Skripsi Rizka Rezita-1
Skripsi Rizka Rezita-1
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
RIZKA REZITA
2182614005
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi, dan kemuliaan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparise Di Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa
Pada penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan dorongan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dr. M. Hj. Nurhasanah, SKM., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Persada
Raflesia Bengkulu
2. Bapak H. Rusiandy, SKM, MS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
3. Ibu Ns. Shinta, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi Keperawatan STIKes Bhakti
pengarahan, petunjuk, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
iv
5. Direktur RSUD Dr M. Yunus Bengkulu, terima kasih atas partisipasi dan
kesediaannya untuk memberikan izin lahan pengambilan data awal dan proses
pelaksanaan penelitian
6. Seluruh dosen dan Staf STIKes, khususnya jurusan Keperawatan yang telah
7. Kedua orang tua dan segenap keluarga keluarga saya yang selalu memberikan
atas kasih sayang, do’a, motivasi dan kerja keras sehingga penulis dapat
mengenyam pendidikan hingga saat ini. Terima kasih atas dukungan yang telah
melewati suka maupun duka dan bersedia untuk berdiskusi serta selalu
Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-teman berikan mendapat ridho
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan skripsi
ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati penulis
penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana) baik di STIKes Bhakti Husada maupun di Perguruan Tinggi
lainnya.
2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan hasil penelitian saya sendiri yang
disusun tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah atau di
publikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas di cantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari dapat
dibuktikan dengan adanya kekeliruan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia untuk menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
akademik yang telah diperoleh dari skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di STIKes Bhakti Husada Bengkulu
RIZKA REZITA
2182614005
vi
PENGARUH PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) BILATERAL
TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE DENGAN
HEMIPARISE DI UNIT STROKE RSUD DR. M. YUNUS
BENGKULU
RIZKA REZITA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKes BHAKTI HUSADA BENGKULU
xiii + 58 halaman, 8 tabel, 2 Bagan, 16 Lampiran
ABSTRAK
Salah satu intervensi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah hemiparese
adalah dengan melakukan latihan Range Of Motion (ROM). Masalah penelitian
adalah bayaknya pasien stroke yang mengalami hemiparise di Unit Stroke RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu. Tujuan penelitian adalah diketahui pengaruh pemberian Range
Of Motion (ROM) bilateral terhadap kekuatan otot pada pasien stroke dengan
hemiparise di Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pre experimental. Populasi sebanyak 259
orang dan sampel penelitian sebanyak 10 orang. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian adalah menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data pada
penelitian ini menggunakan analisis data univariat dan bivariat dengan metode
statistik uji t pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian ini adalah rata-rata kekuatan otot pada pasien stroke dengan
hemiparise sebelum diberikannya Range Of Motion (ROM) bilateral di Unit Stroke
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yaitu 2.40. Rata-rata kekuatan otot pada pasien stroke
dengan hemiparise setelah diberikannya Range Of Motion (ROM) bilateral di Unit
Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yaitu 3.30. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa ada pengaruh pemberian Range Of Motion (ROM) bilateral terhadap kekuatan
otot pada pasien stroke dengan hemiparise di Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu dengan p value yaitu 0,000.
Bagi perawat diharapkan untuk memberikan latihan ROM bilateral kepada pasien
stroke dengan hemiparise yang mengalami kelemahan otot dalam bentuk latihan
harian 2 kali sehari selama 30 menit, dilakukan minimal 4 kali pengulangan setiap
gerakan agar kekuatan otot pasien dapat dipertahankan.
Kata Kunci : Range Of Motion (ROM) Bilateral, Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke,
Hemiparise.
vii
THE EFFECT OF BILATERAL RANGE OF MOTION (ROM) ON MUSCLE
STRENGTH IN STOCK PATIENTS WITH HEMIPARISE IN STROKE UNIT,
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
RIZKA REZITA
Nursing Courses Program
Collage of Health Sciences Bhakti Husada Bengkulu
xiii + 58 pages, 8 tables, 2 charts, 16 attachments
ABSTRACT
One of the interventions that can be done to overcome the problem of hemiparesis is
to do Range Of Motion (ROM) exercises. The research problem is the large number
of stroke patients who experience hemiparesis in the Stroke Unit of Dr. RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu. The purpose of the study was to determine the effect of bilateral
Range Of Motion (ROM) on muscle strength in stroke patients with hemiparesis at
the Stroke Unit of RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
The type of research used is pre-experimental. The population is 259 people and the
research sample is 10 people. The type of data used in this research is using primary
and secondary data. Data analysis in this study used univariate and bivariate data
analysis with the t test method at a significance level of 0.05.
The results of this study are the average muscle strength in stroke patients with
hemiparesis before being given bilateral Range Of Motion (ROM) in the Stroke Unit
of Dr. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu is 2.40. The average muscle strength in stroke
patients with hemiparesis was given after bilateral Range Of Motion (ROM) in the
Stroke Unit of RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu is 3.30. The results of this study prove
that there is an effect of bilateral Range Of Motion (ROM) on muscle strength in
stroke patients with hemiparesis at the Stroke Unit of RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
with a p value of 0.000.
Nurses are expected to provide bilateral ROM exercises to stroke patients with
hemiparesis who experience muscle weakness in the form of daily 2 times a day for
30 minutes, performed at least 4 times each movement so that muscle strength can be
maintained.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................. vi
ABSTRAK ................................................................................ ..................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
F. Keaslian Penelitian ..................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Range Of Motion (ROM) …………………………………………… 12
B. Kekuatan Otot Pada Penderita Hemiparise …………………….. 25
C. Pengaruh Pemberian Range Of Motion (ROM) Bilateral
Terhadap Kekuatan Otot Pada Penderita Hemiparise ................... 31
D. Kerangka Konsep ........................................................................ 36
E. Hipotesis ……………………………………………………….. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................... 37
B. Kerangka Penelitian..................................................................... 37
C. Definisi Operasional .................................................................... 38
ix
D. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 39
E. Populasi dan Sampel ................................................................... 39
F. Metode Pengambilan Data, Pengolahan dan Analisis Data ......... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 44
B. Pembahasan ................................................................................ 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 57
B. Saran ........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Gerakan dalam Range of motion (ROM)……………………. 22
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Kerangka Konsep ................................................................ 36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menular termasuk stroke, pemerintah fokus pada upaya promotif dan preventif
Nomor 1 Tahun 2017, yang tahun ini difokuskan pada kegiatan deteksi dini,
peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah dan sayur. Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga, sejalan dengan agenda ke-5 Nawacita yaitu
antaranya penderita hipertensi berobat teratur dan tidak ada anggota keluarga
ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju
Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga
1
2
Data World Stroke Organisation terdapat 13,7 juta kasus baru stroke setiap
tahun atau satu dari empat orang yang berusia >25 tahun mengalami stroke.
Lebih dari 7,9 juta kasus baru stroke sekitar 60% stroke yang terjadi setiap tahun,
ditemukan pada usia <70 tahun (WSO, 2019). Amerika serikat, stroke merupakan
penyebab utama kecacatan orang dewasa jangka Panjang dan penyebab kematian
nomor lima dengan 795.000 peristiwa setiap tahun. Diperkirakan akan meningkat
prevalensi stroke oleh 3,4 juta orang antara tahun 2030 (Boehme dan Esenwa,
2018).
Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing masing (11,4%) dan Bali berada pada
posisi 17 dengan (10,8%). Dengan seiring bertambahnya usia, kasus stroke yang
tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun ke atas (50,2%)
dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar (0,6%). Prevalensi
mempengaruhi lebih dari 7 juta orang dan merupakan penyebab kematian nomor
4 di Amerika Serikat. Stroke juga salah satu penyebab utama kematian yang
3
dkk, 2017). Irawandi (2018), menyatakan lebih dari 60% penderita stroke
hari mereka, serta komplikasi yang seing terjadi yaitu pada tungkai atas yang
mengalami hemiparesis.
Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh
2019). Pada pasien stroke, 85% mengalami hemiparesis (kelemahan otot pada
atas baik hemiparesis sisi kiri atau pun sisi kanan dengan rata-rata kekuatan otot
pada skala 0-2, hal ini disebabkan karena mekanisme hemiparesis yang terjadi
Terjadinya cacat motorik pada ekstremitas atas dan bawah pasca stroke dan
adalah cedera paling umum akibat kerusakan motor cortex pasca stroke (Kato
(Batticaca, 2018). Dari delapan puluh persen pasien yang mengalami upper akut
4
(Izzullhaq, 2019). Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam
proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif karena untuk mencegah
sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk
aman sebagai salah satu terapi pada berbagai kondisi pasien dan memberikan
dampak positif baik secara fisik maupun psikologis, latihan ringan seperti ROM
memiliki beberapa keuntungan antara lain lebih mudah dipelajari dan mudah
Intervensi untuk penyembuhan yang bisa dilakukan pada pasien stroke selain
latihan rentang gerak (Range Of Motion) yang sering dilakukan baik unilateral
maupun bilateral. Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
meningkatakan massa otot serta tonus otot (Potter & Perry, 2017).
5
dalam memulihkan kekuatan otot pada pasien stroke. Hasil penelitian Hosseini
pertama dan ketiga di kedua ekstremitas atas dan bawah. Sahmad (2016) yang
tentang efektifitas latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien
masalah kelemahan otot pada pasien pasien stroke. Latihan Range Of Motion
(ROM) yang digunakan dalam jurnal yang terpilih yaitu, dan Range Of Motion
(ROM) aktif dan pasif. Pemberikan latihan ROM yaitu minimal 2x sehari setiap
pagi dan sore dengan waktu 15-35 menit dan dilakukan minimal 4 kali
otot pasien stroke hemiplegia setelah dilakukan latihan ROM skala kekuatan otot
(46,7%), skala kekuatan otot 3 yaitu 10 responden (33,3%), skala kekuatan otot 2
Mayoritas pasien stroke hemiplegia ada peningkatan kekuatan otot saat dilakukan
Data yang didapat dari Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu untuk
kasus stroke dengan hemiparise pada tahun 2019 sebanyak 446 orang, tahun
2020 sebanyak 258 orang dan pada tahun 2021 sebanyak 259 orang. Survey awal
yang dilakukan peneliti di Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada
optimal dalam melakukan latihan ROM. Sehingga latihan kekuatan otot yang
sering dilakukan tidak optimal dalam proses memperbaiki kekuatan otot pada
pasien hemiparise. Adapun kekuatan otot pada pasien hemiparise masih banyak
yang mengalami kelemahan dan rentang gerak pasien terbatas. Terdapat 3 orang
pasien stroke dengan hemiparise dengan skor kekuatan otot hanya 1 yaitu berupa
ada gerakan yang tampak atau terdapat sedikit kontraksi, 1 orang dengan skor
kekuatan otot 2 yaitu berupa gerakan tidak dapat melawan gravitasi, tapi dapat
melakukan gerakan horizontal, dalam satu bidang sendi dan 1 orang dengan skor
kekuatan otot 3 yaitu berupa gerakan otot yang hanya dapat melawan gravitasi.
7
Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparise Di Unit Stroke
B. Rumusan Masalah
masalah yaitu bayaknya pasien stroke yang mengalami hemiparise di Unit Stroke
C. Pertanyaan Penelitian
terhadap kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparise di Unit Stroke
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Range Of Motion (ROM) bilateral terhadap kekuatan otot pada pasien stroke
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dapat di jadikan sebagai sumber dan bahan masukan baru untuk mata kuliah
pasien stroke Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi
pengetahuan bagi peneliti. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat
stroke.
9
2. Manfaat Praktis
sebagai salah satu mingkatkan mutu pelayanan khususnya pada pasien pasca
agar bisa meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparise.
Bagi pasien dan masyarakat hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
mengalami hemiparesis.
F. Keaslian Penelitian
oleh :
Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic. Hasil penelitian Nilai
sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan kekuatan otot tangan sebelum dan
sesudah pemberian ROM. Nilai signifikansi kekuatan otot kaki sebelum dan
otot kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM. Hal ini membuktikan bahwa
responden. Perbedaan pada penelitian ini adalah populasi, sampel serta tempat
(ROM) Pasif. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata kekuatan otot
pre-test dan post-test. meningkat pada kelompok intervensi dan tidak ada
Perbedaan pada penelitian ini adalah populasi, sampel dan tempat penelitian.
Otot pada Pasien Stroke. Hasiil penelitian esponden sebagian besar berada
direntang usia 30-50 tahun, jenis kelamin laki-laki, memiliki riwayat penyakit
keluarga, dan lama menderita stroke 1-5 tahun. Uji Wilcoxon menunjukan
tingkat signifikasi p value = 0,00 dengan α= 0,05 (p<α) pada tangan kanan
dengan α= 0,02 (p<α). Perbedaan pada penelitian ini adalah populasi, sampel
waktu penelitian.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
anggota badan dan anggota gerak secara teratur baik dibantu maupun
dilakukan secara bebas. latihan aktif dan pasif ROM dapat dilakukan kapan
saja dimana keadaan fisik tidak aktif dan disesuaikan dengan keadaan
pada bidang transversal, dimana posisi sendi paa lengan atas menghadap
12
13
untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program
oleh otot atau pun gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui
persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada
sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Range Of Motion (ROM) diukur
dalam rentang gerak aktif (AROM) dan rentang gerak pasif (PROM).
metode latihan ini di arahkan pada kedua sisi tubuh, baik sisi yang sakit
maupun sisi yang sehat (Yulinda, 2019). Latihan Bilateral merupakan salah
secara umum memiliki efek yang positif untuk kedua hemisfer otak
(Senesac, 2018).
toilet. Selain itu banyak juga fungsi mobilitas lainnya seperti membawa
juga sangat bergantung penggunaan kedua lengan. Selain itu, pada orang
penggunaan tangan yang sehat secara terus menerus akan menambah buruk
kemampuan motorik pada tangan yang mengalami parese. Selama ini terapi
3. Tujuan ROM
pergerakan
4. Jenis ROM
Potter & Perry, (2017), membagi latihan ROM di bagi menjadi 3 jenis
latihan ROM, yaitu latihan ROM aktif, Aktif dengan penampingan dan
a. Latihan aktif
sendiri. Latihan yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat
c. Latihan pasif
pasien tidak dapat melakukan latihan ROM secara aktif maka perawat
Latihan dapat dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain. Peran
2017)
5. Manfaat ROM
persendian sepenuhnya.
penyembuhan cedera.
membahayakan.
gerakan.
gerakan.
ke tenaga kesehatan.
19
ini prosedur latihan ROM dilakukan hanya tangan yang sakit, baik berupa
maupun pada ekstremitas yang sehat. Pada klien stroke dengan hemiparese,
pasif pada ekstremitas yang mengalami parese dan latihan ROM aktif pada
ekstremitas yang sehat. Kedua latihan ini dilaksanakan secara simetris dan
berikut :
a. Prinsip
pasien
20
kali
kaki
dan nyaman.
b. Persiapan alat
dari pasien
2) Goniometer
langsung.
21
kondisi jaringan.
2017).
d. Persiapan pasien
Potter & Perry, (2017), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebaga berikut :
Tabel 1
Gerakan dalam Range Of Motion (ROM)
1. Pengertian
kelemahan pada otot, cedera, ada gangguan dibagian ekstremitas atas atau
yang cukup lama. Kekuatan memiliki usaha maksimal, usaha maksimal ini
Kekuatan otot merupakan suatu otot atau grup otot yang dihaslkan
otot merupakan suatu hal penting untuk setiap orang, karena kekuatan otot
otot total per dekade. Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring
Otot adalah alat gerak aktif, Sebagai hasil kerja sama antara otot dan
tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jikadigerakan oleh
saat kerja berat & memanjang saat kerja ringan) yang mengakibatkan
otot terlampau. Kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara
melakukan kontraksi.
paksa
memendek
Test hanya dapat dilakukan hanya untuk pasien yang mempunyai kesadaran
Tabel 2
Potter dan Perry (2017), manuver penilaian kekuatan otot :
Tabel 3
Skala Tingkat Kekuatan Otot (Medical Research Council muscle scale)
Skor Keterangan
0 Tidak ada pergerakan/ tidak ada kontraksi otot/ lumpuh
1 Ada pergerakan yang tampak atau dapat dipalpasi/ terdapat
sedikit kontraksi
5. Pengertian Hemiparise
Halim (2018), hemiparesis adalah kelemahan otot pada salah satu sisi
bagian tubuh akibat sindROM klinik yang terjadi setelah serangan stroke
dan timbul secara mendadak, progresif, berupa defisit neurologi fokal yang
berlangsung 24 jam atau lebih, hemiparesis yang terjadi pada satu sisi
tubuh merupakan gejala lain dari disfungsi motorik dan apabila di biarkan
Sri, 2018).
6. Mekanisme Hemiparesis
adalah paralisis dan hilang atau menurunnya reflek tendon dalam. Apabila
reflek tendon dalam ini muncul kembali (biasanya dalam waktu 48 jam
serebri. Hal ini tidak berarti bahwa setiap kontraksi dari masing-masing
otot diinginkan oleh korteks itu sendiri, karena sebagian besar diatur oleh
korteks yang pada waktu bersamaan juga melibatkan aktivasi berbagai pola
fungsi yang tersimpan di area otak bagian bawah yaitu di medulla, batang
otak (brain steem), ganglia basalis dan cerebellum (otak kecil). Pusat-pusat
spesifik untuk otot. Untuk beberapa tipe gerakan tertentu, korteks memiliki
pergerakan otot dari sisi berlawanan dari tubuh itu sendiri, dengan
struktur otak atas menyebabkan hemiparesis pada sisi kiri tubuh dan
hemiparesis pada sisi yang sama dari tubuh. Otot-otot wajah juga
wajah (ganglion) dan saraf wajah muncul dari nukleus mengaktifkan otot-
otot wajah selama kontraksi otot wajah. Karena inti wajah terletak di pons
atas decussation tersebut, lesi jaras pada pons atau struktur atas
pada sisi yang sama dari wajah yang disebut dengan hemiparesis
31
kontralateral. Jika wajah pasien tidak terlibat, ini sangat sugestif dari lesi
jaras pada bagian bawah batang otak atau medulla spinalis. Medulla
spinalis apabila sisi kanan hemiparesis, melibatkan cedera pada sisi kiri
otak. Sisi kiri otak berfungsi untuk mengontrol bicara dan bahasa
(Irawandi, 2018).
kesulitan bicara dan memahami apa yang di katakan oleh orang lain serta
sulit untuk menentukan perbedaan sisi tubuh kiri dan kanan. Apabila sisi
kiri hemiparesis, melibatkan cedera pada sisi kanan otak seseorang, dimana
perilaku dan komunikasi non verbal. Cedera pada area ini akan
berkaitan dengan perasaan penerimaan diri positif pada pasien stroke dengan
kognitif merupakan stressor yang harus di hadapi oleh klien stroke dan jika
tidak di bekali dengan kemampuan adaptasi dan koping yang adaptif, maka
melakukan aktivitas secara mandiri dan peran dalam keluarga sebagai kepala
keluarga atau Ibu yang berubah akibat stroke membuat ideal diri klien tidak
terpenuhi. Klien yang tidak mampu memahami keadaan bahwa harapan harus
bahkan kematian. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kelemahan membuat
individu secara global dan secara personal tidak dapat menerima dirinya sendiri
Latihan rentang gerak yang dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan
Range Of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak sendi dimana pasien
secara pasif maupun aktif. Range Of Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien
dengan kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat melakukannya sendiri yang tentu
untuk Range Of Motion (ROM) aktif sendiri merupakan latihan yang dilakukan
sendiri oleh pasien tanpa membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga.
dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu
terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan di rumah sakit
fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien stroke. Dengan terapi ROM dapat
ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi dan meningkatkan tonus otot polos
perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitasi pada klien stroke.
Terapi ROM berpengaruh pada kekuatan otot. Terapi ROM secara efektif dapat
ROM dapat dilakukan dengan menggunakan cara ROM pasif, ROM aktif-asistif,
dan ROM aktif. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan
bagi pasien stroke yaitu dengan cara meletakkan tangan dalam posisi
menggenggam dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari dalam posisi
motorik akibat parese pada ekstremitas, maka pasien akan mengalami hambatan
hari yang bisa digunakan hanya dengan satu tangan, mungkin masih bisa
dikompensasi oleh tangan yang sehat, tetapi penggunaan tangan yang sehat
secara terus menerus akan menambah buruk kemampuan motorik pada tangan
yang mengalami parese. Selama ini terapi yang sering dilakukan adalah
kompensasi aktivitas dengan tangan yang sehat (Waller & Whitall, 2018).
bahwa setelah latihan bilateral akan terjadi penurunan ICI dan peningkatan ICF
penurunan ICI hanya pada bagian kontralateral hemisper otak. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa jika latihan hanya dilakukan pada tangan yang mengalami
parese saja, maka dapat terjadi proses penghambatan pada hemisper yang
mengalami lesi, hal ini tentu saja dapat menghambat dalam pemulihan lengan
yang mengalami parese. Disisi lain, latihan bilateral memiliki efek positif untuk
kedua belahan otak. Mekanisme latihan yang sering digunakan dalam praktek
efek yang baik bagi perubahan tangan yang sakit. Waller & Whitall, 2018).
Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dengan p value kekuatan otot (0,000).
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi PSTW untuk bisa
36
meningkatkan kekuatan otot pada lansia dengan kondisi bedrest dan diharapkan
latihan ROM efektif dalam mengatasi masalah kelemahan otot pada pasien
pasien stroke. Latihan Range Of Motion (ROM) yang digunakan dalam jurnal
yang terpilih yaitu, dua Range Of Motion (ROM) aktif dan pasif.. Berdasarkan
10 jurnal yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi, dapat disimpulkan bahwa
D. Kerangka Konsep
Bagan 1.
Kerangka Konsep
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian Range Of Motion
(ROM) bilateral terhadap kekuatan otot pada pasien stroke dengan hemiparise di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian pre experimental dengan pendekatan one group pre test-post test. Pada
desain penelitian ini hanya terdapat satu kelompok, yaitu kelompok perlakuan
(Notoadmodjo, 2018).
B. Kerangka Penelitian
A1 B A2
Keterangan :
Bagan 2
Kerangka Penelitian
37
38
C. Definisi Operasional
Tabel.4
Definisi Operasional
Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel
Independen
Range Of Latihan Wawancara SOP - -
Motion (ROM) menggerakkan pelaksanaan
Bilateral bagian tubuh untuk ROM
memelihara
fleksibilitas dan
kemampuan gerak
sendi pada pasien
stroke dengan
hemiparise,
dilakukan setiap hari
pagi dan sore selama
pasien stroke dengan
hemiparise di rawat
di Unit Stroke RSUD
Dr. M. Yunus
Bengkulu, lama
waktu pemebrian
ROM selama 30
menit, dilakukan
minimal 4 kali
pengulangan setiap
gerakan.
Dependen :
Kekuatan Otot Kemampuan otot Observasi Skala Skor Nilai Ratio
Pada Pasien pada pasien tingkat 0-5
Stroke Dengan hemiparise menahan kekuatan
Hemiparise beban baik berupa otot
beban eksternal
maupun beban
internal.
39
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pasien stroke dengan hemiparise
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari objek yang diteliti dan
adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
1. Pengambilan Data
a) Data Primer
Jenis data yang dikumpulkan selama penelitian ini adalah data primer,
stroke dengan hemiparise pada pagi dan sore hari, dilakukan selama
menit dan dilakukan minimal 4 kali pengulangan setiap gerakan, yang akan
test).
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan pelaporan atau
2. Pengolahan Data
a. Editing (Pemeriksaan)
pengolahan data.
b. Coding (Pengkodean)
c. Processing (Memproses)
komputer.
d. Tabulating
e. Entry
f. Cleaning
3. Analisis Data
analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
(ROM) bilateral. Sehingga dalam analisis ini dapat digunakan uji statistik
uji t-test yaitu uji beda dua mean dependen. Uji dua mean dependen
digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang
Bengkulu.
44
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Mei sampai 12 Juni 2022. Sampel pada penelitian ini berjumlah 10 orang. Proses
penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti akan menilai kekuatan otot
bilateral kepada pasien stroke dengan hemiparise pada pagi dan sore hari,
gerakan, yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri dan di bantu observer dari
teman. Selanjutnya peneliti menilai kembali kekuatan otot pasien stroke dengan
hemiparise setelah dilakukan Latihan ROM Bilateral (didapatkan nilai post test).
Range Of Motion (ROM) bilateral dan lembar observasi derajat kekuatan otot.
44
45
1. Analisis Univariat
ini.
Tabel. 5
Nilai Rata-Rata Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparise
Sebelum Diberikannya Range Of Motion (ROM) Bilateral
Di Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
diberikannya Range Of Motion didapat hasil ukur kekuatan otot pada pasien
stroke dengan hemiparise paling tinggi adalah 3 dan paling rendah adalah 1.
46
Tabel. 6
Nilai Rata-Rata Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparise
Setelah Diberikannya Range Of Motion (ROM) Bilateral
Di Unit Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
diberikannya Range Of Motion didapat hasil ukur kekuatan otot pada pasien
stroke dengan hemiparise paling tinggi adalah 4 dan paling rendah adalah 2.
2. Analisis Bivariat
Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Data dianalisis dengan uji t dengan
nilai Skewness dan Standar error pada variabel penelitian sebelum dan
menghasilkan angka dibawah 2, dengan kata lain nilai sebelum dan setelah
dilakukan perlakuan setara. Berikut adalah hasil uji kenormalan data setiap
variabel.
Tabel 7
Uji Normalitas
Tabel 8
Pengaruh Pemberian Range Of Motion (ROM) Bilateral Terhadap
Kekuatan Otot Pada Penderita Hemiparise Di Unit Stroke
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
intensitas nyeri dengan nilai p = 0,000, berarti < 0,05 (α) sehingga dapat
B. Pembahasan
tidak ada pergerakan yang tampak atau dapat dipalpasi saat peneliti meminta
dengan pasen Gerakan tidak dapat melawan gravitasi, tapi dapat melakukan
ditunjukkan dengan respon gerakan otot hanya dapat melawan gravitasi. Hal
ini dikarenakan pada pasien stroke kelemahan merupakan gejala yang umum
kelemahan yang ditemukan berupa kelemahan pada sisi kanan atau kiri.
49
fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien stroke. Latihan ROM dapat
meningkatkan kekuatan otot pasien lebih baik. Hal ini karena latihan
mengaktivasi kedua sisi hemisfer otak. Latihan ROM yang dilakukan dengan
pada saat latihan ROM bilateral ini dilakukan, terjadi aktivasi pada kedua sisi
otot pasien stroke yang melakukan latihan rentang gerak secara tepat dengan
melakukan latihan gerak mandiri aktif maupun pasif lebih dapat untuk
mengikuti gerakan sesuai instruksi peneliti dan juga kekuatan otot nya lebih
respon gerakan tidak dapat melawan gravitasi, tapi dapat melakukan gerakan
kekuatan otot merupakan yang sudah mengalami kekakuan otot yang dapat
mempengaruhi fungsi gerak pada tangan secara optimal dan juga tidak
melakukan rehabilitasi latihan gerak rentang secara cepat, tepat, berkala dan
otot.
51
melakukan tindakan sesuai intsruksi peneliti karen pasien merasa lemah dan
juga di saat pasien di beri tahanan oleh peneliti pasien tidak mampu untuk
suatu gangguan pada system motor disuatu titik atau beberapa tempat dari
responden sebagian besar memiliki kekuatan otot dengan kategori baik skala
penderita stroke non hemoragik. Dari hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil
bahwa signifikansi sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
Motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada penderita stroke non
Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi
yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada
pada tangan dan kaki sebelum dan sesudah dilakukan Range Of Motion
dan kaki setelah dilakukan latihan ROM bilateral 2 kali sehari mengalami
kekuatan otot ekstrimitas tangan dari rata-rata kekuatan otot 2.40 menjadi
pada aktivasi kedua sisi hemisfer otak yang dapat membantu pemulihan
mempunyai sifat kimiawi dan berintraksi antara satu dan lainnya. Proses
seakin seringnya sendi digerakkan secara teratur dengan teknik yang tepat
kekuatan otot apabila pasien stroke selalu melakukan latihan gerak sendiri
yang tidak dapat di gerakkan dahulu. Dengan melakukan latihan gerak sendi
atau latihan ROM pasien stroke akan dapat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri, namun saat pasien melakukan latihan harus selalu
dan menunjukkan bahwa setelah latihan bilateral akan terjadi penurunan ICI
kontralateral hemisper otak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika latihan
hanya dilakukan pada tangan yang mengalami parese saja, maka dapat
terjadi proses penghambatan pada hemisper yang mengalami lesi, hal ini
parese. Disisi lain, latihan bilateral memiliki efek positif untuk kedua
memberikan efek yang baik bagi perubahan tangan yang sakit (Waller &
Whitall, 2018).
otak, yang menjadi dasar dalam kontrol motorik atau pembelajaran gerak
atau latihan gerak pada klien pasca stroke dengan hemiparesis menjadi sangat
(Irawandi, 2018).
56
et al, 2019) bahwa sesudah pasien mendapatkan latihan ROM pasif selama 7
hari terdapat manfaat untuk pasien yaitu adanya peningkatan kekuatan otot
membuktikan baik ROM dilakukan 4 kali sehari maupun 1 kali sehari sama-
dilakukan latihan gerak maka akan terjadi kontraktur, karena adanya atropi,
BAB V
A. Simpulan
Motion (ROM) bilateral terhadap kekuatan otot pada pasien stroke dengan
yaitu 0,000.
B. Saran
1. Teoritis
57
58
mempengaruhi kekuatan otot dan penerimaan diri pada klien stroke dengan
hemiparesis.
2. Praktis
terapi ini dapat di usulkan sebagai salah satu prosedur tetap dalam pemberian
yang mengalami kelemahan otot dalam bentuk latihan harian 2 kali sehari
klien untuk terus melakukan ROM (Range Of Motion) bilateral pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
Aadal, L., Angel, S., Langhorn, L., Pedersen, B. B., & Dreyer, P. 2018. Nursing roles
and functions addressing relatives during in-hospital rehabilitation following
stroke. Care needs and involvement. Scandinavian journal of caring sciences,
32(2), 871-879. doi:https://remotelib.ui.ac.id:2084/10.1111/scs.12518
Ananda. 2017. Pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada
lansia bedrest di PSTW Budhi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.
Agusrianto dan Rantesegi, 2020. Penerapan Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif
terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas pada Pasien dengan Kasus
Stroke. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020, pp 61-66.
Anggriani, dkk. 2018. Pengaruh ROM (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic.
Azizah, Lilik, Ma’rifatul. 2020. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
Bakara, D. M., & Warsito, S. 2019. Latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap
rentang sendi pasien pasca stroke Exercise Range Of Motion ( ROM ) Passive to
Increase Joint Range of Post-Stroke Patients, VII(2).
Batubara. 2021. Kekuatan Otot pada Pasien Stroke Hemiplegia di Rumah Sakit
Tentara Pematangsiantar. S1 Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Boehme, C. Esenwa, M. E. 2018. Stroke: Risk factors and prevention. Journal of the
Pakistan Medical Association, 60(5), 412.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.116.308398.Stroke
Farida, I & Sri, Amalia, N. 2018. Mengantisipsi Stroke. Yogyakarta: Buku Biru
Guyton and Hall. 2016. Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Philadelphia (PA):
Elsevier, Inc.;
60
Halim, R. Dkk. 2018. Gambaran pemberian terapi pada pasien stroke dengan
hemiparesis dekstra atau sinistra di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2
Hestu. 2019. Efektifitas Latihan Range Of Motion (ROM) Dan Gerakan Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Menggenggam dan Fungsi Menggenggam Pada Pasien
Stroke Di RSUD Sleman. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Hosseini, Z.S. 2019. The effect of early passive Range Of Motion exercise on motor
function of people with stroke: a Randomized Controlled Trial. Journal of Caring
Sciences 2019; 8 (1): 39-44.
Intan. 2018. Pengaruh range of motion (ROM) aktif terhadap kekuatan otot pada
penderita stroke non hemoragik. Program studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Irawandi, D. 2018. Perbedaan pemberian kombinasi terapi cermin dan ROM (mirror
therapy dan & Range Of Motion) dengan ROM terhadap kekuatan otot
ekstermitas atas & tahap penerimaan diri pada klien stroke dengan hemiparesis
di ruang VII rumkital dr. ramelan surabaya (pp. 127–129). pp. 127–129.
Kisner, Carolyn & Lynn Allen Colby. 2017. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. Philadelphia: F.A. Davis
Kozier, et all. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, &
Praktik. Jakarta: EGC.
Noor. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (Edisi 2). Jakarta : Salemba
Medika.
Potter, A & Perry, A 2017. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses, dan
praktik, vol.2, edisi keempat. Jakarta : EGC.
Purwanti et al, 2019. Pengaruh Rom (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot
Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic. Jurnal Riset Hesti Medan, Vol.
3, No. 2, Desember 2019.
Rahmadani. 2019. Peningkatan kekuatan otot pasien stroke non hemoragik Dengan
Hemiparese melalui Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif. Journal of
Telenursing (JOTING) Volume 1, Nomor 2, Desember 2019.
Sari, 2021. Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Hemiplegia Di Rumah Sakit Tentara
Pematangsiantar. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Senesac, 2018. Latihan Range of Motion (Rom) Pasif Terhadap Rentang Sendi
Pasien Pasca Stroke. In Idea Nursing Journal (Vol. 7, Issue 2).
Susanti dan Bistara. 2019. Pengaruh Range Of Motion terhadap Kekuatan Otot pada
Pasien Stroke.
Syahrim, Azhar dan Risnah. 2019. Efektifitas Latihan ROM Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke: Study Systematic Review. edia Publikasi
PROMosi Kesehatan Indonesia MPPKI (September, 2019) Vol. 2. No. 3.
Wedri. 2019. Pemberian Latihan ROM dengan Bola Karet terhadap Kekuatan
Otot Tangan Pasien Stroke Non Hemoragik. NM Wedri. Gema Keperawatan 10
(Juni 2017), 41 - 45, 2019.
NIM : 2182614005
Bengkulu. Saudara telah diminta ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden
dalam penelitian ini adalah secara sukarela. Saudara berhak menolak berpartisipasi
dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan penilaian kekuatan otot pada penderita
Segala informasi yang saudara berikan akan digunakan sepenuhnya hanya dalam
penelitian ini. Peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan identitas saudara dan
tidak dipublikasikan dalam bentuk apapun. Jika ada yang belum jelas, saudara boleh
bertanya pada peneliti. Jika saudara sudah memahami penjelasan ini dan bersedia
Rizka Rezita
64
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
NIM : 2182614005
Saya akan bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pemeriksaan demi kepentingan
semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Demikian surat peryataan ini saya
_____________
65
Waktu dan frekuensi ROM 1. Idealnya latihan ini dilakukan sekali sehari.
2. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10
hitungan, latihan dilakukan dalam waktu 30 menit.
3. Mulai latihan secara perlahan, dan lakukan latihan
secara bertahap.
66
a.
Lingkup elongasi otot: berlawanan dengan
garis tarikan otot
b. Bidang gerak anatomi: frontal, sagital,
transversal
c. Pola fungsional: gerakan yang digunakan
dalam kehidupan seharihari (activities of daily
living, ADL).
d. Kombinasi pola: gerakan yang
menggabungkan beberapa bidang gerak atau
gerakan diagonal
5. Awasi kondisi umum serta respon pasien selama
dan setelah pemeriksaan serta intervensi; catat
setiap perubahan tanda vital, warna dan
kehangatan pada kulit, kualitas gerak atau nyeri
6. Dokumentasikan serta komunikasikan temuan dan
intervensi
7. Evaluasi ulang dan modifikasi sesuai kebutuhan
(Kisner dan Allen, 2017).
Oposisi -
Sirkumduksi -
73
Skor Keterangan
sedikit kontraksi
Explore
Descriptives
Std.
Statistic Error
Pretest Mean 2.40 .221
95% Confidence Lower 1.90
Interval for Mean Bound
Upper 2.90
Bound
5% Trimmed Mean 2.44
Median 2.50
Variance .489
Std. Deviation .699
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.780 .687
Kurtosis -.146 1.334
Posttest Mean 3.30 .213
95% Confidence Lower 2.82
Interval for Mean Bound
Upper 3.78
Bound
5% Trimmed Mean 3.33
Median 3.00
77
Variance .456
Std. Deviation .675
Minimum 2
Maximum 4
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.434 .687
Kurtosis -.283 1.334
T-Test
Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Pretest 2.40 10 .699 .221
Posttest 3.30 10 .675 .213