Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum

Selamat Siang
Salam Sejahtera dan Bahagia
Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Slameto, M.Pd selaku tutor MK Filsafat Pendas
Yang berbahagia teman – teman mahasiswa

Mohon ijin untuk menanggapi sesi 3 diskusi MK Filsafat Pendidikan Dasar

A. Vidio yang saya lihat


1. Pemanfaatan Media Sederhana Berbentuk Flip Chart Untuk Menjelaskan
Proses Peristiwa-Peristiwa Alam yang Terjadi di Indonesia Pada
Pembelajaran IPA di SD (2010)
Saran dan masukan vidio di atas
- Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran
- Proses pembelajaran langusung kegiatan inti, tidak ada pendahuluan yang
bisa berisi apresepsi, mengaitkan materi pembelajaran denga lingkungan
sekitar, PPK belum ada
- Guru hanya mengunakan metode ceramah, sehingga terkesan
pembelajaran satu arah ( siswa belum terlihat aktivitas belajar / belum
student center )
- Pemanfaatan media flip chart hanya dari penjelasan guru belum melibatkan
siswa dalam pemanffatan media flip chart.
2. Guru Tidak Menggunakan Media Pada Pembelajaran IPA SD
Saran dan masukan vidio di atas
- Di awal pembelajaran guru belum mengaitkan materi dengan lingkungan
sekitar padahal materi berhubungan dengan lingkungan sekitar
- Guru memanfaatkan alat peraga konkrit yaitu berupa daun
- Alat peraga / media masih didominasi oleh guru
3. Mengajar Berat Benda
Saran dan masukan vidio di atas
- Guru sudah mengunakan alat peraga konkrit ( sesuai karteristik siswa
kelas 1 operasional konkrit )
- Siswa terlibat aktif dalam pemanfaatan media
- Proses pembelajaran sudah interkatif

1. Perlunya pendidikan karakter


Berbagai macam krisis multi dimensi yang dihadapai oleh bangsa Indonesia
menyebabkan terjadinya krisis identitas karakter bangsa, hal ini memunculkan w
harapan tentang perlunya dibangkitkan kembali pembentukan watak bangsa.
Hal ini senada dengan ungkapan Presiden pertama Republik Indonesia,
Soekarno tentang ”nation and character building”,
Arti penting dari pendidikan karakter adalah mengoptimalkan muatan-muatan
karakter yang baik dan positif (baik sifat, sikap, dan perilaku budi luhur, akhlak
mulia) yang menjadi pegangan kuat dan modal dasar pengembangan individu
dan bangsa nantinya. Pendidikan karakter sebenarnya dapat diaktualisasikan
melalui cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia yang di dalamnya
mencakup usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diimplementasikan
dengan membangun manusia Indonesia yang cerdas dan berbudaya.
Pengertian cerdas harus dimaknai, bukan saja sebagai kemampuan dan
kapasitas untuk menguasai ilmu pengetahuan, budaya serta kepribadian yang
tangguh akan tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang dengan bahasa
umum disebut sebagai berkarakter mulia atau berbudi luhur, berakhlak mulia.
Sedangkan berbudaya memiliki makna sebagai kemampuan dan kapasitas
untuk menangkap dan mengembangkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang
beradab dalam sikap dan tindakan berbangsa dan bernegara (karakter bangsa)
dengan penuh tanggung jawab.

pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat
mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak baik dari ranah kognitif,
fisik, sosial-emosi, kreativitas dan spiritual harus seimbang. Pendidikan dengan
model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai
manusia yang utuh, dan pendidikan yang, padahal pendidikan yang di tuntut
saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik
(Student Centris) dalam suasana yang lebih demokratis, adil, manusiawi,
menyenangkan, membangkitkan minat belajar, merangsang timbulnya inspirasi,
imajinasi, kreasi, inovatif dan semangat hidup.

Sumber : https://ojs.unud.ac.id ejurnal:E.Dewi Yuliana

2. Pengembangan pendidikan karakter melalui pembelajaran daring


Menurut saya pembelajaran daring belum mampu mengembangkan pendidikan
karakter karena pembelajaran daring adalah pembelajaran tanpa tatap muka
secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui jaringan
internet (online) dari tempat yang berdeda-beda. Pembelajaran daring menuntut
siswa menciptakan pengetahuan secara mandiri.sedangkan usia dini dan SD
adalah usia dimana anak butuh bimbingan, arahan dan pendampinagn dalam
belajar secara langsung.
Kemandirian dan tangung jawab yang diajarkan dalam pembelajaran daring
belum sepenuhnya dapat dilaksnakan siswa karena ada beberpa kendala dalam
pembelajaran daring. Misalnya keterlambatan siswa dalam mengumpulkan
tugas secara daring tidak sepenuhnya karena lalai tangung jawa, sebaliknya
pemanfaatan alat untuk pembelajaran daring masih bisa disalah gunakan oleh
siswa contohnya untuk bermain gadget.

Oleh karena itu pengembangan karakter yang terbaik adalah dengan


pembelajaran tatap muka. Guru melalui berbagai model dan metode
pembelajaran mengembangkan karakter siswa, sesuai amanat kurikulum 2013
bahwa penanaman karakter pada usia dini dan SD memiliki porsi yang lebih
banyak.

3. Kaitan prinsip dasar filosofis dan sosiologis dengan Pendidikan karakter


Landasan Filosofis Pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak
dalam praktek pendidikan.
Peran sosiologi dalam pembentukan karakter dari dunia pendidikan yaitu dalam
kurikulum sebelumnya guru diwajibkan untuk menyisipkan pendidikan karakter
dalam proses pembelajaran, dan pendidikan karakter itu harus tercantum dalam
silabus serta rencana pembelajaran, maka dalam kurikulum baru, hal yang
semacam dengan pendidikan karakter sudah masuk dalam kompetisi inti di
setiap mata pembelajaran, yaitu menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya dan menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),santun,.

Wassalam
Terima kasih
HR

Anda mungkin juga menyukai