RuntunanSedimenEndapanTurbit KonsepDasar
RuntunanSedimenEndapanTurbit KonsepDasar
net/publication/340385149
CITATIONS READS
0 8,845
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Noor Alamsyah on 02 April 2020.
M. Noor Alamsyah
PENDAHULUAN
Gambar-1. Lingkungan pengendapan sedimen dari pengaruh gaya berat (gravity flows) dan
arus turbidit pada laut dalam. (Anstey,1980)
1
Dilhat dari lingkungan pengendapan dimana arus turbid atau density current
bekerja, tidak terlepas dari pengaruh bidang miring atau slope. Pengaruh slope
sangat signifikan khususnya pada lingkungan pengendapan laut dalam. Modern
slope berawal dari shelf break antara 150 hingga 1000 feet (45-300 m) dibawah
permukaan laut dan mempunyai kemiringan (inclined) pada 1 – 3 derajat
kemiringan, tapi secara lokal bisa mencapai 10 derajat kemiringan bahkan lebih
dari itu. Pada proses pengendapannya, dicirikan dengan dominasi tansportasi
massa akibat pengaruh gravitasi atau gravity mass transport dan proses aliran
densitas atau density underfow process, dan jenis-jenis dari hasil
pengendapannya seperti yang terlihat pada Gambar-2.
2
(submarine canyons). Dalam hal ini istilah sedimen gravity flow, digunakan
secara umum untuk aliran sedimen atau campuran sedimen fluida dibawah
pengaruh gaya berat. Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan jaraknya dari
sumber, sedimen gravity flow dapat dibedakan menjadi 4 jenis (Gambar-3) yaitu:
Gambar-3. Perbandingan struktur sedimentasi dalam jenis-jenis yang berbeda dari proses
sedimentasi akibat pengaruh gravitasi (gravity-flow). (Boggs,2006)
1) Endapan aliran turbid (turbidity current deposit), dimana butir-butir telah lepas
sama sekali dan masing-masing butir didukung oleh fluida (telah terinduksi
menjadi turbulen).
3
2) Endapan aliran sedimen yang difluidakan (fluidized sediment flow deposit),
butir yang lepas di dukung oleh cairan yang diperas ke atas antar butir. Butir-
butir masih bersentuhan.
3) Endapan aliran butir (grain flow deposit), dimana butir-butir belum lepas dan
dalam mengalir masih sering bersentuhan.
4) Endapan aliran debris (debris flow deposit), dimana butir-butir kasar masih
didukung oleh matriks (massa dasar) campuran sedimen yang lebih halus
dan media (air) dan masih mempunyai kekuatan. Jika butir-butir ini masih
mempunyai kekuatan dan relatif merupakan massa dan terdapat kohesi
antara butir, maka hal ini disebut bidang miring atau longsoran (slump),
sehingga masih bersifat plastis.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai runtunan sedimen endapan turbid
mencakup mekanisme aliran dan karakteristik arus tubid, aliran kecepatan arus
turbid, endapan turbidit dan mekanismenya serta sekuen Bouma sebagai
penggambaran ideal dari endapan turbidit. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menggunakan tiga referensi utama sebagai bahan penulisan yaitu dari referensi
Sam Boggs Jr. (2006), Roger G. Walker (1980) dan W.E Galloway (2000), Nigel
A. Anstey (1980) dan referensi pendukung dari situs internet. Dalam referensi-
referensi tersebut terdapat rangkuman-rangkuman dari beberapa sumber lain
yang berkaitan dengan endapan turbidit yang tidak dapat dicantumkan didalam
tinjauan pustaka karena penulis tidak mendapatkan informasi penuh dari
sumber-sumber tersebut. Penulis hanya mencantumkan nama dan tahun saja
sebagai apresiasi terhadap sumber-sumber tersebut dalam penulisan makalah
ini.
4
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan diatas, arus turbid adalah suatu arus yang memiliki
suspensi sedimen dan mengalir pada dasar tubuh cairan, karena mempunyai
kerapatan atau densitas yang lebih besar daripada cairan tersebut. Arus turbid
dapat terjadi dari berbagai macam mekanisme yaitu kegagalan dalam
pengendapan (sediment failure), semburan yang dipicu dari aliran pasir dan
lumpur menuju lembah (storm-triggered flow of sand and mud into canyon
heads), bedload inflow from rivers and glacial meltwater, dan aliran debu yang
berguguran dari udara akibat erupsi (flows during eruption of airfall ash).
Kesemuanya ini mungkin bergerak secara tiba-tiba atau mendadak (surges),
atau secara gradual dan kontinu (steady) dalam aliran yang seragam.
Surges, atau arus turbid yang tak teratur (spasmodic) diawali oleh kejadian
singkat dari suatu bencana besar (short-lived catastrophic event) seperti gempa
bumi (Gambar-4) sebagai pemicu sedimen yang masif merosot (slumping) atau
badai gelombang (storm-waves) pada continental shelf.
5
Kejadian terebut membuat turbulensi yang kuat di dalam air yang menghampar
pada dasar laut, menghasilkan erosi yang luas dan entrainment sediment
dimana secara cepat menuju suspensi. Endapan tetap tersuspensi disokong oleh
kolom air dari turbulensi. Proses ini membangkitkan awan turbit yang padat yang
bergerak di bidang miring (downslope), mengerosi dan membawa sedimen-
sedimen di sekitarnya dengan bertambahnya kecepatan arus turbid tersebut.
Jika dilihat dari pergerakan aliran dari sumbernya, aliran surge berkembang
menjadi tiga bagian utama yaitu bagian depan (head), bagian tengah (body) dan
bagian belakang (tail).
Bagian head dari surge dua kali lebih tebal dari sisa alirannya, dan dicirikan
dengan adanya turbulensi yang kuat. Kecepatan head (Vhead ) didalam air adalah
Vhead gh .....................................................................................................(1)
dimana ∆ρ adalah kontras densitas antara arus turbid terhadap lingkungan air
sekitarnya (ambient water), ρ adalah densitas dari ambient water, g adalah
percepaan gravitasi, dan h adalah tinggi daripada head (Middleton dan Hampton,
1976). Bagian depan head secara melintang dibagi menjadi lobes dan clefts
(Gambar-5 dan Gambar-6).
Gambar-5. Struktur postulat dari head dan body dari arus turbid yag bergerak ke air dalam (deep
water). Tail tidak tampak dalam gambar. (Boggs, 2006)
6
Gambar-6. Head dari arus turbid yang dibuat didalam percobaan laboratorium yang merambat
sepanjang dasar dari saluran air yang kecil. Lobes dan clefts pada bagian heads yang dihasilkan
dari turbulensi yang ekstrim. (http://serc.carleton.edu)
Aliran didalam body arus turbid tipe surge hampir steady dan seragam dan
alirannya hampir seragam dalam ketebalan. Body bergerak dalam kecepatan
(Vbody) sebagai berikut :
8 g
Vbody hs .........................................................................................(2)
f 0 f1
dimana h adalah tinggi atau ketebalan dari aliran, s adalah slope dasar, f0 adalah
gaya gesek (frictional) dari dasar aliran, dan f1 adalah gaya gesek pada bagian
atas permukaan aliran terhadap air pada lingkungan sekitar arus. Body mengalir
pada kecepatan lebih cepat daripada kecepatan head di air dalam (deep water).
Perbedaan dalam kecepatan ini menyebabkan bagian depan dari body berbaur
dengan head dalam proses pencampurannya dengan lingkungan air di
sekitarnya (Allen, 1985). Bagian belakang (tail) dari aliran surge menipis secara
tiba-tiba, menjauh dari body dan menjadi lebih tipis dan berbaur dengan air.
Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai
berkurang karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin
landai. Dalam kondisi seperti ini maka bagian head dari arus akan mengerosi
lapisan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai dengan
sifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehingga
sedimen yang diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam hal
ini material-material yang lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus
7
turbid, sedangkan material halus akan terperangkap bersama-sama. Endapan
yang pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur perlapisan bersusun.
Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen yang halus akan
diendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka akan terjadi
pengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang menunjukan
kondisi lingkungan bernergi rendah.
Bouma (1962) menyimpulkan bahwa partikel-partikel sedimen bergerak tanpa
bantuan benturan atau seretan air, tetapi bergerak dibawah permukaan air yang
relatif tenang (stagnant water). Massa sedimen bisa saja tidak tercampur air
secara baik sehingga mengakibatkan massa sedimen tersebut terlalu encer
untuk melengser dan membentuk arus turbid. Sedimen yang berbutir kasar tidak
menempati bagian kepala dan apabila terendapkan massa sedimen kasar akan
membentuk fluxoturbidite yaitu endapan antara nendatan dan arus turbid
(Dzulynski, dkk, 1959).
Beberapa arus turbid merupakan arus kontinu (steady), alirannya seragam
dan sedikit turbulen pada head-nya. Aliran-aliran ini bergerak dengan kecepatan
yang sama terhadap kecepatan body pada aliran tipe surge. Meskipun
kecepatan aliran sangat sensitif terhadap kemiringan bidang (slope), aliran dapat
terjadi pada kemiringan bidang ± 1 derajat (Kersey dan Hsü, 1976). Aliran yang
kontinu dan seragam dapat dijumpai sepanjang bidang miring pada danau
dimana muatan sedimen terbawa ke dasar danau. Hal ini dapat juga terjadi di
continental shelf pada muara sungai terjadi aliran lumpur menuju laut (muddy
rivers discharge). Aliran ini jarang terjadi karena kontras kerapatan air muddy
river dan air laut lebih kecil daripada kontras kerapatan air muddy river dan air
tawar.
Dilihat dari posisi didalam arus turbid dan jumlah awal sedimen yang terbawa
di dalam suspensi aliran, arus turbid dapat mengandung konsentrasi sedimen
yang tinggi atau sebaliknya. Dua prinsip dasar arus turbid berdasarkan
konsentrasi partikel yang tersuspensi terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
8
- aliran dengan kerapatan rendah (low-density flows), mengandung ± 20-
30% butir (grains)
- aliran dengan kerapatan tinggi (high-density flows), yang mengandung
konsentrasi > 30% grains. (Lowe, 1982).
Low-density flows terdiri dari partikel-partikel clay, silt dan fine-to medium
sand didalam suspensi turbulen arus turbid. High-density flows terdiri dari
coarse-grained sand dan pebble-to cobble-size clast yang merupakan sedimen
yang bagus. Adanya partikel-partikel kasar (coarse) saat terjadinya aliran
disokong oleh turbulensi yang menghalangi terjadinya pengendapan partikel saat
pergerakan arus dan pengaruh gaya apung akibat dari pencampuran dari air
dengan sedimen halus. High-density flows berbeda dengan aliran runtuhan
(debris) karena debris flows bukan turbulensi dan mengandung sedikit fluida.
Bagian depan dari arus turbid (heads) berupa high-density flows, sebaliknya
bagian belakang (tails) menipis, low-density flows.
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal
dengan Bouma Sequence (Gambar-7), dari interval a-e. Urut-urutan endapan
turbidit yang umumnya berupa perselingan antara batupasir dan batulempung
merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana setiap satuan
merupakan hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence yang
lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu interval ke interval berikutnya
dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu :
1) Gradded Interval (Ta). Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah
dari urut-urutan ini, bertekstur pasir kadang-kadang sampai kerikil atau
kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali
apabila batupasir penyusun ini terpilah baik. Tanda-tanda struktur lainnya
tidak tampak.
2) Lower Interval of Parallel Lamination (Tb). Merupakan perselingan antara
batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval
dibawahnya umumnya secara berangsur.
9
3) Interval of Current Ripple Lamination (Tc). Merupakan struktur perlapisan
bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20 cm,
mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya.
(Interval Tb).
4) Upper Interval of Parallel Lamination (Td). Merupakan lapisan sejajar, besar
butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan. Interval
paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan
lempung, kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas.
Bidang sentuh sangat jelas.
5) Pelitic Interval (Te). Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan
tidak menunjukan struktur yang jelas ke arah tegak, material pasiran
berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang foraminifera makin
sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur.
Diatas lapisan ini sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan
atau yang disebut lempung pelagik.
10
Urut-urutan ideal seperti diatas mungkin tak selalu didapatkan dalam lapisan,
dan umumnya dapat merupakan urut-urutan internal sebagai berikut :
1) Base cut out sequence. Urutan interval ini merupakan urutan turbidit
yang lebih utuh, sedangkan bagian bawahnya hilang. Bagian yang
hilang bisa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.
2) Truncated sequence. Urutan interval yang hilang dari sekuen yang
hilang adalah bagian atas, yaitu : Tb-e, Tc-e, Td-e, Te. Hal ini
disebabkan adanya erosi oleh arus turbid yang kedua.
3) Truncated base cut out sequence. Urutan ini merupakan kombinasi
dari kedua kelompok base cut out sequence dan truncated sequence
yaitu bagian atas dan bagian bawah bisa saja hilang.
Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tunggal dan ganda.
Pada dasarnya endapan oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang
lengkap dan setelah pengendapan material yang kasar kecepatan berkurang dan
pada saat tertentu dimana kecepatan sangat rendah mulai terbentuk laminasi
interval (Tb-e = T2). Proses berkurangnya kecepatan dan ukuran butir sedimen
berjalan terus selama pengendapan, sehingga terbentuk rangkaian (Tc=T3), (Td-
e=T4) dan (Te=T5).
Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi
menjadi 3 fasies, yaitu : fasies proximal, intermediate dan distal. Distal
merupakan endapan turbidit yang pengendapannya relatif lebih jauh dari
sumbernya atau tidak mengandung interval a dan b. endapannya dicirikan oleh
adanya perselingan yang teratur antara batupasir dan serpih, lapisan
batupasirnya tipis-tipis dan lapisan serpihnya lebih tebal. Pengendapan yang
relatif lebih dekat dengan sumbernya disebut turbidit proximal, biasanya berbutir
kasar, kadang-kadang konglomeratan dan sedikit serpih (Gambar-8).
11
Gambar-8. Korelasi Sekuen Bouma terhadap endapan turbidit berdasarkan jauh dekatnya
sumber sedimen . (http://faculty.gg.uwyo.edu/)
1) Karakteristik Litologi
a) Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif
kasar dengan batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan
beberapa milimeter sampai beberapa puluh centimeter. Umumnya
perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan
datar, tanpa adanya penggerusan (scouring).
b) Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan
mengandung mineral-mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga
banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang dijumpai adanya fosil
rework, yang menunjukan lingkungan laut dangkal.
12
c) Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya
fragmen tumbuhan.
d) Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan
pelagik.
e) Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang
menunjukan proses pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan
bersusun, perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang, konvolut, dengan
urut-urutan tertentu.
f) Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut
dangkal maupun fluvial, antara lain pengerukan, silang siur, dll.
g) Sifat-sifat penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir
seragam saat suplai terjadi.
Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam
hal ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang
berbeda dari suatu tempat ke tempat lain.
13
b) Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan
merupakan struktur yang penting dalam penentuan suatu endapan
turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting diantaranya adalah
perlapisan bersusun, perlapisan sejajar dan perlapisan bergelombang.
c) Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen,
yang umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya
struktur pembebanan.
14
KESIMPULAN
15
TINJAUAN PUSTAKA
16