Anda di halaman 1dari 5

RESUME

FILSAFAT ILMU
“PERTEMUAN 2”

Oleh

Amalia Husna NIM 21330014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
1. Pengertian Berfikir Filsafat
Secara etimologi kata filsafat dalam bahasa Arab adalah falsafah dan dalam
bahasa Inggris dikenal dengan Philosophy berasal dari bahasa yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang memiliki makna cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), jadi secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Sedangkan
secara terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen
‘filsafat’. Lantaran batasan filsafat itu banyak, maka sebagai gambaran dikenalkan
beberapa batasan.
Berfikir secara filsafat merupakan berpikir dengan cara yang sangat mendalam
sampai hakikat atau sampai pada akar-akarnya, atau berfikir secara  global dan
menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang. karakteristik
berfikir filsafat yaitu menyeluruh, mendasar dan spekulatif.
Filsafat selalu melandasi diri pada tiga landasan pemikiran, yaitu:
1. Landasan Ontologis, yaitu ilmu tentang ada atau keberadaan itu sendiri.
Maksudnya adalah sebuah pemikiran dari filsafat, selalu dianggap berasal
dari kenyataan tertentu yang bersifat ada atau yang sejauh bisa diadakan oleh
kegiatan manusia.
2. Landasan Epistemologi. yaitu pengetahuan tentang pengetahuan, atau filsafat
pengetahuan. Maksudnya, bagi filsafat, setiap realitas apa pun, baik yang
berupa realitas fisik, pikiran, ide, teks, pandangan hidup, budaya, ideologi,
ajaran, keyakinan keagamaan, dan sebaginya sebagaimana pada landasan
ontologis di atas, selalu memiliki struktur kenyataan yang mengandung ide,
peta pemikiran (peta kognitif), struktur tata nilai dan pemahaman. Kenyataan
itu, karenanya, harus digali, dikaji, diuji, dan diramu secara mendalam,
sebagai sebuah sistim pemikiran atau sistem pengetahuan yang khas.
3. Landasan Aksiologi, yaitu setiap pemikiran filsafat dengan segala
turunannya, baik dalam bentuk pengetahuan atau ilmu, harus berlandas pada
nilai-nilai kepantasan dan kewajaran. Alasannya, pikiran itu adalah pikiran
manusia (bukan pikiran malaikat atau binatang) yang berhubungan langsung
dengan manusia sebagai subyek dan obyek pikiran itu sendiri. Bahkan,
pikiran itu adalah pikiran seorang anak manusia yang selalu bernilai bagi
dirinya.

2. Pengertian Berfikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal,
empiris: dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Berfikir ilmiah merupakan kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan
yang bersifat rasional dan teruji yang dapat di andalkan. Berpikir ilmiah adalah
metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif. Berfikir ilmiah
merupakan proses berfikir atau pengembangan pikiran yang tersusun secara
sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah, yang sudah ada.
Berfikir tak bedanya dialog dengan diri sendiri tanpa sekat dan basa basi. Berfikir
ilmiah adalah berfikir dengan pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara
teratur dan cermat.
Cara memperoleh kebenaran dari pendekatan ilmiah adalah dengan melakukan
penelitian atau penyelidikan, dan berpijak pada teori yang ada yang berdasarkan
penelitian secara empiris yang berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Teori yang digunakan telah diuji kebenarannya dan keefektifannya.
Adapun Langkah-langkah dalam berpikir secara ilmiah adalah:
1) Adanya kebutuhan yang dirasakan
Pada tahap pertama ini seseorang merasa adanya kebutuhan, kesulitan atau
masalah yang ingin dipecahkan yang dapat berupa kesulitas dalam
menyesuaikan alat dan tujuan, menemukan ciri tertentu suatu objek, atau
kesulitan dalam menjelaskan suatu kejadian.
2) Merumuskan Masalah
Masalah yang ditemukan pada tahap 1 sebelumnya yang bersumber dari
situasi atau kondisi lingkungan kemudian pada tahap ini dirumuskan atau
dinyatakan ke dalam bentuk yang lebih spesifik sehingga lebih jelas dan dapat
diukur.
3) Merumuskan Hipotesis
Pada tahapan ini adalah menentukan dugaan sementara atau jawaban
sementara mengenai permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dugaan sementara itu harus berpijak pada teori yang ada sehingga dapat
menuntun peneliti dalam menemukan jawaban akhir yang sebenarnya.
4) Mengumpulkan Data
Pada tahap ini adalah bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
telah dirumuskan sebelumnya dengan melakukan penelitian, mengumpulkan
bukti, informasi, data yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dikaji. Data yang telah dtemukan kemudian dianalisis dan dibandingkan
dengan hipotesis yang ada.
5) Menarik Kesimpulan
Tahap akhir adalah menarik kesimpulan dari penelaahan yang dilakukan.

3. Perbedaan Filsafat dan ilmu (Sains)


Adapun perbedaan dari berpikir filsafat dan berpikir ilmiah dapat dilihat pada
tabel berikut:
Filsafat Berfikir Ilmiah

1. Induk pengetahuan (ilmu). 1. Bagian dari filsafat.


2. Berpikir yang sangat mendalam 2. Analitis; fokus dengan menggunakan
sampai hakikat, atau berfikir secara  data yang jelas; menguraikan
global dan menyeluruh, atau berpikir fenomena atas bagian-bagian yang
yang dilihat dari berbagai sudut terkecil yang membentuk fenomena-
pandang. fenomena itu.
3. Komprehensif yaitu luasdan lengkap, 3. Terbatas, fokus atau spesifik
tidak terbatas
4. Berpikir dicirikan secara konseptual. 4. Mengeliminasi faktor-faktor personal,
dan mengabaikan nilai nilai demi
menghasilkan objektivitas
5. Ontologis, Epistemologis, dan 5. Logis dan Empiris
Aksiologis

SUMBER REFERENSI
Jujun, S. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Jakarta: CV Mulyasari.
Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: kencana.

Anda mungkin juga menyukai