PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.508 pulau besar
dan kecil, memiliki garis pantai sepanjang ± 81.000 km dengan luas wilayah laut
teritorial 5,7 juta km² ditambah luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km²,
tinggi. Potensi lestari (MSY; maximum sustainable yield) sumber daya perikanan
laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai ± 6,26 juta ton per
tahun, meliputi sumber daya perikanan di perairan nusantara sebesar ± 4,40 juta
ton dan di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia sebesar ± 1,86 juta ton. Dari seluruh
potensi sumber daya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB
atau TAC; total allowable catch) sebesar 5,01 juta ton per tahun atau sekitar 80
persen potensi lestari. Namun dari potensi yang ada tingkat pemanfaatannya baru
perikanan (WPP) yaitu WPP 1 meliputi perairan Selat Malaka dengan potensi
lestari 276,03 ribu ton per tahun; WPP 2 meliputi perairan Laut Natuna dan Laut
Cina Selatan dengan potensi lestari sebesar 1.057,05 ribu ton per tahun; WPP 3
meliputi perairan Laut Jawa dengan potensi lestari 796,64 ribu ton per tahun;
WPP 4 meliputi perairan Selat Makasar dan Laut Flores dengan potensi lestari
sebesar 929,72 ribu ton per tahun; WPP 5 meliputi perairan Laut Banda dengan
potensi lestari sebesar 277,99 ribu ton per tahun; WPP 6 meliputi perairan Laut
Seram dan Teluk Tomini dengan potensi lestari sebesar 590,62 ribu ton per tahun;
WPP 7 meliputi perairan Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik dengan potensi
lestari sebesar 632,72 ribu ton per tahun; WPP 8 meliputi Perairan Laut Arafura
dengan potensi lestari sebesar 771,55 ribu ton per tahun dan WPP 9 yang meliputi
perairan Samudra Hindia dengan potensi lestari 1.076,89 ribu ton per tahun
Usaha perikanan Indonesia saat ini masih didominasi oleh perikanan rakyat
yang dicirikan oleh skala usaha yang relatif kecil, produktivitas rendah, penerapan
Kelautan dan Perikanan RI, 2001). Produktivitas nelayan yang masih rendah
efisiensi alat tangkap tersebut tidak optimal. Kondisi ini berpengaruh terhadap
pendapatan yang diterima nelayan relatif rendah. Dampak lebih jauh dari
2
Kota Singkawang terletak di pesisir dengan panjang pantai ± 37,6 km,
letak geografis, posisi Singkawang berbatasan langsung dengan Laut Natuna yang
memiliki potensi ikan terbesar di seluruh Indonesia, khususnya untuk ikan pelagis
Sejalan dengan jiwa otonomi daerah, di mana daerah diberi kewenangan dan
berkelanjutan.
Hingga saat ini potensi perikanan dan kelautan Kota Singkawang belum
Kota Singkawang yaitu sejauh 4 mil dari tepi pantai atau seluas 278,54 km²
dengan potensi produksi perikanan tangkap sebesar 835,62 ton per tahun dan
potensi produksi perikanan laut nusantara 36.984,38 ton per tahun. Tingkat
nusantara yang dilakukan oleh nelayan setempat baru 28,96 persen dari potensi
3
yang tersedia (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang, 2005). Oleh
dalam bentuk usaha menengah dan kecil. Dari 438 buah armada yang bergerak
bobot kapal kurang dari 5 GT (Gross Tonase). Dengan armada penangkapan skala
kecil, ruang gerak nelayan menjadi terbatas karena tidak mampu beroperasi lebih
pendapatan dan rentan terjadi gejolak sosial masyarakat akibat perebutan lahan
penangkapan di daerah pantai. Di sisi lain, sumberdaya ikan lepas pantai masih
sedikit dimanfaatkan.
masih dipasarkan untuk konsumsi dalam bentuk ikan segar, hanya sebagian kecil
dalam bentuk olahan tradisional menjadi ikan asin dan terasi. Dengan kata lain
daya alam semata belum ada upaya ke arah peningkatan nilai tambah. Padahal
sifat tangkapan ikan yang musiman akan menyebabkan rendahnya harga ikan
pada waktu puncak musim penangkapan ikan. Melimpahnya hasil tangkapan akan
mengakibatkan harga jual ikan tersebut sangat rendah, sedangkan ikan merupakan
komoditas yang cepat mengalami penurunan mutu (Dendi dkk., 2005). Kondisi
4
produksi perlu upaya diversifikasi usaha untuk dapat meningkatkan nilai tambah
melalui upaya pengelolaan pasca panen hasil tangkapan lebih lanjut atau dikenal
pembuatan ikan asin, pengasapan ikan, pembuatan abon ikan, pindang ikan, dan
panen yang memungkinkan untuk dikerjakan oleh nelayan kecil karena tidak
dan pembuatan tepung ikan perlu dikembangkan melalui pola kemitraan antara
Pendaratan Ikan (PPI) Kuala dengan dua buah Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
yaitu TPI Kuala dan TPI Sedau. Adapun alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan Singkawang adalah jaring plastik, jaring insang, bagan, lampara dasar,
payang, pancing, pukat pantai, jaring hanyut, serok, sero, jermal dan bubu. Jenis-
jenis ikan yang tertangkap atau didaratkan di TPI pada umumnya ikan pelagis
kecil seperti kaben, tamban, kembung, dan ikan layang. Ikan pelagis besar seperti
tongkol, bawal, dan tenggiri serta ikan demersal seperti manyung, hiu, kakap
merah, kerapu dan udang. PPI Kuala sebagai sentra pengelolaan kegiatan
perikanan tangkap di Kota Singkawang tidak dapat berfungsi dengan baik, karena
kapal ikan tidak dapat berlabuh dan bongkar muat di dermaga PPI, tapi berlabuh
dan bongkar muat di tempat lain sepanjang pinggir sungai dengan dermaga
sederhana yang dibuat secara swadaya bahkan ada sebagian diantara armada
5
perikanan tangkap Kota Singkawang tidak lagi melakukan bongkar muat dan
labuh di PPI Singkawang, tapi pindah ke PPI Selakau dan Pelabuhan Perikanan
perikanan tangkap merupakan salah satu sub dari sektor perikanan yang perlu di
sumberdaya alam yang potensial serta sebagian besar masyarakat pesisir Kota
kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir, terutama nelayan
karena banyak faktor saling terkait dan saling mempengaruhi, baik dari segi
teknis, sosial ekonomi, teknologi dan aspek finansial. Secara teknis parasarana
Pola pemanfaatan hasil tangkap masih dipasarkan dalam bentuk ikan segar tanpa
6
upaya pengolahan lebih lanjut untuk peningkatan nilai tambah. Dari uraian di atas,
1. Pemerintah Daerah Kota Singkawang dalam hal ini Dinas Kelautan dan
perikanan tangkap;
7
2. Penulis, sebagai wahana melatih ketajaman analisis suatu masalah berdasarkan
Supaya lebih fokus dan memberikan arah yang lebih mendalam, maka ruang
Singkawang.
2. Obyek penelitian untuk dianalisis adalah nelayan serta Dinas kelautan dan
sistem agribisnis perikanan yang terdiri dari sub sistem sarana produksi, sub
sistem usaha penangkapan, sub sistem pengolahan dan sub sistem pemasaran