Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AYAT DAN HADIS TENTANG RIBA

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat dan Hadis Ekonomi

Dosen Pengampu : Muhammad Masrur, M.E.I

Disusun oleh :

1. Nurris Kiyani 4321084


2. Muhammad Miftahus Surur 4321116
3. Viki Malikhatuz Zakiyah 4321138\

Kelompok : 9
Kelas : Ayat dan Hadis Ekonomi A

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
TAHUN 2022/20

16
DAFTAR ISI

Table of Contents
COVER....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 ..................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Riba ............................................................................................. 6

2.2 Faktor penyebab transaksi Riba dilarang ...................................................... 7

2.3 Bentuk transaksi yang dilarang......................................................................9

2.4 Ayat dan Hadis tentang larangan Riba ........................................................ 11

BAB III...................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..................................................................................................14

3.2 Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat
sehatNya, baik sehat fisik maupun akal pikiran dan juga kemudahan kepada kami.
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadis
Ekonomi mengenai Riba dan Akad-akad non syariah. Tak lupa kami penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Adapun maksud serta tujuan penyusunan makalah ini
yaitu untuk menguraikan dan menjelaskan mengenai pengertian Riba, fak tor
penyebab transaksi dilarang, Bentuk transaksi yang dilarang, serta Ayat dan Hadis
yang dilarang.

Kami memohon maaf apabila dalam penyajian isi materi maupun teknik
penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu dibutuhkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Pekalongan, 15 Oktober 2022

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk


melakukan pemenuhan kebutuhan dalam hidupnya. Berbagai aktivitas ekonomi
seperti bekerja dilakukan untuk mencari rezeki guna memenuhi kebutuhan. Dalam
islam, mencari rezeki juga merupakan kewajiban seorang muslim untuk
kelangsungan hidupnya. Bagi orang islam, Al-Qur'an merupakan petunjuk serta
pedoman hidup dalam melaksanakan segala aktivitas di dunia ini termasuk
didalamnya aktivitas ekonomi. Selain itu, petunjuk mengenai kegiatan ekonomi
yang sesuai dengan yang terkandung didalam Al-Qur'an juga dijelaskan dalam
Sunnah Rasulullah SAW.

Dalam Al-Qur'an dan Hadist banyak yang menstimulasi manusia untuk rajin
bekerja dan tidak menjadi seseorang yang pemalas. Akan tetapi tidak setiap
kegiatan ekonomi boleh dilakukan oleh manusia. Masyarakat muslim sering
dihadapkan pada masalah riba dalam melakukan berbagai kegiatan ekonomi. Riba
merupakan hal normatif yang diharamkan agama dan aplikatif yang merugikan
pihak tertentu. Memungut riba atau memperoleh keuntungan riba adalah haram
dalam Islam. Larangan riba dalam berbagai transaksi kegiatan ekonomi, membawa
konsekuensi bahwa semua kegiatan ekonomi harus bersih bebas dari unsur riba.1

Dalam ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk
dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas dalam syari'at
Islam. Allah telah menurunkan rizki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia
dengan cara yang telah dihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan yang
mengandung riba. Diskursus mengenai riba dapat dikatakan telah "klasik" baik
dalam perkembangan pemikiran Islam maupun dalam peradaban Islam karena riba
merupakan permasalahan yang pelik dan sering terjadi pada masyarakat, hal ini
disebabkan perbuatan riba sangat erat kaitannya dengan transaksi-transaksi

1
Fatkhul Wahab, "Riba: Transaksi Kotor Dalam Ekonomi," Iqtishodia: Jurnal Ekonomi
Syariah 02, no. 02 (2017): 28.

4
dibidang perekonomian (dalam Islam disebut kegiatan muamalah) yang sering
dilakukan oleh manusia dalam aktivitasnya sehari-hari.

Pada dasarnya transaksi riba dapat terjadi dari transaksi hutang piutang,
namun bentuk dari sumber tersebut bisa berupa qard1 dan lain sebagainya. Para
ulama menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan riba, disebabkan riba
mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan orang lain. Bebarapa
pemikir Islam berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang
tidak bermoral akan tetapi merupakan sesuatu yang menghambat aktifitas
perekonomian masyarakat, sehingga orang kaya akan semakin kaya sedangkan
orang miskin akan semakin miskin dan tertindas. Manusia merupakan makhluk
yang "rakus", mempunyai hawa nafsu yang bergejolak dan selalu merasa
kekurangan sesuai dengan watak dan karakteristiknya, tidak pernah merasa puas,
sehingga transaksi-transaksi yang halal susah didapatkan karena disebabkan
keuntungannya yang sangat minim, maka harampun jadi (riba). Ironis memang,
justru yang banyak melakukan transaksi yang berbau riba adalah dikalangan umat
Muslim. Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal, biasanya transaksi
riba sering dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana peminjam meminta
tambahan dari modal asal kepada yang dipinjami. Tidak dapat dinafikkan bahwa
dalam jual beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang yang tidak
sejenis, melebihkan atau mengurangkan timbangan atau dalam takaran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Riba


2. Apa saja Faktor penyebab transaksi dilarang
3. Bagaimana Bentuk transaksi yang dilarang
4. Apa saja Ayat dan Hadis tentang Riba

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian Riba


2. Mengetahui faktor penyebab transaksi yang dilarang
3. Mengetahui bentuk transaksi yang dilarang
4. Mengetahui Ayat dan Hadis tentang Riba

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Riba

Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah), berkembang (an-numuw), membesar (al-'uluw) dan meningkat (al-
irtifa'). Menurut terminologi ilmu fiqh, riba merupakan tambahan khusus yang
dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu2

Menurut Wasilul Chair mengutip Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para


ulama' sependapat bahwa tambahan atas sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu
dibayar dalam tenggang waktu tertentu 'iwadh (imbalan) adalaha riba. Yang
dimaksud dengan tambahan adalah tambahan kuantitas dalam penjualan asset yang
tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu penjualan
barang-barang riba fadhal: emas, perak, gandum, serta segala macam komoditi yang
disetarakan dengan komoditi tersebut.3

Secara istilah syar'i menurut A.Hassan, riba adalah suatu tambahan yang
diharamkan didalam urusan pinjam meminjam. Menurut prinsip utama dalam
penambahan, penambahan Jumhur ulama riba adalah atas harta pokok tanpa adanya
transaksi bisnis riil." Ada beberapa pendapat lain dalam menjelaskan riba, namun
secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam
secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Kata riba
tidak hanya berhenti kepada arti "kelebihan". Pengharaman riba dan penghalalan
jual beli tentunya tidak dilakukan tanpa adanya sesuatu yang membedakannya, dan
sesuatu itulah yang menjadi penyebab diharamkannya.4

Secara umum yang dinamakan riba yaitu pengambilan tambahan, baik


dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam tanpa diimbangi oleh suatu
transaksi yang dibenarkan oleh syari'ah. Maksud transaksi pengganti atau

2
Akhmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: Ull Press, 2000), hlm. 35.
3
Wasilul Chair, Riba Dalam Perspektif Islam Dan Sejarah, Iqtishadia, Vol.1 No. 1 Juni 2014,
h.102
4
Ahmad Hatta, Tafsir Qur'an Perkata, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2011), h. 47.

6
penyeimbang yaitu transaksi bisnis yang melegitimasi adanya penambahan tersebut
secara adil."

2.2 Faktor penyebab transaksi Riba dilarang

Diharamkannya riba bukan tanpa sebab, Menurut Hendi Suhendi (2016:


58) sebab-sebab riba ada banyak. Berikut sebab-sebabnya :

1. Karena Allah dan Rasul-Nya melarang atau mengharamkannya. Disebutkan


dalam firman Allah surah Al-Baqarah ayat 275, yang artinya "Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba".
2. Karena riba menghendaki pengambilan harta orang lain dengan dengan
tidak ada imbangannya, seperti menukar uang kertas yang awalnya
Rp10.000,00 dengan uang recehan senilai Rp9.950,00, maka uang senilai
Rp50,00 tidak ada imbangannya, maka uang senilai Rp50,00 tersebut adalah
haram.
3. Dengan melakukan riba, seseorang akan menjadi malas berusaha yang sah
menurut syara'. Karena bagi mereka riba lebih menguntungkan karena
mendapat uang.
4. Riba menyebabkan putusnya perbuatan baik terhadap sesama manusia
dengan cara utang-piutang atau menghilangkan faedah utang piutang
sehingga riba lebih cenderung memeras orang miskin daripada menolong
orang misking lebih bayak dan tidak perlu bersusah payah.

Berbicara riba identik dengan bunga bank atau rente, sering kita dengar di
tengah-tengah masyarakat bahwa rente disamakan dengan riba. Pendapat itu
disebabkan rente dan riba merupakan "bunga" uang, karena mempunyai arti yang
sama yaitu sama-sama bunga, maka hukumnya sama yaitu haram.suatu" itulah yang
menjadi penyebab keharamannya

Dalam prakteknya, rente merupakan keuntungan yang diperoleh pihak bank


atas jasanya yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk
usaha produktif, sehingga dengan uang pinjaman tersebut usahanya menjadi maju
dan lancar, dan keuntungan yang diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua

7
belah pihak baik kreditor (bank) maupun debitor (nasabah) sama-sama sepakat atas
keuntungan yang akan diperoleh pihak bank. 5

Abu Zahrah dalam kitab Buhūsu fi al-Ribā menjelaskan mengenai


haramnya riba bahwa riba adalah tiap tambahan sebagai imbalan dari masa tertentu,
baik pinjaman itu untuk konsumsi atau eksploitasi, artinya baik pinjaman itu untuk
mendapatkan sejumlah uang guna keperluan pribadinya, tanpa tujuan untuk
mempertimbangkannya dengan mengeksploitasinya atau pinjaman itu untuk di
kembangkan dengan mengek

Riba juga erat kaitannya dengan dunia perbankan konvensional, di mana


dalam perbankan konvensional banyak kita temui transaksi yang memakai konsep
bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai prinsip bagi
hasil (mudharabah) yang belakangan ini lagi marak dengan diterbitkannya undang-
undang perbankan syari'ah di Indonesia nomor 7 tahun 1992. Prinsip Mudharabah
adalah penyerahan modal uang pada orang yang berbisnis sehingga ia mendapatkan
prosentasi keuntungan.6

"Orang-orang yang menelan riba tidak dapat bangkit kecuali seperti orang
yang telah disujud oleh setan dengan sentuhannya. Itu karena mereka mengatakan,
perdagangan hanya seperti riba; dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa yang kemudian datang peringatan dari
Tuhannya, kemudian dia berhenti, dia akan mendapatkan apa yang telah berlalu,
dan urusannya ada di tangan Allah; dan barang siapa kembali (ke sana) ini adalah
penghuni neraka; mereka akan tinggal di dalamnya." (Al Baqarah 2:275) Alquran
memperingatkan orang-orang yang masuk ke dalam riba bahwa hidup mereka akan
kosong dari berkah apapun

2.3 Bentuk-bentuk transaksi yang dilarang

Riba memiliki berbagai macam jenis yang sering terjadi di kehidupan


masyarakat. Diantaranya yaitu "riba utang piutang dan riba jual beli". Menurut
Antonio (2001), riba atas persoalan utang piutang terdiri dari riba qardh dan riba

5
Chair, Wasilul : riba dalam perspektif Islam (2017)
6
Oktafia, Renny : peranan baitul maal wattamwil (BMT) terhadap upaya perbaikan moral
masyarakat dikawasan dolly Surabaya (2017)

8
jahiliyah. Sementara riba yang terjadi atas penjualan/pembelian antara lain riba
fadhl dan riba nasi'ah.7

Berikut pembagian riba berdasarkan jenis-jenisnya:

a) Riba Qardh

Riba qardhi adalah pengambilan manfaat/nilai lebih dalam pengembalian


suatu hutang, dan hal tersebut telah dipersyaratkan saat awal perjanjian (akad),
tanpa mengetahui untuk apa kelebihan itu digunakan. Contohnya yaitu meminjam
uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan yang harus
diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman namun tidak diketahui untuk
apa keuntungan tersebut. Seperti meminjam uang sebesar 500 ribu ke seorang
rentenir dan dikenai bunga sebesar 20% dalam kurun waktu tertentu.

b) Riba Jahiliyyah

Riba Jahiliyyah merupakan bentuk pengembalian atas pinjaman yang


melebihi nilai harga semula dan disebabkan oleh ketidakmampuan pembayaran
tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Contohnya hutang yang harus dibayar lebih dari pokok peminjamannya,


karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang telah
ditetapkan. Misal dengan meminjam uang sebesar 50 juta yang harus dikembalikan
dalam kurun waktu tertentu akan tetapi melebihi batas waktu pengembalian, maka
dikenakan tambahan pengembalian atas hutang tersebut.8

c) Riba Nasi'ah

Riba Nasi'ah merupakan nilai tambah yang terjadi atas barter barang ribawi,
yang disebabkan penyerahan pada waktu yang berbeda. Riba nasi'ah juga
didefinisikan sebagai penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi'ah
muncu

7
Nur Azrin Yuliani and Evita Amelia, "Pelarangan Riba Dalam Perbankan," Imara 4, no. 1
(2020): 1-9.
8
Misbahul Munir, Konsep Riba Dalam Islam: Analisis Tematik Terhadap Konsep Riba Dalam Al
Quran Dan Hadits, vol. 22, 2017.

9
karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat
ini dengan yang diserahkan kemudian.

Contoh riba nasi'ah yaitu ketika terjadi sebuah penukaran emas senilai 18
karat antara dua pihak yang berbeda. Ketika pihak pertama telah menyerahkan
emasnya, namun pihak kedua menunda penyerahan tersebut hingga satu bulan
kemudian. Hal ini menyebabkan riba karena harga emas yang dapat berubah-ubah
kapan saja.

d) Riba Fadhl

Riba Fadhl yaitu pertukaran antar barang ribawi yang memiliki jenis yang
sama, akan tetapi memiliki takaran atau ukuran yang berbeda ketika penyerahan
barang.

Contohnya yaitu penukaran emas senilai 24 karat yang ditukar dengan emas
senilai 18 karat. Atau penukaran uang Rp 50.000 dengan pecahan uang Rp 2000
akan tetapi jumlah pecahan tersebut hanya ada 23 lembar saja, sehingga total
nominal yang diberikan hanya Rp 46.000.

e) Riba Yadh

Riba Yadh merupakan jual beli yang dilakukan oleh seseorang sebelum
menerima barang yang dibelinya dari si penjual dan tidak boleh menjualnya lagi
kepada siapapun, sebab barang yang dibeli belum diterima dan masih dalam ikatan
jual beli yang pertama. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan
pertukaran uang atau barang telah berpisah dari tempat akad sebelum diadakan
serah terima.

Contoh dari riba yadh ini yaitu penjualan sebuah sepeda seharga 5 juta
rupiah jika dibayar tunai, dan menjadi 6 juta rupiah jika dengan transaksi kredit.
Dalam hal ini antara pembeli dan penjual tidak menetapkan berapa nominal yang
harus dilunasi hingga transaksi berakhir.

Pembagian riba menurut aliran maliki, Hanabi, dan Hambali riba terbagi
menjadi dua, yaitu riba riba nasi'ah serta riba al-fadl. Sedangkan menurut Imam
Syafi'i riba terbagi menjadi tiga, yang terdiri dari riba yadh, nasi'ah dan fadhl. Pada

10
riba yadh dibagi menjadi riba pada saat barang diserahkan dengan waktu yang
ditunda.9

2.4 Ayat dan Hadis tentang larangan Riba

Larangan riba yang terdapat dalam al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus,


melainkan diturunkan dalam empat tahap:

a) Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya
seolah-olah menolong mereka yang membutuhkan sebagai suatu perbuatan
mendekati kepada Allah, sebagaimana yang telah disebutkan dalam surat Ar
Ruum ayat 39.
b) Tahap kedua, riba digambarkan sebagai perbuatan yang buruk. Allah
mengancam memberi balasan atau teguran yang keras untuk orang-orang
Yahudi yang memakan riba. Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur'an surat An
Nisa ayat 160-161.
c) Tahap ketiga, merupakan tahap dimana riba diharamkan dengan kaitannya
kepadaa suatu tambahan yang berlipat ganda. Menurut pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli tafsir, bahwa pengambilan bunga atau tambahan
dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak
dipraktekkan pada masa tersebut. Allah berfirman pada Q.S Ali Imran ayat 130
yang terjemahannya berbunyi:

"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan


berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan." (QS. Ali Imran: 130)

d) Tahap keempat, merupakan tahap terakhir dimana riba dengan jelas dan tegas
diharamkan oleh Allah. Segala bentuk tambahan yang diambil dari
peminjaman dilarang. Demikian al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 278 menjadi
ayat terakhir yang diturunkan mengenai haramnya riba. Terjemahan ayat:

9
Yuliani and Amelia, "Pelarangan Riba Dalam Perbankan:"

11
"Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang beriman.10

Berikut ini merupakan ayat-ayat Al-Qur'an yang melarang riba;

a. Qur'an surah Al-baqarah ayat 275

ِّ ‫اّٰللُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬


‫الر ٰبوا‬ ‫َواَ َح َّل ه‬
Artinya: "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". Dalil
itu merupakan rujukan mengenai al-Quran dengan terminologi 'riba' yang
diharamkannya itu.

b. Qur'an Surah Ali-Imran: 130

َ‫اّٰلل لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِّل ُح ْون‬


َ ‫ضعَفَةً َّۖواتَّقُوا ه‬
ٰ ‫ضعَافًا ُّم‬ ِّ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُوا‬
ْ َ ‫الر ٰب ٰٓوا ا‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. 11

c. Qur'an Surah al-Rum: 39

ِّ ‫اس فَ ََل يَ ْربُ ْوا ِّع ْندَ ه‬


ٰٓ ‫اّٰلل َو َما‬ ِّ َّ‫َو َما ٰٓ ٰات َ ْيت ُ ْم ِّم ْن ِّربًا ِّليَ ْربُ َو ۟ا فِّ ْٰٓي ا َ ْم َوا ِّل الن‬
ٰٰۤ ُ
ْ ‫ول ِٕى َك ُه ُم ْال ُم‬
َ‫ض ِّعفُ ْون‬ ‫ٰات َ ْيت ُ ْم ِّم ْن زَ ٰكوةٍ ت ُ ِّر ْيد ُْونَ َو ْجهَ ه‬
‫اّٰللِّ فَا‬
Artinya: "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan
Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)".

10
Muhammad Arif, "Riba, Gharar Dan Maisir Dalam Ekonomi Islam," Repositry: UIN Alauddin
Makassar (2019): 1-14. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/15699/1/Muhammad Arif Sebelum
Revisi.pdf.
11
Ade Dedi Rohayana, "Riba Dalam Tinjauan Al-Quran," Religia 18, no. 1 (2015): 72.

12
d. Qur'an Surah al-Nisa': 161

ِّ َّ‫ع ْنهُ َواَ ْك ِّل ِّه ْم اَ ْم َوا َل الن‬


‫اس‬ َ ‫الر ٰبوا َوقَ ْد نُ ُه ْوا‬ ِّ ‫َّواَ ْخ ِّذ ِّه ُم‬
‫عذَابًا ا َ ِّل ْي ًما‬ َ ‫اط ِّل َوا َ ْعتَ ْدنَا ِّل ْل ٰك ِّف ِّريْنَ ِّم ْن ُه ْم‬
ِّ ‫ِّب ْال َب‬
Artinya: "dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka
telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara
tidak sah.

Hadis-hadis yang menerangkan tentang diharamkannya riba:

a. HR. Muslim

"Dari Jabir, Rasulullah melaknat riba, yang mewakilkannya, penulisnya dan


yang menyaksikannya." (HR. Muslim)

b. Hadis "Ubadah berkata: saya mendengar Rasulullah SAW melarang jual


beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma dan garam dengan garam, kecuali sama (dalam
timbangan/ takaran dan kontan). Barangsiapa melebihkan salah satunya, ia
termasuk dalam praktek riba" (Ubadah bin Al-Shamit)
c. Hadis dari Abu Hurairah
Artinya: "Dari Abu Hurairah jauhilah tujuh perbuatan yang merusak, para
sahabat bertannya: "Ya rasulullah, apakah tujuh perkara tersebut?.nabi
menjawab; "menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan,
oleh allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim,
melarikan diri saat pertempuran berlangsung, dan menuduh wanita yang
muhshan (bersih), lengah (dari perbuatan maksiat), dan mukmin". (HR.
Bukhari)
d. Hadis dari Ibnu Mas'ud
Artinya: "dari ibnu mas'ud berkata: rasulullah mengutuk orang yang
memakan riba, orang yang mewakilkannya, saksinya, dan orang yang
menulisnya". (HR. AL-Tirmidzi)

13
e. Hadis dari Abu Hurairah
Artinya: "dari abu hurairah berkata: rasulullah telah bersabda: emas, dengan
mas dengan timbangan yang sama dan jumlah yang sama. Dan perak dengan
perakdengan timbangan yang sama dan jumlah yang sama. Barang siapa
yang menambah atau meminta tambah, itu adalah riba". (HR. Muslim)

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara bahasa riba berarti tambahan. Sedangkan secara istilah yaitu


tambahan yang diisyaratkan untuk seseorang dalam suatu transaksi jual beli, utang
piutang, dengan berbagai jenis barang yang dapat dipertukarkan. Tambahan dalam
transaksi ini tidak diketahui untuk apa tambahan tersebut digunakan, dan
tambahan yang bernilai cukup tinggi.

Dalil-dalil pelarangan atau diharamkannya riba tidak turun sekaligus, dalil


tersebut turun dengan bertahap dimulai dengan tahap pertama menolak riba yang
dianggap seolah-olah menolong kebutuhan mereka sebagaimana yang telah
disebutkan dalam surat ar-Ruum ayat 39. Pada tahap kedua, riba digambarkan
sebagai perbuatan buruk dan Allah memberi teguran keras kepada mereka yang
memakan riba, Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 160-
161. Tahap ketiga, yaitu riba diharamkan dengan kaitannya tambahan yang
berlipat ganda. Tahap terakhir merupakan tahap dimana riba secara jelas dan tegas
diharamkan oleh Allah SWT dan diturunkannya surat al-Baqarah ayat 278.

Macam-macam riba terbagi menjadi dua bagian besar yaitu riba atas jual
beli dan riba atas utang piutang. Yang terdiri dari riba Qardh, riba Jahiliyyah, riba
Nasi'ah, riba Fadhl, dan riba Yadh.

14
3.2 Saran

Riba merupakan pembahasan yang tidak asing lagi bagi kita semua. Tidak
hanya dalam agama islam saja, riba juga dilarang dalam agama lain. terkadang
dalam suatu transaksi yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari bisa
jadi mengandung riba, maka dari itu perlu adanya pengetahuan mengenai apa itu
riba. Dengan mempelajari hal mengenai riba kita dapat mengetahui macam-macam,
dasar hukum, dan apa itu riba. Dengan begitu kita dapat menghindari dan menjauhi
perbuatan tersebu

15
DAFTAR PUSTAKA
Fatkhul Wahab, "Riba: Transaksi Kotor Dalam Ekonomi," Iqtishodia: Jurnal
Ekonomi Syariah 02, no. 02 (2017): 28

Akhmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: Ull Press,


2000), hlm. 35.

Wasilul Chair, Riba Dalam Perspektif Islam Dan Sejarah, Iqtishadia, Vol.1 No. 1
Juni 2014, h.102

Ahmad Hatta, Tafsir Qur'an Perkata, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2011), h. 47.

Chair, Wasilul : riba dalam perspektif Islam (2017)

Oktafia, Renny : peranan baitul maal wattamwil (BMT) terhadap upaya perbaikan
moral masyarakat dikawasan dolly Surabaya (2017)

Nur Azrin Yuliani and Evita Amelia, "Pelarangan Riba Dalam Perbankan," Imara
4, no. 1 (2020): 1-9.

Misbahul Munir, Konsep Riba Dalam Islam: Analisis Tematik Terhadap Konsep
Riba Dalam Al Quran Dan Hadits, vol. 22, 2017

Muhammad Arif, "Riba, Gharar Dan Maisir Dalam Ekonomi Islam," Repositry:
UIN Alauddin Makassar (2019): 1-14. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/15699/1/Muhammad Arif Sebelum Revisi.pdf.

Ade Dedi Rohayana, "Riba Dalam Tinjauan Al-Quran," Religia 18, no. 1 (2015):72

16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai