Anda di halaman 1dari 7
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA PENGAYOMAN LAPORAN KEGIATAN PENGENDALIAN IDENTIFIKASI RESIKO DAN INOVASI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DKI JAKARTA BABI PENDAHULUAN, A. Latar Belakang Kegiatan penilaian risiko yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta terdiri dari kegiatan rinci untuk menetapkan kriteria dan skala kemungkinan dan dampak, mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, memvalidasi risiko, dan memutuskan cara menanggapi risiko. Sebagaimana diketahui, setiap aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari adanya risiko yang dapat berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Resiko yang dihadapi oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta perlu dikembangkan lebih lanjut. Implementasi penilaian resiko di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta dilaksanakan dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah Republi Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), yang secara garis besar menyatakan bahwa setiap instansi diwajibkan untuk menerapkan Sistem Pengendalian Intern. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI jakarta diharapkan akan berkontribusi pada pencapaian peningkatan Layanan, Pembinaan, Pengendalian, Pengawasan Teknis dan Administratif yang meliputi Divisi Administrasi, Divisi Keimigrasian, Divisi Pemasyarakatan, dan Divisi Pelayanan Hukum dan HAM. Tujuan tersebut akan dicapai melalui penguatan sistem dan pembinaan Sumber Daya Manusia yang pada akhimya akan meningkatkan kualitas Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, Secara lebih spesifik, tujuan Kantor Wilayah yang profesional, berwibawa dan berwawasan global, sehingga terwujud pelayanan prima bagi masyarakat di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta melalui: . Pelaksanaan Pelayanan yang cepat; + Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; * Pemberian kemudahan yang berkualitas dalam pelayanan terhadap masyarakat; * Meningkatkan Sistem Informasi; + Pelaksanaan pengawasan , Pembinaan, Pengendalian Teknis dan Administratif serta menunjang pembangunan nasional. D. Untuk mencapai tujuan tersebut mengharuskan setiap instansi yang terkait untuk melakukan penilaian risiko (Risk Assesment) dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dasar 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksan Pngelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sitem Penendalian Intern Pemerintah; 7. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan; 8. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat; 9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Sasi Manusia RI Nomor M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dilingkingan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 10. Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor SEK.PR.O1.04-118 Tahun 2016terkait target kinerja 9803) tahun 2017; 11. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/46/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan. 2 Tujyan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan Zona Integritas menuju WBK (Wilayah Bebas Korupsi) dan WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih Melayani) bertujuan untuk: + Memberikan gambaran profik risiko pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta; + Memberikan pembelajaran dalam pemahaman risiko pada tugas dan kegiatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta; dan . Memberikan saran dan masukan kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup penilaian risiko adalah penilaian risiko atas peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta yang mempunyai peranan penting dan strategis terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai Instansi yang melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pemasyarakatan, Keimigrasian , Admisntrasi, dan Pelayanan Hukum dan HAM. Penilaian risiko (Risk Assesment) difokusikan pada kegiatan-kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta baik pada bidang teknis maupun Administrasi sebagai pendukung kegiatan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta. BAB II MONITORING DAN EVALUASI L Menetapkan Kriteria dan Skala Kemungkinan dan Dampak kriteria evaluasi risiko, yaitu keputusan mengenai tingkat risiko yang dapat diterima dan/atau mengenai tingkat risiko yang dapat ditoleransi dan yang mana harus segera ditangani harus ditetapkan secara jelas. Kriteria penilaian risiko atau kriteria evaluasi risiko terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu: probabilitas (kemungkinan), dampak dan gabungan probabilitas- dampak. Kriteria penilaian terhadap tingkat atau kemungkinan terjadinya (probabilitas) risiko yang digunakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta adalah skala lima (Sangat signifikan, signifikan, sedang, kurang signifikan, dan tidak signifikan) demikian juga kriteria penilaian terhadap tingkat konsekuensi atau dampak risiko dipilih skala lima (Sangat signifikan/berbahaya/katastropik, signifikan, sedang, kurang signifikan, dan tidak signifikan). Hasil kombinasi dari kedua kriteria penilaian resiko tersebut (probabilitas dan dampak) selanjutnya dituangkan kedalam matriks sebagai dasar atau template untuk penyusunan peta resiko sekaligus sebagai sarana untuk membuat kesepakatan atas area risiko yang dapat diterima (acceptable) atau area yang tidak dapat diterima (unacceptable). Dalam menentukan respon terhadap risiko sesuai selera risiko (risk appetite) pimpinan, risiko diprioritaskan dengan menggunakan peta risiko, dimana selera risiko digambarkan sebagai sebuah garis diagonal yang berarti risiko yang berada di atas dan kanan garis akan dipertimbangkan sebagai risiko yang tidak dapat diterima. Peta risiko tersebut telah mendapat Persetujuan pimpinan sehingga merupakan peta risiko yang tervalidasi. 2 Mengidentifikasi risiko Hasil identifikasi risiko atas 4 (empat) kegiatan utama Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta dapat disajikan sebagai berikut: Jumlah Dapat | Tidak dapat No DIVISI 5 | os 7 , : Kegiatan —_Dikendalikan | Dikendalikan 1 | ADMINSTRASI 4 vo a 2 | KEIMIGRASIAN 3 vo 3 | PEMASYARAKATAN | 5 v 4 | PELAYANAN HUKUM DAN HAM 7 v Berdasarkan tabel tersebut di atas, tampak bahwa banyaknya kegiatan dengan resiko dapat dikendalikan. 3. Menganalisis dan Mengevaluasi Risiko Tujuan dari tahapan ini adalah memisahkan risiko tingkat rendah dengan risiko tingkat sangat tinggi serta menyediakan data untuk tahapan evaluasi dan penanganan risiko. Analisis risiko dilakukan untuk menentukan probabilitas atau seberapa sering timbulnya ristko dan seberapa besar pengaruh dampak negatifnya terhadap pencapaian tujuan organisasi.. Area risiko digambarkan tabel berikut: Dampak Kemungkinan Tidak Kurang Sangat Sedang| Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan ‘Sangat Sering Sering Kadang-kadang ‘Jarang “Sangat Jarang Keterangan: + Warna Merah: Sisa risiko sangat tinggi, membutuhkan penanganan dengan prioritas yang sangat tinggi (risiko tidak dapat diterima) + Warna Kuning: Sisa risiko tinggi dan sedang, menjadi prioritas penanganan berikutnya (risiko tidak dapat diterima). + Warna Hijau: Sisa risiko rendah, berarti dapat ditoleransi (risiko dapat diterima). Bilamana digambarkan dengan kurva/peta maka area risiko akan Nampak sebagai berikut: Peta Risiko Dampak Kemungkinan Data Inovasi Pengendalian Risiko NO RESIKO NAMA DESKRIPSISINGKAT | Status INOVAST | Inovasi Pemasangan [Untuk melakukan pengawasan balk terhadap 1 ena Pegawol oe CCTV dan |petugas maupun terhadap Pengunjung guna | Sudah pti pembentukan |mencegah adanya Gratifikasi Berjalan loratinkasi ane 2 |setetambatanPenangsnan kompain| Penggunean [Untuk meneruskan memberkan jawaban dan |< masyarakat ‘Aplxasi E- — |penanganan komplain masyarakat Beaten Lapor 4 [Masreratat tidak mengetanu Hak | Peayanan Hak |Agar masyarakat mengetahu apa saja HAK yang, lyang didapatkan olen WEP WEP secara_|harus didapatkan oleh WBP Berolan Online Kurang pahamnya Masyarekat | yt tayanan [Untuk memben informasi dan 4 tentang Tugas dan Fungsi pemahaman kepada masyarakat terkait | Sudah Itermasuk pelayanan yang aca informasi tugas dan fungsi seta layanan | Berjalan dalam Kanwil Kemenkumham yang ada dalam Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta ot dakarta Sisumaker [Untuk mempercepat proses Keteriambata ar 5 areas ipersuratan sehingga mendapatkan Sudan me informasi lebih cepat Berjalan enumpuknya dokumen ‘aporan [er ‘mempermudah Layanan so , laporan notaris yang tidak Coenen eae |dapat diselesaikan tepat waktu ine BAB II REKOMENDASI Berdasarkan hasil identifikasi dan anaisis risiko disusun rencana tindak Pembinaan, Pengendalian, Pengawasan Teknis dan Admisnistrasi guna menghindar resiko dalam kegiatan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta. BAB IV PENUTUP Demikian laporan kegiatan pengendalian resiko dan inovasi ini dibuat, dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan kebijakan terkait Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta mendapatkan predikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi) dan WBBM (wilayah birokrasi bersih dan melayani). Jakarta, 04 Maret 2019 Kepala Bagian Program dan Humas, Sar NIP. 19650715 198603 1 002

Anda mungkin juga menyukai