Anda di halaman 1dari 49

28

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP


PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG PERSONAL HYGIENE SAAT
MENSTRUASI DI SMPN 18 PALU

Proposal Penelitian

Oleh
KARMILA
PO7120318028

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes Kemenkes
Palu Jurusan Keperawatan Prodi Sarjana Terapan Keperawatan palu.
Nama : Karmila
Nim : PO7120318028

Palu, 2022
Pembimbing I

Selvi Alfrida Mangundap. S.Kp. M.Si


NIP. 196604241989032002

Palu, 2022
Pembimbing II

Drs. Junaidi. M.Kes


NIP. 196102051985011001

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Palu

Iwan, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP. 197703262003121004

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan Kesehatan.............................................. 6
B. Definisi Kesehatan Reproduksi............................................ 7
C. Konsep Remaja. ................................................................... 8
D. Konsep Menstruasi ............................................................ 15
E. Konsep Personal Hygiene..................................................... 19
F. Personal Hygiene Saat Menstruasi....................................... 21
G. Konsep Pengetahuan............................................................. 27
H. Konsep Sikap........................................................................ 31
I. Kerangka Konsep.................................................................. 35
J. Hipotesis............................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................ 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................. 37
C. Populasi dan Sampel............................................................ 37
D. Variabel Penelian dan Defenisi Operasional...................... 39
E. Pengumpulan Data............................................................... 40
F. Analisa Data......................................................................... 43
G. Penyajian Data..................................................................... 44
H. Etika penelitian.................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 45
LAMPIRAN

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Survey World Health Organization (WHO, 2010), seperlima

penduduk dunia adalah remaja usia 10-19 tahun, dimana 83% diantaranya

hidup di negara berkembang. WHO menekankan pentingnya penyuluhan

kesehatan reproduksi remaja muda (younger adolescents) pada kelompok

usia 10-14 tahun, karena pada usia tersebut merupakan masa emas untuk

membentuk landasan kuat pada diri remaja sebagai dasar pengambilan

keputusan yang bijak dalam berperilaku.

Remaja merupakan tumpuan bagi negara karena akan berperan

sebagai penerus bangsa. Ketika dalam masa perkembangannya remaja

mengalami hambatan maka dapat diperkirakan nasib sebuah negara akan

mengalami hambatan dan tidak dapat berkembang secara optimal. Sama

halnya dengan remaja Indonesia selain memikul tanggungjawab yang

besar terhadap perkembangan negaranya remaja juga memiliki

tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Namun

pada kenyataannya, remaja Indonesia saat ini banyak terhambat oleh

berbagai hal salah satunya perilaku hidup bebas (perilaku yang mengarah

pada free sex). Perilaku hidup bebas ini sangat dipengaruhi oleh

pemahaman yang benar terhadap kesehatan reproduksi remaja. (Setyawan

Ari, 2018).

1
2

Risiko kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh berbagai faktor

yang saling berhubungan misalnya kebersihan organ reproduksi, hubungan

seksual pranikah, akses terhadap pendidikan kesehatan, kekerasan seksual,

pengaruh media massa, gaya hidup yang bebas, penyalahgunaan Narkoba,

akses terhadap informasi pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang,

dan kurangnya kedekatan remaja dengan kedua orangtua maupun

keluarganya.

Kesehatan reproduksi pada wanita dapat dijaga dengan

melakukan personaly hygiene yaitu suatu tindakan untuk memelihara yang

kebersihan dan kesehatan seseorang. Kebersihan pada daerah kewanitaan

saat menstruasi sangat penting untuk dijaga karena kuman mudah masuk

dan dapat menyebabkan penyakit pada organ reproduksi .

Personal hygiene menstruasi pada remaja merupakan isu kritis

sebagai determinan status kesehatan remaja yang akan berpengaruh besar

terhadap morbiditas dan komplikasi. Kebersihan dalam menstruasi

memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya

supaya terhindar dari infeksi alat reproduksi, oleh karena itu pada saat

menstruasi perempuan harus benar-benar menjaga kebersihan terutama

pada bagian vagina apabila tidak dijaga akan menimbulkan

mikroorganisme seperti jamur, bakteri virus dan parasite yang berlebihan

sehingga menganggu fungsi organ reproduksi. (Puspitaningrum et al.,

2017)
3

Berdasarkan Data Statistik Kependudukan Provinsi Sulawesi

Tengah tahun 2017, penduduk perempuan umur 10-14 tahun berjumlah

35.878 jiwa, umur 15-19 tahun berjumlah 42.096 jiwa, umur 20-24 tahun

berjumlah 40.012 jiwa. Menurut Data Statistik Kependudukan Kota Palu

tahun 2017, penduduk perempuan umur 10-14 tahun berjumlah 15.438

jiwa, umur 15-19 tahun berjumlah 23.089 jiwa, umur 20-14 tahun

berjumlah 22.833 jiwa.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini dapat

ditingkatkan dengan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari

usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi diusia remaja bukan hanya

memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga dapat

menghindarkan dari bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit

menular seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan

berisiko.

Saat ini masih banyaknya pelajar yang belum mengerti tentang

kesehatan reproduksi, maka sangat perlu untuk dilakukan penyuluhan

dengan harapan dapat mengubah pengetahuan dan sikap tentang kesehatan

reproduksi pada remaja, dalam hal ini adalah pelajar di SMPN 18 - Palu

menjadi lebih baik.

Data dari 155 Siswi dan ada 5 siswi yang di wawancarai

mengatakan bahwa mereka belum memahami tentang kebersihan pada saat

menstruasi seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti

pembalut, mereka juga mengatakan bahwa pada saat menstruasi


4

merasakan gatal pada daerah vagina, keputihan yang berbau, sehingga

peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang

Personal Hygiene Saat Menstruasi di SMPN 18 Palu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini, adalah : “apakah ada pengaruh pendidikan

kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

personal hygiene saat menstruasi di SMPN 18 Palu”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap

remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi di SMPN 18

Palu.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri sebelum diberikan

pendidikan kesehatan reproduksi tentang personal hygiene saat

menstruasi di SMPN 18 Palu

b. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri sesudah diberikan

pendidikan kesehatan reproduksi tentang personal hygiene saat

menstruasi di SMPN 18 Palu.


5

c. Untuk mengetahui sikap remaja putri sebelum diberikan

pendidikan kesehatan reproduksi tentang personal hygiene saat

menstruasi di SMPN 18 Palu.

d. Untuk mengetahui sikap remaja putri sesudah diberikan pendidikan

kesehatan reproduksi tentang personal hygiene saat menstruasi di

SMPN 18 Palu.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan pengetahuan bagi

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu

2. Bagi SMPN 18 Palu

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi SMPN 18 Palu mengenai

Kesehatan reproduksi

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya untuk

melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan

kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal

(Notoatmodjo, 2003 dalam Setyawan Ari, 2018)

Menurut Grout pendidikan kesehatan adalah upaya menterjema

hkan sesuatu yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku

yang diinginkan dari perseorangan ataupun masyarakat melalui proses

pendidikan, sedangkan menurut Nyswander pendidikan kesehatan

adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada

hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan

masyarakat. Bila dilihat dari defenisidefenisi pendidikan kesehatan

tersebut tidakjauh berbeda dan keduanya menekankan pada aspek

perubahan perilaku individu dan masyarakat dalam bidang kesehatan.

(Notoatmodjo, 2007 dalam Setyawan Ari, 2018).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Diharapakan semua petugas kesehatan mengakui bahwa

pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan

lainnya. Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk

6
7

mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan. Dan

tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu

diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan

masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat (Notoatmodjo,

2007 dalam Setyawan Ari 2018).

Adapun materi yang disampaikan sebaiknya disesuaikan

dengan kebutuhan kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan

masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya. Dan

sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami dan menggunakan alat peraga untuk

mempermudah pemahaman serta menarik perhatian audien atau

sasaran.

Metode yang digunakan bertujuan untuk mengembangkan

komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan

dan audien atau sasaran, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan

akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang dipakai antara

lain: curah pendapat, ceramah, diskusi, demonstrasi, simulasi dan

bermain peran.
8

3. Sasaran dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Suliha (2001), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan

kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual

dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan

sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan

sasaran masyarakat. (Dalam Setyawan Ari, 2018)

Suliha (2001) juga membagi tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan dalam 3 bagian, yaitu; 1) Pendidikan kesehatan di sekolah,

dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya

diintegrasikan dalam usaha kesehatan sekolah (UKS); 2) Pendidikan

kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan

Masyarakat, 9 Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus

dengan sasaran pasien dan keluarga pasien; 3) Pendidikan kesehatan

di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. Hasil

yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan masyarakat adalah

terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan

masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat

dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai derajat kesehatan yang

optimal

B. Konsep Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi menurut (WHO) World Health Organization

adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam aspek yang berhubungan dengan
9

sistem reproduksi. Tetapi juga aspek lainnya seperti fungsi yang meliputi

proses dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta

mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan

aman (BKKBN. 2012 dalam Deddy, 2016).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan

sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan

sistem reproduks ((Deddy, 2016)

C. Konsep Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan juga di

tandai dengan perkembangan sangat cepat. Masa remaja yaitu 10-19

tahun, merupakan masa yang khusus dan penting, karena hal ini

merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering

di sebut dengan masa pubertas.(Agra, 2016)

Ada peningkat pada perubahan sosial yang penting dalam masa

remaja. Peningkatan itu meliputi meningkatnya pengaruh kelompok

sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial

baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan

dalam dukungan sosial.

2. Tahapan Remaja

Menurut Marmi (2015), tahapan remaja yaitu:

a. Remaja awal (early adolescense) : umur 11-13 tahun


10

b. Remaja tengah (middle adolescence) : umur 14-16 tahun

c. Remaja akhir (late adolescence) : umur 17-20 tahun

3. Karakteristik Remaja

Fase remaja dengan berbagai perubahannya dapat dibedakan

dalam 3 kategori berdasarkan karakteristiknya. Perbedaan

karakteristik tersebut memberi konsekuensi berbeda terhadap

kepuasan mereka dan apa yang mereka punyai termasuk “dirinya”

a. Remaja awal (early adolescense)

Pada tahap ini, remaja mengalami keheranan akan perubahan

yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan doronganyang menyertai

perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkanpikiran baru,

kepekaan dan mudah tertarik pada lawan jenis.Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap

egomenyebabkan remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti

oleh orang dewasa. Karakteristik remaja awal antara lain:

1) Perhatian pada entuk tubuh an citra tubuh

2) Kepercayaan dan menghargai orang dewasa

3) Kekhawatiran pada hubungan dengan teman sebaya

4) Mencoba sesuatu yang dapat membuat dirinya terlihat lebih

baik atau mengubah citra tubuh mereka

5) Ketidakstabilan perasaan dan emosi

b. Remaja tengah (middle adolescence)


11

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-

kawan.Mereka sangat nyaman jika mempunyai banyak teman

disekelilingnya. Ada kecenderungan narsictic, yaitu mencintai diri

sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sikap yang

sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondidi

kebingungankarena ia tidak tahu harus memilih yang mana; peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,

idealis atau materialis, dsb. Karakteristik remaja tengah antara lain:

1) Menciptakan citra tubuh

2) Sangat besar dipengaruhi oleh teman sebayanya

3) Tidak mudah percaya pada orang dewasa

4) Menganggap kebebbasan menjadi sangat penting

5) Pengalaman berharga pada perkembangan kognitif

6) Lebih suka mendengarkan kata-kata teman sebayanyadaripada

orang tua atau orang dewasa lainnya

7) Bereksperimen, misalnya memilih menjadi vegetarian

c. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini merupakan masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan beberapa hal, antara lain minat yang

makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual, egonya mencari

kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan pengalaman-

pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak berubah


12

lagi, mulai menyeimbangkan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain. Karakteristik remaja akhir yaitu:

1). Berorientasi pada masa depan dan membuat rencana

2). Meningkatnya kebebasan

3). Konsisten pada nilai-nilai dan kepercayaan

4). Mengembangkan hubungan yang kebih kuat atau tetap

4. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Menurut Marmi (2015), perubahan fisik pada masa remaja

merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi,

kerena pada masa ini terajadi pertubuhan fisik yang sangat cepat untuk

mecapai kematangan, termasuk organ-organ reprosuksi sehingga

mampu melaksanankan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi

yaitu :

a. Munculnya tanda-tanda seks primer; terjadi haid yang pertama

(menarche) pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja

laki-laki.

b. Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu:

1. Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar

bertambah besar, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis

diatas bibir, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

2. Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim

dan vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak,

payudara membesar.
13

5. Perkembangan Remaja

Menurut Marmi (2015), perkembangan remaja terdiri dari:

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik remaja merupakan perubahan secara

biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer

maupun organ seks sekunder, yang dipengaruhi oleh

kematangan hormone seksual.Percepatan pertumbuhan badan

terutama terlihat pada pertumbuhan panjang badan yang

berlangsung dalam periode dua tahun. Pada remaja putri,

percepatan pertumbuhan selesai pada usia 13 tahun sedangkan

remaja putra pada usia 15 tahun, akan tetapi pertumbuhan

panjang badan masih berjalan selama kurang lebih tiga tahun

sampai kira-kira usia 16 dan 18 tahun. Disamping pertumbuhan

panjang badan terjadi terjadi pertumbuhan berat badan yang

kurang lebih berjalan parallel dengan bertambahnya panjang

badan.

b. Perkembangan Psikologis

Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual

mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan

dan dorongan baru sepertperasaan cinta, rindu dan keinginan

untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.

Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya

menunjukkan sikap yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat


14

terhadap berbagai peristiwa atau situasi social, emosinya bersifat

negatif dan temperamental yaitu mudah tersinggung dan sedih.

Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik di masa remaja

adalah menjadi sangat memperhatikan tubuh mereka dan

membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka

di mata orang lain. Perhatian yang berlebihan terhadap citra

tubuh sendiri, sangat kuat pada masa remaja.

c. Perkembangan Sosial

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit

adalah yang berhubungan dengan penyesuaian

sosial.Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh

pengalaman sosial yang dialami pada masa kanak-kanak.Untuk

menemukan jati dirinya maka remaja harus mempunyai peran

dalam kehidupan sosialnya. Dalam perkemangan sosialnya,

remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai

memperluas hubungan dengan teman sebaya (peer

group).Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat

berpengaruh dalam kehidupan social remaja.

d. Perkembangan kepribadian

Banyak remaja yang menggunakan standar kelompok

sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal”

dalam menilai kepribadian. mereka sendiri. Banyak kondisi

dalam kehidupan remaja yng turut membentuk pola kepribadian


15

melalui pengaruhnya pada konsep diri, diantaranya sama dengan

konsisi pada masa kanak-kanak, tatapi banyak yang merupakan

akibat dari perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang

terjadi selama masa remaja.

e. Perkembangan Kognitif

Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus

dilaluinya adalah mampu berpikir secara lebih dewasa dan

rasional, serta memiliki pertimbangan yang lebih matang dalam

menyelesaikan masalah.Mereka harus mampu mengembangkan

standar moral dan kognitif yang dapat dijadikan sebagai

petunjuk dan menjamin konsistensi dalam membuat keputusan

dan bertindak. Dengan kata lain remaja harus memiliki

kemampuan intelektual serta konsepsi yang dibutuhkan untuk

menjadi warga masyarakat yang baik.

D. Konsep Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi merupakan perdarahan dari uterus yang terjadi

secara periodik dan siklik, hal ini disebabkan karena pelepasan atau

deskuamasi endometrium akibat hormon ovarium yaitu hormon

estrogen dan progesteron mengalami penurunan terutama

progesteron, pada akhir siklus ovarium, dimulai biasanya 14 hari

setelah ovulasi (Novita, 2018 dalam Kartini, 2020)

Menstruasi adalah salah satu aspek kematangan seksual yang


16

pertama kali terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Periode

menstruasi penting dalam reproduksi. Menstruasi yang terjadi

secara reguler setiap bulan akan membentuk suatu siklus menstruasi

(Tombokan et al., 2017 dalam Kartini, 2020).

2. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi adalah pola yang menggambarkan jarak

antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi

berikutnya. Siklus menstruasi merupakan serangkaian proses

menstruasi yang terdiri dari siklus hari pertama menstruasi sampai

datangnya menstruasi periode berikutnya.

Buku Manajemen Kesehatan Menstruasi (Sianaga, 2017

dalam Kartini, 2020) menjelaskan lamanya waktu tahapan-tahapan

siklus menstruasi berdeda-beda untuk setiap wanita tapi umumnya

pada siklus dengan rata-rata 28 hari terjadi tahapan seperti :

a. Hari ke-1-5 yaitu perdarahan menstruasi (masa menstruasi)

b. Hari ke-7 yaitu sel telur dalam ovarium sudah cukup matang

c. Hari ke-7-11 yaitu saat dinding rahim mulai menebal, sebagai

persiapan untuk sel telur yang telah dibuahi (oleh sperma)

agar dapat tertanam di dalam jaringan spons (spongy tissue)

d. Hari ke-14 sel telur terlepas dari ovarium menuju kedalam

tuba fallopi, proses ini dikenal dengan nama ovulasi.

e. Hari ke-14-28 sel telur bergerak kebawah menuju rahim. Jika

sel telur tersebut dibuahi, maka sel tersebut akan tertanam


17

dalam dinding Rahim. Jika tidak dibuahi, sel telur akan

bergerak terus, bersama dengan sebagian diding rahim,

menandai dimulainya hari ke-1 pada siklus berikutnya.

Siklus menstruasi, rata-rata, berlangsung dari 21-35 hari,

siklus menstruasi yang biasa dimulai lapisan uterus terlepas. Rata-

rata kehilangan darah seluruh periode sekitar 40 mililiter, dari

tingkat rendah selama aliran, estrogen naik ke puncak siklus

pertengahan selama 9-20 hari. Selanjutnya, puncak hipofisis

Luteinizing Hormon (LH) memicu pelepasan sel telur, yang disebut

sebagai ovulasi, setelah ovulasi, produksi progesteron naik tajam

sementara estrogen berkurang minimal sampai keduanya berkurang

pada periode berikutnya. Luteal, juga dikenal sebagai pasca ovulasi,

fase biasanya berlangsung 10-14 hari.

3. Sindroma Sebelum Datang Bulan (Premenstruasi syndrom)

Beberapa saat sebelum mulai datang bulan (menstruasi),

biasanya akan mengalami rasa tidak enak atau merasakan beberapa

gejala seperti:

a. Nyeri payudara

b. Rasa penuh atau kembung di perut bagian bawah

c. Merasa sangat lelah

d. Nyeri otot, terutama di pinggul bagian bawah atau perut

e. Perubahan asam basa vagina

f. Wajah berminyak atau tumbuh jerawat


18

4. Gangguan emosi, seperti mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur

dan sakit kep Cara Mengatasi Keluhan Selama Atau Sebelum

Menstruasi

Cara penanggulangan atau mengatasi gangguan keluhan

sebelum dan selama menstruasi setiao wanita berbeda-beda

tergantung cara maan yang dapat membuat perasaan menjadi lebih

nyaman dan merasa lebih baik, berikut cara yang dapat menolong :

a. Kurangi garam-garam yang menyebabkan tubuh berusaha

menyimpan air di dalam tubuh sehingga menyebabkan rasa

penuh diperut bagian bawah.

b. Coba hindari cafein yang terdapat dalam teh, kopi dan beberapa

minuman ringan seperti cocacola.

c. Coba makan-makanan yang berprotein tinggi seperti kacang-

kacangan, ikan, daging dan susu. Bila tubuh mencerna makanan

sejenis ini akan menyebabkan lebih banyak air yang keluar dari

tubuh, sehingga mengurangi rasa oenuh di perut bagian bawah.

d. Coba minum ramuan yang biasanya dapat mengatasi masalah ini.

e. Minum air putih, jus dan banyak makan buah-buahan.

f. Tambahkan makanan yang banyak mengandung vitamin c.

g. Jika menstruasi terlalu banyak mengekuarkan darah maka

banyak makan makanan yang banyak mengandung zat gizi agar

tidak terjadi anemia.


19

E. Konsep Personal Hygiene

a. Pengertian

Menurut Vasra (2016) personal hygiene berasal dari

bahasa Yunani yaitu kebersihan perseorangan, tindakan menjaga

kebersihan seseorang. Tujuan:

1) Penigkatan derajat kesehatan

2) Pelihara kesehatan diri

3) Perbaikan personal hygiene

4) Pencegahan penyakit

5) Peningkatan percaya diri

6) Ciptakan keindahan

b. Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri karena adanya perubahan fisik

akan menyebabkan individu tidak peduli terhadap

lingkungannya.

2. Praktik sosial

Anak-anak yang tidak mandiri, lingkungan rumah yang

tidak memiliki kebiasaan yangbenar tentang kebersihan akan

mempengaruhi kebiasaan diri setiap personal.

3. Status sosial ekonomi


20

Rumah tinggal dan keadaan lingkungan dimana

individu berada sangat berpengaruh terhadap perilaku

kebersihan diri perorangan.

4. Pengetahuan

Semakin baik pengetahuan individu tentang kebersihan

diri maka akan semakin baik pula sikap untuk menjaga

kebersihan dirinya.

5. Budaya dan kebiasaan

Sebagian masyarakat saat seorang sakit tidak akan

dimandikan.Sebagian keluarga juga akan menggunakan produk

tertentu dalam menjaga kebersihan diri.

6. Kondisi fisik

Keadaan fisik tertentu akan menyebabkan merawat diri

juga berkurang dan membutuhkan bantuan untuk

melakukannya.

7. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang

karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan

baik.Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan

integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi

pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.

8. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal


21

hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan

dicintai dan mencintai,kebutuhan harga diri, aktualisasi diri

dan gangguan interaksi sosial.

F. Personal hygiene saat menstruasi

a. Pengertian

Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk

memelihara kesehatan dan kebersihan pada organ kewanitaan saat

menstruasi, indikator dalam personal hygiene saat menstruasi.

Keluhan yang ditimbulkan akibat ketidak tahuan personal hygiene

adalah penyakit pruritus vulva yaitu penyakit yang ditandai dengan

adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin. (Diana, 2015 dalam

Pemiliana, 2019)

Perilaku yang kurang dari perawatan hygiene pada saat

menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Salah satu

penyebabnya adalah bakteri yang berkembang pada pembalut,

perawatan diri yang baik saat menstruasi seperti penggunaan

pembalut yang tepat adalah Pembalut tidak boleh dipakai lebih dari

enam jam atau harus diganti sesering mungkin bila sudah penuh

oleh darah menstruasi.

Personal hygiene sehari-hari meliputi:

1. Perawatan kulit dan wajah

Wajah merupakan bagian yang paling sensitif bagi seorang

remaja terutama remaja putri. Pada saat menstruasi kelenjar


22

sebascus akan meningkat sehingga produksi keringat

meningkat, oleh sebab itu mencuci muka dua sampai tiga kali

sehari dapat membantu mencegah timbulnya jerawat.

2. Kebersihan rambut

Mencuci rambut di saat menstruasi harus tetap dilakukan,

pelarangan mencuci rambut untuk wanita menstruasi adalah

suatu mitos yang masih dipercayai sebagian masyarakat

Indonesia.Justru di saat menstruasi seorang wanita harus

menjaga kebersihan kulit kepala karena adanya perubahan

hormone.

3. Kebersihan tubuh

Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting

diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan

sabun biasa,  pada  saat  mandi organ reproduksi terluar perlu

cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan

yang terbaik adalah membasuhnya dengan air bersih, selain

yang harus diperhatikan ketika membasuh daerah kewanitaan,

setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya

dari arah depan ke belakang (dari vagina kearah anus), bukan

sebaliknya. Karena jika terbalik arah, maka kuman dari arah

anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.

Saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu membersihkan

menggunakan cairan pembersih karena cairan tersebut akan


23

makin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila

menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun lunak (dengan

PH 3,5) misalnya sabun bayi yang biasanya ber pH netral.

Membersihkan menggunakan sabun dengan air sampai bersih

sangat diharuskan, selanjutnya dikeringkan menggunakan

handuk bersih atau tissue.

Selama haid sebaiknya mandi menggunakan air bersih,

menggunakan air hangat lebih baik apalagi jika seorang

wanita mengalami nyeri haid. Air hangat bisa membantu

melenturkan otot serta merilekskan tubuh, sehingga setelah

mandi akan terasa lebih segar dan siap kembali beraktivitas.

4. Kebersihan pakaian sehari-hari

Mengganti pakaian setiap hari sangat penting terutama

pakaian dalam.Celana dalam yang baik adalah yang berbahan

katun dan tidak ketat, serta dapat mengcover daerah pinggul

agar dapat menopang pembalut dengan kuat. Celana dalam

yang ketat membuat sirkulasi udara tidak lancer sehingga

membuat kulit iritasi.Keringat yang tidak terserap dengan baik

juga beresiko mengundang kuman jahat untuk bersarang.

5. Cara membersihkan celana dalam

Ketika haid, tidak jarang celana dalam kita lebih kotor dari

biasanya karena ada bercak darah yang menempel dan kadang-

kadang noda darah tersebut sulit untuk dihilangkan.Untuk


24

mengatasi hal ini sebaiknya celana dalam dicuci menggunakan

air hangat agar bercak darah lebih cepat hilang.Selanjutnya

gunakan sabun mandi untuk mencuci. Jangan menggunakan

detergen karena akan mengubah sifat dari celana dalam dan

berpengaruh terhadap daerah kewanitaan wanita. Jika noda

sulit dihilangkan,rendam celana dalam selama 30 menit

sebelum dicuci.

6. Pemanfaatan pembalut

Pemanfaatan pembalut saat menstruasi terdiri dari

beberapa topik yaitu:

a. Penjagaan kebersihan pembalut

Pada saat menstruasi, rahim sangat mudah terinfeksi

sehingga diperlukan penggantian pembalut sesering

mungkin.Pada awal menstruasi, biasanya darah yang keluar

banyak maka perlu mengganti pembalut lebih dari 3 kali

sehari.Jika pembalut terlalu lama tidak diganti,

menyebabkan pembalut dapat menjadi tempat bersarangnya

banyak bakteri dan jamur.Jika menggunakan pembalut

sekali pakai, maka pembalut dicuci terlebih dahulu

sebelum dibuang, lalu pembalut dilipat atau digulung

dengan rapi, kemudian dibungkus kertas dan selanjutnya

dimasukkan ke kantung plastic dan di buang di tempat

sampah, tidak dibenarkan membuangnya di kloset kamar


25

mandi

b. Pemilihan pembalut

Sejak zaman dulu, ternyata perempuan sudah

berusaha melakukan segala cara agar mereka merasa

nyaman selama menstruasi. Pada zaman Mesir kuno para

perempuan menggunakan kapas yang dilapisi dengan

kertas papyrus.Pada abad ke 10, bangsa sudah mencatat

dimana Ratu Hypatia yang hidup pada awal abad ke-4

menggunakan kain untuk mengatasi masalah haid.Tahun

1986-an, pertama kali pembalut dibuat secara modern

yang bahannya berasal dari bubur kayu dan dapat

langsung dibuang.Tahun 1990-an, diciptakan berbagai

jenis yaitu ada yang lebih tipis (Pantyliner),

penyerapannya ditengah tipis dan maxi (regular)

penyerapannya tinggi, biasanya digunakan saat haid

sedang banyak.

Menurut Lestari (2015) hygiene menstruasi adalah

suatu usaha yang dilakukan untuk mempertahankan

kesehatan dan memelihara kebersihan selama

menstruasi.Perawatan diri selama menstruasi penting

dilakukan untuk menjaga kebersihan dan mencegah

infeksi yang dapat terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan

yakni:
26

a. Gunakan pembalut untuk menampung darah menstruasi

yang keluar dari vagina selama menstruasi.

b. Pilih pembalut yang lembut, menyerap cairan dengan baik.

c. Pembalut diganti paling sedikit 2 kali sehari atau

tergantung keadaan. Bila darah yang keluar banyak,

gunakan beberapa kali karena bila tidak diganti dalam satu

hari akan menimbulkan infeksi.

d. Cucilah alat kelamin bagian luar setiap hari atau setiap ada

keperluan ke belakang untuk mencuci noda-noda darah

yang tertinggal. Gunakan sabun yang tidak terlalu keras

bila tersedia.

e. Jagalah daerah kewanitaan agar tetap terjaga

kebersihannya dengan air yaitu mengusap dari depan ke

belakang.

f. Untuk mencegah infeksi sebaiknya sebelum dan sesudah

menggunakan pembalut sebaiknya mencuci tangan terlebih

dahulu.

G. Konsep pengetahuan

a. Pengertian

Menurut Lestari (2015), pengetahuan merupakan hasil tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

objek tertent. Pengindraan panca indra manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar


27

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu

proses melihat dan mendengar. Selain itu melalui mata dan telinga

yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman

dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal.

Menurut Lestari (2015), pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, merupakan domain yang penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior). Proses kognitif meliputi

ingatan, pikiran, persepsi, simbol-simbol penalaran dan

pemecahan persoalan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,

pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang

berkenaan dengan suatu hal.

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) tingkat pengetahuan dibagi beberapa

bagian:

1). Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.Oleh

sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan. Misalnya dapat


28

mendefinisikan apa yang dimaksud dengan personal hygiene.

2). Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.Misalnya dapat

menjelaskan dampak yang akan terjadi apabila tidak

berperilaku hygiene dengan benar.

3). Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membasuh alat

kelamin.

4). Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk manjabarkan suatu objek

ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja


29

dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan

seperti

sebagainya.Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifi

kasi, memisahkan.Misalnya dapat menganalisa apa yang akan

terjadi jika tidak mengganti pembalut pada saat menstruasi.

5). Sintesis (Synthesis)

Adalah suatu kamampuan untuk meletakkan atau menggab

ungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada

misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Lestari (2015) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yakni:

1. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk

memberikan pengetahuan sehingga terjadi

terubahan perilaku positif yang meningkat.

2. Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi

lebih banyak akan menambah pengetahuan yang

lebih luas.
30

3. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan

seseorang akan menambah pengetahuan tentang

sesuatu yang bersifat informal.

4. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

5. Sosial ekonomi, yakni kemempuan seseorang

memenuhi kebutuhan hidupnya.

d. Pengukuran pengetahuan

Menurut Lestari (2014), pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian

kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkat domain di atas. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan yang diukur.

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interprestasin

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : Hasil presentase > 56%


31

H. Konsep Sikap

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2014), sikap merupakan reaksi atau

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus dan

objek

Menurut Ariani (2014), sikap (attitude) adalah perasaan atau

perasaan seseorang yang disertai kecenderungan untuk bertindak

terhadap suatu objek atau stimulus. Sikap merupakan konsep yang

paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap

baik sebagai individu maupun kelompok.

b. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2014), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan, yakni:

1).Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).Misalnya

sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2). Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang


32

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang

menerima ide tersebut.

3). Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah  suatu  indikasi  sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang

ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang

anaknya ke Posyandu.

4). Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

tinggi.Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB,

meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya

sendiri.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Ariani (2014), faktor-faktor yng mempengaruhi sikap

keluarga terhadap objek sikap antara lain:

1. Pengalaman pribadi

Dasar pembentikan sikap yaitu pengalaman pribadi yang

harus meninggalkan kesan kuat. Sikap seseorang akan lebih

mudah dibentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Orang lain yang dianggap penting (significant others)


33

Orang lain yang dianggap penting yaitu orang-orang

yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah

laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan. Pada

umumnya individu akan memiliki sikap yang searah

(konformis) dengan orang yang dianggap penting. Misalnya

orang tua, suami atau istri, teman dekat, guru dan pemimpin.

3. Media massa

Penyampaian informasi media masaa membawa pesan

sugestif yang dapat mepengaruhi opini individu. Jika pesan-

pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan

member dasar efektif dalam menilai suatu hal hingga

membentuk sikap tertentu.

4. Lembaga pendidikan

Lembaga yang berfungsi meletakkan dasar pengertian

dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan

buruk, salah atau benar akan menentukan sistem kepercayaan

seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap

seseorang.

5. Faktor emosional

Emosional merupakan suatu sikap yang dilandasi oleh

emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.Emosional dapat

bersifat sementara atau menetap.


34

d. Cara Pengukuran Sikap

Menurut Notoatmodjo (2014). Cara pengukuran sikap dapat

dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang.Pernyataan

sikap merupakan serangkaian kalimat yang berisi tentang sikap

seseorang terhadap suatu objek. Cara pengukuran sikap dapat

dilakukan dengan langsung dan tidak langsung. Secara langsung

dapat dilakukan dengan menanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden). Pengukuran sikap dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Baik jika diperoleh skor 76 % sampai 100%

b. Cukup jika diperoleh skor 56% sampai 75%

c. Kurang jika diperoleh skor < 56%

Pernyataan sikap terbagi menjadi dua jenis yaitu

favourable dan unfavourable.

1). Favourable (positif) adalah pernyataan-pernyataan sikap yang

berisi tentang hal-hal yang positif atau kalimat yang mendukung

ataupun memihak pada objek sikap.

2.) Unfavourable (negatif) adalah pernyataan-pernyataan sikap yang

berisi tentang hal-hal yang negatif atau kalimat yang tidak

mendukung pada objek.


35

I. Kerangka Konsep

Pengetahuan
Pendidikan Kesehatan
Reproduksi

Sikap

Keterangan :

: Independen

: Dependen

: Hubungan

J. Hipotesis

H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

remaja putri tentang personal hygiene saat mentruasi

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan

remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi


36

H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap sikap

remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap sikap

remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah desain Eksperimental dengan

menggunakan metode Pre Eksperimental dengan rancangan the one

group pre-test and post-test untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kesehatan reproduksi terhadap pengatahuan dan sikap remaja putri

tentang personal hygiene saat menstruasi studi di SMPN 18 Palu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2022

di tempat Sekolah SMPN 18 Palu.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas

VIII dan IX sekolah SMPN 18 Palu berjumlah 155 orang.

2. Sampel

Sampel yang di gunakan pada penelitian ini adalah 60 remaja

putri kelas VIII dan IX SMPN 18 Palu.

Salah satu metode yang di gunakan untuk menentukan

jumlah sampel adalah menggunakan rumus slovin, sebagai berikut :

N
Rumus Slovin n =
1+ N e2
38

37

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

e = Batas Toleransi Kesalahan ( Error Tolerance )

Besar populasi 155 orang, maka dapat ditentukan besar sampel adalah

N
n=
1+ Ne ²

155
n= 2
1+(155 x 0.1 )

155
n=
1+(155 x 0.01)

155
n=
2,55

n = 60 Responden

3. Cara pengambilan sampel

Teknik penelitian ini mengunakan teknik Random Sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel data yang secara acak tanpa

kriteria tertentu. Dari jumlah sampel 60 siswi tersebut kemudian

ditentukan jumlah masing-masing sampel di setiap kelas dengan

rumus :

¿= ¿ n
N

Keterangan:

ni = jumlah sampel angkatan


39

Ni = jumlah populasi angkatan

N = jumlah populasi keseluruhan

n = jumlah sampel keseluruhan

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari 6 kelas tersebut ialah :

75
Kelas VIII = ×61=29Siswi
155

80
Kelas IX = ×61=31Siswi
155

4. Teknik sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random

Sampling. Simple Random Sampling yaitu suatu teknik penentuan

sampel dengan cara mengambil sebagian jumlah sampel yang diinginkan

secara acak. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel dari Kelas

VIII dan IX dengan nama dan nomor responden di tulis dikertas

sejumlah populasi kemudian diundi seperti arisan, pengundian dilakukan

diluar waktu penelitian. Nama dan nomor responden yang keluar pada

pengundian akan di tulis dikertas untuk dijadikan data responden yang

akan menjadi sampel dalam penelitian.

D. Definisi Operasional

1. Definisi Operasional.

a. Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah


40

pemahaman remaja putri agar menjaga personal hygiene saat

menstruasi.

b. Pengetahuan

1. Pengertian : Kemampuan seseorang untuk menjelaskan

tentang personal hygiene saat mentruasi.

2. Alat ukur : Kuesioner

3. Cara Ukur : Pengisian Kuisioner

4. Skala Ukur : Ordinal

5.Hasil Ukur : Baik : Hasil presentase 76% - 100%

Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

Kurang : Hasil presentase <56%

c. Sikap

1. Pengertian : Respon responden terhadap promosi

kesehatan tentang personal hygiene saat

menstruasi yaitu pengertian, tujuan,

perawatan diri selama menstruasi,

pemanfaatan pembalut, kebersihan pakaian

(pakaian dalam) sehari-hari selama

menstruasi.

2. Alat ukur : Kuisioner

3. Cara ukur : Pengisian Kuisioner

4. Skala ukur : Ordinal

5. Hasil ukur : Baik jika skor 76 % - 100%


41

Cukup jika skor 56% - 75%

Kurang jika skor < 56%

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer meliputi data yang diperoleh secara langsung

dari responden saat dilakukan penelitian dengan menggunakan

kuisioner.

Kuisioner pertanyaan pengetahuan menstruasi terdiri dari

pernyataan tentang terkait dengan pengertian kesehatan

reproduksi, pengertian menstruasi, batasan menstruasi, waktu

menstruasi dan siklus haid. Pada bagian ini terdapat 10

pernyataan dimana soal no 1, 2, 3, 5, 7, 8, 10 untuk jawaban

“benar” dan pernyataan soal no 4, 6, 9 untuk jawaban yang

“salah”. Jumlah soal untuk mendapatkan nilai baik bila responen

menjawab 8-10 soal, nilai cukup bila menjawab 6-7 soal dan nilai

kurang bila menjawab kurang dari 6 soal.

Sedangkan untuk kuisioner sikap menggunakan skala likert

dengan mengajukan pertanyaan positif dan negatif. Untuk

variabel sikap dengan alternatif pilihan jawaban sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. dengan

penilaian pernyataan positif untuk sangat setuju skor 5, setuju

skor 4, ragu-ragu skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak

setuju skor 1, penilaian pernyataan negatif untuk sangat setuju


42

skor 1, setuju skor 2, ragu-ragu skor 3, tidak setuju skor 4 dan

sangat tidak setuju skor 5

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak

lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan komputer yang

dilakukan dengan beberapa tahap:

a). Editing

Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang

diperoleh melalui kuesioner telah lengkap, terisi semua dan

dapat dibaca dengan baik.

b). Scoring

Peneliti memeriksa kuesioner dengan memberikan nilai

atau skor pada kuesioner. Pada kuesioner pengetahuan

pertanyaan positif bila menjawab benar diberi nila 1 dan

menjawab salah diberi nilai 0. Pertanyaan negatif bila menjawab

benar diberi nilai 0 dan menjawab salah diberi nilai 1.

c). Coding

Setiap data diberi kode pada setiap kelompok untuk

memudahkan pada waktu memasukan data (entry data).

Pengkodean lembar kuesioner disesuaikan dengan pengisian

sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan intervensi


43

penyuluhan. Pada pengisian kuesioner pengetahuan pretest,

pengetahuan baik diberi kode 1, pengetahuan cukup diberi kode

2, dan pengetahuan kurang diberi kode.

d). Tabulating

Peneliti melakukan perhitungan atau tabulasi dengan

menggunakan program komputerisasi.

e). Cleaning

Setelah semua data dimasukkan ke dalam program

computer, lakukan pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan sebelum diolah secara statitik.

f). Entry

Entry data adalah memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam program computer untuk selanjutnya

dilakukan analisis menggunakan program komputerisasi.

F. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2015). Pada penelitian ini, analisis univariat untuk

mengetahui distribusi frekuensi dari variabel dependen yaitu

pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan edukasi

kesehatan reproduksi tentang personal hygiene saat menstruasi.

Analisa data dilakukan dengan formulasi distribusi frekuensi dengan


44

rumus :

f
P = x 100%
n

Keterangan :

P = Persentase

f = jumlah jawaban dari setiap alternatif

n = banyaknya responden yang menjawab

2. Analisis bivariate

Analisis bivariat digunakan untuk melihat

adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Untuk

menguji hipotesis yang berskala data kategorik, maka uji yang

digunakan adalah uji Wilcoxon.

Keputusan untuk menguji kemaknaan di gunakan batas

kemaknaan 95% (α = 0,05). Melalui perhitungan uji Wilcoxon

selanjutnya ditarik kesimpulan: bila ρ value< 0,05 artinya Ho

ditolak dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan

bermakna antara variable bebas dengan variabel terikat.

G. Penyajian Data

Penyajian data dalam tabel dan narasi untuk menjelaskan

variabel yang diteliti.


45

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah perilaku peneliti yang di penggang

secara teguh pada sikap ilmiah dan etika penelitian meskipun penelitian

tidak merugikan responden akan tetapi etika penelitian harus dilakukan

(Nursalam, 2016 dalam Ade, 2020). Masalah etika penelitian yang

harus diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Informed consent

Pada penelitian ini yang telah dilakukan peneliti adalah

membagikan lembar informed consent dan menjelaskan maksud

dan tujuan serta dampak yang akan terjadi selama proses

pengambilan data kepada responden. Fungsi dari informed

consent adalah supaya responden mengetahui maksud dan tujuan

serta memahami dampak dari penelitian ini. Dalam proses

pengisian informed consent jika responden bersedia di teliti, maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh

memaksa serta harus menghormati keputusan responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Pada penelitian ini responden tidak diwajibkan untuk

mengisi lembar kuisioner dengan keterangan nama sesuai dengan

kartu tanda penduduk, akan tetapi responden boleh mengisi nama

responden dengan inisial nama depan responden. Tujuannya

adalah untuk menjaga kerahasiaan data responden yang telah


46

diperoleh dari penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan kepada

responden akan menjamin kerahasiaan informasi dari setiap

responden baik secara lisan maupun tulisan. Peneliti akan

bertanggung jawab atas semua informasi dan data responden yang

telah diperoleh sebagai keperluan penelitian. Tujuan dari

confidentiality adalah memberikan jaminan untuk menjaga

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi tertulis maupun tidak

tertulis serta masalah lain saat penelitian berlangsung. Semua

penelitian yang sudah dikumpulkan oleh peneliti harus dijaga

kerahasiaannya.

Anda mungkin juga menyukai