Anda di halaman 1dari 12

KEDUDUKAN, RUANG LINGKUP, DAN CABANG-CABANG FILSAFAT

TUGAS MATA KULIAH


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individual
pada Mata Kuliah Filsafat Umum

DOSEN PENGAMPU
Taufik Apandi, M.Ag.

Oleh:
USAMAH ZUNDULLOH
NIM: 202001023

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah Swt. berkat rahmat
dan karunia-Nya kami diberikan kesempatan untuk menuntut ilmu. S}alawat dan
salam semoga tercurah limpahkan kepada panutan kita yaitu Nabi Muhammad
saw. beserta keluarga, sahabat, dan juga seluruh pengikut beliau yang senantiasa
patuh terhadap apa yang dibawa oleh beliau.
Kami bersyukur dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Namun
kami sadari di dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.

Garut, 29 Oktober 2021

Usamah Zundulloh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Ruang Lingkup Kajian Filsafat ................................................................ 3


a. Metafisika ............................................................................................ 3
b. Ontologi ............................................................................................... 4
c. Epistemologi ........................................................................................ 4
d. Aksiologi ............................................................................................. 5

B. Cabang-cabang Khusus dalam Filsafat..................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anggapan umum pertama tentang filsafat adalah bahwa yang dibahas
sebagai hal yang tinggi, sulit, abstrak, dan tidak terkait dengan masalah kehidupan
sehari-hari. Filosof sering digambarkan sebagai seorang yang mempunyai IQ dan
intuisi yang jauh melebihi tingkat rata-rata manusia. Filosof juga dipandang
sebagai seorang yang tidak memperdulikan masalah sehari-hari, tetapi sibuk
merenung dan memikirkan persoalan hakikat sesuatu yang sulit dicerna.
Sebenarnya, masalah-masalah pokok filsafat adalah persoalan yang
pernah dipikirkan setiap orang. Dalam hidup, tentu kita pernah mempertanyakan,
memikirkan, dan merenungkan kenapa ini harus begini, dan tidak boleh begitu.
Sedangkan itu harus begitu, tidak seharusnya begini. Untuk apa saya kuliah?
Kenapa kerabat kita yang baik meninggal? Kenapa ada orang yang sampai hati
berbuat seperti itu? Semua ini telah menjadi objek pemikiran filosofisnya.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan?
2. Apa saja ruang lingkup kajian filsafat?
3. Apa saja cabang-cabang khusus dalam filsafat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan.
2. Mengetahui ruang lingkup kajian filsafat.
3. Mengetahui cabang-cabang khusus dalam filsafat.

1
Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hlm. 1

1
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan. Sebelumnya
karena semua ilmu khusus telah mulai sebagai bagian dari filsafat yang kemudian
menjadi dewasa. Sesudahnya, karena semua ilmu menghadapi pertanyaan-
pertanyaan yang mengatasi batas-batas spesialisasi mereka. Oleh sebab itu banyak
ilmuwan sekaligus filsuf-filsuf ternama, seperti Aristoteles, Descartes, Leibniz,
Pascal, Kant, Whitehead, dan Einstein.2
Dalam perkembangannya filsafat sangat tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan pengetahuan pada masa peradaban kuno (masa Yunani) sehingga
sangat banyak bahkan hampir seluruh perkembangan ilmu pengetahuan itu
berhubungan dengan Yunani, contohnya saja seperti banyak kata-kata istilah atau
dasar pengetahuan yang memakai bahasa Yunani begitu juga dalam hal filsafat,
bahkan filsuf pertama (Thales) yang diyakini berada di Yunani.3
Filsafat sebagai induk dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, pengaruhnya
sampai saat ini masih terasa. Khusus orang yang mendapat gelar Doktor di luar
negeri bukan hanya ilmu filsafat tetapi juga ilmu-ilmu lain seperti sejarah, fisika,
psikologi, dan lain-lain diberi gelar Ph.D (Doctor of Philosophy). Padahal Ph.D.
seharusnya hanya digunakan untuk ilmu filsafat saja, ini menandakan bahwa
filsafat itu selalu eksis namun sudah ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, jadi
filsafat selalu terkait dengan ilmu-ilmu khusus.4
Ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan
reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait tidak dapat bergerak dan berkembang
apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga
alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikiran, rasa, dan keyakinan, sehingga
dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Dikatakan reflektif, karena ilmu, filsafat, dan agama dapat berkembang
berkat adanya keyakinan. Akan tetapi ketiga alat dan tenaga utama tersebut tidak
dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat, dan agama apabila tidak didorong dan

2
Harry Hamersma, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1981), hlm. 13
3
Gunawan Adnan, Filsafat Umum, (Aceh: Ar-Raniry Press, 2020), hlm. 3
4
Muliati Sesady, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: TrustMedia Publishing, 2019), hlm. 5

2
dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri yang terdapat
dalam diri manusia.5
A. Ruang Lingkup Kajian Filsafat
a. Metafisika
Berbicara metafisika merupakan salah satu objek kajian filsafat dalam
dimensi ‘mungkin ada’. Hal tersebut erat dengan definisi metafisika itu sendiri
yang bermakna ‘tidak nampak’ secara kasat mata. Meskipun tidak nampak namun
segelintir orang meyakini keberadaannya sebagai sesuatu yang eksis. Rene
Descartes, selaku tokoh filsafat Barat modern mengungkapkan bahwa metafisika
itu akar dari sebuah pohon ilmu pengetahuan (knowledge), pohonnya adalah fisika
sementara dahan-dahannya merupakan cabang ilmu lainnya. Hal tersebut karena
ada unsur dalam fisika itu sendiri yang tidak selalu tampak oleh pandangan mata.
Gravitasi misalnya, tidak ada yang tahu apa warna dan bentuknya, namun
keberadaannya sangat diakui dalam sains khususnya ketika Newton menemukan
hukum gravitasi tersebut setelah terinspirasi dari buah apel yang jatuh ke bawah.6
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari
persoalan filsafat yang:
a. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal.
b. Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan (beyond nature).
c. Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang
berada di luar pengalaman manusia (immediater experience).
d. Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehensif tentang
segala sesuatu.
e. Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan
benda, hakikat perubahan, pengertian kemerdekaan, wujud Tuhan,
kehidupan setelah mati, dan lainnya.
Metafisika ini suatu cabang filsafat yang paling sulit dipahami terutama
bagi pemula belajar filsafat. Pada umumnya filsafat kontemporer yang
orientasinya kepada pengetahuan ilmiah, terdapat metafisika skeptis.7

5
Ibid., hlm. 37-38
6
Adnan, Op.Cit., hlm. 7
7
Sesady, Op.Cit., hlm. 27-28

3
b. Ontologi
Ontologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji mengenai hakikat
sesuatu. Lengkapnya sebuah ilmu yang mencoba mengkaji tentang keberadaan
atau eksistensi terlepas apakah itu dalam dimensi fisik maupun metafisik.
Arti hakikat sangatlah luas, yaitu membahas sesuatu yang ada dan
mungkin ada. Hakikat adalah realitas atau kenyataan yang sebenarnya. Ontologi
berusaha menjawab pertanyaan “apa itu ada?” menjawab pertanyaan mengenai
peristiwa di jagat raya ini, apa dan mengapa bisa ada. Hal ini menunjukkan bahwa
yang menjadi objek kajian ontologi adalah realitas yang ada. Ontologi mempunyai
ciri-ciri khas yang terpenting, yakni:
1. Sesuatu yang ada (being), yang dibahas eksistensi suatu keilmuan.
2. Realitas (reality), adalah fenomena yang didukung oleh berbagai
data.
3. Eksistensi (existence), yaitu keadaan suatu fenomena yang hakiki,
yang secara hakiki terlihat maupun yang kasat mata.
4. Esensi (essence), merupakan pokok atau inti dari sebuah ilmu.
5. Substansi (substance), merupakan konteksasi filsafat yang
membicarakan problem makna suatu ilmu khususnya bagi dimensi
kehidupan manusia.
6. Perubahan (change), merupakan perumpamaan bahwa ilmu itu
seperti zat cair yang mudah terbentuk sesuai kondisi dan keadaan.
7. Jamak (many) dan Tunggal (one), merupakaan keadaan ilmu dan
kejadian itu bisa berubah menjadi banyak jenis.8
c. Epistemologi
Kata epistemologi berarti pengetahuan, tentang pengetahuan
(episteme). Ada dua aliran falsafi yang berperan besar dalam diskusi tentang proses
pengetahuan, yaitu rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme (akal budi)
merupakan sumber utama untuk pengetahuan. Rasionalisme mempunyai akar-akar
yang sangat tua, tetapi dalam jaman modern (setelah sekitar 1600) rasionalisme
mendapat tekanan baru pada filsuf-filsuf seperti Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Lawan rasionalisme adalah empirisme (pengalaman) yang mengatakan bahwa

8
Adnan, Op.Cit., hlm. 9-10

4
pengetahuan berasal dari pengalaman inderawi, bukan dari akal budi, karena akal
budi diisi dengan kesan-kesan yang berasal dari pengamatan yang kemudian kesan-
kesan ini oleh aka budi dihubungkan sehingga terjadi ide-ide majemuk. Tokoh-
tokoh empirisme antara lain Bacon, Hobbes, Locke, dan Hume.9
d. Aksiologi
Dalam bahasa Yunani, aksiologi diambil dari kata axios yang bermakna
nilai dan berasal dari logos yang bermakna teori (ilmu). Jadi, aksiologi merupakan
teori mengenai suatu nilai atau penilaian terhadap sesuatu. Aksiologi atau yang
dikenal sebagai etika adalah studi tentang prinsip dasar dan konseptual yang
mendasari penilaian bagi perilaku manusia, sebuah perspektif yang membedakan
antara benar dan salah dalam dimensi moral. Singkatnya, aksiologi merupakan
sebuah tolak ukur terhadap sesuatu dengan tingkatan yang dapat dipahami oleh
manusia, apakah sesuatu itu bernilai baik atau buruk, juga berupa anggapan apakah
sesuatu itu dinilai indah atau buruk.10
B. Cabang-cabang Khusus dalam Filsafat
Berbicara cabang tentu erat kaitannya dengan variasi dan identitas yang
berbeda. Filsafat ibarat seperti batang pohon besar yang ketika sudah menjulang
tinggi ke atas, maka akan membagi dirinya dalam berbagai cabang yang lebih
spesifik menuju ke daun. Begitu juga dalam eksistensi filsafat dalam membelah
dirinya ketika bersentuhan dalam perkembangan ilmu yang begitu luas. Filsafat
bisa disebut juga sebagai dasar pemikiran, tidak heran mengapa ia cenderung ada
dalam berbagai disiplin ilmu hingga saat ini, di antaranya:
1. Filsafat Pendidikan: cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat
pendidikan bahwa semua aktifitas pendidikan merupakan objek
yang penting dikaji.
2. Filsafat Hukum: cabang filsafat yang mempelajari hukum secara
filosofis.
3. Filsafat Ilmu: telaah kefilsafatan yang hendak menjawab
permasalahan mengenai substansi dan hakikat ilmu, yang dikaji dari

9
Hamersma, Op.Cit., hlm. 15-16
10
Adnan, Op.Cit., hlm. 16

5
aspek ontologis, aspek epistemologis serta pandangan
aksiologisnya.
4. Filsafat Politik: relfeksi filsafat mengenai bagaimana suatu
kehidupan bersama dikelola.
5. Filsafat Agama: cabang filsafat yang membahas agama menjadi
objek renungan.
6. Filsafat Kebudayaan: menganalisa macam struktur budaya beserta
prinsip-prinsip, struktur, media, derajat, dan nilai-nilai yang
meliputinya.
7. Filsafat Sejarah: ilmu yang membahas serta menyelidiki teori yang
bersinggungan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk
bersosial.
8. Filsafat Bahasa: teori mengeai bahasa yang sukses dikemukakan
para filsuf khususnya dalam memahami ilmu konseptual.11

11
Adnan, Op.Cit., hlm. 17-27

6
BAB III
PENUTUP
Filsafat sangat tidak bisa dipisahkan dari perkembangan pengetahuan
pada masa peradaban kuno (masa Yunani) sehingga sangat banyak bahkan hampir
seluruh perkembangan ilmu pengetahuan itu berhubungan dengan Yunani,
contohnya saja seperti banyak kata-kata istilah atau dasar pengetahuan yang
memakai bahasa Yunani begitu juga dalam hal filsafat, bahkan filsuf pertama
(Thales) yang diyakini berada di Yunani.
Filsafat dapat disebut dasar pemikiran, tidak heran mengapa ia
cenderung ada dalam berbagai disiplin ilmu hingga saat ini, seperti Filsafat
Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Ilmu, Filsafat Politik, Filsafat Agama,
Filsafat Kebudayaan, Filsafat Sejarah, Filsafat Bahasa, dan yang lainnya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan Adnan. 2020. Filsafat Umum. Aceh: Ar-Raniry Press.
Harry Hamersma. 1981. Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Muliati Sesady. 2019. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.
Nur A. Fadhil Lubis. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai