80-Article Text-953-3-10-20200410
80-Article Text-953-3-10-20200410
id
https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v4i1.80
Copyright ©2019 Rachmat Budihardjo. This is an open access article distributed the Creative Commons Attribution-
NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
63
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
64
Rachmat Budihardjo:
The effect of tourism on function adaptation, forms and space of puri architecture,
a case study: at Puri Saren Agung Ubud
Bali dijadikan sebagai fokus penelitian sikap yang menampak, atau tentang suatu proses
diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya menjaga yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang
eksistensi dan citra budaya Bali, khususnya bekerja, kelainan yang sedang muncul,
arsitektur puri untuk saat kini maupun yang akan kecenderungan yang menampak, pertentangan
datang. yang meruncing, dan sebagainya.
Metode deskriptif merupakan suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
Metode penelitian objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
Metode penelitian kualitatif dipilih dengan sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
pertimbangan pada permasalahan adaptasi adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
arsitektur puri yang dikaitkan dengan pariwisata lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
dapat dijelaskan secara kualitatif. Adaptasi adalah mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
kata benda yang mengandung pengertian antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan
perubahan rupa, bentuk (sifat dan fungsi) menurut Sugiyono (2014) menyatakan bahwa
sangatlah bersifat kualitatif. Suatu proses metode deskriptif adalah suatu metode yang
penelitian dengan paradigma kualitatif (Creswell digunakan untuk menggambarkan atau
1994) ditujukan untuk memahami masalah- menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
masalah manusia atau sosial dengan menciptakan digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
gambaran menyeluruh dan kompleks yang luas (Sugiyono 2014).
disajikan dengan kata-kata, melaporkan Puri Saren Agung Ubud dipilih sebagai kasus
pandangan rinci yang diperoleh dari para nara studi karena merupakan peninggalan Arsitektur
sumber informasi (informan), serta dilakukan Tradisional Bali (ATB), kawasan Ubud
dalam latar (setting) yang alamiah. Pengertian merupakan kawasan pariwisata yang berkembang
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian untuk sangat pesat, eksistensinya masih dianggap
memahami (to understand) fenomena atau gejala penting, dan keluarga puri memiliki
sosial dengan lebih menitik beratkan pada kewibawaan/legitimasi dan pengakuan dari
gambaran lengkap tentang fenomena yang akan masyarakatnya sampai dengan saat kini.
dikaji. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan Pertanyaan penelitian yang diajukan terdiri dari:
pemahaman yang mendalam tentang fenomena 1) bagaimana proses adaptasi pada puri? 2) pada
untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori (H. bagaian mana dari puri yang terjadi adaptasi? 3)
Mudjia Rahardjo 2010). faktor apa yang mengakibatkan terjadinya
Dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri adaptasi?
bertindak sebagai instrument penelitiannya; yang Secara prosedural dalam proses penelitian,
mana sebagai instrumen penelitian, peneliti harus adaptasi arsitektur akan dibedakan menjadi tiga
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, bagian yaitu adaptasi fungsi, adaptasi bentuk dan
sehingga mampu bertanya, menganalisis, adaptasi ruang. Untuk lebih rinci berikut ini akan
memotret dan mengkonstruksi situasi sosial yang diuraikan beberapa elemen/unsur dari masing-
diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna masing adaptasi yang terdiri dari:
(Sugiyono 2008). Hal ini juga diperkuat oleh 1. Adaptasi fungsi
Margono (2010) yang menyatakan bahwa dengan analisis mengenai fungsi dan peran puri yang
karakteristik penelitiannya yang holistik berhubungan dengan pelaku dan kegiatan di
(menyeluruh), peneliti dalam penelitian kualitatif puri. Pelaku terdiri dari owner (keluarga puri),
memerlukan ketajaman analis (bersifat deskriptif masyarakat dan wisatawan.
analitik), objektifitas, sistematik dan sistemik 2. Adaptasi bentuk (tata bangunan)
sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi analisis tata bangunan yang terdiri dari bentuk
(Margono 2010). dasar bangunan, facade, konstruksi, material,
Pendekatan deskriptif bertujuan untuk ornamen dan ragam hias yang dikaitkan
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah macam tipe kategori adaptasi dan proses
berlangsung pada saat studi. Melalui pendekatan terjadinya adaptasi.
deskriptif akan menggambarkan dan menafsirkan 3. Adaptasi ruang (tata ruang)
data yang ada, misalnya tentang situasi yang analisis tata ruang puri akan dibedakan
dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, menjadi tata ruang makro (puri dan
lingkungan sekitarnya); tata ruang mezzo
65
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
(ruang bagian dalam puri yang dibatasi masuknya pariwisata atau kajian mengenai
adanya tembok penyengker dengan bagian fungsi, bentuk dan ruang arsitektur puri atas dasar
luar puri); dan tata ruang mikro (merupakan filosofi dan konsepsi arsitektur tradisional Bali
bagain-bagian ruang di dalam puri yang (ATB) dan adaptasi yang terjadi setelah
disebut palebahan). pariwisata. Pada proses berikutnya dari hasil-hasil
Pada setiap unsur/elemen adaptasi baik fungsi, analisis dapat ditemukan hasil adaptasi fungsi,
bentuk dan ruang (Salura 2010) akan dibedakan bentuk dan ruang pada arsitektur puri berupa
berdasarkan periode waktu yaitu sebelum kesimpulan atau temuan penelitian.
66
Rachmat Budihardjo:
The effect of tourism on function adaptation, forms and space of puri architecture,
a case study: at Puri Saren Agung Ubud
tulus tanpa mengharapkan imbalan jasa, kepada pihak keluarga pewaris Puri Saren Agung
melainkan merupakan balas jasa/budi warga Ubud.
Wisatawan dibedakan menjadi dua, yaitu Sebagai sebuah obyek wisata, Puri Saren
wisatawan yang menginap ataupun tidak. Agung Ubud dibangun berdasarkan tata-nilai
Wisatawan yang tidak menginap hanya budaya masyarakatnya (tri hita karana). Tata-
diperkenankan memasuki area palebahan ancak ruang makro puri yang terdiri dari jaba
saji dan semanggen saja. Wisatawan biasanya sisi/palemahan (nista), jaba tengah/pawongan
jalan-jalan dan bercakap-cakap melalui jalan (madya) dan jeroan/parahyangan (utama)
setapak sambil melihat objek mempunyai fungsi tersendiri, dimana pada jaba
bangunan/arsitektur, memotret bangunan ataupun sisi wisatawan dapat menyaksikan keindahan
ikut terlibat secara langsung pada aktivitas budaya puri. Wisatawan tidak diperkenankan memasuki
yang sedang berlangsung pada saat tertentu. ataupun melintasi bagian jeroan Puri berupa
(Gambar 3) pamerajan alit dan pamerajan agung, yang
merupakan area tertutup dan disakralkan. Area ini
hanya untuk keluarga pewaris puri, dibuka pada
saat dilaksanakan upacara ritual kegamaan
(piodalan) atau persembahyangan oleh keluarga
Puri.
Adaptasi ruang
a. Ruang makro – konsep pempatan agung
Puri Saren Agung Ubud terletak pada
persimpangan jalan utama Desa Ubud, di Bali
dikenal dengan istilah Pempatan Agung atau
Catus Patha. Pempatan Agung adalah pola palang
(tapak dara) dari pertemuan dua ruas jalan yang
mengarah pada masing-masing mata angin
Gambar 3. Batas area kegiatan wisatawan di Puri
Saren Agung Ubud (Utara-Selatan dan Timur-Barat) yang
67
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
menyimbulkan bumi dan melambangkan dipergunakan untuk tempat istirahat atau transit
swastika sebagai tanda keberuntungan. Dari ruang wisatawan baik yang sudah selesai melihat Puri
kosong (hampa) hasil pertemuan ke-empat ruas Saren Agung Ubud maupun menikmati perjalanan
jalan tersebut kemudian ditentukan letak di sekitar wilayah Ubud. Pasar tradisional
kediaman pemegang kekuasaan negara/kerajaan sebagian besar ruangnya sekarang berubah untuk
atau puri. Pada pusat kotaraja inilah dibangun kegiatan berjualan barang-barang seni, menjadi
Puri dengan pelbagai fasilitasnya. (Gambar 4) Pasar Seni Ubud. Perubahan paling besar terjadi
Puri menempati suatu sudut catus patha yaitu pada area yang dulunya berupa lapangan (ruang
arah kaja-kangin (utama ning utama) atau Timur terbuka) saat kini sudah terbangun kantor Kepala
Laut persimpangan. Dalam asta kosali disebutkan Desa yang sekaligus sebagai Tourism Information
bahwa, perumahan untuk orang-orang berkasta Centre (TIC).
utama (ksatrya), tidak boleh di daerah teben (hilir) b. Ruang mezzo – konsep nawa sanga (sanga
dari perumahan rakyat kebanyakan (sudra). mandala)
Ketentuan ini terkait dengan fungsi puri sebagai Unit-unit bangunan puri ditata secara
pusat kerajaan/kotaraja, pusat kekuasaan dan mengelompok pada suatu pekarangan yang
pusat budaya. Puri harus berada di daerah yang disebut pelataran atau palebahan dengan natah
lebih tinggi, agar dapat mengayomi dan sebagai pusat orientasi bangunan pada setiap
mengawasi situasi lingkungan masyarakatnya. palebahan. Puri Saren Agung Ubud terdiri dari
Secara filosofis dalam konsep tri loka/tri mandala beberapa palebahan yang secara umum
disebutkan bahwa orientasi sumbu bumi (kangin- menggambarkan adanya pola sanga mandala atau
kauh) dan sumbu religi (kaja-kelod) menjadikan nawa sanga sesuai dengan filosofi dan konsepsi
zonasi yang dianggap memiliki nilai baik pada arsitektur tradisional Bali (ATB).
(utama), sedang (madya) dan buruk (nista).
68
Rachmat Budihardjo:
The effect of tourism on function adaptation, forms and space of puri architecture,
a case study: at Puri Saren Agung Ubud
Dewa) pada tatanan makrokosmos, dengan Dewa ancak saji dan semanggen adalah area yang dapat
Syiwa sebagai pusatnya (di tengah-tengah), dikunjungi wisatawan tidak menginap.
sedangkan delapan Dewa yang lain digambarkan
dalam asta dikpalaka, menggambarkan seluruh
arah penjuru mata angin yang melindungi
manusia. Konsepsi tersebut teraplikasi dengan
jelas pada tata letak palebahan Puri Saren Agung
Ubud, dimana palebahan saren kangin sebagai
tempat tinggal raja terletak di daerah timur sesuai
dengan posisi Dewa Indra - Raja. Palebahan
semanggen yang terletak di sisi Selatan, posisi
Dewa Yama (Dewa kematian), difungsikan
sebagai area tempat persemayaman jenasah
keluarga raja sebelum diperabukan (pelebon) di
Bale Semanggen. Palebahan Pamerajan Agung
terletak di sudut Timur Laut (kaja-kangin) adalah
merupakan posisi Dewa Isyana (Syiwa
Mahadewa) yang merupakan dewa tertinggi yang
selalu dihadirkan dalam setiap kali upacara
keagamaan (ritual agama Hindu) atau piodalan.
Keluarga puri membatasi area yang boleh
dikunjungi wisatawan yaitu pada zona nista dan
sebagian zona madya pada gambar 5. Syiwa
Mahadewa bersemayam pada bangunan Meru
yang berbentuk atap tumpang yang berjumlah Gambar 6. Natah sebagai orientasi bangunan pada
ganjil. Pada setiap palebahan terdapat unit-unit setiap palebahan
bangunan dengan orientasi pada bagian tengah
palebahan yang disebut natah. Pada setiap area Adaptasi ruang luar (ruang terbuka/open space)
palebahan dilengkapi dengan adanya pintu yang disebut natah pada saat kini berupa lansekap
gerbang, lansekap dan jalur sirkulasi. dengan taman-taman yang dilengkapi berbagai
c. Ruang mikro – konsep palebahan dan natah tanaman mulai jenis ground cover, tanaman
Unit-unit bangunan Puri Saren Agung Ubud bunga, semak, perdu, tanaman penenduh,
mengacu pada tata aturan bangunan tempat penggunaan paving blok untuk sirkulasi/jalan
tinggal arsitektur tradisional Bali. Bangunan setapak dan pada beberapa palebahan dilengkapi
dikomposisikan pada setiap area palebahan yang dengan kolam air. Desain dan penataan tata ruang
dibatasi dengan tembok pagar keliling luar puri dapat dikatakan sebagai wujud adaptasi
(penyengker) dilengkapi pintu masuk (dapat arsitektural yang dapat memberikan kekuatan
berupa candi bentar, kori alit, dan kori agung) (nilai tambah) dan estetika, peningkatan fungsi
sebagai penghubung antar palebahan. Hampir ruang luar, dan kenyamanan termal bagi ruang
semua unit bangunan pada setiap palebahan dalam di setiap unit bangunan pada palebahan,
menghadap (orientasi) ke natah yang dapat yang terlihat di gambar 6.
terlihat pada gambar 6.
Perubahan arsitektur yang signifikan tidak Adaptasi bangunan – konsep triangga dan triloka
ditemukan pada setiap palebahan, baik pada jaba Unit-unit bangunan pada setiap palebahan
sisi, jaba tengah dan jeroan Pamerajan Agung sebagian besar merupakan bangunan satu lantai,
yang dipergunakan oleh keluarga besar puri untuk disamping itu juga terdapat beberapa unit
persembahyangan/piodalan dan wisatawan tidak bangunan dengan dua lantai. Bila dilihat secara
diperkenankan masuk ke dalam palebahan ini. vertikal hampir semua bangunan memiliki unsur
Dari hasil pengamatan terdapat unit-unit triangga yang terdiri dari bagian kaki (bhur-loka),
bangunan yang difungsi untuk guest house tempat badan (bhuh-loka) dan kepala (swah-loka) sesuai
penginapan wisatawan pada sebagian palebahan dengan kaidah filosofi dan konsepsi arsitektur
saren kangin delodan, palebahan saren kauh tradisional Bali.
delodan, dan palebahan rangki. Pada palebahan Bahan dan konstruksi sebagian besar
mempergunakan bahan batu alam, bata merah,
69
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
batu padas, sebagai penutup dinding bangunan konstruksi atap yang mempergunakan bahan
yang dilengkapi dengan motif ornamen dan kayu, sedangkan penutup atap mempergunakan
dekoratif yang mengambil bentuk-bentuk material daun alang-alang, genteng ataupun ijuk
manusia, tanaman, bunga-bungaan dan hewan. untuk bangunan sakral terutama pada palebahan
Konstruksi tiang/saka mendominasi pada bagian pamerajan agung.
bangunan yang menjadi satu kesatuan dengan
Gambar 7. Adaptasi bangunan menjadi guest house – palebahan saren kangin delodan
Renovasi bangunan tentunya sudah beberapa Perubahan ruang dalam (interior) dapat
kali dilakukan pada unit-unit bangunan Puri dicermati melalui perubahan ruang-ruang pada
Saren Agung Ubud, mengingat usia bangunan unit bangunan di setiap palebahan, khususnya
yang sudah cukup umur (lama), perkembangan pada zona nista dan madya yang menjadi area
teknologi konstruksi, penemuan bahan-bahan wisatawan. Pada palebahan ancak saji terdapat
baru, juga adanya tuntutan kebutuhan aktivitas penambahan fungsi ruang sebagai ruang penerima
pariwisata. Kondisi seperti ini dapat dijumpai tamu/lobby, tempat pementasan kesenian (tari)
pada palebahan saren kangin delodan. (Gambar dan tempat pelatihan tari bagi masyarakat di
7) Dalam proses renovasi bangunan terjadilah sekitar puri. Perubahan fungsi ruang dan
proses adaptasi arsitektural. Ditemukan adanya bangunan untuk guest house dapat ditemukan
kecenderungan untuk tetap mempertahankan pada unit-unit bangunan di beberapa palebahan
ukuran, bentuk dasar dan wujud bangunan saren di antaranya palebahan saren kauh
asli/asal, namun melakukan perubahan pada delodan, rangki, dan saren kangin delodan.
tampilan bangunan sehingga bangunan menjadi Pemanfaatan type bangunan bale dan loji/gedong
lebih anggun, mewah dan berwibawa bila untuk fungsi tempat penginapan wisatawan
dibandingkan dengan kondisi semula. Hal ini dilakukan dengan menambahkan ruang lavatory
dapat dicermati dari penggunaan warna emas pada ruang yang berbatasan dengan tembok
pada konstruksi tiang, pintu dan jendela; pembatas/penyengker, pada umumnya terdapat di
pemilihan motif ornamen dan dekoratif bangunan bagian samping maupun di bagian belakang
dengan tingkat detail ukiran tiga dimensi; bangunan. (Gambar 8)
penggunaan genteng; serta bahan penutup lantai
dengan granit.
70
Rachmat Budihardjo:
The effect of tourism on function adaptation, forms and space of puri architecture,
a case study: at Puri Saren Agung Ubud
71
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
bila dibandingkan dengan bangunan utamanya, Mann, Richard. 2012. Palaces of Bali. Gateway
sehingga penambahan ini tidak merusak tatanan Books International.
yang sudah ada. Margono. 2010. ‘Doc 21’. In Metodologi
Hasil temuan dalam penelitian ini Penelitian Pendidikan.
direkomendasikan dapat digunakan untuk Picard, Mchel. 2006. Bali, Pariwisata Budaya
penelitian penyelamatan bangunan lama dan Dan Budaya Pariwisata. Jakarta:
bersejarah baik yang ada di Bali ataupun di Kepustakaan Populer Gramedia.
tempat-tempat lain di Indonesia yang diupayakan Purnomo, Agus, and I Ngurah Suryawan. 2008.
untuk dihidupkan kembali melalui kegiatan ‘Jejak Pergolakan Pers Mahasiswa’. Jim’s
pariwisata. Proses adaptasi baik fungsi, ruang dan Blog. 2008.
bentuk arsitektur diupayakan seminimal mungkin http://memecahsenyap.blogspot.com/2008/03
dan pariwisata diharapkan dapat memberikan /jejak-pergolakan-pers-mahasiswa.html.
kontribusi positif bagi penyelamatan bangunan Rachmat, Budihardjo. 2013. ‘Konsep Arsitektur
lama dan bersejarah. Bali Aplikasinya Pada Bangunan Puri’.
NALARs.
Rae, Graeme Mac. 2005. Negara Ubud?
Referensi Kerajaan Budaya Abad Globalisasi, Dalam
Politik Kebudayaan Dan Identitas Etnik. Bali:
Ardika, I Wayan. 2005. Strategi Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana,
Mempertahankan Kearifan Lokal Di Era Denpasar.
Global, Kompetensi Budaya Dalam Salura, Purnama. 2010. Arsitektur Yang
Globaliasi. Kumpulan A. Bali: Fakultas Membodohkan. 1st ed. Bandung: CSS
Sastra Universitas Udayana, Denpasar. Publishing.
Budihardjo, Rachmat. 2012. ‘Sistem Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuatintatif,
Pemerintahan Kerajaan Pengaruhnya Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.
Terhadap Arsitektur Bali’. NALARs: Jurnal https://doi.org/2008.
Arsitektur UMM Jakarta. ———. 2014. ‘Teknik Pengumpulan Data’.
https://doi.org/doi.org/10.24853/nalars.11.2. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan
%25p. R&D. https://doi.org/10.3354/dao02420.
———. 2016. ‘THE IMPACT OF TOURISM Sunarta, Nyoman, and Nyoman Sukma Arida.
TOWARDS SUSTAINABILITY AND THE 2017. Pariwisata Berkelanjutan. I. Bali:
CHANGE OF ARCHITECTURE’. Cakra Press.
International Journal of Research in https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendid
Engineering and Technology. ikan_1_dir/81eee6c1d3a49690e16b3be3dfb9
https://doi.org/10.15623/ijret.2016.0508045. 855f.pdf.
Cotteau, Jean. 2003. Wacana Seni Rupa Bali Suryawan, I Ngurah. 2008. ‘Dari Balinisasi Ke
Modern Dalam Paradigma Dan Pasar, Ajeg Bali’. Jim’s Blog. 2008.
Aspek-Aspek Seni Visual Indonesia. http://memecahsenyap.blogspot.com/2008/03
Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti. /dari-balinisasi-ke-ajeg-bali_08.html.
Creswell, J W. 1994. ‘Quantitative and Suwitha, I. Putu Gede. 2019. ‘Wacana “Kerajaan
Qualitative Paradigm Assumptions’. Research Majapahit Bali”: Dinamika Puri Dalam
Design: Qualitative and Quantitative Pusaran Politik Identitas Kontemporer’.
Approaches. Jurnal Sejarah Citra Lekha 4 (1): 3.
Geriya, I Wayan. 2000. Transformasi https://doi.org/10.14710/jscl.v4i1.19903.
Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI. Bali: Yudantini, Ni Made, Kadek Agus Surya Darma,
Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, Denpasar. and Wayan Wiryawan. 2017. ‘Sejarah Dan
H. Mudjia Rahardjo. 2010. ‘Triangulasi Dalam Perkembangan Kota Denpasar Sebagai Kota
Penelitian Kualitatif’. Universitas Islam Budaya’. In Seminar Ikatan Peneliti
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2010. Lingkungan Binaan Indonesia, B177–84.
https://doi.org/10.1360/zd-2013-43-6-1064. Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia.
https://doi.org/10.32315/sem.1.b177.
72