Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Etika Kebidanan

Disusun oleh :

Efi Suryani (1540120012)


Shofi Nabila Fauziyah (1540120013)

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “STANDAR PROFESI
BIDAN” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusun ke depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami penyusunnya.

Ciamis, 24 Nopember 2021

Penulis
KEPUTUSANMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007
TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32


Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Standar Profesi bagi
Bidan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Mengingat :     1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara    Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)
2.  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4548)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional (Lembaran Negara
Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)
5.  Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952)
6.  Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4090)
7.  Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan
Praktik Bidan
8.  Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
9.  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
Kesatu              : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI  BIDAN.
Kedua                : Standar Profesi Bidan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum
dalam
Ketiga                : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua
agar     digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya.

Keempat           : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota           melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
Keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai
tugas dan fungsi masing-masing.Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Maret 2007

MENTERI KESEHATAN

Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
              Indonesian Demographic and Health Survey (2013) mengungkapkan bahwa angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian bayi (AKB) yaitu 34/1000 kelahiran hidup, sedangkan dunia memproyeksikan
target penekanan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/1000
kelahiran hidup. Bidan merupakan mitra perempuan, memiliki posisi penting dan strategis
dalam membantu upaya penurunan AKI dan AKB, terutama dalam meningkatkan kesehatan ibu
dan anak. Kesehatan ibu dan anak mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hidup
generasi penerus yang merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan suatu bangsa.
              Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mempromosikan
kesehatan perempuan, terutama membantu  perempuan hamil dan keluarganya. Pelayanan yang
diberikan agar perempuan dan keluarganya memperoleh penyesuaian emosional dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood)
dengan peran dan tanggungjawab yang benar dan tepat (Pairman, S. & Picombe, J., 1999).
Menyikapi tujuan ini, maka bidan selain bekerja secara mandiri juga bekerja sama/ kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam mengupayakan pelayanan kebidanan agar dapat
dilakukan secara paripurna dan berkesinambungan.
              Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang paripurna dan berkesinambungan
akan berorientasi pada asuhan kebidanan yang bersifat holistik, meliputi pemahaman aspek –
aspek sosial, emosional, kultural, spiritual, psikologikal dan fisik perempuan. Asuhan
kebidanan yang diberikan ini berdasarkan bukti – bukti nyata yang terbaik dan terkini, sehingga
bidan harus mampu memberikan nasihat, informasi dan fasilitas yang dibutuhkan perempuan
agar mereka mampu berpartisipasi serta mengambil keputusan untuk peningkatan
kesehatannya. Pelayanan kebidanan pada dasarnya sejalan dengan perkembangan obstetrik,
namun masing – masing mempunyai lingkup praktik tersendiri.
              Kebidanan sebagai profesi yang terus berkembang harus mengikuti perkembangan dan
perubahan globalisasi. Era globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia profesional
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Profesionalisme terkait erat dengan
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional. Kompetensi profesional adalah suatu
kebiasaan dan diterapkan dengan bijak dengan memperhatikan komunikasi. Pengetahuan,
keterampilan teknikal, alasan klinikal, emosi, nilai, dan refleksi dalam praktik sehari-hari untuk
memperbaiki kesehatan individu,keluarga dan masyarakat. Sikap profesional bidan tidak
terlepas dari harapan masyarakat terhadap profil seorang bidan.
              Survey tentang kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND, 2010) melalui pendekatan
kualitatif menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan bidan yang ramah,
terampil dan tanggap dibidangnya. Mencermati harapan masyarakat tersebut, sudah selayaknya
organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan kebidanan (IBI dan AIPKIND) menyusun
suatu standar kompetensi bidan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pendidikan kebidanan, agar lulusan yang dihasilkan dapat memberikan pelayanan kebidanan
berkualitas. Standar kompetensi bidan ini disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan
paradigma pelayanan kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/ SK/ III/
2007, tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes No. 161/ Menkes/ PER/ I/ 2010 tentang
registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes No 1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan serta essential competencies International Confederation of
Midwives (ICM) tahun 2010.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
kami kemukakan dalam makalah ini adalah :
1.      Apa saja standar kompetensi bidan ?
2.      Bagaimana fakta tentang standar kompetensi bidan di lahan ?

C.    Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang standar
kompetensi bidan.
BAB II
KONSEP TEORI

A.    Definisi
Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas
kinerja dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki indivindu sebagai syarat
untuk dianggap mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan atau suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan
atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja
yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada
berbagai pelayanan kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (Elfindri, 2011 dan PP IBI, 2004).
Menurut (Sujianti, 2009 dan Mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah kemampuan dan
karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Standar kompetensi adalah rumusan suatu
kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.  Standar kompetensi
bidan adalah rumusan suatu kemampuan bidan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
Menurut Hasibuan (2000) dan Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi kompetensi
seseorang yaitu : pendidikan, keyakinan, keterampilan, pengalaman, karakteristik pibadi,
motivasi dan isue emosional. Pendapat Siagian, (2000) dan Gibson (1997) hal yang berperan
mempengaruhi kompetensi adalah : pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa
kerja.

B.     Konsep Kompetensi Bidan


Konsep standar kompetensi bidan yang disusun berdasarkan pada kesepakatan bersama
dari berbagai pihak terkait yaitu IBI, Kolegium Bidan Indonesia, Praktisi bidan, Kementerian
Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional, pihak penyelenggara pendidikan dan perempuan
sebagai penerima Layanan. Kesepakatan ini selanjutnya akan disahkan oleh PP – IBI bersama
Kolegium Bidan Indonesia. Standar Kompetensi disusun melalui pengorganisasian kompetensi
berdasarkan pendekatan yang bersifat umum ke yang bersifat khusus/ spesifik yaitu profil,
kompetensi utama, kompetensi penunjang dan Kriteria Kinerja (Performance Criteria).
Pernyataan kompetensi (competency statement) menggambarkan tingkat pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang harus dimiliki oleh lulusan bidan.
Profil dan Kompetensi Utama perlu dilengkapi dengan deskripsi untuk memberikan informasi
tentang lingkup dan kedalaman kompetensi yang akan dicapai. Kompetensi Penunjang dan
Kriteria Kinerja (Performance Criteria) berisikan pernyataan kompetensi – kompetensi yang
diperlukan dengan tingkat kompetensi (Level of competency) untuk mencapai kompetensi
utama yang telah ditetapkan. Selanjutnya Kompetensi Penunjang dijabarkan dalam Kriteria
Kinerja (Performance Criteria) dengan menggunakan analisa instruksional.
Tingkat kompetensi disusun mengacu pada ditentukan dengan memanfaatkan ranah taxonomy
yang telah dikenal dan dipakai di dunia pendidikan secara terintegrasi, yaitu Cognitive (C),
Psychomotoric (P) dan Afectif (A). Batas minimal tingkat kompetensi ditentukan berkisar pada
tingkat kognitif 1 s/d 6, psikomotor 1 s/d 5, dan afektif 1 s/d 5.
C.    Standar Kompetensi Bidan
Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan dan
memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM Februari 1999,
kompetensi bidan sebagai berikut :
1.      Bidan memiliki persyarakatan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu – ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya,
untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
a.       Memberikan informed concent kepada pasien.
b.      Melakukan pengambilan sediaan darah untuk pemeriksaan lab sederhana.
c.       Melakukan pemeriksaan protein urine.
d.      Melakukan pemeriksaan reduksi urine.
e.       Melakukan pemeriksaan HB.
2.      Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang
sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
a.       Melakukan pemeriksaan fisik ibu pra hamil
b.      Memberikan KIE bagi ibu pra hamil termasuk persiapan menjadi orang tua.
c.       Memberikan pelayanan KB pada masa interval.
d.      Memberikan KIE KB pada masa interval.
3.      Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
a.       Melakukan pemeriksaan ibu hamil kunjungan awal.
b.      Melakukan pemeriksaan ibu hamil kunjungan ulang.
c.       Mengajarkan senam hamil.
d.      Melakukan rujukan ibu hamil tidak normal.
4.      Bidan memberikan asuhan bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih, aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan BBL.
a.       Melakukan pertolongan persalinan normal pervaginam.
b.      Melakukan episiotomi dan menjahit perineum pada persalinan normal.
c.       Melakukan amniotomi pada persalinan Kala I.
d.      Melakukan pemeriksaan pervaginam pada persalinan Kala I.
e.       Melakukan pertolongan pada atonia uteri.
5.      Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi terhadap budaya
setempat.
a.       Melakukan pemeriksaan ibu nifas.
b.      Melakukan perawatan payudara pada ibu nifas normal.
c.       Melatih senam nifas pada ibu nifas normal.
d.      Mengatasi mastitis pada ibu nifas .
e.       Memberikan KIE pada ibu nifas normal.
f.       Mengajarkan teknik menyusui yang baik.
6.      Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada BBL sampai dengan usia 1
bulan.
a.       Melakukan pemeriksaan fisik pada BBL.
b.      Melakukan resusitasi pada bayi asfiksia.
c.       Melakukan perawatan tali pusat.
d.      Mencegah hipotermi pada BBL.
e.       Melakukan rujukan bayi baru lahir tidak normal.
7.      Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan sampai dengan 5 tahun)
a.       Melakukan pemantauan tumbuh kembang.
b.      Memberikan KIE pada balita.
c.       Melakukan rujukan balita sakit.
8.      Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
a.       Melakukan pengkajian kebutuhan masyarakat (individu, keluarga
dan                                        masyarakat).
b.      Melakukan analisis sosial dan analisis situasi di masyarakat
dengan                                                   menggunakan pendekatan kemasyarakatan.
c.       Melakukan advokasi kepada pihak terkait.
d.      Melaksanakan musyawarah masyarakat desa.
e.       Menyusun program tahunan yankesmas.
f.       Melakukan pemantauan KIA dengan PWS – KIA.
9.      Melaksanakan asuhan kebidanan pada perempuan/ ibu dengan gangguan
sistem                          reproduksi.
a.       Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan PMS.
b.      Melaksanakan rujukan dengan pasien PMS.
c.       Memberikan pelayanan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada
gangguan                              sistem reproduksi.
d.      Melakukan digital pada abortus inkomplit.
e.       Melaksanakan asuhan kebidanan pasca abortus.

A.    Analisi
Menurut saya kompetensi bidan sudah sesuai dengan Permenkes 369 Tahun 2007,
Standar Profesi bidan yang digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya, contohnya dalam memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan SOP
contohnya dalam pelayanan ANC( ante natal care), Persalinan, PBL, Nifas, KB(keluarga
berencana), Kespro(kesehatan reproduksi) dan pada pemberian KIE.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ada 9 standar kompetensi bidan yang terdiri dari pengetahuan/ keterampilan yang
membentuk dasar asuhan berkualitas sesuai budaya, prakonsepsi KB dan ginekologi, asuhan
konseling selama kehamilan, asuhan tambahan selama hamil dan kehamilan, asuhan pada ibu
nifas dan menyusui, asuhan pada bayi baru lahir, asuhan pada bayi dan balita, kebidanan
komunitas dan asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi. Fakta di lahan praktek
terjadi banyak kesenjangan antara teori dengan kenyataan.

B.     Saran
Sebaiknya bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar kompetensi dan
standar pelayanan bidan.
DAFTAR PUSTAKA

Elfiendri. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Boduose Media.


Gibson (1997). Organisasi dan Manajemen (Prilaku, Struktur, Proses). Jakarta : Erlangga.
Hasibuan (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/ MENKES/ SK/ III/
2007. Standar Profesi Bidan. Diakses
Mufdlilah (2009). Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
PP IBI. (2004). 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Bidan Menyonsong Masa Depan. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/ MENKES/ SK/ VIII/
2002. Diakses Kamis, 17 Oktober 2013, 11.30 WITA.
Siagian, S.P. (2000). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : PT Rineka Cipta
CONTOH KASUS KODE ETIK
Kasus Aborsi : Ada seorang wanita dengan usia kehamilan ± 5 bulan datang ke bidan dengan
tujuan ingin menggugurkan kandungannya. Awalnya bidan menolak dan memberikan
penjelasan karena tindakan tersebut melanggar kode etik dalam peran dia sebagai bidan. Tetapi
pasien tersebut memaksa dan rela membayar berapapun untuk melakukan aborsi tersebut.
Akhirnya bidan tergiur dengan biaya yang ditawarkan dan bersedia untuk melakukan tindakan
aborsi tersebut. Namun kejadian itu diketahui warga karena merasa heran kenapa perut pasien
tersebut tiba-tiba mengecil setelah datang dari bidan itu. Akhirnya kasus tersebut diselidiki
polisi.

Dilema etik : bidan bingung memilih dan menolong aborsi atau tidak, karena bidan tersebut
mengetahui bahwa tindakan tersebut bukan wewenang seorang bidan, tetapi pada akhirnya
bidan tersebut melakukan aborsi karna pasien tersebut menjanjikan dengan bayaran yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai