Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

“ PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM “

Disusun Oleh :

Ade Fitria (20591001)

Zeli Dwiputri (20591220)

PGMI 5A

Dosen Pengampuh : Siti Zulaiha, M.pd.i

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberian kesehatan dan kenikmatan
kepada penulis sehingga dapat menyusun makalah yang berjudul : Pendekatan-Pendekatan
Dalam Pengembangan Kurikulum ini hingga selesai. Makalah ini susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah telaah kurikulum. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik
untuk penulis pribadi maupun untuk pembaca .

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasanya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Curup, 13 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum...........................................................................6
B. Jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum.................................................................7
C. Perkemabangan Kurikulum Di Indonesia dan pendekatan yang Digunakan..................................14
BAB III......................................................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia dengan tujuan pendidikan
yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di masa depan maka diperlukannya suatu
rancangan pendidikan yang sering kita sebut dengan pendidikan digunakan sebagai bahan
acuan Kurikulum pendidikan. Kurikulum Dalam pelaksanaan proses Pendidikan.
Mempunyai berbagai model dalam Atau langkah Pengembangan kurikulum tersebut
pendekatannya yang digunakan sebagai proses untuk mengembangkan kurikulum yang
telah diterapkan agar kurikulum terebut dapat berjalan sesuai dengan rencana awal.
Karena suatu kurikulum yang ditentukan akan mempengaruhi hasil pendidikan di masa
yang akan datang.

Dengan begitu pendekatan-pendekatan inilah yang nantinya akan diterapkan oleh


pemerintah dalam mengembangkan kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia ini
sesuai dengan tujuan awal diterapkannya kurikulum. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini, tentu banyak hal yang mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam segala aspek kehidupan. Tuntutan kebutuhan manusia baik
menyangkut material maupun spiritual merupakan suatu keniscayaan yang harus
terpenuhi. Menurut perspektif pendidikan dengan beragamnya kebutuhan yang
diperlukan oleh manusia, menuntut adanya perubahan paradigma atau pola pikir dalam
manajemen pendidikan.

Salah satu aspek yang mendorong terjadinya suatu perubahan dalam pengeloaan
pendidakan adalah pengembangan kurikulum. Kedududkan kurikulum dalam proses
pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis selain untuk mengembangakan
peserta didik ke arah perkembangan yang optimal baik jasmani maupun ruhani juga
kurikulum sebagai tolak ukur dalam malihat kemajuan pendidikan suatu bangsa.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari pendekatan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum
3. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia dan pendekatan apa yang
digunakan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari pendekatan pengembangan kurikulum
2. Untuk memahami jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia,serta pendekatan apa yang
digunakan

1
Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikan (Bandar Lampung Aura Publisher 2019)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mempunyai Makna
yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000:1), pengembangan kurikulum bisa berarti
penyusunan kurikulum yang benar-benar baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang sudah ada ( curriculum improvement). Bisa juga
kurikulum ialah perencanaan kesempatan-kesempatan Belajar yang ditunjukkan untuk
smembawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-
perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.

Pendekatan lebih menekankan pada Usaha dan penerapan langkah-langkah Atau


cara kerja dengan menerapkan suatu Strategi dan beberapa metode yang tepat,Yang
dijalankan sesuai dengan langkah Langkah yang sistematik untuk Memperoleh hasil kerja
yang lebih baik. Menurut Geane,Toper dan Alicia,bahwa pengembangan kurikulum
adalah suatu proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat
keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan Melalui proses belajar
mengajar dan apakah tujuan serta alatnya itu serasi dan efektif .

Yang dimaksud dengan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah yang sistematis agar dapat
memperoleh kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 3 pendekatan dalam
pengembangan kurikulum Diantaranya, pendekatan subyek akademik, pendekatan
humanistik, dan pendekatan teknologi.
Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak
atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum dengan 2
menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.

B. Jenis-jenis pendekatan dalam pengembangan kurikulum


a. Pendekatan Subjek Akademis (bidang Studi)
Pada pendekatan subjek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya: matematika, sains, sejarah, geografi, atau
IPA, IPS, dan sebagainya yang lazim didapatkan dalam sistem pendidikan sekarang ini
desemua sekolah dan perguruan tinggi. Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan
sifat perencanaan program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses alam
disiplin ilmu Tertentu.
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang
diintegrasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud metode, organisasi dan evaluasi.
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus
mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk
masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati,
hubungan antar sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan terlebih dahulu mata
pelajaran mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk
persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Teori pendidikan yang digunakan dalam konsep kurikulum subjek akademik adalah
filsafat Perenialisme dan Esensialisme. Aliran perenialisme berpendapat bahwa
pendidikan dikatakan berkembang dan maju apabila kembali kepada nilai-nilai budaya
atau prinsip-prinsip yang sudah ada baik pada jaman dahulu maupun pertengahan sebagai
dasar budaya bangsa-bangsa dari masa ke masa dari abad ke abad. Esensialisme adalah

2
Ocmar Hamlik, dasar-dasar pengembangan kurikulum, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), 183-184
² Din Wahyudin,Manajemen Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 48
³ Syafarudin dan Amirudin,Manajemen Kurikulum,(Medan: Perdana Publishing, 2017), 139
filsafat pendidikan yang berorientasi kepada Value (nilai-nilai) hasil cipta karsa manusia
yang sudah ada sejak awal perkembangan umaat manusia. Menurut kedua aliran filsafat
ini berpandangan bahwa pendidikan itu, tidak lagi memerlukan pencarian dan penemuan
karena sudah cukup dengan budaya-budaya yang sudah ada sejak jaman kuno. Kedua
paham filsafat pendidikan tersebut dengan kuat mendukung eksistensi kuikulum subjek
akademis.

Ditinjau dari isinya kurikulum model subjek akademik di bagi menjadi tiga kelompok
besar, yaitu sebagai berikut:

b. Corelated Curriculum
Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan anatara organisasi materi atau
konsep yang dipelajari dari suatu pelajaran dengan pelajaran lain, tanpa menghilangkan
perbedaan esensial dari setiap mata pelajaran Dengan menghubungkan beberapa bahan
tersebut, cakupan ruang lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan
pada konsep pedegogis dan psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori asosiasi
yang menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi. Sesuai dengan namanya,
kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disisplin ilmu dibangun
dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di
susun dalam tema-tema pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat
pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari satu tema yang diajukan, misalnya
“Lingkungan” selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu misalnya, sains, matematika,
sosial, dan bahasa. Jenis kurikulum ini banyak dikembangkan dalam pengembangan
pembelajaran tematik ditingkat sekolah dasar.

c. Integratied Curriculum
Pola organisasi kurikulum ini memperlihatkan warna disiplin ilmu, bahan ajar
diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam
satu unit terdapat hubungan antara pelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan
keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman terhadap
suatu materi secara menyeluruh (konperhensip) Oleh karena itu, inti yang diajarkan
kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup yang sering ditemukan dalam lingkungan
masyarakat.

d. Problem Solving Curriculum


Problem solving curriculum, yang berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan dipahami
dan digali nelalui berbagai disiplin ilmu. Pada kurikulum model ini, guru cenderung lebih
banayak dimaknai sebagai seseorang yang harus “digugu” dan “ditiru” kedudukan guru
pada model ini mempunyai peran yang sangat dominan.

e. Pendekatan humanistik

Beberapa pemimpin kurikulum berpendapat bahwa pendekatan sebelumnya terlalu


teknokratis dan kaku. Mereka berpendapat bahawa kurikulum yang mencoba menjadi
ilmiah dan rasional kehilangan aspek personal dan sosial dari kurikulum dan pengajaran.
Mengabaikan aspek artistik, fisik, dan budaya materi pelajaran, jarang
mempertimbangkan kebutuhan refleksi diri dan aktualisasi diri di antara peserta didik dan
mengabaikan dinamika sosiopsikologis, ruang kelas dan sekolah. Pandangan ini berakar
pada filsafat progresif dan gerakan di universiats Chicago, ketika Dewey, Charles Judd,
dan Prancis Parker mengembangkan metode pengajaran progresif berdasarkan
perkembnagan alami dan keingintahuan siswa. Pada 1920-an dan 1930-an, gerakan
progresif berkembang ke timur dan didominasi oleh teachers College, Columbia
University, dan profesor seperti Boyd Bode. Fredrik Bosner. Hollis Caswel. L.Thomas
Hopkins. William Kilpatrick, Harold Rugg, dan John Dewey (yang saat itu berada di
columbia). Pendekatan ini mendapat dorongan lebih lanjut pada 1940-an dan 1950-an
dengan pertumbuhan psikologi anak dan psikologi humanistik (yang berhubungan
dengan penilaian, identitas ego, kesehatan psikologis, kebebasan untuk belajar, dan
pemenuhan pribadi3

3
⁴ Ibid,140
Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme atau pribadi.
Aliran pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah yang pertama dan
utama dalam pendidikan. Peserta didik adalah subyek yang menjadi pusat kegiatan
pendidikan, yang mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan
minat, kebutuhan. Dan kemampuan siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan
mengutamakan perkembangan unsur afektif. Pendidikan ini diarahkan kepada pembinaan
manusia yang utuh, bukan saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi
(emost, sikap perasaan, nilai, dan lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa pendekatan ini
mengembangkan prinsip bahwa peserta didik merupakan suatu kesatuan yang
menyeluruh. Kurikulum jenis ini lebih menekankan pada proses pendidikan yang
berorientasi pada situasi belajar yang saling melengkapi, dan bersikap.

Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi Student cenerd Sebagai
prasyarat dan sebagai Dan mengutamakan perkembangan aktif siswa bagian integral dari
proses belajar. Menurut Somantre dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan
humanistik proritasnya adalah pengalaman belajar yang diharpkan terhadap tanggapan
minat, kebutuhan dan perkembangan anak”. Permasalahan yang perlu diwaspadai adalah
bahwa materi bukanlah tujuan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-
mata diukur dengan lancarny prosess transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran
yang terformat dalam kuurikulum), melainkan lebih dari sekedar hal itu. Pendidikan
humanistik menggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk
memebentuk pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara gradual.

Jadi dari hal tersebut dapat kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan
dari pendidikan kita pahami pada nilai-nilai yang dapat dicapai peserta didik tetapi lebih
kepada pembetukan perubhan pada peserta didik, baik secara jasmanai maupun rohani.
Selanjutnya siswa hendakanya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan
keputusan instruksional. Siswa hendaknya turut serta dalam pembentukan, pelaksanaana,
dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa hendaknya diperbolehkan memilih kegiatan
belajar. Dan siswa boleh membuktikan hasil belajranya melalui berbagai macam karya
atau kegiatan Dalam kurikulum humanistik, guru diharpkan dapat membangun hubungan
emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan individu peserta
didik itu selanjutnya.

Kurikulum Humanistik merupakan kurikulum yang lebih mementingkan proses


dari hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimna memaksimalkan
perkembangan anak supaya menjadi manusia mandiri. Proses belajar yang baik adalah
aktivitas yang mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk
mengembangkan potensinya.

f. Pendekatan teknologi

Teknologi adalah wujud dari upaya manusia yang sistemtis dalam menerapkan
atau memanfaatkan ilmu pengetahuan sains sehingga dapat memberikan kemudahan
kesejahteraan bagi semua umat manusia di muka bumi ini. Teknologi pendidikan
adalh suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi; manusia, prosedur, ide,
peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah yang menyangkut semua aspek
belajar manusai, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemesahan
masalah tersebut. Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas
program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.

Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu; aplikasi dan teori.
Aplikas teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media,
atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan
dan evalusai material kurikulum dan keberhasilan instruksional. Model konsep
kurikulum teknologis pada dasamya dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan
teknologi yang menuntut para pelaku pendidikan untuk menggunakannya dalam
proses pendidikan. Hasil-hasil kemajuan teknologi dimanfaatkan dalam bidang
pendidikan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware).

Perangkat lunak berperan dalam membentuk sistem, sedangkan perangkat keras


lebih mengarah pada alat sebagai media dalam proses pembelajaran. Pengertian
teknologi sebagai sistem, model kurikulum yang dikembangkan lebih menekankan
pada penyusunan program pengajaran atau rencana pembelajaran yang dipadukan
dengan alat-alat dan media pengajaran yang mengikuti perkembangan teknologi yang
semakin canggih

Teknologi pendidikan sebagai alat media pembelajaran yang dihasilkan, maka


model kurikulum yang dikembangkan berisi tentang rencana-rencana pembelajaran
yang dilengkapi dengan penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi
dan efektivitas pembelajaran yang dapat diakses dan mempermudah bagi pembelajar
untuk mendapatkan ilmu npengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Sukmadinata berpendapat bahwa karakteristik sebagai ciri kurikulum teknologis


antara lain, terdapat pada aspek tujuan, metode, organisasi bahan, Dan evaluasi.

a. Tujuan diorcintasikan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam


bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat
umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang
didalamnya terkandung aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Metode pengajaran lebih mengutamakan individual setiap siswa menghadapi
tugas sesuai dengan kemampuan setiap siswa, disesuaikan dengan tingkat gaya
belajar dan tingkat kemampuan masing-masing Konten materi atau isi kurikulum
banyak diambil dari subjek akademik atau disiplin ilmu.
c. Evaluasi menggunakan pendekatan kondisional artinya dilakukan kapan saja,
ketika peserta didik menyelesaikan atau mempelajari suatu topik subtopik, dan
dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Evaluasi sebagai alat umpan balik apakah
tujuan, materi dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran mencapai
target atau belum. Hasil evaluasi dijadikan pertimbangan dalam mengambil
keputusan tentang peserta didik untuk melanjutkan atau mengulang materi yang
belum tercapai.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam


dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat kerat (hardware)
Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat
(tools technology), sedangkan penerapan perangkat lunak disebut juga teknologi sistem
(system technology). Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efesiensi dan efektifitas
pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencan penggunaan berbagai alat dan
media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-
contoh model pengajaran tersebut adalah, pengajaran dengan bantuan film dan vidio,
pengajaran berprogram. mesin pengajaran, pengajaran modul. pengajaran dengan bantuan
komputer, dan lain-lain.

g. Pendekatan rekonstruksionalisme

Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan


sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang
konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minortias,
keyakinan dalam intelektual masyarakt umumnya, dan kemampuan menentukan nasib
sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.

Pengajaran kurikulum rekostruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang


tergolong belom maju dan tingkat ekonominya juga belom tinggi. Pelaksanaan
pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan
potensi yang ada dan dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut,
dengan bantuan baiaya dari pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi
tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan bidang
pertanian, sementara kalau daerah industri maka yang harus dikembangkan oleh sekolah
adalah bidang insdustri. Sehingga kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan
masayarakat daerah tersebut.

Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan kegiatan


kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi. Kurikulum ini
dikembangkan oleh aliran interaksional. Pakar di bidang ini berpendapat bahwa
pendidikan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk menumbuhkan adanya
interaksi dan kerja sama. Interaksi di sini mempunyai makna yang lengkap.yaitu tidak
hanya mencakup interaksi pendidik-peserta didik tetapi juga interaksi antar siswa serta
interaksi siswa dengan orang lain di sekitarnya dan sumber belajarnya. Dengan interaksi
ini akan terjadi kerja sama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di
masyarakat dan menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum untuk mendesain
sesuai dengan kebutuhan. Sekolah tidak hanya mengembangkan kehidupan sosial siswa,
tetapi juga mengarah pada bagaimana siswa berpartisipasi dalam kehidupan sosial
masyarakatnya. Adapun yang menjadi tujuan utama kurikulum jenis ini adalah
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan, termasuk di dalamnya
ancaman dan hambatan.

Pada tataran implementasinya, perancang kurikulum rekonstruksi sosial selalu


berusaha menyesuaiankan antara tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru berperan
dalam membantu siswa untuk menemukan minat, bakat, dan kebutuhannya, serta
membantu mereka dalam memecahkan masalah masalah yang terjadi dimasyarakat. Kerja
sama antar individu maupun kelompok merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam
pengajaran yang menggunakan kurikulum jenis ini. Dengan demikian, kompetisi antar
individu maupun kelompok bukan hal yang diprioritaskan. Sebagai hasil dari
pembelajaran, diharapkan siswa dapat menciptakan model kehidupan masyarakat yang
dapat diimplementasikan dalam pada kondisi yang berbeda. Keterlibatan siswa dalam
memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan merupakan kegiatan yang
mewarnai evaluasi kurikulum model rekonstruksi sosial.

C. Perkemabangan Kurikulum Di Indonesia dan pendekatan yang Digunakan


Dalam sejarah kurikulum nasional di indonesia, kurikulum telah mengalami bebrapa
perubahan baik dalam oentasi, pendekatan bahkan filosofinya. Terjadinya perubahan
kurikulum tersebut bukanlah sesuatu hal yang mengherankan karena sebagaimna salah
satu prinsipnya yaitu prinsip relevansi, maka sebuah kurikulum harus mampu secara
dinamis untuk dapat menyesuaikan dengan turutan dan perubahan yang tejadi di
masyarakat dimana kurikulum tersebut dilaksanakan”. Berdasarkan catatan sejarah
pendidikan di indonesia, semenjak dibukanya kurikulum tahun 1968 dan sebelumnya
telah ada kurikulum 1947 dan 1952 dan 1964, kurikulum telah mengalai enam kali
perubahan 1984, 1994, 2004, 2006, serta yang terakhir 2013.

Kurikulum 1984 merupakan kurikulum penyempurnaan kurikulum sebelumnya,


dalam kurikulum ini, teori belajarnya tidak lagi menggunakan behavioristik tetapi
lebih merangkul teori-teori humanism yang berpusat pada pserta didk dan berorientasis
kepada proses. Pendekatan yang dipakai dalam kurikulu 1984 ialah pendekatan
keterampilan proses (cara belajar siswa Aktif CBSA). Kurikulum tahun 1994. Sebenarny
kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan dari kurikuum 1984. Dalam proses
pembelajaranya kurikulum 94 masih menggunakan pendektan CBSA (cara belajar siswa
aktif) tetapi the mengenal life skil atau pendidikan kecakapan hidup. Dalam kurikulu
1994, kurikulum ditetapkan oleh pemerintah untuk setiap wilayah indonesia, artinya
kurikulum ini bersifat sentralistis. Dalam kurikulum 94 pendekatan top down sangat
kental. Materi pelajaran cukup banyak yang terdiri dari (1) pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan; (2) pendidikan agama;(3) bahsa indonesia; (4) matematika; (5) IPA:
(6) IPS: (7) kerajinan tangan dan kesenian; (8) pendidikan jasmani dan kesehatan; (9)
bahasa inggris, dan (10) muatan lokal (sejumlah Mata pelajaran). Isi kurikulum secara
umum terdiri dari 80% Muatan Inti dan 20% muatan local (muatan nasional dan daerah).
Sedangkan dalam proses pembelajaran sebagaimna pendekatan CBSA, maka proses
pembelajaran diupayakan peserta didik dapat secara aktif berproses dalam pembelajaran
baik secara intelektual, mental, maupun fisik.

Kurikulum pada tahun 2004 merupakan resolusi dari kurikulum sebelumnya yang
dianggap hanya berbasis pada input dan proses seahingga mengarah pada stagnasi
pedegogik yang akan sulit untuk beradaptasi dengan tuntutan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknolog dan masyarakat global. Kurkulum ini sering disebut dengan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK), karena seluruh proses pendidikan di sekolah
ditetapkan standarnya berdasar kompetensi (BSNP).

Kurikulum KTSP 2006 sering disebut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
yang merupkan kelanjutan dari kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini
mempunyai kehasan tersendiri, yaitu: (1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi,
potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/dareah, sosial budaya masyarakat setempat,4
dan karaktersitik peserta didik dari satuan pendidikan tersebut, (2) kurikulum
dikembangkan oleh satua pnediikan bersma dengan komite sekolah berdasarkan kerangka
dasar kurikulum dan kompetensi lulusan di bawah supervisi pendidikan kota/kabupaten
atau departemen agama, (3) mengacu kepada standar nasional pendidikan. Pendekatan
yang dipakai dalam kurikulum ini sebagaimna KBK adalah Compensi Based Curriculum
(CBC), Broad Based Curriculum dan Life Skill (kecakapan hidup) yang dikembangkan
dari kurikulum Teknologis.

Kurikulum 2013, sering juga disebut kurikulum menggunakan pendekatan ilmiah


dalam setiap penysusunan kurikulum serta dalam pembelajarn di sekolah harus
menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik terdiri dari lima kegiatan utama,
yaitu Mengamati, Menanya, Melakukan, Menalar atau Mengasosiasikan, dan
Mengomunikasikan (membuat kesimpulan, teori).

4
⁵ Muhamad Nurhalim, Analiss Perkembangan Kurikulum di Indonesia.Insania vol. 15, No.3, september-desember
2011, 339,
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum merujuk


pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum
dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.

Dalam pengembangan kurikulum tentunya ada beberapa pendekatan yang diterapkan,


diantaranya adalah:
1. Pendekatan subyek akademik (bidang studi)
2. Pendekatan humanistik
3. Pendekatan teknologi
4. Pendekatan rekonstruksionalisme

Perkembangan kurikulum di indonesia sekarang ini telah mengalami beberapa perubahan


baik dalam orientasi, pendekatan bahkan filosofinya. Terjadinya perubahan kurikulum karena
salah satu prinsipnya yaitu prinsip relevansi, maka sebuah kurikulum harus mampu secara
dinamis untuk dapat menyesuaikan dengan turutan dan perubahan yang tejadi di masyarakat
dimana kurikulum tersebut dilaksanakan.

Sekarang ini di Indonesia masih menggunakan Kurikulum 2013, sering juga disebut
kurikulum menggunakan pendekatan ilmiah dalam setiap penysusunan kurikulum serta
dalam pembelajaran di sekolah harus menggunakan pendekatan saintifik.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Semoga setelah membaca makalah ini para pembaca lebih
memahami lagia. Dan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk kami mememinta
kritik dan saran nya yang bersifat relevan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ocmar Hamlik, dasar-dasar pengembangan kurikulum, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


2013).
Din Wahyudin,Manajemen Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014).
Syafarudin dan Amirudin,Manajemen Kurikulum,(Medan: Perdana Publishing, 2017).

Muhamad Nurhalim, Analiss Perkembangan Kurikulum di Indonesia.Insania vol. 15, No.3,


september-desember 2011, 339,

Anda mungkin juga menyukai