4C - Kel 7 - Pengkajian Per Sistem
4C - Kel 7 - Pengkajian Per Sistem
Dosen Pengampu :
TIM
Disusun Oleh : Kelompok 7 (4C)
1. Sekar Ayu Setianingrum 1911020138
2. Ika Ayu Afida 1911020152
3. Vivi Aryani 1911020170
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk tugas ini, supaya tugas ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….…………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…………iii
BAB I………………………………………………………………….…………………….1
PENDAHULUAN…………………………………………………………….…………….1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II……………………………………………………………………………………….3
LAPORAN PENDAHULUAN…………………………………………………………….3
A. Definisi......................................................................................................................3
B. Epidemiologi.............................................................................................................4
C. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait Hepatitis...................................................7
D. Etiologi....................................................................................................................10
E. Manifestasi Klinik..................................................................................................11
F. Patofisiologi............................................................................................................12
G. Pathway...................................................................................................................14
H. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................16
I. Diagnosa Yang Mungkin Muncul........................................................................17
J. Perencanaan Keperawatan...................................................................................17
K. Penatalaksanaan....................................................................................................21
BAB III…………………………………………………………………………………….22
ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………………….……22
ANALISIS DATA...........................................................................................................39
RENCANA KEPERAWATAN......................................................................................42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..........................................................................49
EVALUASI KEPERAWATAN.....................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………………….68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ii
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Epidemiologi
ii
RI, 2006). Hepatitis E dengan jumlah kasus 146 orang (Kemenkes RI,
2014).
Dari semua data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah
terbanyak adalah penderita Hepatitis B. Sedangkan prevalensi infeksi
Hepatitis B di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan
penularannya pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode
perinatal) dan horizontal (pada masa anak-anak). Diperkirakan lebih
dari 350 juta diantaranya menjadi kronik dan sekitar 75% karier
Hepatitis B kronik berada di Asia Pasifik. Pada daerah tertentu seperti
Amerika bagian utara, Eropa bagian utara dan barat, Amerika Selatan,
Australia dan Selandia Baru, memiliki prevalensi HBsAg yang relatif
rendah (< 2%).
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat endemisitas
tinggi (WHO, 2014). Data Kemenkes RI tahun 2014 menunjukkan
bahwa prevalensi Hepatitis pada seluruh provinsi di Indonesia adalah
Bengkulu terdapat 19 kasus, Sumatera Barat terdapat 159 kasus,
Kalimantan Timur terdapat 282 kasus. Selain pasien ternyata perawat
adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti
oleh dokter sekitar 31% (Askarian, et al., 2011).
Prevalensi Hepatitis di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 adalah
0,8%.5 kabupaten /kota dengan prevalensi Hepatitis tertinggi adalah
Purbalingga dan Banjar Negara, masing-masing (1,5%), Magelang dan
Pekalongan masing-masing (1,4%), Pemalang (1,3%). Berdasarkan
pekerjaan, kelompok pegawai menempati prevalensi Hepatitis tertinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Jenis Hepatitis yang banyak
menginfeksi penduduk di Jawa Tengah adalah Hepatitis B (21,9%), dan
Hepatitis A (16,4%). Tahun 2012 ditemukan 30 kasus hepatitis A di
Kab. Banyumas, sebagian besar penderita adalah pelajar dan mahasiswa
ii
depan berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma
b) Fasies inferior: permukaan yang menghadap ke bawah dan
ke belakang, mempunyai permukaan tidak rata karena
terdapat lekukan fisura transversus.
c) Fasies posterior: permukaan bagian belakangnya terlihat
beberapa alur berbentuk garis melintang yang disebut porta
hepatis. Kedua garis tengah alur di sebelah kiri fossa sagitalis
sinistra terdapat ligamentum teres hepatis menuju porta
hepatis ke arah kaudatus. Ligamentum venosus arantii
berjalan dari porta hepatis ke arah kranialis belakang. Alur
sebelah kanan fossa sagitalis dekstra memiliki dua lekukan
yaitu:
• Lekukan depan fossa vesika fellea di belakang empedu,
• Lekukan belakang fossa vena kava inferior yang terdapat
pada vena kava inferior.
d) Fasies lobus sinistra: berhubungan dengan esofagus dekat
lobus kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan
gaster. Fasies inferior lobus sinistra membentuk impressio
yang sesuai dengan kurvatura mayor yang terletak di depan
omentum. Fasies inferior lobus dekstra berbatasan dengan
ginjal, glandula suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli
dekstra kanan bawah. Fasies superior merupakan bagian
anterior yang diliputi oleh peritoneum sedangkan bagian
bagian medialnya yang berbatasan dengan dinding depan
perut. Fasies posterior tidak ditutup oleh peritoneum,
berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah lekuk di
sebelah kanan vena kava inferior di atas infresio renalis yang
disebut infresio suprarenalis.
3) Pembuluh darah hati
Suplai darah berasal dari arteri seliaka, menuju ke kanan
membentuk lipatan peritoneum di depan vena porta bercabang
menjadi :
a) Arteri hepatika propia: berjalan ke dalam ligamentum hepato
duodelae bersama dengan vena porta dan duktus koledokus
menjadi arteri gastrika.
b) Aliran pembuluh balik berkumpul pada vena hepatika keluar
dari permukaan belakang sebelah kranial hepar dan bermuara
ke vena kava inferior.
4) Pembuluh limfe hati
Hati menghasilkan cairan limfe sekitar ⅓-½ cairan limfe.
Pembuluh limfe meninggalkan hati masuk ke dalam kelenjar
limfe. Dalam porta hepatis pembuluh aferen berjalan ke nodi
limpatisi seliaka dan beberapa pembuluh berjalan ke area hati
melalui diafragma menuju ke nodi limpatisi mediastinalis
posterior.
5) Persarafan hati
Persarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang
melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang
yang banyak berjalan langsung ke hati. (Syaifuddin, 2013)
Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:
a) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran
darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena
porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml
lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-
rata 1450 ml/menit.
b) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar
sistem metabolisme tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik
dalam metabolisme karbohidat, mengubah galaktosa dan
fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis membentuk banyak
senyawa kimia penting dan hasil perantara metabolisme
karbohidrat serta menyimpan glikogen.
c) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu
yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
d) Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
ii
e) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah.
f) Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K),
mineral (termasuk zat besi). 7. Mengontrol produksi serta
ekskresi kolesterol.
g) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna
makanan dan menyerap zat gizi penting.
h) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun
(detoksikasi) serta memetabolisme alkohol.
Terjadinya proses peradangan akibat invasi virus hepatitis akan
menyebabkan kerusakan sel-sel hepar. Sel-sel hepar mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam banyak hal. Perubahan yang
terjadi akibat proses ini tentu saja tergantung pada derajat
kerusakan sel. Perubahan yang terjadi antara lain :
a) Terganggunya fungsi hepatosit akibat kerusakan sel
b) Retikuloendoplasma merupakan organ yang pertama berubah,
sementara bagian ini bertanggung jawab pada sintesis protein
dan streoid, konjungasi glukorinil, dan detoksifikasi.
c) Kerusakan mitokondria terjadi kemudian. Sel Kupffer
bertambah banyak dan bertambah besar, duktus dan vaskuler
mengalami perubahan. (Diyono&Sri Mulyanti, 2013)
D. Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit. page 485-488) :
a) Virus
Uraian Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis E
E. Manifestasi Klinik
1) Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama
kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatalgatal mencolok pada hepatitis virus B.
2) Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
ii
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal
pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
3) Fase Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15
hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas
capai.
F. Patofisiologi
G. Pathway
ii
Alkohol virus obat-obatan
Glukosa menurun
Kerusakan konjugasi
Glukosa dalam darah berkurang konjugasi
Obstruksi
Cepat lelah
Kerusakan sel ekresi empedu Bilirubin gagal
dikelurkan dektus
hepatikus
Keletihan
Retensi bilirubin
Pruritus gelap Perubahan kenyamanan Bilirubin dan Ekresi dalam kemih berwarna
ii
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilaksanakan :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
a) AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun.
b) Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis
berat )
c) Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200
mg/ml prognosis buruk mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan
penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria
dapat terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada
kandung empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan
splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan
parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan Biopsi hati : menunjukkan diagnosis
dan luasnya nekrosis
I. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
Untuk perumusan masalah keperawatan berpedoman pada buku
Diagnosa Medis dan SDKI,SLKI, SIKI Diagnosa keperawatan yang
dapat terjadi pada pasien dengan hepatitis yaitu:
a) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologi d.d Mengeluh Nyeri
b) Defisit Nutrisi b.d Kurangnya Asupan Makanan d.d Nafsu Makan
Menurun
c) Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (penyakit kronis) d.d Mengeluh Le
lah
d) Hipertermia b.d Proses Penyakit d.d Suhu tubuh di atas nilai normal
J. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologi d.d Mengeluh Nyeri
Intervensi : Manajamen Nyeri
a. Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
Identifikasi skala nyeri.
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri.
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
Monitor efek samping penggunaan analgetik.
b. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (misal TENS, hipnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain).
ii
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
c. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri.
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
2. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya Asupan Makanan d.d Nafsu Makan
Menurun
Intervensi : Manajemen Nutrisi
a. Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan introleransi makanan.
Identifikasi makanan yang disukai.
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogestrik.
Monitor berat badan
Monitor asupan makanan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
b. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
Fasilitasi menentukan pedoman diet (misal piramida
makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Berikan suplemen makanan, jika perlu.
Hentikan pemnerian makan melalui selang nasogetrik
jika asupan oral dapa ditoleransi.
c. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal
pereda nyeri, antiemetik), jika perlu.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan jika perlu.
3. Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (penyakit kronis) d.d Mengeluh Le
lah
Intervensi : Manajemen Energi
a. Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan.
Monitor kelelahan fisik dan emosional.
Monitor pola dan jam tidur.
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas.
b. Teraupetik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (misal
cahaya, suara, kunjungan).
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan.
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif.
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
c. Edukasi
ii
Anjurkan tirah baring.
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Hipertermia b.d Proses Penyakit d.d Suhu tubuh di atas nilai normal
Intervensi : Manajemen Hipertermia
a. Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (missal dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator).
Monitor suhu tubuh.
Monitor kadar elektrolit.
Monitor haluaran urine.
Monitor komplikasi akibat hipertermia.
b. Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian.
Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
Berikan cairan oral.
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringan berlebih).
Lakukan pendinginan eksternal (missal selimut
hipeotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila).
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu.
c. Edukasi
Anjurkan tirah baring.
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu.
K. Penatalaksanaan
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan
tetapi banyak pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas
aktifitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan umur orang
tua dan keadaan umum yang buruk.
2. Obat-obatan
a) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunan bilirubin darah. Pemberian bila untuk
menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
b) Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh obat
: Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c) Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d) Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka
penekanan lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk
penyediaan makanan dan air bersih dan aman. Higien umum,
pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi secara
aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu
disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.
ii
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
ii
sekali. Selama sakit klien mengatakan di seka oleh keluarganya dua
kali sehari, menggosok gigi dibatu oleh keluarga. Pola istirahat tidur,
sebelum sakit klien biasa tidur 7-8 jam pada malam hari, tidur siang
hanya 2 jam. Selama sakit klien mengatakan tidur 4-5 jam per hari
pada malam hari, kadang-kadang tidak bisa tidur saat merasa nyeri
dan sering terbangun, dan kurang lebih 1 jam siang hari sering
terbangun karena lingkungan sekitar yang berisik dan kadang
terbangun karena merasa nyeri, mual dan muntah.
ii
Tgl masuk RS : 4 April 2021
Ruangan/kelas : Kanthil/1
Tgl operasi :-
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
ii
Tanggal pengkajian : 04 April 2021, jam 08.00
1. ASPEK BIOLOGIS
Keterangan : normal
9. Hidung (pembauan)
- Septum hidung : normal (septum tidak membengkok
atau miring)
- Sekret hidung : bersih tidak terdapat secret hidung
- Polip : tidak ada
ii
- Ganguan penciuman : tidak ada
10. Telinga (pendengaran)
- Lubang telinga : bersih
- Membran tympani : normal
- Gangguan pendengaran : dapat mendengar dengan
jelas
11. Mulut dan leher
a. Bibir
- Warna : Pucat
- Mukosa bibir : pucat
b. Gigi
- Karang gigi : tidak ada
- Caries : tidak ada
- Gigi tanggal : tidak ada
- Gigi palsu : tidak ada
- Perdarahan gusi : tidak mengalami pendarahan
c. Lidah
- Kebersiahan : bersih tidak terdapat kotoran
- Warna : merah segar
- Fungsi pengecapan : normal
d. Tenggorokan
- Kelenjar tyroid : normal
- Tonsil : normal
12. Kardiovaskuler :
h. Pulsasi : kuat
13. Payudara : -
14. Abdomen :
a. Bentuk : simetris
b. Jejas : tidak ada jejas dan luka
c. Lesi : tidak ada lesi
d. Bising usus : hiperaktif
e. Pola tympani : terdapat suara tympani
f. Lokasi nyeri : kwadran kanan atas 2 jari dibawah
costa
g. Pembesaran : terdapat pembesaran abdomen
h. Lavement : tidak ada
15. Genetourinaria
a. Jenis kelamin : Laki-laki
b. Warna kulit dan Penis : normal
c. Nyeri tekan : tida ada nyeri
d. Pembesaran kelenjar Testis : tidak ada
e. Frekuensi berkemih : 3-4x sehari
16. Persarafan
a. Kesadaran : composmentis, GCS 4-5-6
b. Kelaina nervus kranialis : tidak ada
c. Kejang : tidak ada
d. Brudsky : normal
ii
17. Muskuluskoletal dan Integumen
a. Kemapuan pergerakan sendi (ROM) : normal
b. Kekuatan otot : 5
c. Fraktur : tidak ada
d. Kulit : normal
e. Turgor kulit : normal < 2 detik
Pemeriksaan Hasil
SGOT 165 U/l
Bilirubin total 0,84 mg/dl
SGPT 119 U/l
bilirubin direk 0,13 mg/ dl
glukosa puasa 85 mg/dl
kolesterol total 179 mg/dl
kolesterol LDL 140 mg/dl
kolesterol HDL 34 mg/dl
TG 107 mg/dl
asam urat 8,4 mg/dl
Pemeriksaan Hasil
HBsAg (+)
anti HCV (+)
serum kreatinin 0,9 mg/dl
Ureum 29 mg/dl
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Hasil
WBC 12,3 /ul
HGB 14,9 g/dl
PLT 182 x10 3 /ul
USG abdomen echoparenchyme
meningkat difuse
tidak tampak nodul
liver ukuran membesar
permukaan rata tepi
tajam
liver kidney, contrast (+)
lain-lain kesan normal
Kesan USG fatty liver.
Pemeriksaan Hasil
anti HCV Reaktif
anti HBc IgM non reaktif
HBeAg Reaktif
anti HBe non reaktif
Pemeriksaan Hasil
protrombin time 11,7 detik
INR 0,7
HCV-RNA (+)1,61 x 10 3 IU/ml
Data
Subyektif - Pasien mengatakan bahwa dia takut dan ragu apakah bisa s
embuh.
- Pasien mengatakan nyeri abdomen
P : Nyeri pada abdomen di bagian kwadran kanan
ii
sudah 3 hari yang lalu
Q : Di tusuk-tusuk
R : Abdomen bagian kwadran kanan
S : 5 (1-10)
T : Saat beraktivitas
- Pasien mengatakan nyeri berkurang jika tidak melakukan
aktivitas
- Pasien mengatakan ini meruapakan pengalaman pertama
kali di rawat di rumah sakit
- Pasien mengatakan nyeri saat sedang beraktifitas
4. Aspek Sosial
DS :
Pasien mengatakan bahwa klien beragama islam.
Sebelum sakit pasien mengatakan jarang shalat namun selama
sakit klien nampak menyesal dan hanya mampu berdoa untuk
kesembuhannya.
Pasien percaya adanya mukjizat Tuhan yang dapat
menyembuhkan sakitnya
DO :
ii
Pasien tampak lelah.
Pasien tampak berdzikir dan bershalawat setiap waktu.
Pasien terlihat selalu mendengar murratal Al - Qur’an
b. I (Importance and Fluence) :
DS :
DO :
DS :
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan
kemasyarakatan
Klien mengatakan selalu mendapatkan dukungan dari
keluarga terutama istri
DO :
DS :
- Klien memilih rumah sakit Islam agar mendapatkan
pelayanan spiritual dari tenaga kesehatan
- Klien merasa sedih sebelum sakit jarang melakukan ibadah
shalat
DO :
- Klien tampak senang karena telah mendapatkan pelayanan
spiritual dari tenaga kesehatan
6. Kesimpulan Aspek Spiritual Format HOPE/PICA:
DS :
Pasien mengatakan bahwa dengan berdoa, berdzikir dan
bershalawat pasien yakin akan diangkat segala penyakitnya dan
diberikan kesembuhan.
Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada perutnya dan merasa
lelah jika melakukan ibadah atau aktivitas lainnya.
ii
Pasien mengatakan adanya dukungan spiritual dari diri sendiri
maupun orang disekitarnya yang dapat memberikan semangat
dalam kesembuhannya.
DO :
Ds : Klien mengatakan nyeri pada bagian Agen injury fisiologis (Inflamasi Hepar) Nyeri akut
abdomen
P : Nyeri abdomen
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Perut sebelah kanan
S : 5(1-10)
T : Saat beraktivitas
Do :
Wajah klien tampak kesakitan jika
bagia abdomennya di tekan
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
S : 37,5C
RR : 22x/menit
-
Ds : Klien merasa mual dan muntah Kurangnya asupan makanan Defisit nutrisi
ii
Do :
Keadaan umum klien lemah
Porsi makan klien setiap makan hanya 3
sendok saja.
Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut b.d Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologi d.d Mengeluh Nyeri
2. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya Asupan Makanan d.d Nafsu Makan Menurun
ii
3. Gangguan Interaksi Sosial b.d Defisiensi Bicara d.d Kurang responsive atau tertarik pada orang lain
1.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.A
No. Rm : 23456
Umur : 52 tahun
Hari/tgl DIAGNOSA Tujuan / KriteriaHasil / Indikator RencanaTindakan Rasional
KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
ii
DO : ( mis.TENS, pertimbangan jenis
Keterangan : hipnosis, akupresur, dan sumber nyeri
Wajah klien
tampak kesakitan 1. : meningkat terapi musik, Untuk mengedukasi
jika bagia 2. : cukup meningkat biofeedback, terapi pasien terkait
abdomennya di
tekan 3. : sedang ijat, aromaterapi, penyebab, periode,
TTV : 4. : cukup menurun teknik imajinasi dan pemicu nyeri
TD : 120/80
mmHg 5. : menurun terbimbing, Untuk mengedukasi
kompres pasien terkait
N : 84x/menit
hangat/dingin strategi meredakan
S : 37,5C
Pertimbangkan jenis nyeri
RR :22x/menit
dan sumber nyeri Untuk pasien
- Inspeksi abdomen :
dan pemilihan mengenali rasa
simetris, perut
strategi meredakan nyeri yang
berbentuk datar,
nyeri dirasakan dan
tidak ada lesi, tidak
E: bagaiman strategi
asites, tidak ada luka
Jelaskan penyebab mengurangi nyeri
- Auskultasi
periode, dan pemicu yang dilakukan
abdomen : peristaltik
nyeri secara mandiri
usus 10x/menit,
Jelaskan strategi Pemberian analgesik
bunyi tympani
meredakan nyeri dilakukan jika
- Palpasi abdomen :
hepar teraba di Anjurkan monitor teknik
region abdomen nyeri secara mandiri nonfarmakologis
kanan atas 2 jari C: tidak dapat
dibawah costa, tidak Kolaborasi mengurangi nyeri
rata, agak keras pemberian secara spesifik
- Perkusi abdomen : analgetik, jika perlu
terdapat nyeri ketuk
pada kuadran kanan
atas
- Pasien tampak
meringis
ii
terkadang sampai mu kebutuhan kalori dan kepada pasien
ntah Indikato Awal Target jenis nutrient dapat dilakukan
DO : r Monitor asupan sebagai strategi
- TB: 175 Nafsu nutrisi meingkatkan
2 5
- BB : makan Terapeutik: nafsu makan
Sebelum sakit : 65 Bising Berikan makanan pasen
2 5
Saat sakit : 63 usus tinggi serat untuk Untuk
- Indeks Masa Tubuh : Membran mencegah konstipasi mengetahui
2 5
21,22 (Berat badan mukosa Berikan makanan kebutuhan kalori
ideal) tinggi kalori dan dan jenis nutrien
Keterangan : protein Untuk
Sebelum sakit : 21,22
1: Memburuk mengetahui
(Berat badan ideal)
2: Cukup memburuk Edukasi : asupan nutrisi
Sesudah sakit : 3: Sedang Anjurkan posisi pasien
20,57kurang) 4: Cukup membaik duduk Mencegah
5: Membaik Kolaborasi : konstipasi
Kolaborasi dengan Pemberian
ahli gizi untuk makanan tinggi
menentukan jumlah kalori dan tinggi
kalori dan jenis protein dapat
nutrien yang memperbaiki
dibutuhkan status nutrisi
pasien
Untuk
memberikan
posisi yang
nyaman
Untuk
mengetahui
kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
pasien
ii
Ds : melakukan interaksi
melakukan
Keluarga klien dengan orang lain
Perasaan nyaman de 2 5 interaksi dengan
sangat Identifikasi hambatan
ngan situasi sosial orang lain
memperhatikan
melakukan interaksi
kesehatan klien Untuk
Perasaan mudah me 2 5 dengan orang lain
Klien
nerima atau mengko mengetahui
mengatakan sulit N:
menerima atau m munikasikan perasa hambatan
Motivasi
engkomunikasika an melakukan
n perasaannya meningkatkan
interaksi dengan
Klien mengataka Responsive pada ora 2 5 keterlibtan dalam
n merasa tidak ny orang lain
ng lain suatu hubungan
aman untuk berin Untuk
Diskusikan kekuatan
teraksi saat teman Perasaan tertarik pa 2 5 meningkatkan
atau saudaranya d dan keterbatasan
da orang lain keterlibtan dalam
atang menjenguk dalam berkomunikasi
Do: suatu hubungan
Keterangan : dengan orang lain
Selama klien di interaksi
1. : meningkat E:
rawat, keluarga Untuk
2. : cukup meningkat Anjurkan
klien membantu
3. : sedang mengetahui
aktivitas klien berinteraksi dengan
Saat diajak bicara 4. : cukup menurun kekuatan dan
orang lain secara
klien nampak 5. : menurun keterbatasan
bertahap
lemas dan lesu komunikasi
Klien tampak kur
pasien dengan
ang responsive at orang lain
au tertarik pada o Untuk
rang lain
meningkatkan
Kontak mata kura
ng hubungan
interaksi pasien
dengan oranglain
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.A
No. Rm : 23456
Umur : 52 tahun
NO DX HARI, TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
DAN JAM
ii
PELAKSANAAN
ii
13.00 – 14.00 interaksi dengan orang lain menerima kondisi dirinya saat ini dan
Mengidentifikasi hambatan melakukan merasa berbeda dengan orang lain
interaksi dengan orang lain DO :
Memotivasi meningkatkan keterlibtan dalam
Pasien nampak menolak berinteraksi
suatu hubungan
dengan saudara/kerabat yang
Mendiskusikan kekuatan dan keterbatasan
menjenguknya, pasien hanya ingin ditemani
dalam berkomunikasi dengan orang lain
keluarganya
Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain
Pasien nampak kurang kooperaktif
secara bertahap
Pasien terlihat menarik diri dari lingkungan
lebih banyak murung dan menyendiri saat
ditanya.
rkan DO :
Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri
Wajah tampak lebih rileks dan tidak
Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika meringis lagi
perlu TTV
TTV
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5˚C
RR : 22 x/menit
ii
Memonitor asupan nutrisi sudah mampu makan sedikit lebih banyak
Memberikan makanan tinggi kalori dan dari porsi sebelumnya
tinggi protein DO :
Menganjurkan posisi duduk
Membran mukosa tampak sudah tidak
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
terlalu pucat
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
Bising usus normal
yang dibutuhkan
BB : 63 kg
TB : 175 cm
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Perut sebelah kanan atas tidak menyebar
S: Skala nyeri 5 (1-10)
T : Setiap saat, saat ditekan atau disentuh
O:
ii
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 37,5◦c
RR : 22x/menit
A : Masalah belum teratasi
Meringis 2 5 2
Gelisah 2 5 2
Keterangan :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
P : Intervensi dilanjutkan :
Memonitor lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Memonitor skala nyeri
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Mengkaji pemahaman pasien terkait pengajaran strategi meredakan nyeri y
ang telah diajarkan
Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri
Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. 4 April 2021 S:
Pasien mengatakan menyukai buah yang manis dan segar, dan makanan
pada umumnya
09.00 – 10.30
Pasien mengatakan masih sedikit mual, nafsu makan belum membaik
O:
BB : 63 kg
TB : 175 cm
IMT : 20,57 Kg/m2
A: masalah belum teratasi
ii
Indikator Awal Target Akhir
Nafsu 2 5 2
makan
Bising usus 2 5 2
Membran 2 5 2
mukosa
Keterangan :
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
P : lanjutkan intervensi
Memonitor status nutrisi
Memonitor asupan nutrisi
Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Menganjurkan posisi duduk
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
3. 4 April 2021 S:
Pasien mengatakan merasa belum menerima kondisi dirinya saat ini dan
13.00 – 14.00 merasa berbeda dengan orang lain
O:
Perilaku 2 5 2
ii
menarik
diri
Keterangan :
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
P : Lanjutkan intervensi
Memonitor hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Memotivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
4. 5 April 2021 S:
O:
Meringis 2 5 2
Gelisah 2 5 2
ii
Keterangan :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
P : Intervensi dilanjutkan :
Memonitor skala nyeri
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri
Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5. 5 April 2021 S:
O:
Membran mukosa sudah tidak terlalu pucat
Bising usus normal
BB : 63 kg
TB : 175 cm
IMT : 20,57
A: masalah teratasi Sebagian
Indikator Awal Target Akhir
Nafsu 2 5 4
makan
Bising usus 2 5 5
Membran 2 5 4
mukosa
Keterangan :
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
ii
P : lanjutkan intervensi
Memonitor status nutrisi
Memonitor asupan nutrisi
Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. 5 April 2021 S:
Perilaku 2 5 4
menarik
diri
Keterangan :
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
P : Hentikan Intervensi
Lanjutkan dirumah
ii
DAFTAR PUSTAKA
Zulfian. Octa Reni Setiawati. dan Anisa Sapitia. 2018. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kejadian Hepatitis B Di
Puskesmas Beringin Kecamatan Lubai Kota Palembang. Jurnal
Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, vol. 5 No. 3
ii