama,
perguruan yang baru didirikan ini dinamakan pula dengan Diniyyah School Poetri. Ketiga macam yang
tidak sama ini, kata Aminuddin Rasyad melambangkan adanya unsur agama, pengetahuan, dan
kepribadian bangsa karena diambil dari istilah agama, bahasa Belanda dan kata Indonesia.

Pada permulaan berdirinya perguruan ini, murid-muridnya yang terdaftar adalah 71 orang dan
sebagian besar terdiri dari kaum wanita yang sudah berkeluarga. Cara belajar sangat sederhana. Perguruan
ini mengambil tempat disalah satu ruangan Masjid Pasar Usang, murid-murid duduk dilantai sambil
mengelilingi guru menghadap sebuah meja kecil. Kurikulum yang dipergunakan juga sangat sederhana,
yaitu pengetahuan agama dan bahasa arab ditambah dengan pengetahuan umum yang praktis dan
menjahit. Guru-gurunya ada empat; Rahmah merangkap sebagai pemimpin, Darwisyah, Nasisah, dan
Djawena Basyir.

Pada tahun 1924 perguruan ini dipindahkan ketempat yang baru, dengan menyewa rumah bertingkat
dua yang berlokasi di Pasar Usang Padang Panjang. Sejak itu perguruan ini dilengkapi dengan bangku,
meja, dan papan tulis. Anak-anak yang belum berumah tangga diharuskan tinggal di asrama yang
disediakan pada tingkat dua. Karena perhatian masyarakat bertambah besar terhadap perguruan ini
dengan banyaknya murid-murid yang datang dari luar Kota Padang Panjang, pada awal tahun 1926
dibangun sebuah gedung yang lengkap dengan asramanya. Akan tetapi, sebelum gedung itu berumur satu
tahun, pada tanggal 28 Januari 1926, gempa bumi menimpah Kota Padang Panjang sehingga gedung yang
baru itu ikut hancur. Setelah 45 hari gempa, ia bersama majelis guru dan dibantu oleh murid-murid
thawalib (100% putra) kembali gotong-royong mendirikan beberapa rumah bambu dengan atap rumbia
dan berlantaikan tanah. Rumah bambu ini dijadikan rumah darurat untuk memulai lagi kegiatan
perguruannya. Pada tahun 1927 Rahmah pergi ke Sumatera untuk mengumpulkan dana guna membangun

8
sebuah gedung permanen yang baru. Gedung ini selesai pada tahun berikutnya. Sesuai dengan tingkat
kebutuhan, perguruan ini terus-menerus mengalami penyempurnaan, baik fisik, jenis lembaga pendidikan,
maupun kurikulum.

2. Kurikulum Dan Sistem Pendidikan Diniyyah Putri

Sejak berdirinya, Perguruan Diniyyah Putri selalu mempertahankan sistem pendidikan tritunggal,
yaitu kerja sama yang erat antara lingkungan sekolah, asrama, dan rumah tangga atau masyarakat.
Dengan sistem pendidikan yang dianut oleh perguruan ini terjalinlah kerja sama yang erat antara ketiga
macam sistem lingkungan untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang telah digariskan. Ini berarti bahwa
pendidikan yang diberikan secara formal di pagi hari dipraktikkan di asrama secara informal dibawah
asuhan dan bimbingan ibu asrama dan guru-guru pengasuh yang seluruhnya adalah guru-guru wanita.
kemudian, semua materi pendidikan yang pernah diterima oleh pelajar selama mereka berada di
perguruan ini dipraktikkan di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya di bawah pengasuhan orang
tuanya.

Lembaga pendidikan di lingkungan Perguruan Diniyyah Putri terdiri dari empat jenis, yaitu:

1.. Diniyyah Putri Menengah Pertama (DMP) bagian B. Lama pendidikan 4 tahun. Perguruan ini
menampung murid-murid tamatan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat.

2. Perguruan Diniyyah Putri Menengah Pertama (DMP) bagian C. Lama pendidikan 2 tahun. Dan
menerima murid-murid tamatan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau sederajat.

3. Kulliyah Al-Muallimat al-Islamiyah (KMI). Lama pendidikan 3 tahun dan menampung murid murid-
murid tamatan DMP. Bagian B dan C atau dari Perguruan Agama Tinggi Menengah atau Tsanawiyah.

4. Fakultas Dirasat Islamiyah Perguruan Tinggi Diniyah Putri. Lama pendidikannya 3 tahun untuk
mendapatkan ijazah tingkat Sarjana Muda setingkat dengan Fakultas Ushuluddin lain. Status fakultas
diakui dengan SK. Menteri Agama No.117 tahun 1969.

3. Tantangan Rahmah Dalam Mewujudkan Cita-Citanya

Untuk mewujudkan cita-citanya dalam bidang pendidikan banyak sekali tantangan yang dihadapi
Rahmah pada waktu sekolah itu didirikan. Masyarakat yang masih berpegang teguh dengan tradisi lama
selalu melancarkan kritik dan cemoohan terhadapnya. Kata-kata seperti “mana pula orang perempuan
akan mengajar, akan jadi guru, mengepit-ngepit buku, membuang-buang waktu…akhirnya akan ke dapur
juga, lebih baik dari kini ke dapur”, sering dilontarkan kepadanya, tetapi berkat keyakinan yang mantap
dan berpegang teguh kepada janji Allah dalam Al-Quran surat Muhammad ayat 7.

Perhatian Luar Negeri Terhadap Pola Pendidikan Diniyah Putri Perhatian luar negeri terhadap pola
pendidikan Diniyyah Putri, selain dari Malaysia dan Singapura juga Negara-negara Timur Tengah. Pada
tahun 1955, Rektor Al-Azhar University, Syekh Abdurrahman Taj datang mengunjungi Diniyyah Putri
Dan menyatakan kekaguman ku, kemudian Al-Azhar mengundang Rahmah El-Yunusiah untuk
berkunjung ke perguruan tinggi tersebut pada tahun 1956. Dalam kunjungan itu, Rahmah mendapat gelar
kehormatan agama yang tertinggi yang diberikan dalam rapat senat guru besar Al-Azhar,dengan nama

9
“Syaikhah”. Semenjak itulah, hubungan Diniyyah Putri semakin bertambah kokoh dengan berbagai
perguruan tinggi yang ada di Timur Tengah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

10
Zainudin adalah seorang perintis pemikir kontemporer, dengan kemampuannya untuk belajar otodidak.
Dengan banyak belajar dari lingkungan Zainudin mengartikan pembaharuan sebagai modernisasi. Bentuk
gerakan merubah tujuan pendidikan, kurikulum dan media pendidikan menjadikan pendidikan tradisional
menjadi modern. Kritik atas gerakan pembaharuan pendidikan atas ketergantungan pendidikan sebagai
alat modernisasi dan sekaligus purifikasi justru menjadikan pendidikan Islam modern.

R.A. Kartini boleh saja dianggap sebagai pelopor emansipasi perempuan, namun kiprah Rahmah El
Yunusiyah tidak bisa dipandang remeh. Sepak terjangnya bahkan lebih luas, lebih berliku, dan
berlangsung lebih lama ketimbang Kartini yang meninggal pada usia 25. Rahmah adalah penggerak
utama kemajuan kaum perempuan di Sumatera Barat pada masanya. Kualitasnya diakui di level
internasional. Ia kerap berperkara dengan orang-orang Belanda, pernah diadili dan dicekal pemerintah
kolonial, kemudian ditahan Belanda pada masa Revolusi. Rahmah sempat duduk di parlemen setelah RI
merdeka, bahkan pernah pula dicap sebagai pemberontak oleh rezim Sukarno. Ketika Kartini wafat pada
1904, Rahmah El Yunusiyah baru berusia 4. Ia lahir pada 29 Desember 1900 di Nagari Bukit Surungan,
Padangpanjang, Sumatera Barat. Sesuai tuntutan adat, Rahmah kawin muda pada usia 16 kendati
pernikahan itu hanya bertahan 6 tahun saja. Setelahnya, Rahmah menjelma menjadi sosok perempuan
yang berpengaruh.

Demikianlah peranan Rahmah El-Yunusiah dengan lembaga pendidikan Diniyyah Putri-nya. Dari uraian
tersebut diatas, kita dapat menangkap pikiran-pikiran yang mendasari perjuangannya. Dia memulai
dengan beberapa murid wanita dan menjelang akhir hayatnya, berhasil mendirikan pergruan tinggi wanita
Islam, sekaligus sebagai simbol wanita Islam di antara para pejuang wanita yang berjuang dalam dunia
pendidikan di tanah air kita.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam hasil makalah yang telah dibuat. Dan masih terdapat kekurangan dalam materi serta sumber
rujukan pada makalah, sehingga kami sangat berharap kritik dan juga saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca terutama bagi kami sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

11
Aminudin Rosyad, Hj Rahmah El Yunusiyah dan Zainuddin Labay El Yunusy Dua Bersaudara Tokoh
Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang
Perwakilan Jakarta.

Jurnal Tawadhu Vol. 5 no. 2, 2021

Ajisman dkk Rahmah El-Yunusiah Tokoh Pembaharu Pendidikan dan Aktivitas Perempuan di Sumatera
Barat. Pdf

https://abusufyanasyirboni.wordpress.com/2012/12/19/tokoh-pendidikan-perempuan-islam-rahmah-el-
yunusiah/

https://id.wikipedia.org/wiki/Rahmah_El_Yunusiyah

K, Rukiati Enung. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, cet.1. (Bandung: pustaka setia, 2006) IAIN
Syarif Hidayatullah Ensklopedi Islam Indonesia, (Penerbit: Jakarta Djambatan)

Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Rifa’i, Ahmad Pahlawan Muslimah tanpa Penghargaan, http://ranahbundo.blogspot.com

12

Anda mungkin juga menyukai