Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MEMULAI USAHA BARU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan

Dosen Pengampu : Alif Achadah, M.Pd.I

Oleh : Kelompok 7

 Humairoh Fauziyah
 Izzatul millah
 M Abdul Aziz
 Mimin Anis Kurlillah

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, serta Shalawat dan
salam kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad saw., karena atas hidayah-
Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami memohon maaf kepada bu dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila
menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari segi bahasanya maupun
isinya, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca
demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini, bermanfaat bagi semua orang khususnya
untuk kami sendiri maupun untuk pembaca. Atas perhatianya, kami mengucapkan terima kasih.

Malang , 25 Oktober 2022


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan bisnis merupakan langkah awal dalam menjalankan bisnis, biasanya terdiri
dari apa yang kita lakukan, kapan, dan bagaimana cara lebih jelas mengenai tipe bisnis yang
akan dirintis, siapa saja yang akan menjadi pelanggan dan produk atau jasa apa yang akan
ditawarkan.
Rencana bisnis dikembangkan dengan focus kepada pemegang kepentingan. Rencana
bisnis yang lengkap biasanya termasuk suatu penaksiran lingkungan bisnis, rencana manajemen,
rencana pemasaran, dan rencana keuangan.
Penaksiran lingkungan bisnis meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan industri, dan
lingkungan global. Rencana manajemen termasuk di dalamnya rencana operasional
menitikberatkan pada usulan struktur organisasi produksi dan sumber daya manusia dalam
perusahaan.
Perencanaan pemasaran meliputi lima langkah yaitu : target pasar, karakteristik pasar,
penentuan harga, distribusi, dan promosi. Selanjutnya rencana keuangan terdiri dari dua yaitu
kelayakan bisnis dan pendanaan bisnis.
Jenis usaha kecil tidak perlu membuat rencana bisnis yang rumit untuk memulai
usahanya. Seringkali rencana bisnis dibuat bentuk catatan saat melakukan diskusi atau tanya
jawab. Seringkali juga orang memulai bisnis tanpa rencana sama sekali, sehingga ide-ide
menjadi kabur dan mereka tidak tahu apa yang selanjutnya harus mereka lakukan. Dengan
menulis sebuah rencana, meskipun itu berupa catatan-catatan kecil, kita akan mendapatkan
gambaran yang lebih jelas mengenai jenis bisnis yang diinginkan, serta bagaimana bisnis harus
dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman.
Beberapa hal yag dapat dipikirkan saat menulis rencana bisnis, yaitu :
1. Jenis usaha apa yang akan di mulai
2. Tujuan apa dari usaha yang akan di mulai
3. Bagaimana usaha akan menghasilkan uang
4. Siapa yang akan menjadi pelanggan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memulai usaha baru?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memulai usaha baru?
3. Apa indikator yang dapat dicapai ketika usaha tersebut dikatakan berhasil?
4. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi ketika memulai usaha baru?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahu cara-cara dalam memulai usaha baru
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam memulai usaha baru
3. Untuk mengetahui indikator keberhasilan usaha
4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam memulai usaha baru
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Memulai Usaha Baru


Analogi seorang yang memulai kewirausahaan ialah seperti seorang belajar naik sepeda,
pertama kali duduk di atas sadel sepeda akan merasa gamang dan takut, ragu-ragu untuk
memulai mengayuh, takut jatuh atau nabrak namun ketika pedal sepeda mulai dikayuh dan si
anak dapat menguasai rasa takutnya, ternyata naik sepeda itu mudah semudah berjalan kaki.
Menurut Suryana (2006 : 100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk memulai usaha
baru, yaitu :
1. Merintis usaha baru,(starting) yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dapat dirancang sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah
didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama dan organisasi yang
sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha dengan preusan
besar dalam mengadakan persetujuan jual – beli hak monopoli untuk menyelenggarakan
usaha (waralaba).

B. Mengembangkan Ide Usaha Baru


Ide-ide untuk memulai sebuah usaha atau bisnis diawali dengan mengamati lingkungan.
Biasanya ide baru muncul sebagai hasil dari proses interaksi seseorang dengan lingkungan. Oleh
karena itu pilihan akan lingkungan dan bentuk bisnis harus diamati dengan seksama. Di sini
seorang wirausahawan harus jeli dalam menilai dan menangani berbagai permasalahan dan
peluang yang muncul di lingkungan tersebut.
Ide-ide bisnis yang dikembangkan oleh seorang wirausahawan pada umumnya
merupakan ide-ide praktis yang diyakini memiliki kepastian untuk berhasil. Keberhasilan ini
sering berawal dari usaha berskala kecil. Oleh karena itu banyak penulis buku kewirausahaan
menyarankan, mulailah berbisnis dalam skala kecil (Suharno, 2007 ; Frinzes, 2011 : 223).
Menurut sebuah survei yang dilakukan Peggy Lambing (2000) sepert iyang dikutip
Suryana (2003: 70), sekitar 43% responden (wirausahawan) mendapatkan ide bisnis dari
pengalaman ketika mereka bekerja di perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Dari
pengalaman tersebut, mereka mengetahu icara-cara mengoperasikan perusahaan. Sebanyak 15%
responden menyatakan telah mencoba dan merasa mampu mengerjakannya dengan baik. Dari
para wirausahawan yang disurvei, 11% di antaranya memulai usaha untuk memenuhi peluang
pasar, sementara 46% lainnya karena hobi.
Banyak cara atau jalan untuk menjadi berhasil dalam bisnis. Setiap orangbisa mempunyai
pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada satu jalan yang dianggap jalan atau cara yang paling
baik atau paling benar. Di samping faktor keberuntungan (luck atau hoki), ada faktor lain yang
mempengaruhi misalny akerja keras, perencanaan yang matang, pengamatan yang jeli, pemikiran
kreatif, inovati fdan sebagainya.

C. Identifikasi Peluang Usaha


Sebuah peluang usaha (business opportunities) dikatakan ada jika di dalam pasar terdapat
kemungkinan yang menguntungkan untukmenawarkan atau menjual barang dan jasa yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan , keinginan, atau preferensi konsumen (Frinzes, 2011 :
229).
Selanjutnya Frinzes (2011: 230) mengidentifikasi ada tidaknya sebuah peluang usaha
berdasarkan tiga kondisi pasar sebagai berikut :
1. Ketika sebuah produk atau jasa sudah ada di pasaran tetapi tidak atau belumdapat memenuhi
kebutuhan, keinginan, atau selera konsumen. Hal ini dapatterjadi karena :Kualitasnya
rendah, Produknya tidak user friendly atau tidak ramah pemakai, Harganya terlalu mahal
atau tidak rasional, Produk tidak sesuai dengan keyakinan/kepercayaan pemakainya, Produk
dinilai ketinggalan zaman, tidak sesuai dengan mode atau trend, Konsumen merasa kesulitan
memperoleh produk tersebut, Tidak memiliki fitur yang membuat konsumen terkesan
2. Adanya kenyataan atau kondisi ketika konsumen membutuhkan sebuahproduk yang dapat
mengatasi persoalan yang mereka hadapi namun tidak adadi pasaran. Misalnya sebuah
produk yang dapat mempercepat proses pengeringan kaca atau lantai atau mobil, cairan yang
dapat dengan cepat membersihkan porselin atau keramik yang sudah telanjur kotor dan
sulitd ibersihkan dengan cara biasa.
3. Ketika ada sebuah inovasi (temuan baru) barang atau jasa yang sebelumnya tidak diketahui
oleh konsumen. Misalnya upaya menciptakan sebuah “atap” yang dapat melindungi
pengendara sepeda motor dari panas dan hujan. Sebuah alat serupa payung yang dapat
melindungi jemuran dari terpaan hujan dengan segera.
Kendati bukan perkara yang mudah, setidaknya ada 4 langkah strategi syang diusulkan
Frinzes (2011: 233) untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih sebuah peluang bisnis
yakni, pertama, mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen ; kedua, memindai
(scanning) atau menyaring lingkungan,mengevaluasi individu dan masyarakat secara umum ;
ketiga, meneliti secara cermat peluang-peluang bisnis yang muncul ; keempat, memilih salah
satupeluang dan mempersiapkan sebuah rencana usaha.
Dari 4 langkah di atas, disebutkan bahwa langkah pertama yakni: Mengidentifikasi
kebutuhan atau keinginan konsumen merupakan langkah yang paling banyak diberi perhatian.
Mengapa? Karena setiap peluang bisnis dimulai dengan adanya kebutuhan dan keinginan
konsumen. Kebutuhan konsumen dianggap sebagai sesuatu yang paling mendasar di dalam
kehidupan. Namun demikian perlu dicatat bahwa mengidentifikasi kebutuhan saja sebenarnya
belumlah cukup memadai. Para indutriwan atau pengusaha besar yang bergerak di bidang
industri konsumsi tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan melainkan juga meng-create
kebutuhan atau menciptakan kebutuhan. Artinya menggarap konsumen agar mereka merasa
butuh atau setidak-tidaknya membuat mereka merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri kalau
tidak mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan oleh para pemain industri konsumsi besar.
Pada suatu titik, seorang wirausahawan dituntut untuk itu.
Menurut Lambing (Suryana, 2003 : 70), ada dua pendekatan utama yang digunakan
wirausahawan untuk menemukan peluang dengan mendirikan usaha baru. Pertama, pendekatan
inside-out yakni pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci keberhasilan. Termasuk dalam
kategori ini adalah mereka yang menentukan jenis usaha berdasarkan ketrampilan, kemampuan,
dan latar belakang diri sendiri. Kedua, pendekatan the out-side in atau disebut juga
opportunityrecognition yakni pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu
usahaakan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar.Sudah
barang tentu hal ini didasari dengan pengamatan lingkungan yang cermat.
D. Memulai Usaha Baru
Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian
menghadapi resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau
pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
a. Kecakapan untuk bekerja
b. Kemampuan mengorganisir
c. Kreatif
d. Lebih menyukai tantangan
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya perusahaan perseorangan,
persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu terbatas), perseroan, dan firma
3. Tempat usaha yang akan dipilih.
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:
 Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan
maupun pasar?
 Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
 Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat
pengangkut dan jalan raya
4. Organisasi usaha yang akan digunakan.
5. Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha.
Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial
dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka semakin besar
fungsi kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
6. Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan mikro
dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung
dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan,
manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya. Lingkungan makro adalah
lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara
keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial,
lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.

E. Membeli Perusahaan yang sudah didirikan


Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada
mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:
a. Resiko lebih rendah
b. Lebih mudah
c. Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar
Membeli perusahaan yang sudah adaa juga mengandung permasalahan, yaitu: Masalah
eksternal, yaitu
a. Lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar
b. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya image atau
reputasi perusahaan.

F. Franchising (Kerjasama Manajemen / Waralaba)


Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti
dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan
induk.
Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan
Franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
Bentuk Kelebihan Kekurangan
Merintis Usaha  Gagasan Murni  Pengakuan nama
 Bebas beroperasi barang
 Fleksibel dan mudah  Fasilitas inefisien
penggunaan  Persaingan kurang
diketahui
Membeli Perusahaan  Kemungkinan  Perusahaan yang
sukses dijual biasanya
 Lokasi sudah cocok lemah
 Karyawan dan  Peralatan tak
pemasok biasanya efisien
sudah mantap  Mahal
 Sudah siap operasi  Sulit inovasi

Kerja sama  Mendapat  Tidak mandiri


manajemen pengalaman dalam  Kreativitas tidak
logo, nama, metoda, berkembang
teknik produksi,  Menjadi
pelatihan dan buruan independen
modal terdominasi, rentan
 Penggunaan nama, terhadap perubahan
merek yang sudah franchisor
dikenal

G. Manfaat Membuka Usaha


Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari membuka usaha sendiri
(Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut:
1. Pontensi penghasilan yang tak terbatas
Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau
bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan
tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan
berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal ini seseorang hanya
bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka
usaha sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar,
bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang
wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya, potensi untuk menerima
penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang
untuk berwirausaha.
2. Memaksimalkan kemampuan
Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang lain seperti menjual,
bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha sendiri maka wirausahawan memiliki
kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan
adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja
sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya kebebasan bekerja dan
berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi
inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri,
dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi maju tidaknya usaha tersebut
tergantung pimpinannya dalam mengelola usaha tersebut.
3. Bebas mengatur waktu kerja
Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan
perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan
kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada
keterbatasan untuk bisa mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah.
Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka
usaha, bahkan jika usaha tersebut di rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang
mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin banyak waktu
luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk jika usahanya mulai
berkembang.
4. Sikap mental yang mandiri
Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam menjalankan
usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan. Sikap mental yang kuat dan
mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga
menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini
tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan
merupakan manajer pada usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para
karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap
mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan
saling mempengaruhi. Self manajemen (manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat
pentin yang harus dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi
para bawahan atau karyawannya.

H. Keberhasilan Usaha
Menurut Nasution dalam bukunya yang berjudul ”Pengembangan Wirausaha Baru” (2001
: 15), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah,
hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta
penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Sedangkan menurut Anoraga (2002),
Apapun pilihan usaha baru yang diputuskan, untuk menjamin keberhasilan dalam usaha harus
dilaksanakan persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana usaha (Business Plan).
Business plan merupakan dokumen yang disiapkan sercara seksama yang menerangkan
mengenai pola dari usaha yang akan digeluti, sasaran dari entrepreneur dan rencana tindakan
untuk mencapai sasaran serta keberhasilan dalam usaha. Suatu rencana usaha biasanya disusun
berdasarkan fungsi – fungsi operasional usaha, yaitu fungsi pemasaran, produksi, keuangan dan
fungsi ketenagaan atau sumber daya manusia. Secara garis besar seorang wirausahawan tentu
akan memulai menyusun rencana dengan pertama – tama menyusun rencana pemasaran,
kemudian rencana produksi, organisasi dan manajemen (yang berhubungan dengan personalia)
dan rencana keuangan.
I. Hambatan – Hambatan dalam memulai usaha baru Menurut Peggy Lambing (2000: 95)
Ada bebrapa hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu :
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih kurang
sebaliknya, perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lamam mngetahui
sikap dan kebiasaan pelanggannya
2. Biaya perubahan. Yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan dan
penggantian alat serta sistem yang lama
3. Respon dari pesaing yang secara agresif akan mempertahnkan pangsa pasar yang ada.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari paparan makalah di atas dapat di simpulkan bahwasanya


Menurut Suryana (2006 : 100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk memulai usaha
baru, yaitu :
1. Merintis usaha baru,(starting) yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dapat dirancang sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah
didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama dan organisasi yang
sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha dengan preusan
besar dalam mengadakan persetujuan jual – beli hak monopoli untuk menyelenggarakan
usaha (waralaba).

Manfa’at membuka usaha juga antara lain :


1. Pontensi penghasilan yang tak terbatas
2. Memaksimalkan kemampuan
3. Bebas mengatur waktu kerja
4. Sikap mental yang mandiri

Ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu :


1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih
kurang sebaliknya, perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lamam
mngetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya
2. Biaya perubahan. Yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan
dan penggantian alat serta sistem yang lama
3. Respon dari pesaing yang secara agresif akan mempertahnkan pangsa pasar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

 R. Heru Kristanto HC, 2009, Kewirausahaan Entrepreunership: pendekatan Manajemen dan


Praktek, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
 Sonny Sumarsono, 2010, Kewirausahaan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
 Lupiyoadi, Rambat.2004.Entrepreneurship from mindset to strategy.Depok:Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai