Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Reformasi dan Pembrantasan KKN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan

Disusun oleh :

Nama : Yusup Ahmadi

NIM : 1708010092

Kelas : B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji bagi Allah yang telah


menganugrahkan keimanan, keislaman, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul “Reformasi dan
Pembrantasan KKN” sesuai dengan ketentuan dan waktu yang telah ditentukan
meskipun massih banyak kekurangan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan yakni :

1. Bapak Dr Sigid Sriwanto, M.Si , selaku Dosen Pendidikan Kewarganegaraan


. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik seraca moril maupun
materil serta do‟a restu

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan sebagai acuan untuk dapat lebih baik di masa yang
akan datang.

Akhir kata, penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Purwokerto, 10 ,Mei 2021

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I .......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................1
C. TUJUAN ......................................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................2
ISI ............................................................................................................................................2
A. DEFINISI .....................................................................................................................2
B. TERJADINYA ERA REFORMASI DAN PEMBERANTASAN KKN ......................3
C. Masalah-Masalah Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan
reformasi ..............................................................................................................................5
BAB III ....................................................................................................................................7
PENUTUP ...............................................................................................................................7
A. KESIMPULAN ............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................8

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk
memperkuat negara karena melalui reformasi birokrasi, peran dan lingkup
intervensi negara melalui pemerintah didefenisikan ulang untuk menjawab
tantangan zaman (Mariana dalam Suaedi, 2010). Reformasi birokrasi juga
tidak sekedar menyederhanakan struktur birokrasi, tetapi mengubah pola pikir
(mind set) dan pola budaya (cultural set) birokrasi untuk berbagi peran dalam
tata kelola pemerintahan. Reformasi birokrasi merupakan transformasi yang
terencana, yang berfokus pada perubahan kelembagaan dan berdampak pada
perubahan ketatalaksanaan dan kultur birokrasi pada tataran institusi
pelaksana pemerintahan di bidang eksekutif, baik level nasional maupun
daerah.

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di Indonesia bukan lagi


merupakan sebuah fenomena, melainkan sudah merupakan fakta yang
terkenal di mana-mana. Kini, setelah rezim otoriter Orde Baru tumbang,
tampak jelas bahwa praktik KKN selama ini terbukti telah menjadi tradisi dan
budaya yang keberadaannya meluas, berurat akar dan menggurita dalam
masyarakat serta sistem birokrasi Indonesia, mulai dari pusat hingga lapisan
kekuasaan yang paling bawah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang terjadi setelah orde baru tumbang ?
2. Bagaimana proses reformasi terjadi?
3. Apa saja faktor – faktor yang mendasari era reformasi ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang terjadi setelah orde baru tumbang
2. Mengetahui bagaimana proses reformasi terjadi
3. Mengetahui apa saja faktor – faktor yang mendasari era reformas

1
BAB II
ISI

A. DEFINISI
Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan
komprehensif, ditujukan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik
(Good Governance). Sistem ini memungkinkan terjadinya mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif dan efisien dengan sinergi
konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Political will
pemerintah yang berkuasa dapat dijadikan tolok ukur meninjau tingkat
keseriusan dalam menjalankan reformasi birokrasi (Sedarmayanti, 2010).

Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk


memperkuat negara karena melalui reformasi birokrasi, peran dan lingkup
intervensi negara melalui pemerintah didefenisikan ulang untuk menjawab
tantangan zaman (Mariana dalam Suaedi, 2010). Reformasi birokrasi juga
tidak sekedar menyederhanakan struktur birokrasi, tetapi mengubah pola pikir
(mind set) dan pola budaya (cultural set) birokrasi untuk berbagi peran dalam
tata kelola pemerintahan. Reformasi birokrasi merupakan transformasi yang
terencana, yang berfokus pada perubahan kelembagaan dan berdampak pada
perubahan ketatalaksanaan dan kultur birokrasi pada tataran institusi
pelaksana pemerintahan di bidang eksekutif, baik level nasional maupun
daerah.

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di Indonesia bukan lagi


merupakan sebuah fenomena, melainkan sudah merupakan fakta yang
terkenal di mana-mana.1 Kini, setelah rezim otoriter Orde Baru tumbang,
tampak jelas bahwa praktik KKN selama ini terbukti telah menjadi tradisi dan
budaya yang keberadaannya meluas, berurat akar dan menggurita dalam
masyarakat serta sistem birokrasi Indonesia, mulai dari pusat hingga lapisan
kekuasaan yang paling bawah.

2
B. TERJADINYA ERA REFORMASI DAN PEMBERANTASAN KKN
a.) Reformasi birokrasi pertama dilaksanakan Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada era pemerintahan Soekarno tahun 1962, dengan dibentuknya
Panitia Retooling Aparatur Negara yang dibebani tugas mengoptimalisasikan
fungsi birokrasi dalam penyediaan pelayanan publik. Selanjutnya pada era
pemerintahan Soeharto tahun 1966 melalui Keputusan Presidium kabinet
Ampera nomor 75, dibentuk Tim Penertiban Aparatur dan Administrasi
Pemerintahan (PAAP) yang membidangi pembenahan administrasi dan
birokrasi di Indonesia. Pada tahun 1980-an hingga tahun 1990-an dikenal
kebijakan debirokratisasi dan deregulasi berkaitan erat dengan upaya
pemerintah Soeharto untuk menggairahkan investasi modal domestik maupun
asing di Indonesia melalui model sistem ekonomi pasar terbuka, sehingga
resistensi birokrasi dan regulasi terhadap pembukaan ladang investasi
mengalami revisi dan rasionalisasi. Masa orde baru, birokrasi di Indonesia
berafiliasi dengan partai Golkar (partai mayoritas tunggal di DPR) ditambah
dengan militer. Pelayanan yang diberikan birokrasi pada masa orde baru
mendapat banyak sorotan, terutama perlakuan istimewa terhadap konstituen
Golkar. Kondisi antiklimaks kemudian muncul, pada tahun 1997-an terjadi
krisis moneter dan berakumulasi dengan kekecewaan masyarakat kepada
Soeharto sampai dengan lengsernya Soeharto. Inilah awal Indonesia
memasuki Orde Reformasi.

Dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945, reformasi birokrasi


dimaknai sebagai penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang dijalankan aparatur pemerintah, baik pada level
pemerintahan lokal maupun nasional. Pendekatan reformasi birokrasi
berdasarkan amandemen UUD 1945 merupakan pendekatan sistemik yang
secara konseptual lebih mengutamakan komprehensi dibanding ekstensi.
Sedarmayanti (2010).

3
Upaya reformasi birokrasi tidak dapat dilepaskan dari dimensi politik,
administrasi, hukum, dan keuangan negara karena kompleksitas permasalahan
yang dihadapi birokrasi Indonesia saling berkaitan dengan dimensi-dimensi
tersebut. Setiap upaya yang telah dilakukan perlu dievaluasi sehingga setiap
kendala yang muncul dapat segera ditangani. Keberhasilan reformasi birokrasi
ditentukan juga oleh kreativitas dan inovasi dari setiap pelaksana. Reformasi
birokrasi harus mendorong praktik pemerintahan yang semakin terbuka
(transparan) yang melibatkan aktor di luar birokrasi pemerintah sebagai
stakeholders pemerintahan. Dengan kata lain, reformasi birokrasi menjadi
sarana perwujudan paradigma baru pemerintahan dari paradigma goverment
ke paradigma governance.

b.) Pemberantasan KKN


Pada era pemerintahan transisi di bawah Presiden BJ Habibie, istilah KKN
diresmikan menjadi istilah hukum dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999, tanggal 19 Mei 1999 tentang “ Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.Didalam Bab I
Ketentuan Umum, pasal 1 Undang undang tersebut, pengertian dari masing-
masing istilah dimaksud dapat diketahui berikut ini:
1) Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang undangan yang mengatur tentang tindak pidana
korupsi.
2) Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar
Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
3) Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di
atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
salah satu masalah besar berkaitan dengan keadilan adalah korupsi, yang kini
kita lunakan menjadi “KKN” Perbuatan nama dari korupsi menjadi KKN ini

4
barangkali beralasan karena praktek korupsi memang terkait koneksi dan
nepotisme. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak “Penggantian” tidak
baik karena KKN ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah
ditoleransi dibandingkan dengan penggunaan kata korupsi secara gamblang
dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

C. Masalah-Masalah Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan


Nepotisme dan reformasi
a.) UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime ± Kantor PBB
Untuk Masalah Obat-obatan Ter larang dan Tindak Kejahatan)
mengemukakan bahwa setidak tidaknya ada dua kendala atau “berita
buruk” (bad news) bagi upaya pemberantasan korupsi di dunia, termasuk
di Indonesia dan daerah daerah. Berita buruk yang pertama adalah
kurangnya dana yang diinvestasikan pemerintah untuk program
pemberantasan korupsi. Hal ini mengindikasikan rendahnya komitmen
pemerintah terhadap upaya pemberantasan korupsi dan bahwa selama ini
pemberantasan korupsi belum menjadi prioritas utama kebijakan
pemerintah, yang men cerminkan masih lemahnya political will
pemerintah bagi upaya pem berantasan korupsi. Berita buruk yang kedua
adalah rendahnya insentif dan gaji para pejabat publik.Insentif dan gaji
yang rendah ini berpotensi meng ancam profesionalisme, kapabilitas dan
independensi hakim maupun aparat-aparat penegak hukum lainnya,
termasuk dalam konteks pemberantasan tindak pidana korupsi. Diluar
masalah-masalah di atas, ada pula beberapa hal lain yang turut
meng hambat upaya pemberantasan korupsi di daerah. Berita buruk yang
ketiga adalah kurangnya pengetahuan dan pengalaman aparat-aparat
penegak hukum dalam memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Hambatan yang pertama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan.
b.) Kinerja KPK

5
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata performance. Performance
berasal dari kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entries):
(1) memasukkan, menjalankan atau memasukkan; (2) memenuhi atau
menjalankan kewajiban suatu nazar; (3) menggambarkan karakter dalam
suatu permainan; (4) menggambarkannya dengan suara atau alat musik;
(5) melaksakan atau menyempurnakan tanggung jawab; (6) melakukan
suatu kegiatan dalam suatu permainan; (7) memainkan musik; (8)
melakukan sesuatu yang diharapkan seseorang atau mesin. Dari beberapa
pengertian tersebut diatas, maka pengertian yang relevan adalah : (1)
melakukan, (2) memenuhi atau menjalankan sesuatu, (3) melaksanakan
suatu tanggung jawab, dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan
seseorang (Lijan, 2007 ).
Kinerja KPK adalah hasil kerja yang dicapai oleh petugas KPK sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
menurut Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi. Kinerja KPK haruslah terencana secara
berkesinambungan , sebab peningkatan kinerja KPK bukan merupakan
peristiwa seketika tetapi memerlukan suatu perencanaan dan tindakan
yang tertata dengan baik untuk kurun waktu tertentu. Artinya kinerja perlu
dan mutlak ditingkatkan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila, sehingga dapat sejajar dengan bangsa
lainnya di dunia. Kinerja KPK adalah profesionalisme pegawai KPK
melaksanakan pekerjaan dengan memperjelas tugas dan tanggung jawab
pegawai, serta peningkatan kualitas kerja dalam rangka pencapaian hasil
kerja KPK yang optimal.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara umum dampak reformasi birokrasi terhadap kinerja KPK sebagai
lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengemban tugas yang sangat
berat, memperlihatkan kinerja yang cukup menggembirakan. Keberhasilan
KPK menyidik dugaan korupsi di tubuh Komisi Pemilihan Umum menjadi
titik awal tumbuhnya kembali kepercayaan dan harapan seluruh masyarakat
Indonesia akan terlaksananya pemberantasan korupsi di negara kita, hal ini
menjadi harapan masyarakat, mengingat praktik korupsi yang terjadi seolah-
olah bukan hal tabu bahkan dilakukan secara terang terangan dan transparan.
Oleh karena itu KPK mulai memacu semangat para penegak hukum untuk
menyelesaikan berbagai persoalan korupsi saat ini, sehingga negara dapat
bebas dari praktik KKN.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi, Paradigma


Yogyakarta
Lijan Poltak Sinambela, 2007, Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
Kebijakan, dan Implementasi, Bumi Aksara, Jakarta
Sedarmayanti, 2010, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi,
dan Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik), PT Refika Aditama, Bandun

Anda mungkin juga menyukai