Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESUME

ASUHA KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH


SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI
RT 1 RW 3 KELURAGAN KEDUNG COWEK KECAMATAN
BULAK SURABAYA

Disusun Oleh:

Rika Budi Agustianah, S.Kep 9102318011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019

1
2

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
ASUHA KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU
ANGGOTA KELUARGA MENDERITA DIABETES MELLITUSDI RT 1
RW 3 KELURAGAN KEDUNG COWEK KECAMATAN BULAK
SURABAYA

Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga Ini Dibuat Untuk Memenuhi


Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Program Profesi Ners

Surabaya, Mei 2019

Pembimbing Akademik Pembimbing Puskesma


3

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Hipertensi

1.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah elevasi persisten dari Tekanan Darah Sistolik (TDS) pada

level 140 mmHg atau lebih dan Tekanan Darah Diastolik (TTD) pada level 90

mmHg atau lebih (Black & Hawks, 2015).

Hipertensi adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah terus-menerus

mengalami peningkatan tekanan. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian

tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung berdetak maka akan memompa

darah ke dalam pembuluh darah. Tekanan darah dibuat oleh kekuatan darah yang

mendorong terhadap dinding pembuluh darah (arteri). Semakin tinggi tekanan

semakin keras jantung harus memompa (WHO, 2013).

1.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan pada dewasa dengan usia ≥ 18 tahun (JNC VIII
tahun 2014)
Klasifikasi TD TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal Dan <120 AND <80
Prahipertensi 120-139 OR Atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 OR Atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 OR ≥ 100

1.1.3 Faktor Penyebab Hipertensi

1.1.3.1 Faktor-Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

Menurut Black & Hawks (2015) terdapat beberapa faktor penyebab hipertensi

yang dapat diubah dan tidak dapat di ubah, berikut di bawah adalah faktor-faktor

yang tidak dapat di ubah dan yang dapat diubah :


4

1) Riwayat keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktoral yaitu pada seseorang dengan

riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan yang lainnya

dan juga lingkungan yang dapat meningkatkan tekanan darah naik dari waktu ke

waktu

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi

meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

3) Jenis kelamin

Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibanding

wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hampir sama

antara usia 55 sampai 74 tahun. Kemudian, setelah usia 74 tahun wanita beresiko

lebih besar.

4) Etnis

Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada wanita berkulit

putih dewasa, dengan hipertensi lebih rendah pada angka 4,7%. Pria berkulit putih

pada tingkat terendah berikutnya yaitu 6,3%, dan pria berkulit hitam pada tingkat

terendah berikutnya yaitu 22,5%. Angka kematian tertinggi pada wanita berkulit

hitam pada angka 29,3%. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi di antara orang

berkulit hitam tidak jelas, akan tetapi peningkatan dikaitkan dengan kadar renin yang

lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopresin, tingginya asupan

garam, dan tingginya stres lingkungan.


5

1.1.3.2 Faktor- Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

1) Diabetes

Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes

menurut beberapa studi penelitian terkini, diabetes mempercepat arterosklerosis dan

menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.

2) Stres

Stres meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta

menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Stresor bisa banyak hal, mulai dari

suara, infeksi, peradangan, nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma,

pengerahan tenaga berkepanjangan, respon pada pristiwa pembedahan dan

pengobatan medis dapat memicu respon stres rangsangan berbahaya ini diangap oleh

seseorang sebagai respon psikopatologi “melawan-atau-lari” (fight or fight)

diprakarsai di dalam tubuh. Jika respon stres menjadi berkelibihan atau

berkepanjangan, disfungi organ sasaran atau penyakit akan dihasilkan.

3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk “ apel”), dengan

meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan

dengan pengembangan hipertensi.

4) Nutrisi

Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi

esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif
6

terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi pencentus hipertensi pada

individu ini.

5) Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengkonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat

terlarang merupakan faktor-faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam

rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah.

1.1.4 Patofisiologi

Menurut Black & Hawks, (2015) berikut adalah patofisiologi dari hipertensi

esensial dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi primer (esensial)

Faktor yang menghasilkan perubahan pada resistensi vaskuler perifer, denyut

jantung, atau curah jantung mempengaruhi tekanan darah arteri sistemik. Empat

sistem kontrol yang memainkan peran utama dalam menjaga tekanan darah adalah:

(1) sistem baroresptor dan kemoreseptor arteri. (2) pengaturan volume cairan tubuh.

(3) sistem renin-angiotensin. (4) autoregulasi vaskuler. Hipertensi primer

kemungkinan besar terjadi karena kerusakan atau malfungsi pada beberapa atau

semua bagian. Agaknya bukan kerusakan tunggal yang menyebabkan hipertensi

esensial pada semua orang yang terkena.

Baroreseptor dan kemoreseptor arteri bekerja secara reflex untuk mengontrol

tekanan darah. Baroreseptor reseptor peregangan utama, ditemukan di sinus karotis,

aorta, dan dinding bilik jantung kiri. Mereka memonitor tingkat tekanan arteri dan

mengatasi peningkatan melalui vasodilatasi dan memperlambat denyut jantung

melalui saraf vagus. Kemorespetor, berada di medulla dan tubuh karotis dan aorta,
7

sensitif terhadap perubahan dalam konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion

hydrogen (PH) dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen arteria atau PH

menyebabkan kenaikan refleksif pada tekanan, sementara kenaikan konsentrasi

karbon dioksida menyebabkan penurunan tekanan darah.

Perubahan- perubahan pada volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik.

Dengan demikian kelainan dalam transport natrium dalam tubulus ginjal mungkin

menyebabkan hipetensi esensial. Ketika kadar natrium dan air berlebihan

menyebabkan volume total darah meningkat, dengan demikian meningkatkan tekanan

darah. Renin dan angiotensin memainkan peran dalam mengatur tekanan darah.

Renin adalah enzim yang di produksi oleh ginjal yang mengatalis substrat protein

plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang dihilangkan oleh enzim pengubah ke

paru-paru untuk membentuk angiotensin II dan kemudian angiotensin III, angiotensin

II dan III bertindak sebagai vasokonstriktor dan juga merangsang pelepasan

aldosterone. Dengan meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan

III tampaknya juga menghambat ekskresi natrium, yang menghasilkan naiknya

tekanan darah (Black & Hawks, 2015).

2. Hipertensi sekunder

Glomerulonefritis dan stenosis arteri renal kronis adalah penyebab yang paling

umum dari hipertensi sekunder. Kelenjar adrenal dapat mengakibatkan hipertensi

sekunder jika ia memproduksi aldosterone, kortisol, dan ketekolamin berlebih.

Kelebihan aldosterone mengakibatkan renal menyimpan natrium dan air,

memperbanyak volume darah, dan menaikan tekanan darah. Feokromositoma, tumor

kecil di medulla adrenal dapat mengakibatkan hipertensi dramatis karena pelepasan


8

jumlah epinefrin dan norepinefrin (disebut ketekolamin) yang berlebihan.

Permasalahan adrenokorsikal lainya dapat mengakibatkan produksi kortisol yang

berlebihan (Syndrome Cushing). Kortisol meningkatkan tekanan darah dengan

meningkatkan simpanan natrium renal, kadar angiotensin II, dan reaktivitas vaskular

terhadap norepinefrin. Stres kronis meningkatkan kadar ketekolamin, aldosterone,

dan kortisol dalam darah. (Black & Hawks, 2015).

1.1.5 Manifiestasi Klinis

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), manifestasi hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Sakit kepala, pusing

2. Sesak nafas

3. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipersensitifitas pada retina

4. Lemas, kelelahan

5. Nokturia yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus

6. Mual, muntah

7. Kesadaran menurun

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang Pada Hipertensi

Menurut Ujiati (2011) terdapat beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan

untuk menegakan diagnose hipertensi, yaitu :

1.1.3.2 Hitungan darah lengkap (complete blood cell count)

Hitung darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematocrit (Ht)

untuk menilai viskositas dan indikator faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas,

anemia.
9

1.1.3.3 Kimia darah

1) Serum glukosa : hiperglikemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi)

akibat dari peningkatan ketekolamin.

2) Kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar kolesterol mengindikasikan

adanya pembentukan plaque artheromatus.

3) Kadar serum aldosterone : menilai adanya hipertiroidisme primer

4) Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.

1.1.3.4 Elektrolit

Serum potasium atau kalium (hipoglikemia mengindikasikan adanya

aldosteronisme yang merupakan efek samping dari diuretik). Serum kalsium yang

meningkat berkontribusi terhadap kejadian hipertensi.

1.1.3.5 Urin

1) Analisis urin, adanya darah, protein, glukosa dalam urin, hal tersebut

mengindikasikan adanya disfungsi pada renal.

2) Urin VMA (vanlly mandelic acid) : pemeriksaan ini merupakan indikator

peningkatan kadar pheolochrommacytoma.

3) Steroid urin yang meningkat mengindikasikan hiperadrenalisme

pheolochrommacytoma, atau disfungsi pituitary, sindrom cushing’s ; kadar renin

yang meningkat.

1.1.3.6 Radiologi

1) Intra venous pyelografi (IVP) mengindikasikan penyebab hipertensi seperti renal

parenchymal disease, urolitiasis, benign prostate hyperplasia (BPH)


10

2) Rontgen toraks, menunjukan adanya destruksi klasifikasi obstruksi katup jantung,

deposit kalium pada aorta, dan pembesaran jantung.

3) EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau

distritmia.

1.1.7 Penatalaksanaan

2.1.7.1 Penatalaksanaan non farmakologis

Menurut Muttaqin (2015) berikut beberapa teknik non farmakologi yang

dapat diterapkan pada penderita hipertensi

1) Teknik-teknik mengurangi stres.

2) Penurunan berat badan.

3) Pembatasan alkohol, natrium dan tembakau.

4) Olah raga/latihan (meningkatkan lipoprotein).

5) Teknik relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap

terapi anti hipertensi.

Tabel 2.2. Klasifikasi dan pengelolaan tekanan darah untuk orang dewasa
(JNC VII (2008)
Klasifikasi Tekanan Tekanan Modifikasi Terapi obat awal
tekanan darah darah gaya hidup Tanpa Dengan
darah sistolik diastolic komplikasi komplikasi
Normal <120 <80 Memulai Tidak perlu Obat hanya
gaya hidup obat untuk penyakit
sehat antihipertensi utama
Pre 120-139 80-89 Perlu
hipertensi
Hipertensi 140-159 90-99 Perlu Tipe diuretic Obat untuk
derajat 1 thiazide. Perlu indikasi yang
dipertimbangka mendesak. Obat
n penggunaan antihipertensi
ACEI, (diuretic, ACEI,
ARB,BB, CCB ARB,BB,CCB).
11

Hipertensi ≥ 160 ≥ 100 Perlu Kombinasi dua Sesuai


derajat 2 obat (thiazide- kebutuhan
tipe diuretic dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB)

2.1.7.2 Penatalaksanaan farmakologis

Tabel 2.3 Guideline hipertensi evidence-based berfokus pada 3 ranking paling tinggi
dari panel yang diidentifikasi melalui teknik modifikasi Delphi
Obat anti-hipertensi Dosis per hari Dosis target Dosis yang disarankan
(mg) pemakaian perhari

ACE inhibitor
Captropil 50 150-200 2
Enalpril 5 20 1-2
Lisnopril 10 40 1
Angiotensin receptor bloger
Eprostan 400 600-800 1-2
Candestain 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbestan 75 300 1
β- blockers
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium channel blockers
Amlodipine 2.5 10 1
Diltiazem extended release 120-180 360 1
Nitrendipine 10 20 1-2
Thiazide –type diuretic
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12.5 12.5-25 1
Hydrochlorothiazide 12.5-25 25-100 1-2
Indapamide 1.25 1.25-2.5 1
12

1.1.8 Komplikasi

Menurut Corwin (2015) terdapat beberapa komplikasi dari hipertensi,

yaitu:

1) Stroke, dapat timbul akibat tekanan darah yang terlalu tinggi di otak, stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri yang menyuplai darah ke otak mengalami

hiperatrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke jaringan di otak menurun.

2) Infark miokardium terjadi apabila arteri koroner yang mengalami arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan

hiperatrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak terpenuhi sehingga

mengakibatkan iskemia pada jantung hal tersebutlah yang menyebabkan infark

miokard.

3) Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler

ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus mengakibatkan darah yang seharusnya

mengalir ke unit fungsional ginjal terganggu, jika terjadi secara terus menerus secara

berkelanjutan dapat mengakibatkan iskemia pada jaringan sekitar ginjal. Dengan

rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik plasma berkurang dan menyebabkan edema.

4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat) tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang

intestinum di seluruh susunan saraf pusat.


13

5) Komplikasi pada mata dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi yang

menimbulkan kebutaan.

1.9 Pengkajian Keperawatan Keluarga


1.9.1 Pengkajian
Menurut Freedman (2012) pengkajian adalah tahap seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga
adalah:
1. Struktur dan karakteristik keluarga.
2. Sosial, ekonomi, dan budaya.
3. Faktor lingkungan.
4. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5. Psikososial keluarga.
Pengkajian data pada asuhan keperawatan keluarga berdasarkan format
pengkajian keluarga meliputi:
1. Data Keluarga
A. Nama kepala keluarga
B. Usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat kepala keluarga, komposisi anggota
keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau
umur, hubungan dengan kepala keluarga , status imunisasi dari masing-
masing anggota keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga
generasi).
14

Gambar 2.1 Contoh Genogram


Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Ikatan perkawinan
: Tinggal dalam satu rumah
: Pasien

C. Tipe Keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
Menurut Friedman (2010) terdapat 8 tipe keluarga :
1. Nuclear famuly (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya.
2. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua
keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama
lain.
3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga
dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,
yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan
terdahulu.
15

6. Three generation family. keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek,
nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang
dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami
istri paruh baya.
D. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
E. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
F. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
G. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan keluarga pergi bersama- sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu
luang atau senggang keluarga (Mubarak, 2012).
2. Tahap Dan Riwayat Perkembangan Keluarga
A. Tahap perkembangan keluarga saat ini. Data ini ditentukan dari anak tertua
dalam keluarga. Tahap dan tugas perkembangan keluarga menurut Freedman (2010)
ada 8, yaitu:
1. Keluarga pemula memiliki tugas :
a. membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b. menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua.
2. Keluarga sedang mengasuh anak memiliki tugas :
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
16

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan


anggota keluarga.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek nenek.
3. Keluarga dengan anak usia prasekolah memiliki tugas :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah memiliki tugas :
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja memiliki tugas :
a. Mengembangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.
6. Keluarga melepaskan anak dewasa muda memiliki tugas :
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.
7. Orangtua usia pertengahan memiliki tugas :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
17

b. Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh arti


dengan para orangtua lansia dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.
8. Keluarga lansia memiliki tugas :
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup).
B. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Data ini menjelaskan
mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum
terpenuhi dan alasan mengapa hal tersebut belum terpenuhi.
C. Riwayat keluarga inti. Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber
kesehatan yang bisa digunakan serta pengalaman menggunakan pelayanan
kesehatan.
D. Riwayat kesehatan sebelumnya. Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari
pihak suami dan istri.
3. Struktur Keluarga
a. Sistem pendukung keluarga. Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat
sekitar terkait dengan kesehatan dan lain sebagainya.
b. Pola komunikasi keluarga. Data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi
dengan keluarga serta frekuensinya.
c. Struktur peran. Data ini menjelaskan mengenai peran anggota kelurga dan
masyarakat yang terbagi menjadi peran formal dan informal. Menurut Nasrul
Effendy, (1998) dalam Dion Y, dan Betan Y (2013) Peran yang terdapat
didalam keluarga adalah sebagai berikut :
18

a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik
anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
d. Nilai/Norma keluarga. Data ini mejelaskan mengenai nilai atau norma yang
dianut keluarga terkait dengan kesehatan.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga didefinisikan sebagai hasil atau konsekwensi dari struktur
keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji
dan mengintervensi keluarga menurut Setyowati, S dan Murwani, A, 2008
adalah :
a. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas
kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para anggota
keluarga.
b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak
yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang
produktif, dan juga sebagai penganugrahan status anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan
menambah sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang
memadai dan mengalokasikan sumber – sumber tersebut secara efektif
19

e. Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik–


pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah menurt Friedman, 2010 adalah sebagai
berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan : kemampuan keluarga dalam mengetahui
penyebab, tanda gejala, komplikasi, serta pencegahan suatu masalah
kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kemampuan keluarga
mengambil keputusan untuk mengatasi suatu masalah kesehatan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit : kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan upaya-upaya apa saja yang di
lakukan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat : kemampuan
keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit dengan cara merubah
atu memodifikasi tempat tinggal.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
masyarakat: kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
misalnya puskesmas di lingkungan tempat tinggalnya
6. Pola Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
d. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan.
e. Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
7. Pengkajian Lingkungan
20

a. Karakteristik rumah. Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perawbotan
rumah tangga, jenis WC, serta jarakn WC ke sumber air. Data karakteristik
rumah disertai juga dalam bentuk denah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat. Data ini menjelaskan
mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan dan budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga. Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Data ini menjelaskan
mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh mana keterlibatan dalam
pertemuan dengan masyarakat (Widyanto, 2014)
1.9.2 Skoring Prioritas Masalah
Tabel 2.1 Skala Prioritas Dalam Menentukan Masalah Kesehatan
Kriteria Skala Bobo Skoring Pembenaran
(melihat t
nilai (tidak
dari dapat
kriteria di
ubah)
Sifat masalah Bila keadaan
Aktual : 3 3 1 3/3 X 1 = 1 tidak segera
Resiko: 2 diatasi
Kesejahteraan : menyebabkan
1 bahaya

Kemungkinan Penyediaan
masalah dapat 0 2 0/2 X2 = 0 sarana dan
di ubah prasarana
Mudah : 2
Sebagian 1
Tidak dapat :0
Potensial Kesadaran
masalah untuk 1 1 1/3 X 1 = 1/3 anggota
di cegah
21

Tinggi : 3 keluarga
Cukup rendah :
2
Rendah : 1
Meninjolnya Keadaan telah
masalah 2 1 2/2 X 1 =1 berlangsung
Segera : 2 lama
Tidak perlu
segera : 1
Tidak di rasakan
:0
Total 21/3

Penentuan prioritas dengan kriteria skala :


1. Untuk krteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat
karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
2. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah.
b. Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga.
c. Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu.
d. Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi, dan dukungan.
3. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
c. Tindakan yang sedang dijalankan atau yang yang tepat untuk
memperbaiki masalah.
d. Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak actual dan
menjadi parah.
4. Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai perespsii atau bagaimana
keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.
22

1.9.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat
mengidentivikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status kesehatan klien (Nanda,
2013).
Problem yang sering terjadi pada kasus Kanker Serviks antara lain:
1. Pola napas tidak efektif ditandai dengan pasien mengatakan sesak napas,RR lebih
dari 20x/menit, sesak napas,SPO2 < 95%, napas cuping hidung.
2. Nyeri kronis yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri akibat Ca servik,
nyeri seperti tertusuk-tusuk,skala nyeri 0-10, nyeri dirasakan hilang timbul saat
beraktivitas.
3. Resiko Gangguan perfusi Jaringan Serebral ditandai dengan pasien mengatakan
sakit kepala,kesadaran Pasien menurun.
4. Hipertermi ditandai dengan badan pasien terasa panas,suhu > 37,5 , mukosa bibir
kering,
5. Defisit nutrisi ditandai dengan napsu makan menurun, mual muntah, BB
menurun, albumin menurun, pasien tampak lemas, turgor kulit menurun, mukosa
bibir kering,
6. Kerusakan integritas jaringan ditandai dengan adanya ulkus,adanya tanda-tanda
infeksi(rubor,kalor,dolor,tumor,fusiolesa).
7. Intoleransi aktivitas ditandai dengan pasien tampak lemas, kelemahan,
pusing,sesak napas.
8. Defisit perawatan diri ditandai dengan pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
ADL secara mandiri, aktivitas ADL pasien tampak dibantu.
Etiologi keperawatan keluarga mengacu pada tugas keluarga dibidang kesehatan
yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
23

3. Mampu merawata anggota keluarga yang sakit


4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

1.9.4 Perencanaan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan
1. Nyeri Kronis berhubungan Tujuan Umum : 1. Jelaskan tindakan yang
dengan salah satu fungsi Setelah dilakukan tindakan akan dilakukan
keluarga yang ditandai keperawatan selama 3 hari2. berikan posisi yang
dengan pasien mengatakan diharapkan nyeri kronis nyaman sesuai kebutuhan
nyeri, nyeri seperti dapat diadaptasi pasien
tertusuk-tusuk,skala nyeri Tujuan Khusus: 3. ajarkan pasien teknik
0-10,nyeri hilang timbul, Setelah dilakukan 3x relaksasi dan distraksi
pasien tampak meringis kunjungan rumah 4. kaji skala nyeri yang
kesakitan dengan hasil diharapkan klien dan dirasakan
pemeriksaan fisik TD : keluarga klien mampu 5. kolaborasi dengan dokter
120/80 Suhu 36,5 Nadi 80 melakukan salah satu atau dalam pemberian terapi
x menit RR 20 xmenit. lebih fungsi keluarga: obat
1. Mampu melakukan posisi
6. observasi TTV
yang nyaman sesuai
kebutuhan pasien
2. Mampu melakukan teknik
relaksasi dan distraksi
24

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan


secara menadiri
2 Pola Nafas Tidak efektif Tujuan Umum :
berhubungan salah satu Setelah dilakukan 1. Jelaskan Tindakan
atau lebih fungsi keluarga kunjungan selama 3x Yang akan Dilakukan
yang ditandai dengan masalah keperawatan pada pasien dan keluarga
pasien mengatakan sesak keluarga pola nafas tidak 2. berikan posisi pasien
nafas, Pengembangan paru efektif dapat teratasi sesuai kebutuhan pasien
simetris, Pasien nampak Tujuan Khusus : 3. observasi penggunaan
sesak, RR > 20 x/ menit, Setelah dilakukan 3x otot bantu nafas dan
Irama nafas tidak kunjungan rumah nafas cuping hidung
teratur,Terdapat otot bantu diharapkan klien dan
4. berikan pasien oksigen
nafas keluarga klien mampu sesuai kebutuhan
strenokleidomastoideus melakukan salah satu atau
5. kolaborasi dengan dokter
lebih fungsi keluarga: dalam terapi oksigen
1. Mampu melakukan posisi
yang nyaman sesuai
kebutuhan pasien

3 Hipertermi berhubungan Tujuan Umum: 4. jelaskankan Tindakan


dengan ketidakmampuan Setelah dilakukan yang akan dilakukan
keluarga dalam merawat kunjungan selama 3x pada pasien tentang
anggota keluarga yang masalah keperawatan tindakan yang akan
sakit pada keluarga hipertermi dapat dilakukan
teratasi. 5. berikan kompres dingin
Tujuan Khusus: pada pasien
Setelah dilakukan 3x
6. anjurkan pasien memakai
kunjungan rumah pakaian tipis
diharapkan klien dan
7. anjurkan pasien untuk
25

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan


keluarga klien mampu banyak minum air untuk
melakukan salah satu atau mencgah komplikasi.
lebih fungsi keluarga 8. kolaborasi dengan dokter
1. Mampu melakukan dalam pemberian obat
kompres dingin pada antipiretik
pasien 9. observasi TTV
2. pasien dapat memakai
pakaian tipis
3. pasien dapat banyak
minum air untuk
mencegah komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai