Makalah Standar Profesi Bidan
Makalah Standar Profesi Bidan
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Etika Kebidanan
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “STANDAR PROFESI
BIDAN” Ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan serta masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami penyusunnya.
Penulis
KEPUTUSANMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007
TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN.
Kedua : Standar Profesi Bidan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum
dalam
Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua
agar digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya.
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
Keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai
tugas dan fungsi masing-masing.Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Maret 2007
MENTERI KESEHATAN
A. Latar Belakang
Indonesian Demographic and Health Survey (2013) mengungkapkan bahwa angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian bayi (AKB) yaitu 34/1000 kelahiran hidup, sedangkan dunia memproyeksikan
target penekanan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/1000
kelahiran hidup. Bidan merupakan mitra perempuan, memiliki posisi penting dan strategis
dalam membantu upaya penurunan AKI dan AKB, terutama dalam meningkatkan kesehatan ibu
dan anak. Kesehatan ibu dan anak mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hidup
generasi penerus yang merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan suatu bangsa.
Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mempromosikan
kesehatan perempuan, terutama membantu perempuan hamil dan keluarganya. Pelayanan yang
diberikan agar perempuan dan keluarganya memperoleh penyesuaian emosional dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood)
dengan peran dan tanggungjawab yang benar dan tepat (Pairman, S. & Picombe, J., 1999).
Menyikapi tujuan ini, maka bidan selain bekerja secara mandiri juga bekerja sama/ kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam mengupayakan pelayanan kebidanan agar dapat
dilakukan secara paripurna dan berkesinambungan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang paripurna dan berkesinambungan
akan berorientasi pada asuhan kebidanan yang bersifat holistik, meliputi pemahaman aspek –
aspek sosial, emosional, kultural, spiritual, psikologikal dan fisik perempuan. Asuhan
kebidanan yang diberikan ini berdasarkan bukti – bukti nyata yang terbaik dan terkini, sehingga
bidan harus mampu memberikan nasihat, informasi dan fasilitas yang dibutuhkan perempuan
agar mereka mampu berpartisipasi serta mengambil keputusan untuk peningkatan
kesehatannya. Pelayanan kebidanan pada dasarnya sejalan dengan perkembangan obstetrik,
namun masing – masing mempunyai lingkup praktik tersendiri.
Kebidanan sebagai profesi yang terus berkembang harus mengikuti perkembangan dan
perubahan globalisasi. Era globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia profesional
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Profesionalisme terkait erat dengan
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional. Kompetensi profesional adalah suatu
kebiasaan dan diterapkan dengan bijak dengan memperhatikan komunikasi. Pengetahuan,
keterampilan teknikal, alasan klinikal, emosi, nilai, dan refleksi dalam praktik sehari-hari untuk
memperbaiki kesehatan individu,keluarga dan masyarakat. Sikap profesional bidan tidak
terlepas dari harapan masyarakat terhadap profil seorang bidan.
Survey tentang kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND, 2010) melalui pendekatan
kualitatif menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan bidan yang ramah,
terampil dan tanggap dibidangnya. Mencermati harapan masyarakat tersebut, sudah selayaknya
organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan kebidanan (IBI dan AIPKIND) menyusun
suatu standar kompetensi bidan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pendidikan kebidanan, agar lulusan yang dihasilkan dapat memberikan pelayanan kebidanan
berkualitas. Standar kompetensi bidan ini disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan
paradigma pelayanan kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/ SK/ III/
2007, tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes No. 161/ Menkes/ PER/ I/ 2010 tentang
registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes No 1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan serta essential competencies International Confederation of
Midwives (ICM) tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
kami kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja standar kompetensi bidan ?
2. Bagaimana fakta tentang standar kompetensi bidan di lahan ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang standar
kompetensi bidan.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas
kinerja dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki indivindu sebagai syarat
untuk dianggap mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan atau suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan
atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja
yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada
berbagai pelayanan kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (Elfindri, 2011 dan PP IBI, 2004).
Menurut (Sujianti, 2009 dan Mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah kemampuan dan
karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Standar kompetensi adalah rumusan suatu
kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Standar kompetensi
bidan adalah rumusan suatu kemampuan bidan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
Menurut Hasibuan (2000) dan Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi kompetensi
seseorang yaitu : pendidikan, keyakinan, keterampilan, pengalaman, karakteristik pibadi,
motivasi dan isue emosional. Pendapat Siagian, (2000) dan Gibson (1997) hal yang berperan
mempengaruhi kompetensi adalah : pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa
kerja.
A. Analisi
Menurut saya kompetensi bidan sudah sesuai dengan Permenkes 369 Tahun 2007,
Standar Profesi bidan yang digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya, contohnya dalam memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan SOP
contohnya dalam pelayanan ANC( ante natal care), Persalinan, PBL, Nifas, KB(keluarga
berencana), Kespro(kesehatan reproduksi) dan pada pemberian KIE.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada 9 standar kompetensi bidan yang terdiri dari pengetahuan/ keterampilan yang
membentuk dasar asuhan berkualitas sesuai budaya, prakonsepsi KB dan ginekologi, asuhan
konseling selama kehamilan, asuhan tambahan selama hamil dan kehamilan, asuhan pada ibu
nifas dan menyusui, asuhan pada bayi baru lahir, asuhan pada bayi dan balita, kebidanan
komunitas dan asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi. Fakta di lahan praktek
terjadi banyak kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
B. Saran
Sebaiknya bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar kompetensi dan
standar pelayanan bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Dilema etik : bidan bingung memilih dan menolong aborsi atau tidak, karena bidan tersebut
mengetahui bahwa tindakan tersebut bukan wewenang seorang bidan, tetapi pada akhirnya
bidan tersebut melakukan aborsi karna pasien tersebut menjanjikan dengan bayaran yang tinggi.