Anda di halaman 1dari 95

PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN

DAS CISADANE HILIR TERHADAP


KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE HILIR
KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

INO HARYANTI

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
DAS CISADANE HILIR TERHADAP
KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE HILIR
KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

Skripsi
Sebagai salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

INO HARYANTI

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
INO HARYANTI. Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir
terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten.
Dibawah Bimbingan AGUS PRIYONO dan OMO RUSDIANA.

Pola penggunaan lahan di sekitar DAS Cisadane telah mengalami


perubahan dari tahun ke tahun, khususnya DAS Cisadane bagian hilir. Sehingga
mengakibatkan perubahan kualitas air, baik dari parameter fisik, kimia maupun
biologi. Terjadinya perubahan kualitas air juga sangat terkait dengan pemanfaatan
sumberdaya air DAS Cisadane hilir, seperti industri-industri, peternakan,
pertanian dan perumahan yang membuang limbahnya ke DAS Cisadane hilir. Hal
ini akan mempengaruhi sumberdaya air yang akan dimanfaatkan sebagai sumber
air bersih. Untuk dapat melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan terhadap
kualitas Sub DAS Cisadane hilir akibat perubahan tutupan lahan dan berbagai
jenis pemanfaatan sumberdaya air, maka perlu dilakukan evaluasi perubahan tipe
tutupan lahan dan kualitas air Sungai Cisadane Hilir dalam selang waktu beberapa
tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak perubahan tutupan
lahan DAS Cisadane hilir terhadap kualitas air Sungai Cisadane hilir Periode
2005/2008, mengkaji pemanfaatan sumberdaya air di DAS Cisadane hilir dan
menghitung beban pencemaran sesuai sumber-sumber pencemarnya serta daya
tampungnya. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi input serta
memberikan kontribusi terhadap strategi dan proses pengembangan DAS
Cisadane bagian hilir guna menjaga kualitas air sungai, baik saat ini atau bahkan
dimasa yang akan datang.
Metode yang digunakan adalah inventarisasi data dari beberapa
sumber/instansi meliputi: peta tata guna lahan dan administrasi periode
2005/2008, data kualitas air hasil pemantauan periode 2007/2008, data debit air
dan curah hujan, data industri, data kependudukan, dan data peternakan yang ada
di DAS Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, serta wawancara masyarakat
mengenai persepsi dan perilaku mereka terhadap sumberdaya air Sungai Cisadane
hilir.
Kondisi Sungai Cisadane di daerah peralihan dari bagian tengah ke hilir
sungai, termasuk kedalam kriteria sedang sampai buruk dengan kisaran nilai
IMKA 60,09 - 35,45, sedangkan pada bagian muara kondisinya berkisar dari
buruk sampai sangat buruk dengan nilai IMKA 57,65-17,72. Semakin ke muara
kualitas air semakin memburuk. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi
pencemaran dari arah hulu dan tengah.
Secara keseluruhan (100%) dari 180 responden menilai bahwa kualitas air
Sungai Cisadane Hilir saat ini adalah sangat buruk. Menurut mereka air sungai itu
sudah tidak layak digunakan secara langsung untuk berbagai keperluan, terutama
untuk memasak, minum, mandi dan mencuci. Namun dengan alasan tertentu
masih banyak (56,67%) masyarakat yang menggunakan air sungai secara
langsung untuk mencuci pakaian dan mandi.
Berdasarkan hasil klasifikasi, terdapat delapan kelompok penggunaan
lahan di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang dan yang mengalami
perubahan adalah hutan, kebun campuran, pemukiman, sawah, tambak/empang,
tanah terbuka, dan tegalan/ladang. Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir
memiliki keterkaitan pada kualitas air Sungai Cisadane hilir. Beberapa parameter
kualitas air yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
perubahan tutupan lahan adalah suhu air, TDS, BOD, COD, DO, nitrat, ammonia
dan nitrit.
Berdasarkan hasil klasifikasi dalam Rapid assesment of sources of air,
water and land pollution, kegiatan yang menghasilkan limbah dan menyebabkan
pencemaran sebagian besar bersumber dari pemukiman dan kawasan industri. Hal
ini dapat terlihat dari peningkatan parameter pH, COD, dan BOD.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa prediksi beban
pencemaran yang disumbangkan dari pemukiman dan peternakan adalah TSS
sebesar 187.809,23 ton/tahun, BOD sebesar 36.767,65 ton/tahun, COD sebesar
18.302,72 ton/tahun, TN sebesar 1.372,7 ton/tahun dan TP sebesar 166,39
ton/tahun.
Beban pencemaran yang masuk ke Sungai Cisadane Hilir dengan sumber
pencemaran dari pemukiman dan peternakan hingga saat ini masih dibawah daya
tampungnya untuk parameter COD dan TN, sedangkan parameter BOD, TP, dan
TSS telah melampau daya tampungnya.

Kata Kunci :Tutupan Lahan, Kualitas Air, DAS, Daya Tampung, Sumber
Pencemaran
SUMMARY
INO HARYANTI. The Influence of Land Cover Changed at Watershed of
Cisadane Down Stream to The Water Quality of Cisadane Down Stream,
Tangerang Regency, The Province Of Banten. Under Supervision of AGUS
PRIYONO and OMO RUSDIANA

The land usage pattern surround the Cisadane watershed has changed year
to year on Cisadane watershed especially at down segment. The change of land
usage has effected the quality of water physically, chemically and biologically.
The decrement of water quality has relation to the utilization of water resource at
Cisadane Watershed especially at down stream. The water resource utilization
might be for industrial, husbandry, agriculture land and setlement purposes. Those
utilizations duct the wastes to the stream. It could disturb the utilization of clean
water. The evaluation to the types of land cover change and water quality of down
stream of Cisadane for several years, is needed in order to determine the effect of
land cover and water resource utilization to the quality of water.
This study is aimed to analyze the impact of land cover to Cisadane
watershed especially at the down stream during 2005-2008, examaine the water
resource utilization at Cisadane down stream and account the pollution load which
is approviate to the sources of contaminants and the carriying capacity. Therefore
this study is expected that it can be input of information and give contribution to
the management of Cisadane watershed for the some years a head.
The condition of Cisadane stream at the transition area of middle part to
the stream down is included as the moderate up to worse criteria with the score of
WQI 60, 09 – 34,45 while the mouth area of stream is included as worse up to
strongly worse with the WQI 57, 56 – 17, 72. The condition is worse nearer to the
mouth part. It is caused by the accumulation of pollutant from the downstream
and middle stream.
The 100% of respondences (180 people) agree that the quality of Cisadane
stream water nowadays is in bad condition. They state that Cisadane water is not
proper to be used directly for daily purpose, such as for cooking, drinking, bathing
and washing. But some of them (56, 67%) still use the water for washing the
clothes and bathing.
Based on classification result, there are eight land use on Cisadane
Watershed area. Land use changing happened in forest, mixed garden, recident
area, rice field, fisheries area, bare land, and fields. Land use change on Cisadane
watershed area connected to water quality on this area. Some parameters that can
used to know the water quality are water temperatures, TDS, BOD, COD, DO,
nitrate, ammonia dan nitrite.
Based on Classification result on assesment of sources of air, water and
land pollution, residencial and industry area were the major producer of liquid
wastes on this area. It can be seen from increasing of water pH, COD and BOD
parameters.
Based on calculation result, the highest pollutant load is mostly predicted
coming from some sources (people and husbandry). The TTS is 187.809,23
ton/year, BOD is 36.767,65 ton/year, COD is 18.302,23 ton/year, TN is 1.372,7
ton/year and TP is 166, 39 ton/year.
Pollutant load from people and husbandry on Cisadane watershed area for
COD,TN parameter still on minimum capability and over capability for BOD, TP
and TSS parameter.

Keywords : Land Cover, Water Quality, Watershed, Carrying Capacity, Pollutant


Resources
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Perubahan
Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir Terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir
Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ini
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir
skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Ino Haryanti
NIM. E34052243
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir


terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten
Tangerang, Banten
Nama : Ino Haryanti
NIM : E34052243

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Agus Priyono, MS Dr. Ir. Omo Rusdiana, MSc


NIP. 19610812 198601 1 001 NIP. 19630119 198903 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.


NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini adalah “Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir Terhadap
Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten” yang
dilaksanakan pada bulan Juni-September 2009 yang bertujuan untuk menganalisa
dampak perubahan tutupan lahan DAS Cisadane Hilir terhadap kualitas air Sungai
Cisadane Hilir Periode 2005/2008, mengkaji pemanfaatan sumberdaya air di DAS
Cisadane Hilir dan menghitung beban pencemaran sesuai dengan sumber-sumber
pencemarnya serta daya tampungnya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input serta memberikan
kontribusi terhadap strategi dan proses pengembangan DAS Cisadane bagian hilir
guna menjaga kualitas air sungai, baik saat ini atau bahkan dimasa yang akan
datang.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan
pengembangan penelitian selanjutnya. Harapan penulis, sebuah karya kecil ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Bogor, Januari 2010

Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 November 1986.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan
Haryanto (Alm) dan Ronih.
Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu
pendidikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Mujahidin tahun 1993-
1999. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di
Madrasah Tsanawiyah Ar-Ridwan tahun 1999-2002 dan Sekolah Menengah Atas
di Madrasah Aliyah Negeri 10 Jakarta tahun 2002-2005. Pada tahun 2005 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan masuk ke dalam Mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata (DKSHE) pada tahun 2006 dengan Minor Agroforestri.
Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis aktif mengikuti beberapa
kegiatan organisasi, seperti Kelompok Pemerhati Goa (KPG) dalam Himpunan
Mahasiswa Konservasi yang merupakan Himpunan Profesi (Himpro) DKSHE
(2006-2008), dan Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fahutan IPB (2006-
2009).
Pada tahun 2007 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Sancang-Kamojang dan Praktek Umum Konservasi Ex-situ (PUKES)
di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yaitu di Taman Burung dan Museum
Serangga serta di Taman Sringanis tahun 2008. Penulis juga mengikuti kegiatan
Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) yang merupakan kegiatan Himpro di
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBB) Sulawesi Selatan pada tahun
2007 dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) Kalimantan Barat
tahun 2008. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) tahun 2009
di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jawa Timur.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian
dengan judul: “Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir
Terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang,
Banten” dibawah bimbingan Ir. Agus Priyono, MS dan Dr. Ir. Omo Rusdiana,
MSc.
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
Karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan pada suri tauladan kita Rasulallah Muhammad SAW dan seluruh
umatnya yang senantiasa istiqamah sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Agus Priyono, MS selaku pembimbing pertama dan Dr. Ir. Omo
Rusdiana, M.Sc selaku pembimbing kedua atas kesabaran dan keikhlasan
dalam memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat kepada penulis.
2. Dosen Penguji Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS dari Departemen
Manajemen Hutan, Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut.M.Si dari
Departemen Hasil Hutan, dan Ibu Dr. Ir. Ulfa Juniarti Siregar, M.Agr dari
Departemen Silvikultur.
3. Kedua orang tua, terutama ibuku yang telah berjuang menjadi single
parent dan bapakku yang telah tenang dialamnya, kakakku (Haryani) dan
kakak ipar (Aldo) serta keponakanku Arvaldo, terima kasih atas segala
curahan kasih sayangnya. Untuk saudara-saudaraku terima kasih atas
semua doanya.
4. Semua instansi yang telah memberikan bantuan berupa data-data
sekundernya.
5. Keluarga besar DKSHE yang telah memberikan makna tentang
kehutanan terutama dibidang konservasi serta staf DKSHE.
6. Keluarga besar himakova, khususnya KPG (kelompok Pemerhati Gua)
yang telah memberikan pengalaman dalam berorganisasi dan praktek
lapang mengenai konservasi. Terutama Pembina KPG ibu Dr. Ir.
Arzyana Sunkar, M.Sc serta G-XII (Ainah, Fitri, Serasi, Ozy, Iska, Erik,
Panda, Ronald dan (Alm) Hendro).
7. Keluarga besar RIMPALA (Rimbawan Pecinta Alam) yang sudah
memberikan ilmu berharga tentang alam.
8. Tarsius 42….terima kasih sudah memberikan banyak suka dan duka, baik
di kelas maupun di lapang. Kita bertemu lagi di HAPKA mendatang
untuk membuka secret massages.
9. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya, terima kasih atas bantuannya selama pembuatan skripsi
ini.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penutupan Lahan. ............................................................................... 4
2.2 Kualitas Air......................................................................................... 4
2.2.1 Parameter Fisik............................................................................ 5
2.2.1.1 Suhu Air................................ ............................................ 5
2.2.1.2 Total Padatan Terlarut (TDS).............................. ............. 5
2.2.2 Parameter Kimia.......................................................................... 6
2.2.2.1 Derajat Keasaman (pH)................................ .................... 6
2.2.2.2 Oksigen Terlarut (DO)...................................................... 6
2.2.2.3 BOD dan COD.................................................................. 7
2.2.2.4 Nitrat................................ ................................................. 7
2.3 Pengaruh Tata Guna Lahan terhadap Kualitas Air.............................. 8
2.4 Pencemaran Air................................ .................................................. 8
2.5 Debit Air................................ ............................................................. 9
2.6 Standar Baku Mutu Air ...................................................................... 9

III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 11
3.3 Penentuan Lokasi Penelitian ............................................................... 11
3.4 Metode Penelitian ............................................................................... 11
3.5 Analisis Data ...................................................................................... 13

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN


4.1 Kondisi Geografis ............................................................................... 16
4.2 Tataguna Lahan .................................................................................. 17
4.3 Klimatologi ......................................................................................... 17
4.4 Hidrologi ............................................................................................. 18
4.5 Kualitas Air......................................................................................... 19
4.6 Keadaan Sosial Ekonomi .................................................................... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir ............................... 24
5.2 Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai Cisadane
Hilir ................................................................................................... 27
5.3 Perubahan Beberapa Parameter Kualitas Air sungai Cisadane Hilir
Periode 2007-2008 ............................................................................ 30
5.4 Hubungan antara Perubahan Tutupan Lahan dengan Perubahan
Indeks Mutu Kualitas Air (IMKA) ................................................... 33
5.5 Hubungan Antara Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir
dengan Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir ..... 34
5.6 Beban Pencemaran Potensial ............................................................ 37
5.7 Daya Tampung Beban Pencemaran .................................................. 40

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 44
6.2 Saran ..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 46


LAMPIRAN ................................................................................................. 49
DAFTAR TABEL

No Halaman
1 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan total padatan terlarut ......... 6
2 Kualitas perairan berdasarkan oksigen terlarut di perairan ..................... 7
3 Klasifikasi kualitas air berdasarkan besarnya nilai BOD ........................ 7
4 Kriteria mutu air berdasarkan kelas air ................................................... 10
5 Jenis-jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ................... 12
6 Bobot parameter Indeks Mutu Kualitas Air-NSF WQI yang telah
dimodifikasi ............................................................................................ 14
7 Hubungan kisaran indeks mutu kualitas air (IMKA) dengan tingkat
mutu kualitas air ...................................................................................... 15
8 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang di DAS
Cisadane hilir tahun 2007-2008 .............................................................. 23
9 Perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane hilir dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2008 ...................................................................... 24
10 Persentase laju perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode
2005-2008 ............................................................................................... 25
11 Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 ......... 26
12 Nilai Selisih antara kualitas air yang masuk ke lokasi penelitian
dengan kualitas air dibagian hilir lokasi penelitian ................................. 30
13 Nilai maksimum dan minimum beberapa parameter kualitas air Sungai
Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008................... 31
14 Nilai perubahan beberapa parameter kualitas air Sungai Cisadane hilir
di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 .......................................... 32
15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten
Tangerang periode 2007-2008 ................................................................ 33
16 Prediksi kontribusi pemukiman terhadap peningkatan BOD, COD, TN,
dan TP ..................................................................................................... 38
17 Prediksi kontribusi total beberapa sumber pencemaran terhadap
peningkatan BOD, TSS, COD, TN, dan TP ............................................ 38
18 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan rata-rata
di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang ...................................... 41
19 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan
minimum di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang ..................... 41
20 Beban pencemaran bulanan di segmen sebelumnya (sebelum lokasi
penelitian) ........................................................................................................ 42
21 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit tahunan rata-rata
dengan sumber pencemaran domestik dan peternakan serta
pencemaran dari segmen sebelumnya di Sungai Cisadane hilir
Kabupaten Tangerang ............................................................................. 43
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1 Kerangka pemikiran penelitian ............................................................... 12
2 Peta lokasi penelitian............................................................................... 16
3 Fluktuasi curah hujan di DAS Cisadane hilir periode 2003-2008 .......... 18
4 Debit air bulanan DAS Cisadane hilir ..................................................... 19
5 Aktivitas mencuci dan mandi masyarakat Desa Tanjung Burung di
sungai utama Cisadane hilir .................................................................... 28
6 Kondisi penambakan dan penggalian pasir liar di muara Sungai
Cisadane hilir .......................................................................................... 29
7 Salah satu peternakan di DAS Cisadane hilir ......................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang tahun 2005 .......................................................... 50
2 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang tahun 2007 .......................................................... 51
3 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang tahun 2008 .......................................................... 52
4 Curah hujan dan banyaknya hari hujan di Kabupaten Tangerang .......... 53
5 Debit bulanan rata-rata dan nisbah Qmin/Qrata2 di Sungai Cisadane
hilir periode 2003-2008 ........................................................................... 54
6 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kota
Tangerang periode 2005-2008 ................................................................ 55
7 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kabupaten
Tangerang periode 2007-2008 .................................................................. 56
8 Perhitungan modifikasi bobot parameter IMKA-NSF WQI ..................... 57
9 Kurva sub indeks nilai IMKA ................................................................... 59
10 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang
periode 2005-2008 61
11 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota
Tangerang periode 2005-2008 63
12 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten
Tangerang tahun 2007 64
13 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten
Tangerang tahun 2007 66
14 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten
Tangerang tahun 2008 67
15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten
Tangerang tahun 2008 69
16 Panduan wawancara mengenai pemanfaatan sumberdaya air Sungai
Cisadane hilir di DAS Cisadane hilir 70
17 Jenis-jenis industri di Kabupaten Tangerang yang telah diketahui
kapasitas dan kategori limbah cairnya .................................................... 71
18 Daftar industri kelas menengah dan kelas berat yang melalui DAS
Cisadane hilir di wilayah Kabupaten Tangerang .................................... 74
19 Nilai konversi untuk setiap sumber limbah ............................................. 75
20 Prediksi kontribusi penduduk terhadap pencemaran domestik ................. 76
21 Prediksi kontribusi ternak sapi dan kerbau terhadap peningkatan BOD
dan TSS ................................................................................................... 77
22 Prediksi kontribusi ternak kambing dan domba terhadap peningkatan
BOD dan TSS .......................................................................................... 77
23 Prediksi kontribusi ternak ayam terhadap peningkatan BOD dan TSS . 78
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai Cisadane memiliki DAS dengan panjang sekitar 80 km dan
merupakan salah satu sungai utama di Provinsi Banten dan Jawa Barat. Sumber
sungai ini berada di Gunung Salak-Pangrango, Kabupaten Bogor dan mengalir ke
Laut Jawa. Pada saat ini Sungai Cisadane dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum. Namun demikian, peningkatan
pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik telah mengakibatkan
pengolahan air menjadi semakin sulit untuk dilakukan.
Upaya pelestarian sumberdaya air tidak dapat dilepaskan dari pergerakan
dan sebaran air tersebut dalam daerah aliran sungai. DAS Cisadane merupakan
salah satu wilayah yang cukup penting peranan sistemnya secara keseluruhan. Hal
ini disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada DAS Cisadane Hulu akan
berimplikasi lebih lanjut pada daerah yang ada di bawahnya (hilir), sehingga
perubahan apapun yang terjadi di hulu akan terasa dampaknya pada bagian hilir.
DAS Cisadane bagian hilir melintasi dua wilayah secara administrasi,
yaitu Kota dan Kabupaten Tangerang. Sungai Cisadane membagi kota Tangerang
menjadi dua bagian, yaitu bagian timur sungai dan bagian barat sungai. Sungai
Cisadane mengalir di tengah Kota Tangerang sepanjang 15 km. Lebar sungai
Cisadane sekitar 40-70 m dengan debit air dalam kondisi normal sekitar 70
m3/det. Bendungan Pintu 10 di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Neglasari
merupakan bendungan untuk mengendalikan debit air Sungai Cisadane ke arah
hilir Kabupaten Tangerang dan dimanfaatkan untuk irigasi teknis.
Pertambahan jumlah penduduk kota dan Kabupaten Tangerang yang
semakin meningkat diikuti dengan perkembangan teknologi telah mengakibakan
minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk tersebut maka akan semakin meningkat pula
kebutuhan mereka akan lahan, baik yang dimanfaatkan untuk pemukiman,
pertokoan, perindustrian ataupun perkantoran. Keadaan demikian akan terus
berlangsung yang akan menyebabkan perubahan tutupan lahan dan akan
berdampak pada kerusakan lingkungan. Jika kondisi seperti ini tidak ada
perbaikan dan penataan dengan baik dari berbagai pihak, maka dampaknya akan
berpengaruh pada perilaku masyarakat yang semakin buruk pula. Adanya alih
fungsi lahan tersebut, akan mempengaruhi pula kualitas Sub DAS Cisadane hilir.
Untuk dapat melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas
Sub DAS Cisadane hilir akibat perubahan tutupan lahan dan berbagai jenis
pemanfaatan sumberdaya air, maka perlu dilakukan evaluasi perubahan tipe
tutupan lahan dan kualitas air Sungai Cisadane hilir dalam selang waktu beberapa
tahun.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisa dampak dari perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane
hilir terhadap kualitas air Sungai Cisadane hilir periode 2005-2008.
b. Untuk mengkaji pemanfaatan sumberdaya air di DAS Cisadane hilir
Kabupaten Tangerang.
c. Menghitung beban pencemaran sesuai sumber-sumber pencemarnya.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Lokasi penelitian terletak di DAS Cisadane hilir wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang yang meliputi Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan
Sepatan, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Kosambi, dan Kecamatan
Teluknaga.
b. Sumber-sumber pencemaran yang dibatasi adalah sumber pencemaran
dominan, terutama penduduk dan peternakan.

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini akan menjadi input serta memberikan kontribusi
terhadap strategi dan proses pengembangan DAS Cisadane bagian hilir guna
menjaga kualitas air sungai baik saat ini atau bahkan dimasa yang akan datang.
Selain itu, hasil ini dapat pula dijadikan sebagai acuan dalam menyusun dan
merencanakan pengelolaan, pelaksanaan operasional dan petunjuk teknis
pengembangan serta sebagai acuan monitoring dalam pengambilan kebijaksanaan
pengembangan DAS Cisadane hilir dan perbaikan lingkungan Kabupaten
Tangerang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penutupan Lahan


Penutupan lahan (land cover) dan tata guna lahan (land use) atau
penggunaan lahan merupakan istilah yang sering kali diartikan sama, padahal
keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Lillesand dan Kiefer
(1990) diacu dalam Wardhana (2003) penggunaan lahan merupakan kegiatan
manusia pada sebidang lahan tertentu, sedangkan penutupan lahan lebih pada
perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan
kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Vink (1975) diacu dalam
Fitriyana (2004) menjelaskan bahwa perubahan atau perkembangan penutupan
lahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam seperti iklim, topografi tanah
dan bencana alam; serta faktor manusia yang berupa aktivitas manusia pada
sebidang lahan. Dari kedua faktor tersebut dikatakan bahwa faktor manusia
memberikan pengaruh dominan dibandingkan dengan faktor alam.
1. Permukaan bervegetasi
Pepohonan merupakan suatu komponen yang penting dalam suatu
ekosistem. Keberadaan pohon di perkotaan memiliki banyak fungsi, diantaranya
adalah pengendali bahang, banjir, erosi, dan mengurangi kecepatan angin.
Pengurangan kecepatan angin dapat berpengaruh terhadap suhu (Wardhana,
2003).
2. Permukaan terbuka (tidak bervegetasi)
Daerah perkotaan ditandai dengan adanya permukaan berupa parit, selokan
dan pipa saluran drainase, sehingga sebagian air hujan yang jatuh tidak meresap
kedalam tanah. Akibatnya air untuk proses evaporasi menjadi kurang tersedia dan
penguapan menjadi sedikit. Dampak lainnya adalah banyaknya genangan air
aikibat kurangnya daerah resapan atau saluran drainase.

2.2 Kualitas Air


Kualitas air merupakan batas konsentrasi parameter-parameter air yang
diinginkan bagi kelayakan untuk penggunaan tertentu (Fitriyana, 2004).
Penentuan batas-batas tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
ilmiah yang bersumber dari hasil-hasil penelitian, sedangkan untuk standar
kualitas air telah diatur oleh undang-undang yang ditetapkan pemerintah,
diantaranya berisi tentang pembatasan konsentrasi sebagai parameter kualitas air.
Parameter kualitas air dari suatu sistem perairan dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok, yaitu parameter fisik seperti suhu, kekeruhan, dan total
padatan terlarut; parameter kimia seperti pH, DO (Dissolved Oxygen), BOD
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan Nitrat; serta
parameter biologi seperti Escherichia coli dan benthos. Namun dalam penelitian
ini hanya dibahas 2 parameter, yaitu parameter fisik dan kimia. Hal ini berkaitan
dengan ketersediaan data dari berbagai sumber.

2.2.1 Parameter fisik


Pada dasarnya parameter fisik bukan merupakan petunjuk yang baik dalam
menentukan tingkat pencemaran air, karena sifat fisik kualitas air memiliki nilai-
nilai normal yang bervariasi, dalam hal ini tergantung pada kondisi khas perairan
dan air limpasan yang masuk ke perairan tersebut. Dengan demikian, untuk
menilai tingkat pencemaran suatu badan air dari segi sifat fisiknya hanya dapat
diduga dari penyimpangan terhadap nilai normal alaminya (Husin, 1989 diacu
dalam Putri, 2004).

2.2.1.1 Suhu Air


Menurut Fardiaz (1992) suhu air menunjukkan derajat panas atau dingin
dari air pada suatu perairan. Kenaikan suhu air akan menimbulkan jumlah oksigen
terlarut didalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan
dan hewan lainnya terganggu, dan apabila batas suhu yang mematikan terlampaui,
ikan dan hewan lainnya mungkin akan mati. Kisaran suhu masih dianggap normal
apabila masih berada antara 25 sampai 32 °C, kisaran suhu tersebut dapat
mendukung kehidupan organisme akuatik.

2.2.1.2 Total Padatan Terlarut (TDS)


Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang
larut air, mineral dan garam. Padatan ini merupakan padatan-padatan yang
mempunyai ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi (Fardiaz, 1992).
Kualitas air dapat dinilai dari total padatan terlarut atau jumlah dan zat-zat
yang terlarut. Angraeni (1994) diacu dalam Fitriyana (2004) mengatakan bahwa
pada batasan tertentu, air yang mengandung TDS lebih dari 1500 mg/l akan
memberi rasa tidak enak pada lidah dan akan timbul rasa mual. Berdasarkan
parameter TDS maka kualitas air dapat digolongkan pada beberapa kriteria (Cartel
dan Hill, 1981 diacu dalam Nugraheni, 2001). Adapun kriteria tersebut terdapat
pada tabel 1.
Tabel 1 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan total padatan terlarut
Kandungan Total Padatan Terlarut (mg/l) Kriteria Kualitas Air
<4 Sangat Baik
4 – 10 Baik
10 – 15 Sedang
15 – 20 Buruk
20 – 35 Sangat Buruk
Sumber : Cartel dan Hill (1981) diacu dalam Nugraheni( 2001)

2.2.2 Parameter Kimia


Parameter sifat kimia air merupakan petunjuk yang baik dalam
menentukan kualitas suatu perairan (Suripin, 2004).

2.2.2.1 Derajat Keasaman (pH)


Organisme air dapat hidup di dalam suatu perairan yang memiliki nilai pH
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Namun
nilai pH yang ideal untuk kehidupan organisme air pada umumnya antara 6,5
sampai 7,5. Dengan demikian, untuk kondisi perairan yang sangat asam maupun
basa akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi yang
berbahaya untuk kelangsungan hidup organisme air (Sastrawijaya, 2000 diacu
dalam Fitriyana, 2004).

2.2.2.2 Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup di dalam
air, karena kehidupan mereka sangat tergantung dengan kemampuan air dalam
mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan bagi
kehidupannya. Oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO) dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air yang jumlahnya tidak tetap tergatung dari jumlah
tanamannya dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan
terbatas (Fardiaz, 1992). Hubungan antara kualitas perairan dengan besarnya
kadar oksigen terlarut disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2 kualitas perairan berdasarkan oksigen terlarut di perairan
Oksigen terlarut (mg/l) Kualitas Air
> 6,5 Tidak tercemar/ tercemar sangat ringan
4,5-6,4 Tercemar ringan
2-4,4 Tercemar sedang
<2 Tercemar berat
Sumber : Lee et al. (1978) diacu dalam Nugraheni (2001)

2.2.2.3 BOD dan COD


BOD (biological oxygen demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-
bahan buangan di dalam air, sedangkan COD (chemical oxygen demand)
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan seperti kalium
dikhormat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air
(Fardiaz, 1992).
BOD sangat penting dalam pengelolaan kualitas air, karena parameter ini
digunakan untuk menentukan perkiraan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi. Hubungan antara besarnya
nilai BOD dengan kualitas air disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3 Klasifikasi kualitas air berdasarkan besarnya nilai BOD
BOD Kualitas Air
<3 Tidak tercemar
3-4,9 Tercemar ringan
5-15 Tercemar sedang
>15 Tercemar berat
Sumber : Lee et al. (1978) diacu dalam Buchari (1998) diacu dalam Nugroho (2003)

Menurut Fardiaz (1992) nilai COD dapat digunakan sebagai indikator


pencemaran limbah yang tahan terhadap penguraian seperti limbah industri dan
pertanian.

2.2.2.4 Nitrat
Senyawa nitrogen didalam perairan terdapat dalam bentuk terlarut atau
tersuspensi. Nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2) yang
berlipat ganda jumlahnya, nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan amoniak (NH4+). Nitrat
dalam tanah dan air terbanyak dibuat oleh mikroorganisme dengan cara biologis.
Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yaitu badai listrik, organisme pengikat
nitrogen, dan bakteri yang menggunakan amoniak. Ketiganya tanpa adanya
campur tangan manusia. Nitrat dapat terbentuk dari manusia, jika manusia
membuang kotoran dalam air, karena kotoran banyak mengandung amoniak.
Selain itu, konsentrasi nitrat juga dapat dihasilkan manusia dari limbah rumah
tangga dan pertanian. Nitrat akan berbahaya jika kandungannya mencapai 45 bpj
dalam air. Nitrat akan berubah menjadi nitrit dalam perut dan dapat menyebabkan
keracunan (Sastrawijaya, 1991 diacu dalam Putri, 2004). Saeni (1989) diacu
dalam Pribadi (2005) menyatakan bahwa sumber-sumber nitrogen dalam air
meliputi hancuran bahan organik, buangan domestik, limbah industri, limbah
peternakan, dan pupuk.

2.3 Pengaruh Tata Guna Lahan terhadap Kualitas Air


Aktivitas pengelolaan DAS pada umumnya adalah meliputi pembalakan
hutan, perubahan tata guna lahan, pembuatan bangunan-bangunan konservasi
tanah dan air, pengembangan tanaman pertanian dan kegiatan lain yang bersifat
merubah kondisi permukaan tanah, dan kegiatan tersebut dapat meningkatkan
jumlah mineral-mineral dan komponen-komponen (organik dan anorganik) lain
terangkut masuk ke dalam sungai (Asdak, 1995 diacu dalam Fitriyana, 2004).
Kegiatan diatas juga dapat mengakibatkan terjadinya dampak negatif
seperti erosi dan banjir. Terjadinya erosi pada lahan terbuka akan semakin tinggi,
karena permukaan tanah yang tidak terlindungi yang akan mengakibatkan
permukaan tanah terkikis dari butir-butir air hujan yang jatuh dan membawa hasil
kikisan tersebut ke badan perairan sehingga mempengaruhi mutu suatu perairan.
Suripin (2004) mengatakan bahwa terjadinya erosi tanah akan mengurangi
kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik
pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktivitas lahan, erosi juga dapat
menyebabkan masalah lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil
erosi tersebut mengendap dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, dan waduk,
sehingga mengurangi kemampuannya untuk berbagai fungsi.

2.4 Pencemaran Air


Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lainnnya ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Fitriyana, 2004). Bentuk kerusakan
air dapat berupa timpangnya distribusi air secara temporal, hilangnya atau
mengeringnya sumber air, dan menurunnya kualitas air. Timpangnya distribusi air
secara temporal, dan hilangnya atau mengeringnya sumber air berhubungan erat
dengan kerusakan tanah. Menurunnya kualitas tanah dapat disebabkan oleh
kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan atau
senyawa dari limbah rumah tangga, limbah industri atau limbah pertanian.
Peristiwa tersebut dikenal dengan polusi atau pencemaran air (Suripin, 2004).

2.5 Debit Air


Debit air merupakan volume air yang mengalir pada suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Data debit air sungai berfungsi memberikan
informasi mengenai jumlah air yang mengalir pada waktu tertentu. Oleh karena
itu, data debit air berguna untuk mengetahui cukup tidaknya penyediaan air untuk
berbagai keperluan (domestik, irigasi, pelayaran, tenaga listrik, dan industri)
pengelolaan DAS, pengendalian sedimen, prediksi kekeringan, dan penilaian
beban pencemaran air.
Jika data debit air rata-rata dan debit minimum selama periode tertentu
mengalami penurunan, sedangkan debit maksimum mengalami peningkatan, maka
kondisi DAS tersebut akan mengalami kerusakan. Karena salah satu gejala
hidrologi yang dapat digunakan untuk menentukan baik buruknya kondisi
lingkungan DAS adalah perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dengan
debit minimum (Qmin). Kondisi DAS relatif baik apabila perbandingan debit
maksimum dan debit minimum relatif kecil atau dengan nisbah Qmin/Qrata2 lebih
besar dari 0,50 yang berarti jika debit rataan kecil maka banyak air yang akan
mengisi persediaan air tanah dan sebagian kecil hujan menjadi aliran permukaan.
Sebaliknya suatu DAS dapat dikatakan terganggu bila perbandingan debit
maksimum dan minimum di daerah tersebut menunjukan kecenderungan yang
meningkat (Rozi, 2002).

2.6 Standar Baku Mutu Air


Standar parameter air untuk penggunaannya telah ditetapkan berdasarkan
kelas air dan kriteria baku mutu air, penggunaan air tersebut dibagi ke dalam 4
kelas, yaitu kelas I, II, III, dan IV (PP No. 82 tahun 2001).
Tabel 4 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Air
Parameter Satuan Kelas
Fisika I II III IV
Temperatur ºC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400
Parameter Satuan Kelas
Kimia Anorganik I II III IV
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0
Nitrat (NO3) mg/L 10 10 20 20
Nitrit mg/L 0.06 0.06 0.06 -
Total Fosfat sebagai P mg/L 0.2 0.2 1 5
Sumber : PP No. 82 tahun 2001
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu


Penelitian dilakukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane bagian
hilir, studi kasus wilayah administrasi Kabupaten Tangerang. Waktu pelaksanaan
selama 4 bulan yaitu bulan Juni - September 2009.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kamera,
Software Arcview 3.3, alat tulis, kalkulator, panduan wawancara, dan data
sekunder periode 2005-2008 dari berbagai sumber.

3.3 Penentuan Lokasi Penelitian


Penentuan lokasi dilakukan berdasarkan rekomendasi dari dinas
lingkungan hidup dalam hal ini berdasarkan lokasi yang telah diukur kadar
kualitasnya secara rutin tiap tahunnya serta rekomendasi dari petugas kecamatan
yang lebih menguasai kondisi lapang dalam hal ini berdasarkan lokasi yang lebih
berpengaruh terhadap kualitas air Sungai Cisadane hilir.

3.4 Metode Penelitian


a. Kerangka Pemikiran
Pola penggunaan lahan di sepanjang DAS Cisadane telah mengalami
perubahan dari tahun ke tahun, khususnya DAS Cisadane bagian hilir. Perubahan
pengguaan lahan akan mempengaruhi kualitas air dari suatu perairan. Perubahan
kualitas air ini akan mengakibatkan berubahnya mutu lingkungan perairan.
Perubahan penggunaan
lahan DAS Cisadane
hilir
periode 2005-2008
Mempengaruhi
Kualitas Air Sungai
Cisadane hilir

Mengalami Perubahan

Parameter Fisik Parameter Kimia


(Suhu, Total padatan terlarut (pH, DO, BOD, COD, dan
dan Total padatan tersuspensi) nitrat)

Perubahan Mutu
Kualitas Air Sungai
Cisadane hilir
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

b. Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan untuk menganalisis dampak perubahan
tutupan lahan terhadap kualitas air serta penyebab lainnya terdapat dalam Tabel 5
berikut ini:
Tabel 5 Jenis- Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian
No Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
1 Peta (Tata guna lahan, - RBI jawa Barat Inventarisasi data dari
dan administrasi) - KLH Jakarta berbagai sumber
Periode 2005-2008
2 Data Kualitas Air - BPLH Kabupaten Tangerang Inventarisasi data dari
(Parameter Fisik dan - BPLH Kota Tangerang berbagai sumber
Kimia) Periode 2007-
2008
3 Data Debit air dan BPSDA wilayah sungai Inventarisasi data
curah hujan Harian dan Cidurian-Cisadane
Bulanan
4 Data Jenis dan Jumlah - Dinas Perindustrian dan Inventarisasi data dari
Industri yang ada di perdagangan Kabupaten berbagai sumber
DAS Cisadane hilir Tangerang
- BPLH Kabupaten Tangerang
5 Data Kependudukan BPS Kabupaten Tangerang Inventarisasi data
6 Data Jenis dan Jumlah - Dinas Peternakan Kabupaten Inventarisasi data dari
Peternakan yang ada di Tangerang berbagai sumber
DAS Cisadane hilir - BPS Kabupaten tangerang
Data Primer
Data primer digunakan untuk mendukung data sekunder yang telah didapat
dari beberapa sumber/instansi (Tabel 5). Data yang diambil meliputi jenis-jenis
pemanfaatan sumberdaya air oleh masyarakat di DAS Cisadane hilir. Metode
yang digunakan adalah wawancara dengan masyarakat di DAS Cisadane hilir
berdasakan panduan wawancara yang telah dibuat dalam lampiran, sedangkan
untuk penentuan responden digunakan metode purpossive sampling. Lokasi
wawancara di DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang
meliputi Kecamatan Pakuhaji (Desa Kohod dan Desa Kalibaru), Kecamatan
Teluknaga (Desa Kampung Melayu dan Desa Tanjung Burung), serta Kecamatan
Sepatan Timur (Desa Kampung Kelor dan Desa Kedaung), untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Penentuan lokasi tersebut berdasarkan letak desa
yang berada di sepanjang aliran Sungai Cisadane hilir. Adapun jumlah responden
dalam wawancara ini adalah sebanyak 180 orang dengan masing-masing
responden dari 30 orang per desa.
Selain melakukan wawancara, dilakukan pula observasi lapang atau
pengamatan secara langsung mengenai kondisi di lapangan dan dibandingkan
dengan data sekunder.

3.5 Analisis Data


a. Data Sekunder
Untuk data sekunder mengenai perubahan tutupan lahan dan kondisi air
yang meliputi data tutupan lahan dan kualitas air sungai di Sub DAS Cisadane
hilir. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data tahun 2005-2008.
1. Perubahan tutupan lahan
Perubahan penggunaan lahan dianalisa dengan membandingkan luasan
setiap jenis penggunaan lahan periode 2005-2008. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi selama kurun waktu
dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Perbandingan dilakukan dengan cara
melakukan overlay terhadap peta penutupan lahan hasil pencitraan satelit yang
telah diolah. Hasil overlay akan menunjukkan penutupan lahan yang berubah
selama kurun waktu tersebut. Adapun rumus untuk mengetahui laju perubahan
tutupan lahan tersebut adalah sebagai berikut:
%V= x 100%

Keterangan :
V : Laju perubahan tutupan lahan
n1 : Tutupan lahan awal
n2 : Tutupan lahan akhir

2. Menganalisis indeks kualitas air


Untuk menghitung indeks kualitas air digunakan metode indeks mutu
kualitas air (IMKA) yang dikembangkan oleh U.S National Fondation’s Water
Quality Index (NSF-WQI) (Ott, 1978 diacu dalam Nugroho, 2003). Adapun
parameter yang diukur dalam perhitungan IMKA meliputi parameter suhu,
kekeruhan, padatan terlarut, DO, BOD, pH, Nitrat, Fosphat, dan Total coli.
Tahapan analisis data :
a. Menentukan bobot (W) dan nilai sub indeks (I) untuk masing-masing
parameter.
Tabel 6 Bobot parameter Indeks Mutu Kualitas Air-NSF WQI yang telah dimodifikasi
No Parameter Bobot Parameter Bobot Parameter Satuan
Ke-i(Wia) Ke-i (Wib)**
1 Oksigen terlarut 0,17 0,25 % saturasi
2 pH 0,12 0,17 -
3 BOD 0,10 0,14 Mg/l
4 Nitrat 0,10 0,14 Mg/l
5 Phosphat 0,10 - Mg/l
6 Suhu deviasi 0,10 0,14 ºC
7 Kekeruhan *) 0,08 - JTU
8 Padatan total 0,08 0,11 Mg/l
9 Fecal coli 0,15 - Jumlah/100 ml
Total 1,00 1,00
Sumber : Ott (1978) diacu dalam Nogroho (2003)
Keterangan :
A = Bobot parameter menurut Ott, 1978.
B = Bobot parameter yang sudah dimodifikasi (jika terdapat parameter yang tidak
digunakan).
*) = kekeruhan digunakan dengan asumsi satuan Nephelometric Turbidity Unit
(NTU) setara dengan Jacson Turbidity Unit (JTU) karena semakin keruh suatu
perairan maka nilai kekeruhannya baik dalam satuan NTU maupun JTU akan
semakin besar.
**) = perhitungan modifikasi disajikan pada Lampiran 8.
b. Menghitung nilai Indeks Kualitas Air dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
IMKA =

Keterangan :
IMKA = Indeks Mutu Kualitas Air (skala 0-100)
Wi = Bobot parameter ke-i (skala 0-1)
Ii = Nilai sub-indeks Parameter ke-i (skala 0-100) (Lampiran 9)
n = Jumlah Parameter yang digunakan
c. Hubungkan nilai indeks mutu kualitas air (IMKA) dengan tingkat kualitas
air dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7 Hubungan kisaran nilai indeks mutu kualitas air (IMKA) dengan tingkat
mutu kualitas air
No Kisaran nilai indeks total Tingkat mutu kualitas air
1 0 – 25 Sangat Buruk
2 25 – 50 Buruk
3 51 – 70 Sedang
4 71 – 90 Baik
5 91 – 100 Sangat Baik
Sumber : Ott (1978) diacu dalam Nogroho (2003)

3. Menganalisa hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan kualitas air di


Sub DAS Cisadane hilir secara deskriptif.
4. Menghitung beban pencemaran melalui pendekatan Rapid Assesment of
Surces of Air, Water, and Land Pollution diacu dalam Djajadiningrat dan
Amir (1989) yaitu perhitungan beban pencemaran dari beberapa unit
penghasil limbah, yaitu permukiman (penduduk) dan peternakan (sapi,
kerbau, kambing, domba, dan ayam). Adapun nilai konversi untuk beban
pencemaran tersebut tersaji pada Lampiran 19.
5. Menghitung daya tampung beban pencemaran.
Tahapan Analisis data :
- Samakan satuan antara data debit bulanan dan atau debit tahunan dengan
parameter kualitas air kelas II (PP No. 82 tahun 2001).
- Adapun parameter yang dihitung adalah parameter yang sesuai dengan
parameter beban pencemaran yang telah dihitung.
c. Data Primer
Data hasil wawancara dianalisis dengan melihat presentase jenis-jenis
pemanfaatan sumberdaya air dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil
perhitungan tersebut dikaitkan dengan kualitas air periode terakhir, dalam hal ini
tahun 2008.
IV. KONDISI UMUM

4.1 Kondisi Geografis


Sungai Cisadane berawal dari Gunung Salak melalui Kota dan Kabupaten
Bogor serta Tangerang dan bermuara di Laut Jawa. Panjang Sungai Cisadane
sampai ke Desa Tanjung Burung (Kabupaten Tangerang) adalah 137,8 kilometer.
Secara keseluruhan luas DAS Cisadane adalah 155.975 Ha. Untuk bagian hilir
DAS Cisadane memiliki luas sekitar 22.215 Ha, termasuk kedalam wilayah
administrasi Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Terdapat empat
kecamatan di bagian wilayah administrasi Kabupaten Tangerang, yaitu
Kecamatan Kosambi, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Pakuhaji dan
Kecamatan Teluknaga.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

DAS Cisadane Hilir secara geografis berada pada posisi 106⁰35’79” Bujur
Timur dan 6⁰10’ Lintang Selatan diperbatasan antara tengah dan hilir DAS
Cisadane (Bendungan X) dan 106⁰35’81” Bujur Timur dan 6⁰35’ Lintang Selatan
di muara DAS Cisadane (Desa Tanjung Burung). Secara Administratif batas DAS
Cisadane hilir adalah sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan Sub DAS Cimanceuri
- Sebelah timur berbatasan dengan DAS Ciliwung hilir
- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
- Sebelah selatan berbatasan dengan Sub DAS Cisadane tengah
Kondisi topografi DAS Cisadane pada umumnya datar sampai dengan
curam. Untuk bagian hilir DAS Cisadane masuk kedalam kategori datar dengan
kelerengan kurang dari 3% dan ketinggian berkisar antara 2 – 85 meter di atas
permukaan laut.
Jenis tanah di DAS Cisadane hilir didominasi oleh tanah alluvial yang
memiliki sifat tidak peka terhadap erosi dan biasanya didominasi oleh daerah
pertanian.

4.2 Tataguna Lahan


Pemanfaatan lahan atau ruang yang sesuai untuk daerah aliran sungai
tepatnya di daerah bantaran dan sempadan sungai berdasarkan PP No.35/1991
adalah sebagai ruang terbuka hijau. Namun kenyataan yang terlihat di lapangan,
pemanfaatan lahan di DAS Cisadane hilir adalah untuk pemukiman, perindustrian,
pertanian dan pertambakan.
Berdasarkan laporan Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008,
kondisi penutupan lahan di DAS Cisadane hilir sangat didominasi oleh lahan
terbangun sebesar 90%. Hal ini dicirikan dengan meningkatnya laju konversi
lahan bervegetasi yang tinggi.

4.3 Klimatologi
Kondisi iklim di DAS Cisadane hilir dipengaruhi oleh 2 (dua) angin
musim, yaitu angin musim barat yang menyebabkan terjadinya hujan dan angin
musim timur yang menyebabkan terjadinya musim kemarau.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang bersumber dari Stasiun
Geofisika Kelas I Tangerang, temperatur udara DAS Cisadane hilir rata-rata
berkisar antara 23,5-32,6°C. Suhu maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu
33,9°C dan suhu minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu
22,8°C.
Untuk mengetahui keadaan curah hujan di Sub DAS Cisadane hilir, maka
dipergunakan data pengamatan hujan dari Stasiun Serpong dengan periode
pengamatan 2003 – 2008.

300
Curah hujan (mm)

250
200
150
100
50
0

Waktu (bulan)

Gambar 3 Fluktuasi curah hujan di DAS Cisadane hilir periode 2003-2008 (sumber :
Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane)

Berdasarkan gambar diatas maka dapat diketahui bahwa musim hujan


(curah hujan bulanan > 200 mm) di Sub DAS Cisadane hilir terjadi pada bulan
Desember sampai dengan Februari, sedangkan musim kemarau (curah hujan
bulanan < 100 mm) terjadi pada bulan Maret sampai dengan November. Curah
hujan bulanan di Sub DAS Cisadane hilir berkisar antara 49 mm sampai dengan
295 mm, dengan curah hujan dalam setahun sebesar 1554 mm. Hari hujan bulanan
berkisar antara 2 – 12 hari, dengan total hari hujan dalam setahun sebanyak 67
hari. Dengan demikian intensitas hujan rata-rata tahunan di Sub DAS Cisadane
hilir sebesar 23 mm/hari. Untuk keadaan curah hujan secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran 4.

4.4 Hidrologi
Dari hasil pengukuran Sarpedal tahun 2004 memperlihatkan bahwa
kecepatan arus Sungai Cisadane memiliki kecenderungan menurun kearah hilir.
Kecepatan hasil pemantauan berkisar antara 0,08-0,93 m/detik.
Tingkat kekritisan DAS dapat ditentukan salah satunya oleh besarnya
fluktuasi debit air sungai pada musim kemarau dan musim hujan. Kekeringan
dimusim kemarau dan banjir dimusim hujan menunjukkan buruknya pengelolaan
suatu DAS.
200
180
160
Debit (m³/det) 140
120
100
80
60
40
20
0
2003

2004

2005

2006

2007

2008
waktu (Bulan)

Gambar 4 Debit air bulanan DAS Cisadane hilir (Sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai
Cidurian-Cisadane Periode 2003-2008)

Debit tertinggi Sungai Cisadane hilir selama kurun waktu 2003-2008


terjadi pada bulan Februari sebesar 117,928 m3/det, sedangkan debit rata-rata
terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 25,111 m3/det. Dengan demikian,
debit tertinggi terjadi pada musim hujan dan debit terendah terjadi pada musim
kemarau. Untuk rata-rata debit harian tertinggi terjadi pula di bulan Februari
sebesar 184,484 m3/det, dan debit harian rata-rata terendah terjadi pada bulan
September sebesar 8,432 m3/det.
Dilihat dari hidrologinya, yaitu nilai nisbah Qmin/Qrata2, maka kondisi
DAS Cisadane hilir relatif tergolong baik, karena secara keseluruhan nilai
nisbahnya masih berada diatas 0,50 dengan nisbah rata-rata tahunan sebesar 0,70
(untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5).

4.5 Kualitas Air


Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas air oleh Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kota Tangerang di Sub DAS Cisadane hilir untuk wilayah
Kota Tangerang yang mendekati lokasi penelitian dilakukan pada dua lokasi
pengamatan, yaitu Bendungan X dan Eretan III. Begitu pula dengan wilayah
Kabupaten Tangerang, dilakukan pengukuran oleh Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang pada dua lokasi pengamatan, yaitu Desa
Kalibaru dan Desa Teluknaga (muara). Hasil pemantauan pada tahun 2005 sampai
dengan 2008 untuk wilayah Kota Tangerang diperoleh delapan kali ulangan,
sedangkan hasil pemantauan wilayah Kabupaten Tangerang diperoleh 12 kali
ulangan dengan pengukuran periode 2007-2008. Adapun data kualitas air Sungai
Cisadane hilir disajikan pada Lampiran 6 dan 7.
Parameter Fisik
Suhu
Berdasarkan data yang disajikan pada Lampiran 6 dan 7 terlihat bahwa
fluktuasi suhu yang terjadi tidak terlihat nyata. Adapun suhu tertinggi terjadi pada
bulan Mei untuk wilayah Kota Tangerang dan pada bulan Juli untuk Kabupaten
Tangerang. Hal ini sesuai dengan kondisi suhu udara dan terjadi pada musim
kemarau. Secara keseluruhan kondisi suhu air di Sungai Cisadane hilir masih
dalam kisaran normal yang dapat mendukung kehidupan organisme aquatiknya.

TDS
Kualitas air Sungai Cisadane hilir termasuk dalam kriteria sangat buruk
jika dilihat dari kandungan total padatan terlarutnya. Nilai TDS tertinggi terdapat
di Bendungan X yang merupakan peralihan dari bagian hulu ke hilir. Sehingga
dapat dimungkinkan terjadinya akumulasi dari hulu ke hilir.

Parameter Kimia
pH
Nilai pH perairan Sungai Cisadane hilir masih berada dalam batasan
normal dengan nilai rata-rata pertahunnya 6,8 (2005), 7,1 (2007) dan 6,7 (2008)
untuk Kota Tangerang serta 6,5 (2007) dan 6,8 (2008) untuk Kabupaten
Tangerang. Bila dilakukan perbandingan dengan baku mutu berdasarkan PP No.
82 Tahun 2001 maka masuk kedalam kisaran kelas I sampai III untuk lokasi
pengamatan di Kota Tangerang sedangkan untuk Kabupaten Tangerang berada
dalam kisaran kelas I sampai III untuk lokasi pengamatan Kalibaru dan kelas II
sampai IV untuk lokasi pengamatan Tanjung Burung (muara).

Nitrat
Berdasarkan hasil pengukuran selama tiga tahun untuk Kota Tangerang,
tampak bahwa kandungan nitrat rata-rata pertahun di lokasi Bendungan X
mengalami fluktuasi yang menunjukkan adanya peningkatan 0,3 mg/L dari tahun
2005 sampai tahun 2007 dan penurunan sebesar 0,2 mg/L pada tahun 2008.
Sedangkan untuk stasiun Eretan III tidak menunjukkan adanya fluktuasi yang
nyata. Untuk kabupaten Tangerang terjadi penurunan kandungan nitrat rata-rata
pertahunnya. Stasiun Kalibaru (Kecamatan Pakuhaji) merupakan lokasi yang
memiliki nilai nitrat tertinggi dibandingkan dengan tiga stasiun lainnya. Hal ini
dikarenakan luas sawah sebagai sumber utama nitrat di Kecamatan Pakuhaji lebih
besar jika dibandingkan dengan ketiga lokasi lainnya. Selain itu, banyaknya
industri di bantaran sungai menjadi faktor pendukung lainnya.

Nitrit
Kandungan Nitrit rata-rata keseluruhan tertinggi terdapat di stasiun
Kalibaru sebesar 0.126 mg/L, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah 0,0275
mg/L terdapat di Stasiun Bendungan X, karena banyaknya kandungan nitrat di
Kalibaru, sehingga dimungkinkan adanya penguraian menjadi nitrit di perairan.

Ammonia
Dari hasil pengamatan menunjukkan adanya penurunan nilai ammonia dari
Kota Tangerang ke Kabupaten Tangerang. Namun jika dilihat secara keseluruhan,
kandungan ammonia mengalami peningkatan tiap tahunnya baik di Kota maupun
Kabupaten Tangerang.

Kandungan Oksigen Terlarut (DO)


Jika dilihat dari nilai DO rata-rata per stasiun, tampak terjadi peningkatan
kandungan DO dari stasiun yang berada di Kota Tangerang ke Kabupaten
Tangerang. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai kandungan ammonia, karena
semakin sedikit proses dekomposisi bahan-bahan organik seperti ammonia dan
nitrit maka akan semakin sedikit pula oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk
proses pelarutannya. Berkurangnya kadar DO dalam selang waktu satu tahun
menunjukkan bahwa semakin banyak oksigen dalam air yang dimanfaatkan untuk
berbagai penguraian zat organik. Dengan semakin menurunnya kandungan
oksigen dalam air, maka dapat mengakibatkan kematian pada biota air.

BOD
Berdasarkan hasil pengamatan pada empat stasiun pengukuran, maka
didapatkan nilai kandungan BOD di sungai Cisadane hilir mengalami peningkatan
selama periode 2005-2008 untuk Kota Tangerang dan mengalami penurunan
selama periode 2007-2008 untuk Kabupaten Tangerang. Nilai BOD tertinggi
berada di stasiun Teluknaga (muara), hal ini dapat diduga adanya PT. Tanjung
Unggul Makmur yang merupakan perusahaan penggemukan sapi terbesar di
Teluknaga. Hasil Penelitian Purnomo (1989) diacu dalam Rushayati (1999)
menunjukan bahwa pengaruh limbah kotoran satwaliar di Taman Safari Indonesia
terhadap kualitas air Sungai Cisarua (Ciliwung hulu) meningkatkan kekeruhan,
BOD, COD, kandungan koliform dan bakteri pathogen di perairan Sungai
Cisarua.

COD
Nilai COD di seluruh stasiun pengamatan mengalami penurunan selama
periode 2007-2008, namun semakin kearah hilir nilai COD akan semakin
meningkat. Nilai rata-rata tertinggi adalah di Teluknaga sebesar 15,9 mg/L dan
terendah di Bendungan X sebesar 6,5 mg/L.

4.6 Keadaan Sosial Ekonomi


Data sosial ekonomi masyarakat berguna untuk menunjukkan karakteristik
sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar DAS. Permasalahan
kependudukan akan berpengaruh terhadap sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan lingkungan hidup. Semakin tinggi kepadatan penduduk di suatu DAS
maka akan semakin besar potensi pencemaran. Salah satu permasalahan
kependudukan yang vital adalah pertambahan penduduk atau ledakan penduduk
yang akan berdampak pada perluasan lahan permukiman, lapangan pekerjaan,
serta mutu sumberdaya alam dan lingkungan.
Kepadatan penduduk di Sub DAS Cisadane hilir mengalami peningkatan
tiap tahunnya. Walaupun hanya berselang satu tahun, kepadatan penduduk
meningkat satu jiwa per hektarnya. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan
Sepatan yaitu 41 jiwa/ha. Secara keseluruhan kepadatan di Sub DAS Cisadane
hilir adalah 33 jiwa/ha.
Tabel 8 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang di DAS Cisadane hilir
tahun 2007-2008
Tahun 2007
No kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (ha) Kepadatan (jiwa/ha)
1 Sepatan 75000 1827 41
2 Pakuhaji 101098 5187 19
3 Teluknaga 125757 4058 31
4 Kosambi 106869 2976 36
Tahun 2008
No kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (ha) Kepadatan (jiwa/ha)
1 Sepatan 74263 1827 41
2 Pakuhaji 103518 5187 20
3 Teluknaga 128765 4058 32
4 Kosambi 109425 2976 37
Sumber :BPS (Kabupaten Tangerang dalam Angka) Tahun 2007-2008
Mata pencaharian utama Kabupaten Tangerang sebagian besar adalah di
bidang industri 77,04%, disusul perdagangan yaitu 10,61% dan hanya sebagian
kecil di bidang pertanian, peternakan dan perikanan yaitu 1,39%, sedangkan
sisanya bekerja dibidang jasa, bangunan dan sebagainya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir


Perubahan tutupan lahan merupakan bentuk peralihan dari penggunaan
lahan sebelumnya ke penggunaan lain. Berdasarkan peta tutupan lahan DAS
Cisadane hilir di wilayah Kabupaten Tangerang (Lampiran 1-3) dapat diketahui
bahwa dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 telah terjadi perubahan
tutupan lahan (Tabel 9).
Tabel 9 Perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane hilir dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2008
No Penggunaan Luas (ha) Perubahan Perubahan Perubahan
Lahan 2005-2007 2007-2008 2005-2008
2005 2007 2008
(ha) (ha) (ha)
1 Hutan 31,43 2,22 2,22 -29,21 0,00 -29,21
2 Kebun Campuran 391,21 361,19 18,41 -30,01 -342,78 -372,80
3 Pemukiman 10.904,42 12.270,01 13.436,90 1365,59 1.166,89 2532,48
4 Sawah 22.311,27 21.001,79 20.359,60 -1309,48 -642,19 -1951,67
5 Tambak/Empang 3.413,14 3.413,49 3.306,78 0,35 -106,71 -106,36
6 Tanah Terbuka 24,86 1,67 0,00 -23,20 -1,67 -24,86
7 Tegalan/Ladang 50,90 76,85 3,31 25,95 -73,54 -47,58
8 Tubuh Air 410,27 410,27 410,27 0,00 0,00 0,00

Penggunaan lahan yang mengalami perubahan adalah hutan, kebun


campuran, pemukiman, sawah, tambak/empang, tanah terbuka, dan
tegalan/ladang.
Dari kedelapan penggunaan lahan, hanya pemukiman yang mengalami
peningkatan tiap tahunnya dalam kurun waktu 2005-2008, yaitu sebesar 2.532,48
ha. Pemukiman merupakan penggunaan lahan berupa perumahan, industri,
pertokoan dan gedung-gedung lainnya serta tempat rekreasi. Peningkatan lahan
pemukiman berhubungan dengan peningkatan penduduknya, dan terlihat bahwa
DAS Cisadane hilir mengalami peningkatan kepadatan penduduk tiap tahunnya.
Hal ini terkait dengan penjelasan Vink (1975) diacu dalam Fitriyana (2004) yang
mengatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor alam dan manusia. Dari kedua faktor tersebut dikatakan bahwa faktor
manusia memberikan pengaruh dominan dibandingkan dengan faktor alam.
Selain pemukiman yang bertambah luas, tegalan/ladang dan
empang/tambak juga mengalami peningkatan luasan sebesar 25,95 ha dan 0,35 ha
pada periode 2005-2007. Namun setahun kemudian luasan tegalan/ladang dan
empang/tambak berkurang sebesar 73,54 ha dan 106,71 ha menjadi kebun
campuran, pemukiman, dan sawah.
Penggunaan lahan berupa sawah mengalami penurunan luas tiap tahunnya
dalam kurun waktu 2005-2008 yaitu sebesar 1.309,48 ha pada periode 2005-2007
dan sebesar 642,19 ha pada periode 2007-2008. Dari ketujuh penggunaan lahan,
sawah merupakan lahan yang mengalami penurunan tutupan lahan tertinggi.
Walaupun demikian, luasan lahan sawah tetap menjadi yang terbesar jika
dibandingkan yang lain.
Kebun campuran juga mengalami penurunan luasan tiap tahunnya dalam
jangka waktu 2005-2008 yaitu sebesar 30,01 ha pada periode 2005-2007 dan
menurun lebih tinggi lagi pada periode 2007-2008 sebesar 342,78 ha. Perubahan
ini terjadi akibat alihfungsi lahan menjadi pemukiman, sawah, dan
tambak/empang. Kebun campuran sebagian besar dikonversi menjadi sawah yaitu
sebesar 298,26 ha dalam kurun waktu 2005-2008. Hal ini terjadi pada saat
tanaman perkebunan sudah tua dan kemampuan produksinya sudah tidak
maksimal, sehingga langkah yang diambil adalah mengganti tanaman perkebunan
menjadi pertanian lahan kering serta sebagian kecil menjadi pemukiman dan
tambak/empang.
Penurunan luas juga terjadi pada penutupan lahan hutan sebesar 29,21 ha
dalam kurun waktu 2005-2007. Luasan hutan dikonversi menjadi kebun
campuran, sawah dan tambak/empang. Lain halnya dengan lahan berupa tubuh
air, dari keseluruhan tutupan lahan hanya tubuh air yang relatif tidak mengalami
perubahan selama kurun waktu 3 tahun.
Tabel 10 Persentase laju perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008
No Penggunaan Luas (ha) Perubahan Perubahan Perubahan
Lahan 2005 2007 2008 2005-2007 2007-2008 2005-2008
(%) (%) (%)
1 Hutan 31,43 2,22 2,22 -92,95 0,00 -92,95
2 Kebun 391,21 361,19 18,41 -7,67 -94,90 -95,29
Campuran
3 Permukiman 10.904,42 12.270,01 13.436,90 12,52 9,51 23,22
4 Sawah 22.311,27 21.001,79 20.359,60 -5,87 -3,06 -8,75
5 Tambak/Empang 3.413,14 3.413,49 3.306,78 0,01 -3,13 -3,12
6 Tanah Terbuka 24,86 1,67 0,00 -93,29 -100,00 -100,00
7 Tegalan/Ladang 50,90 76,85 3,31 50,99 -95,69 -93,49
8 Tubuh Air 410,27 410,27 410,27 0,00 0,00 0,00

Dari hasil analisis pertumbuhan dapat digambarkan laju penambahan dan


pengurangan terhadap penggunaan/penutupan lahan di DAS Cisadane hilir seperti
disajikan pada Tabel 10. Persen laju penggunaan lahan adalah persentase terhadap
penggunaan lahan tersebut, bukan terhadap luas total dari penggunaan lahan.
Laju perubahan luasan lahan DAS Cisadane hilir sebagian besar
mengalami penurunan, karena dari kedelapan penggunaan lahan hanya
pemukiman yang mengalami peningkatan dengan laju penambahan sebesar
23,22% dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2008. Kondisi ini sangat logis
terjadi, karena DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang
merupakan salah satu kawasan industri dan memiliki aksesibilitas dan kegiatan
ekonomi yang tinggi serta berbatasan langsung dengan Propinsi Jakarta dan Kota
Tangerang. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai mempercepat
pertumbuhan kegiatan ekonomi seperti makin banyaknya kawasan industri. Hal
ini menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan penduduk yang pada
gilirannya meningkatkan kebutuhan lahan areal pemukiman, industri, dan jasa.
Tabel 11 Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008
Tutupan Lahan Tutupan Lahan Tahun 2008 (Ha) Jumlah
Tahun
Tahun 2005 (ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 2005 (Ha)
1 2,22 1,73 5,36 22,12 31,43
2 9,68 76,46 298,26 6,81 391,21
3 10.904,42 10904,42
4 2.405,04 19.901,42 4,81 22311,27
5 34,35 84,21 3.294,12 0,46 3413,14
6 0,07 5,90 17,86 1,04 24,86
7 6,94 5,37 35,73 2,86 50,90
8 410,27 410,27
Jumlah Tahun 2,22 18,41 13.436,90 20.359,60 3.306,78 0,00 3,31 410,27 37.537,49
2008 (Ha)
Keterangan:
1 : Hutan 5 : Tambak/Empang
2 : Kebun Campuran 6 : Tanah Terbuka
3 : Permukiman 7 : Tegalan/Ladang
4 : Sawah 8 : Tubuh Air
Dari Tabel 10 terlihat bahwa lahan tanah terbuka mempunyai laju
pengurangan yang tinggi. Hal ini disebabkan alihfungsi tanah terbuka menjadi
perkebunan, pemukiman, sawah dan tambak/empang. Dari keempat alihfungsi
tersebut sawah merupakan peralihan luasan terbesar. Hal ini dapat disebabkan
pembukaan lahan baru yang lebih potensial untuk ditanami tanaman baru, karena
lahan sawah juga mengalami laju pengurangan tiap tahunnya.
Meningkatnya pemukiman merupakan hasil dari konversi hutan 5,36 ha,
kebun campuran 76,46 ha, sawah 2.405,04 ha, tambak/empang 34,35 ha, tanah
terbuka 5,90 ha, dan tegalan/ladang 5,37 ha. Dengan demikian sebagian besar
tutupan lahan di DAS Cisadane hilir telah diubah menjadi pemukiman, dalam hal
ini adalah perumahan, pasar, industri dan gedung-gedung fungsi lainnya.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sawah merupakan tutupan lahan
dengan luasan terbesar yang dialihfungsikan menjadi pemukiman. Namun
kenyataannya luas sawah dalam kurun waktu 2005-2008 hanya berkurang sebesar
1.951,68 ha atau 8,75%. Karena dalam kurun waktu tersebut beberapa tutupan
lahan telah dialihfungsikan menjadi sawah, yaitu hutan 22,12 ha, kebun campuran
298,26 ha, tambak 84,21 ha, tanah terbuka 17,86 ha, dan Tegalan/ladang 35,73 ha.
Penggunaan lahan yang mengalami penurunan tanpa diimbangi dengan
adanya penambahan luasan adalah hutan dan tanah terbuka. Selama kurun waktu
2005-2008 hutan telah dikonversi seluas 29,21 ha menjadi kebun campuran 1,73
ha, pemukiman 5,36 ha dan sawah 22,12 ha, sedangkan tanah terbuka
dialihfungsikan menjadi kebun campuran 0,07 ha, pemukiman 5,90 ha, sawah
17,86 ha dan tambak/empang 1,05 ha.
Luas DAS Cisadane hilir secara keseluruhan adalah 37537,49 ha dengan
penggunaan lahan sampai pada tahun 2008 didominasi oleh sawah sebesar
54,24%. Penggunaan lahan terbesar kedua adalah pemukiman sebesar 35,79%,
kemudian disusul dengan tambak/empang 8,81%, sedangkan penggunaan lahan
terkecil adalah hutan sebesar 0,006%. Lain halnya dengan lahan terbuka yang
telah berubah 100% menjadi kebun campuran, sawah pemukiman dan
tambak/empang, sehingga pada tahun 2008 lahan terbuka sudah tidak ada lagi
atau dapat dikatakan 0%.

5.2 Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sumberdaya Air Sungai


Cisadane Hilir
Secara keseluruhan (100%) dari 180 responden menilai bahwa kualitas air
Sungai Cisadane hilir saat ini adalah sangat buruk. Menurut mereka air sungai itu
sudah tidak layak digunakan secara langsung untuk berbagai keperluan, terutama
untuk memasak, minum, mandi dan mencuci. Sebelum tahun1990-an sebagian
besar responden mengatakan bahwa air sungai tersebut masih digunakan untuk
berbagai keperluan sehari-hari. Namun dengan alasan tertentu masih banyak
(56,67%) masyarakat yang menggunakan air sungai secara langsung untuk
mencuci pakaian dan mandi.
Gambar 5 Aktivitas mencuci dan mandi masyarakat Desa Tanjung Burung di sungai
utama Cisadane hilir

Menurut salah satu responden mengatakan bahwa limbah industri


merupakan salah satu penyebab buruknya kualitas air Sungai Cisadane hilir, baik
industri yang berada di Kota Tangerang maupun Kabupaten Tangerang.
Warna air yang semakin hitam serta bau yang tidak enak menurut
masyarakat merupakan salah satu indikator buruknya kualitas air Sungai
Cisadane, terutama pada saat musim kemarau ketika debit air sungai sangat
berkurang. Salah satu penyebab bau tidak enak di sungai bagian hilir adalah
limbah kotoran sapi yang bersumber dari peternakan sapi yang terletak di Desa
Tanjung Burung.
Kegiatan penambangan pasir liar (Gambar 6) yang berada di muara sungai
sebagai penyebab lain buruknya air Sungai Cisadane hilir menurut responden
memang bisa terjadi. Menurut Effendi et al. (1995) diacu dalam Harihanto
(2001) mengatakan bahwa sedimen pasir yang masuk ke sungai dapat
meningkatkan kekeruhan. Penambangan menyebabkan pasir yang sudah
mengendap di dasar sungai menjadi berhamburan, melayang-layang dan terbawa
air sehingga air menjadi keruh.
Sebagian besar (51,67%) masyarakat melakukan aktivitas buang air besar
di WC dan mengalirkannya ke dalam tangki septik yang disemen. Sedangkan
masyarakat yang biasa buang air besar di sungai sebesar 42,78% dan hanya
sebagian kecil masyarakat yang buang air besar di kebun.
Bayaknya tumpukan sampah yang terdapat di muara Sungai Cisadane
merupakan akumulasi dari semua sampah yang terbawa aliran Sungai Cisadane,
baik yang berasal dari hulu, tengah maupun hilir sungai. Dari hasil wawancara,
hanya sebagian kecil (28,89%) masyarakat yang membuang sampah langsung ke
sungai. Proporsi terbesar (71,11%) masyarakat membuang sampah ke
pekarangan rumah dengan membuat lubang yang pada akhirnya mereka bakar.
Penurunan kualitas air sungai juga dapat terjadi akibat kegiatan pertanian.
Kegiatan ini disamping menghasilkan sedimen di perairan juga dapat
menimbulkan limbah kimia dari pupuk kimia yang digunakan. Semua petani di
DAS Cisadane hilir bercocok tanam pada lahan yang datar sampai landai. Hal ini
sesuai dengan kondisi topografi DAS Cisadane hilir yang masuk kedalam
kategori datar dengan kelerengan kurang dari 3%. Harihanto (2001) menyatakan
bahwa bercocok tanam pada lahan datar sampai landai merupakan kebiasaan
yang baik, karena dapat mengurangi terjadinya erosi.

Gambar 6 Kondisi penambakan dan penggalian pasir liar di muara Sungai Cisadane hilir

Aktivitas dalam bidang pertanian akan menghasilkan limbah cair dari air
yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian. Secara alamiah dan dalam
kondisi normal, limbah cair pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak
negatif pada lingkungan. Penggunaan fertilizer serta pestisida yang berlebihan
yang dapat menimbulkan dampak negatif pada ekosistem air pada badan air
penerima.
Kegiatan lain yang dapat menurunkan kualitas air adalah penambakan.
Dari salah satu penjaga tambak di muara sungai tepatnya Desa Kohod
mengatakan bahwa mereka biasa memberi makan ikannya dengan pellet dan roti
kering. Pemberian pellet hanya pada waktu-waktu tertentu untuk menghemat
pengeluaran, sehingga dapat mengurangi resiko pencemaran air sungai oleh sisa
makanan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa beberapa lokasi penambakan
terbentuk secara tidak langsung dari penggalian pasir liar di muara sungai.
Kegiatan ini pula yang secara tidak langsung meningkatkan kekeruhan air sungai.
5.3 Perubahan Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir
Periode 2007-2008
Perubahan kualitas air bagian hilir kemungkinan besar dipengaruhi oleh
kualitas air yang berasal dari hulu dan tengah. Dengan demikian, perlu diketahui
seberapa besar nilai selisih antara kualitas air yang masuk ke lokasi penelitian
dengan kualitas air dibagian hilir lokasi penelitian.
Tabel 12 Nilai Selisih antara kualitas air yang masuk ke lokasi penelitian dengan kualitas
air dibagian hilir lokasi penelitian
No parameter satuan Bendungan X*-pakuhaji Bendungan X*-teluknaga
2007 2008 2007 2008
1 suhu °C -1,05 -1,38 -1,25 -1,03
2 TDS mg/L -26,60 -531,83 568,75 -697,70
3 pH mg/L -0,13 -0,22 -0,73 0,08
4 BOD mg/L 1,30 -0,50 2,30 1,83
5 COD mg/L -1,20 3,25 5,80 5,83
6 DO mg/L 1,62 -0,97 -1,85 -2,34
7 Nitrat mg/L 1,40 0,48 -0,55 -0,17
8 Nitrit mg/L 0,04 0,13 0,05 0,04
9 Amonia mg/L 0,24 -3,83 1,35 -3,73
10 TSS Mg/L 23,50 -6,50 -66,50 -56,00
Ket :
*: Bendungan X merupakan peralihan dari segmen hilir Cisadane di Kota Tangerang ke
segmen hilir Cisadane di Kabupaten Tangerang

Dari kesepuluh parameter terlihat bahwa beberapa parameter mengalami


peningkatan diperalihan sungai yang mengindikasikan penurunan kualitas air,
namun berbanding terbalik untuk parameter DO yaitu semakin menurun yang
mengindikasikan penurunan kualitas air.
Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir memiliki keterkaitan pada
kualitas air Sungai Cisadane hilir. Beberapa parameter kualitas air yang dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan tutupan lahan adalah
suhu air, TDS, BOD, COD, DO, nitrat, ammonia dan nitrit.
Perubahan dominan dari tutupan lahan di DAS Cisadane hilir dalam kurun
waktu tiga tahun adalah lahan bervegetasi berubah menjadi lahan terbuka. Hal ini
dapat dilihat berkurangnya luasan hutan sebesar 29,21 ha (92,95%) dan kebun
campuran sebesar 372,80 ha (95,29%), yang sebagian besar beralih fungsi
menjadi pemukiman. Menurut Sutamiharja (1978) diacu dalam Kurniawan
(2005) perubahan lahan menjadi daerah pemukiman cenderung akan berdampak
negatif, khususnya bila ditinjau dari segi erosi. Jika lahan terbuka terus
bertambah, maka akan menyebabkan laju erosi semakin tinggi pula. Namun
berdasarkan data (Tabel 13) menunjukkan hal sebaliknya, karena nilai TDS
mengalami penurunan. Hal ini dapat saja terjadi akibat topografi DAS yang tidak
curam karena berada pada kategori datar sampai landai. Selain itu, jenis tanah
yang didominasi oleh tanah alluvial, sehingga memiliki sifat yang tidak peka
terhadap erosi.
Tabel 13 Nilai Maksimum dan Minimum Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai
Cisadane Hilir di Kabupaten Tangerang Periode Tahun 2007-2008
No Parameter Satuan 2007 2008
Maksimum Minimum Maksimum Minimum
1 Suhu air ⁰C 29,30 26,00 30,90 25,60
2 TDS mg/L 1,17 50,40 745,00 32,10
3 pH mg/L 7,36 5,99 8,90 5,66
4 BOD mg/L 7,00 1,00 8,00 1,00
5 COD mg/L 30,00 6,00 18,00 4,00
6 DO mg/L 9,14 3,75 6,20 0,66
7 Nitrat mg/L 3,40 0,40 1,70 0,20
8 Nitrit mg/L 0,09 0,03 0,14 0,02
9 Amonia mg/L 2,31 0,17 1,84 0,39

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa nilai maksimum beberapa kualitas air


pada tahun 2007 terjadi pada musim kemarau, sedangkan nilai minimum sebagian
besar terjadi pada musim hujan. Hal ini terjadi akibat adanya proses pengenceran
pada musim hujan, sehingga beberapa parameter kualitas air menurun. Lain
halnya pada tahun 2008, nilai maksimum dan minimum terjadi pada musim
kemarau. Dengan demikian pada musim hujan kualitas air masih dalam kondisi
rata-rata diantara maksimum dan minimum.
Suhu air meningkat pada musim kemarau dan menurun para musim hujan.
Peningkatan suhu air selain dipengaruhi oleh panas matahari, juga dipengaruhi
oleh limbah panas yang dibuang ke dalam sungai. Semakin meningkatnya
peralihan tutupan lahan menjadi pemukiman (dalam hal ini perindustrian) diduga
mengakibatkan kenaikan suhu air Sungai Cisadane hilir. Air dengan suhu diatas
27⁰C tidak diinginkan dan suhu 32-35⁰C tidak dapat digunakan untuk suplai air
umum (Yani et. al., 1994). Walaupun dari data yang ada kondisi air sudah dalam
batas yang tidak diinginkan, namun masih dalam kisaran normal dengan nilai
diantara 25⁰C sampai 32⁰C.
Sampai pada tahun 2008 nilai pH pada perairan Sungai Cisadane hilir
sudah tidak berada pada kisaran ideal untuk organisme air (6,5 – 7,5) dan sudah
tidak sesuai dengan kisaran pH air alami (5,5 – 8,6). Perubahan nilai pH dapat
terjadi akibat buangan limbah industri dan domestik. Dengan demikian, kualitas
air Sungai Cisadane hilir sudah tidak layak dimanfaatkan, baik untuk kehidupan
organisme air maupun kebutuhan sehari-hari seperti air minum.
Parameter lain yang berada pada batas idelanya adalah BOD dan COD.
Nilai maksimum pada BOD pada tahun 2007 adalah 7 mg/L dan meningkat pada
tahun 2008 menjadi 8 mg/L. kodisi ini melebihi standar baku mutunya yaitu 2
mg/L. Begitu pula dengan kadar COD yang melebihi standar baku mutunya yang
seharusnya 10 mg/L.
Peningkatan nilai BOD berbanding terbalik dengan nilai DO yang semakin
menurun, baik pada musim kemarau maupun hujan. Hal ini terjadi karena
meningkatnya kebutuhan oksigen terlarut untuk menguraikan zat organik dalam
air, yang pada umumnya berasal dari sampah/kotoran organik.
Oksigen terlarut sering dijadikan faktor utama untuk mendeteksi adanya
pencemaran. Kadar oksigen terlarut yang rendah merupakan indikasi dari beban
limbah organik yang berlebihan. Kepadatan penduduk yang meningkat dibagian
hilir juga meningkatkan limbah organik berupa buangan rumah tangga, limbah
industri dan peternakan.
Kadar nitrat dan nitrit minimum menurun dalam kurun waktu 2007-2008,
sedangkan kadar ammonia mengalami peningkatan (Tabel 14). Hal ini terjadi
akibat proses reduksi nitrit menjadi ammonia dalam siklus nitrogen. Selain itu
aktivitas penduduk yang membuang tinja di sungai baik secara langsung maupun
melalui saluran dapat meningkatkan kadar ammonia dalam sungai.
Tabel 14 Nilai perubahan beberapa parameter kualitas air Sungai Cisadane hilir di
Kabupaten Tangerang periode 2007-2008
No Parameter Satuan Maksimum Minimum
1 Suhu air ⁰C 1,60 -0,40
2 TDS mg/L -472,00 -18,30
3 pH mg/L 1,54 -0,33
4 BOD mg/L 1,00 0,00
5 COD mg/L -12,00 -2,00
6 DO mg/L -2,94 -3,09
7 Nitrat mg/L -1,70 -0,20
8 Nitrit mg/L 0,05 -0,01
9 Amonia mg/L -0,47 0,22

Menurut Effendi (2000) diacu dalam Zamrin (2007) sumber utama


nitrogen antropogenik di perairan berasal dari limbah pertanian dan perkebunan,
baik yang menggunakan pupuk kandang maupun pupuk buatan. Pupuk yang biasa
digunakan petani di DAS Cisadane hilir pada sawah beririgasi dengan pengolahan
intensif adalah pupuk buatan seperti Urea, Puradan dan Decis. Dengan demikian,
semakin luas lahan pertanian akan semakin banyak pula pupuk yang digunakan.
Begitu pula sebaliknya, berkurangnya luasan sawah dan ladang dapat berimplikasi
pada menurunnya kandungan nitrat dalam air sungai.
Peningkatan ammonia juga disebabkan adanya peningkatan luasan
pemukiman serta semakin banyaknya industri-industri di sepanjang DAS
Cisadane, karena menurut Rushayati (1999) meningkatnya nitrit yang sangat
tinggi diduga dari pembuangan limbah industri ke sungai. Berdasarkan data
BPLH Kabupaten Tangerang (Lampiran 17), dari 18 jenis industri yang terdaftar
hanya satu yang memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan
kondisi tidak berfungsi.

5.4 Hubungan antara Perubahan Tutupan Lahan dengan Perubahan Indeks


Mutu Kualitas Air (IMKA)
Nilai IMKA berguna untuk mengetahui kondisi kualitas air berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan mutunya. Dari hasil kriteria tersebut, maka dapat
dikaitkan dengan perubahan tutupan lahannya.
Tabel 15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang
periode 2007-2008
Tahun Lokasi Nilai IMKA Kualitas Air
2007 Pakuhaji 54,72 Sedang
Teluknaga 32,30 Buruk
rata2 keseluruhan dalam setahun 43,51 Buruk
2008 Pakuhaji 38,24 Buruk
Teluknaga 33,30 Buruk
rata2 keseluruhan dalam setahun 35,77 Buruk

Penurunan IMKA dalam kurun waktu 2007-2008 dapat disebabkan oleh


peningkatan luas lahan pemukiman yang merupakan peralihan dari hutan, sawah,
kebun campuran, tanah terbuka, tegalan/ladang serta tambak/empang.
Dari Tabel 9 telah dijelaskan sebelumnya bahwa telah terjadi perubahan
tutupan lahan DAS Cisadane hilir dalam kurun waktu 2005-2008. Salah satunya
adalah konversi hutan yang besar menjadi kebun campuran, sawah dan
pemukiman diperalihan tahun 2005-2007. Perubahan tersebut mengakibatkan
peningkatan beberapa parameter kualitas air, seperti pH, BOD dan Nitrit.
Peningkatan tersebut memberikan dampak terhadap mutu kualitas air. Hal ini
dapat terlihat dengan semakin menurunnya nilai IMKA.
Nilai IMKA terkecil terjadi pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli
untuk wilayah Kabupaten Tangerang dan pada Juni untuk sebagian wilayah Kota
Tangerang. Pada saat kemarau debit air menurun, sehingga aliran air semakin
berkurang. Dengan kondisi tersebut, akumulasi pencemaran terus meningkat tanpa
diimbangi dengan proses pengenceran beberapa parameter kualitas air.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks mutu kualitas air (IMKA), terlihat
adanya penurunan kualitas air Sungai Cisadane hilir selama dua tahun terakhir ini,
yaitu sebesar 7,74. Untuk daerah peralihan dari bagian tengah ke hilir sungai,
kondisi Sungai Cisadane termasuk kedalam kriteria sedang sampai buruk,
sedangkan pada bagian muara kondisinya berkisar dari buruk sampai sangat
buruk. Semakin ke muara kualitas air semakin memburuk. Hal ini dapat
disebabkan oleh akumulasi pencemaran dari arah hulu dan tengah. Selain itu,
semakin meningkatnya luasan pemukiman, yang berarti semakin banyak pula
jumlah penduduknya serta semakin banyak pula industri-industri yang berada di
bantaran sungai (lihat pada Lampiran 17) tanpa memiliki IPAL untuk
pembuangan limbahnya. Dari hasil pemantauan di beberapa titik bantaran sungai,
semakin kearah muara maka semakin banyak pula masyarakat di bantaran sungai
yang memanfaatkan sumberdaya air, seperti mencuci dan BAB.

5.5 Hubungan Antara Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir


dengan Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir
Berdasarkan peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang periode 2005-2007 terlihat bahwa telah terjadi perubahan
penggunaan lahan. Luas tutupan lahan yang mengalami peningkatan dari tahun
2005 hingga 2008 adalah pemukiman, sedangkan yang mengalami penurunan
adalah hutan, kebun campuran, sawah, tambak/empang, tanah terbuka dan
tegalan/ladang.

Perubahan penggunaan lahan ini mempunyai kaitan erat terhadap


perubahan kualitas air sungai Cisadane hilir. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya bahwa telah terjadi peningkatan dan penurunan beberapa parameter
kualitas air dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. Parameter yang
mengalami peningkatan pada kondisi maksimum antara lain suhu air, pH, BOD,
dan Nitrit, sedangkan parameter yang mengalami penurunan pada kondisi
maksimum adalah TDS, COD, DO, Nitrat, dan Ammonia. Pada kondisi minimum
sebagian besar parameter kualitas air mengalami penurunan, karena dari
kesembilan parameter yang dihitung, hanya ammonia yang mengalami
peningkatan.

Kesembilan parameter kualitas air yang masih dalam standar baku mutu
kelas II pada tahun 2008 adalah pH, DO, COD, nitrat, dan nitrit, sedangkan
parameter yang melebihi standar baku mutunya adalah BOD dan ammonia. Hal
ini terjadi pada kondisi kualitas air maksimum, sedangkan pada saat kondisi
kualitas air minimum hanya parameter COD yang mengalami peningkatan
melebihi standar baku mutunya.

Perubahan parameter kualitas air sampai melebihi standar baku mutunya


disebabkan oleh adanya sumber-sumber pencemaran. Sumber pencemaran
tersebut berawal dari adanya perubahan penggunaan lahan.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar tutupan lahan DAS


Cisadane hilir periode 2005-2008 telah mengalami perubahan. Hutan yang
dikonversi menjadi kebun campuran, pemukiman, dan sawah. Kebun campuran
dialihfungsikan menjadi pemukiman, sawah, dan tambak/empang. Sawah
dialihfungsikan menjadi pemukiman dan tambak/empang, sedangkan
tambak/empang dialihfungsikan menjadi pemukiman, sawah, dan tegalan/ladang.
Untuk tanah terbuka dimanfaatkan menjadi kebun campuran, pemukiman, sawah
dan tambak/empang. Tutupan lahan lainnya adalah tegalan/ladang yang
dialihfungsikan menjadi kebun campuran, pemukiman dan sawah. Perubahan
penggunaan lahan diatas lebih didominasi menjadi lahan terbangun yaitu
permukiman.

Berdasarkan hasil klasifikasi dalam Rapid assesment of sources of air,


water and land pollution, kegiatan yang menghasilkan limbah dan menyebabkan
pencemaran sebagian besar bersumber dari pemukiman dan kawasan industri. Hal
ini dapat terlihat dari peningkatan parameter pH, COD, dan BOD.
Peningkatan parameter kimia berupa pH terjadi akibat dari buangan
limbah industri serta limbah domestik. Dengan demikian penggunaan lahan yang
mempengaruhi adalah pemukiman. Sesuai dengan kondisi penggunaan lahannya
yang semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga berdampak pada peningkatan
pHnya.

Perubahan penggunaan lahan yang mempunyai kaitan erat terhadap


peningkatan dan penurunan parameter TDS adalah pemukiman dan pertanian
serta tanah terbuka (Saeni, 1989 diacu dalam Rushayati, 1999). Dalam periode
2007-2008 parameter TDS mengalami penurunan nilai yang mengindikasikan
bahwa telah terjadi penurunan kekeruhan di perairan. Hal ini tidak dapat
dikatakan sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan, namun lebih
dipengaruhi oleh kondisi pada saat pengambilan sempel air. Karena pengambilan
sempel pada tahun 2007 dilakukan pada musim kemarau, sedangkan pada tahun
2008 dilakukan pada musim penghujan.

Parameter lain yang mengalami penurunan adalah COD jika dilihat dari
nilai maksimum secara keseluruhan. Namun jika dilihat dari data bulan Desember
baik pada tahun 2007 maupun 2008 nilai COD mengalami peningkatan. Menurut
Fardiaz (1992) peningkatan nilai COD dipengaruhi oleh pencemaran limbah yang
bersumber dari pertanian dan perindustrian. Hal ini sesuai dengan meningkatnya
penggunaan lahan berupa pemukiman yang mengindikasikan bertambahnya
industri, sedangkan untuk pertanian yang mengalami penurunan luasan masih
dapat berpengaruh terhadap peningkatan nilai COD, karena merupakan lahan
terluas diantara ketujuh penggunaan lahan lainnya.

Penggunaan lahan berupa pemukiman juga dapat meningkatkan parameter


BOD. Hal ini dapat terjadi jika masyarakat membuang sampah organik dan buang
air besar ke sungai serta industri yang tidak memiliki IPAL. Menurut Fardiaz
(1992) sumber pencemaran BOD berasal dari buangan industri pengolahan
pangan seperti industri pengalengan, industri susu, industri gula, sampah organik,
kotoran manusia dan hewan serta serasah. Dilihat dari kondisi lapangan secara
langsung, peningkatan parameter BOD sangat dipengaruhi oleh kotoran hewan
dari peternakan di titik pantau Teluknaga dan aktivitas masyarakat yang sebagian
besar buang air besar di sungai serta keberadaan industri-industri disepanjang
bantaran sungai yang tidak memiliki IPAL.
Nilai nitrat dan ammonia mengalami penurunan sedangkan nitrit
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi akibat dari proses perombakan oleh
bakteri yang merubah ammonia menjadi nitrit kemudian dirubah menjadi nitrat.
Sehingga dimungkinkan pengambilan sempel dilakukan pada saat perombakan
dari ammonia menjadi nitrit. Sumber utama persenyawaan nitrogen di dalam
perairan berasal dari buangan yang mengandung senyawa nitrogen berupa bahan
organik protein dan senyawaan anorganik seperti pupuk nitrogen. Dengan
demikian, penggunaan lahan yang mempengaruhi perubahan parameter nitrat,
ammonia dan nitrit adalah pertanian dan pemukiman.
Peningkatan parameter lain yang membutuhkan oksigen akan
menyebabkan penurunan pada parameter DO. Parameter yang berpengaruh besar
terhadap perubahan DO adalah BOD, COD, ammonia, nitrit dan nitrat. Dengan
demikian penggunaan lahan yang mempengaruhi penurunan parameter DO adalah
semua penggunaan lahan yang berpengaruh pada parameter yang mempengaruhi
perubahan DO.

5.6 Beban Pencemaran Potensial


Setiap jenis pemanfaatan air sungai memiliki beban pencemaran yang
berbeda tergantung kategori dan jenis limbah yang dibuang ke sungai. Untuk
dapat mengetahui besarnya nilai beban pencemaran, maka dapat diprediksi
kontribusi beban pencemaran dari masing-masing sumber limbah. Parameter
kualitas air yang dapat diprediksi kontribusinya adalah BOD, COD, TSS, TDS,
TN, dan TP. Sumber limbah yang diprediksi adalah pemukiman (penduduk) dan
peternakan. Hal ini berdasarkan sumber pencemar potensial dan diteliti secara
langsung.
Pada dasarnya jumlah penduduk di DAS Cisadane hilir wilayah
administrasi Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Namun dalam perhitungan prediksi kontribusi BOD ini, diambil jumlah penduduk
yang telah mengalami pemugaran batasan wilayah administrasi. Karena sejak
tahun 2007 telah terjadi pemekaran kecamatan, yaitu dibaginya Kecamatan
Sepatan menjadi Kecamatan Sepatan Timur dan Kecamatan Sepatan. Dari kedua
kecamatan tersebut, hanya kecamatan Sepatan Timur yang diprediksi
kontribusinya terhadap peningkatan BOD. Hal ini dikarenakan letak Kecamatan
Sepatan Timur lebih berada tepat di bantaran sungai.
Tabel 16 Prediksi kontribusi pemukiman yang menggunakan saluran limbah terhadap
peningkatan BOD, COD, TN dan TP dengan saluran limbah
No Parameter yang diprediksi Prediksi Kontribusi (ton/tahun)
1 BOD 8.194,63
2 COD 18.302,72
3 TSS 8.319,42
4 TN 1.372,70
5 TP 166,39

Dari empat kecamatan yang berada di DAS Cisadane hilir Kabupaten


Tangerang, terlihat bahwa kontribusi terbesar dimungkinkan terjadi pada
Kecamatan Teluknaga sebesar 5.665,66 ton/tahun untuk COD dengan saluran
limbah, 2.536,67 ton/tahun untuk BOD dengan saluran limbah, 2070,36 ton/tahun
untuk TSS dengan saluran limbah, 424,92 ton/tahun untuk TN dan 50,30
ton/tahun untuk TP. Hal ini sesuai dengan kondisi riilnya di lokasi penelitian,
yaitu banyak penduduk yang memanfaatkan sumberdaya air secara langsung
untuk MCK baik yang berada di bantaran sungai, maupun yang dekat dengan
bantaran sungai. Dan dari hasil perhitungan, terlihat jelas bahwa yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan BOD adalah pada kondisi
penduduk yang memiliki saluran limbah atau secara langsung melakukan
pemanfaatan sumberdaya air untuk keperluan sehari-hari.
Menurut Sugiharto (1987) diacu dalam Pramesti (2007) sumber pencemar
daerah pemukiman berasal dari perumahan, daerah perdagangan, perkantoran atau
lembaga, dan tempak rekreasi. Berdasarkan hasil perhitungan prediksi beban
pencemaran yang bersumber dari pemukiman, maka didapat nilai beban pencemar
berupa BOD dengan saluran, COD, TN, dan TP. Prediksi kontribusi terbesar dari
pemukiman adalah COD dengan menggunakan saluran sebesar 1.525,23
ton/bulan. Besarnya nilai COD diduga dari limbah cair industri yang tidak
menggunakan IPAL serta limbah domestik dari aktivitas mencuci pakaian dan
mandi.
Berdasarkan hasil perhitungan tiap bulannya didapatkan bahwa prediksi
beban limbah yang disumbangkan dari sektor domestik dan peternakan adalah
TSS sebesar 187.809,23 ton/tahun, BOD sebesar 36.767,65 ton/tahun, COD
sebesar 18.302,72 ton/tahun, TN sebesar 1372,70 ton/tahun, dan TP sebesar
166,39 ton/tahun.
Tabel 17 Prediksi kontribusi total beberapa sumber pencemaran terhadap peningkatan
BOD, TSS,COD, TN, dan TP
No Sumber Pencemaran Perdiksi Kontribusi (ton/tahun)
BOD TSS COD TN TP
1 Penduduk (dengan saluran) 8.194,63 8.319,42 18.302,72 1.372,70 166,39
2 Ternak sapi dan Kerbau 5401,5 37.075,90
3 Ternak kambing dan domba 23.170,07 127.245,46
4 ternak ayam 1,45 15.168,45
Total 36.767,65 187.809,23 18.302,72 1.372,7 166,39

Untuk sumbangan BOD dari empat sumber yang telah dihitung,


peternakan kambing dan domba memiliki nilai prediksi kontribusi terbesar.
Peternakan sapi juga merupakan penyumbang terbesar kedua setelah ternak
kambing dan domba untuk peningkatan nilai TSS. Hal ini disebabkan adanya
peternakan terbesar sapi di Kecamatan Teluknaga yaitu PT. Tanjung Unggul
Makmur. Jenis produksi perusahaan tersebut adalah penggemukan sapi, sehingga
limbah yang dialirkan ke sungai adalah kotoran sapi yang telah diencerkan
sebelumnya di bak penampung kotoran (Gambar 7). Limbah tersebut sangat
terlihat sekali dampaknya terhadap peningkatan nilai TSS. Selain menyebabkan
peningkatan pada nilai BOD dan TSS, limbah kotoran sapi juga memberikan
dampak terhadap bau air sungai yang tidak enak.
Perindustrian merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di
sungai. Data peridustrian yang bersumber dari Asisten Deputi Manufaktur, KLH
diacu dalam Hatala (2007) terdapat 18 jenis industri yang berada di DAS
Cisadane hilir Kabupaten Tangerang dan sebagian besar berada di bantaran
sungai (Lampiran 18). Selain itu, data dari BPLH Kabupaten Tangerang
menunjukkan bahwa belum semua industri memiliki IPAL, sehingga buangan
limbah langsung dialirkan ke sungai. Walaupun pada dasarnya terdapat beberapa
industri yang memang tidak memerlukan IPAL terkait dengan produksi yang
dilakukannya.
Hasil survey di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kondisi sawah di
salah satu desa DAS Cisadane hilir telah mengalami penurunan kualitas. Kasus
ini terjadi di Desa Kalibaru, Kecamatan Pakuhaji. Dari hasil wawancara
didapatkan bahwa menurunnya kualitas hasil panen disebabkan salah satunya
oleh kondisi air Sungai Cisadane yang digunakan untuk irigasi sudah semakin
tidak bagus (tercemar).

a b

Gambar 7 Salah satu peternakan di DAS Cisadane hilir (a) Peternakan Sapi terbesar di
Kecamatan Teluknaga (b) Penampungan kotoran sapi dan (c) saluran limbah
cair kotoran sapi dari bak penampungan kotoran sapi ke Sungai Cisadane
hilir

5.7 Daya Tampung Beban Pencemaran


Setelah diketahui nilai prediksi beban pencemaran Sungai Cisadane hilir,
maka perlu diketahui kemampuan sungai tersebut untuk menampung beban
pencemar tersebut. Sehingga dilakukan perhitungan daya tampung beban
pencemaran berdasarkan kualitas air kelas II (PP No. 82 Tahun 2001).
Pada kondisi debit bulanan rata-rata, daya tampung terendah terjadi pada
musim kemarau yaitu pada bulan Juli, dengan nilai untuk masing-masing
parameter adalah TSS 2.550,67 ton/bulan, BOD 153,04 ton/bulan, COD 1.275,34
ton/bulan, TN 510,13 ton/bulan, dan TP 10,2 ton/bulan. Hal ini terjadi pada
kondisi air sungai berada pada pertengahan kemarau panjang dengan nilai debit
rata-rata terendah kedua, sedangkan daya tampung beban pencemaran tertinggi
terjadi pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan yaitu pada bulan
November dengan nilai daya tampung untuk TSS sebesar 16.642,31 ton/bulan,
BOD sebesar 998,54 ton/bulan, COD sebesar 8.321,16 ton/bulan, TN sebesar
3.328,46 ton/bulan, dan TP sebesar 66,57 ton/bulan (Tabel 18).
Tabel 18 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan rata-rata di
Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang
No Bulan Daya Tampung (ton/bulan)
TSS BOD COD Nitrat Phospat
1 Januari 12.440,27 746,42 6.220,13 2.488,05 49,76
2 Februari 13.153,00 789,18 6.576,50 2.630,60 52,61
3 Maret 15.351,78 921,11 7.675,89 3.070,36 61,41
4 April 14.384,28 863,06 7.192,14 2.876,86 57,54
5 Mei 9.345,50 560,73 4.672,75 1.869,10 37,38
6 Juni 5.818,05 349,08 2.909,02 1.163,61 23,27
7 Juli 2.550,67 153,04 1.275,34 510,13 10,20
8 Agustus 4.269,54 256,17 2.134,77 853,91 17,08
9 September 7.386,14 443,17 3.693,07 1.477,23 29,54
10 Oktober 13.907,98 834,48 6.953,99 2.781,60 55,63
11 Nopember 16.642,31 998,54 8.321,16 3.328,46 66,57
12 Desember 8.892,90 533,57 4.446,45 1.778,58 35,57
Ket : daya tampung pada baku mutu kualitas air kelas II (PP No. 82 Tahun 2001).

Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 19, daya tampung
beban pencemaran terendah pada kondisi debit bulanan minimum juga terjadi
pada bulan Juli atau pertengahan musim kemarau dengan nilai TSS 1.464,55
ton/bulan, BOD 87,87 ton/bulan, COD 732,27 ton/bulan, Nitrat 292,91 ton/bulan,
dan Phospat 5,86 ton/bulan. Namun berbeda untuk daya tampung beban
pencemaran tertingginya yang terjadi pada bulan Oktober, yaitu pada penghujung
musim kemarau dengan nilai TSS 6.324,10 ton/bulan, BOD 379,45 ton/bulan,
COD 3.162,05 ton/bulan, Nitrat 1.264,82 ton/bulan, dan Phospat 25,30 ton/bulan.
Tabel 19 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan minimum di
Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang
No Bulan Daya Tampung (ton/bulan)
TSS BOD COD Nitrat Phospat
1 Januari 3.018,16 181,09 1.509,08 603,63 12,07
2 Februari 3.082,64 184,96 1.541,32 616,53 12,33
3 Maret 4.212,59 346,61 2.888,39 1.155,35 23,11
4 April 4.076,70 244,60 2.038,35 815,34 16,31
5 Mei 4.689,21 281,35 2.344,60 937,84 18,76
6 Juni 2.221,09 133,27 1.110,54 444,22 8,88
7 Juli 1.464,55 87,87 732,27 292,91 5,86
8 Agustus 1.550,79 93,05 775,40 310,16 6,20
9 September 2.435,70 146,14 1.217,85 487,14 9,74
10 Oktober 6.324,10 379,45 3.162,05 1.264,82 25,30
11 Nopember 6.046,36 362,78 3.023,18 1.209,27 24,19
12 Desember 4.591,58 275,49 2.295,79 918,32 18,37
Ket : daya tampung pada baku mutu kualitas air kelas II (PP No. 82 Tahun 2001)

Dilihat dari perbandingan antara daya tampung beban pencemaran pada


kondisi debit bulanan rata-rata dengan debit bulanan minimum memiliki nilai
yang jauh berbeda. Hal ini jelas terjadi, karena debit bulanan rata-rata merupakan
nilai debit keseluruhan untuk tiap bulannya yang dibagi dengan jumlah harinya,
sedangkan debit bulanan minimum hanya diambil dari nilai debit terendah tiap
bulannya.
Tabel 20 Beban Pencemaran bulanan pada kondisi debit bulanan rata-rata di segmen
sebelumnya (sebelum lokasi penelitian)
Bulan Potensi beban pencemaran (ton/bulan)
TSS BOD COD Nitrat Phospat
Januari - - - - -
Februari - - - - -
Maret - - - - -
April - - - - -
Mei 11.770,39 189,84 569,53 189,84 37,97
Juni 2.211,96 491,55 1.228,87 122,89 49,15
Juli - - - - -
Agustus - - - - -
September - - - - -
Oktober - - - - -
Nopember - - - - -
Desember - - - - -
Ket :
- : tidak ada data

Berdasarkan hasil perhitungan beban pencemaran bulanan di lokasi


penelitian, baik pada kondisi debit bulanan rata-rata maupun minimum
didapatkan nilai TSS dan BOD telah melampau daya tampung tiap bulannya,
sedangkan untuk COD dan phospat hanya melampaui daya tampungnya pada
bulan Juli atau pertengahan musim kemarau. Tingginya kandungan TSS dan
BOD yang melampau daya tampung dikarenakan pembuangan limbah dari
penduduk yang langsung ke sungai serta limbah industri yang langsung dibuang
ke sungai tanpa adanya proses pengolahan limbah.
Beban pencemaran yang masuk ke Sungai Cisadane segmen hilir tidak
hanya bersumber dari DAS Cisadane hilir, karena segmen sebelumnya juga
memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan beban pencemaran. Dari hasil
perhitungan beban pencemaran bulanan di segmen sebelumnya terlihat bahwa
peningkatan beban pencemaran COD, nitrat dan phospat masih dalam batas daya
tampung bulanannya pada kondisi debit bulanan rata-rata, namun pada kondisi
debit bulanan minimum beban pencemaran phospat meningkat sehingga melebihi
daya tampungnya.
Hasil perhitungan beban pencemaran dari segmen sebelumnya tidak
terlihat peningkatan yang signifikan tiap bulannya, karena pengambilan sempel
hanya dilakukan pada bulan Mei dan Juni.
Tabel 21 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit tahunan rata-rata dengan
sumber pencemaran domestik dan peternakan serta pencemaran dari segmen
sebelumnya di Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang
No Parameter Potensi beban Beban pencemaran di Daya tampung
pencemaran di segmen hilir** (ton/tahun)
segmen peralihan* (ton/tahun)
(ton/tahun)
1 TSS 93.305,50 187.809,23 124.483,19
2 BOD 4.546,99 36.767,65 7.468,99
3 COD 12.000,90 18.302,72 62.241,60
4 Nitrat 2.086,88 1.372,70 24.896,64
5 Phospat 581,38 166,39 497,93
Ket :
* : beban pencemaran dari segmen sebelumnya yang masuk ke segmen hilir (lokasi penelitian)
** : beban pencemaran di lokasi penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran dengan


sumber pencemaran dari domestik dan peternakan serta beban pencemaran yang
masuk dari segmen sebelumnya didapatkan bahwa Sungai Cisadane hilir telah
melampaui daya tampungnya untuk parameter TSS, BOD, dan phospat.
Sebaliknya daya tampung beban pencemaran air untuk parameter COD dan nitrat
masih dalam batas daya tampungnya.
Untuk mengembalikan kondisi perairan Sungai Cisadane hilir pada daya
tampungnya, maka beban pencemaran tersebut harus dikurangi sebesar
156.631,54 ton/tahun untuk TSS, 33.845,65 ton/tahun untuk BOD, dan 249,84
ton/tahun untuk phospat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan Peta Tutupan Lahan DAS Cisadane hilir dalam kurun waktu
2005-2008, perubahan tutupan lahan dominan terjadi dari lahan bervegetasi
menjadi lahan terbangun. Adapun tutupan lahan yang mengalami peningkatan
adalah pemukiman sebesar 2.532,48 ha atau 23,22%. Sedangkan tutupan lahan
yang mendominasi adalah sawah seluas 20.359,60 ha dari 37.537,49 ha luas
total DAS Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang.
2. Kualitas air Sungai Cisadane hilir tergolong dalam Kriteria tercemar sedang
sampai dengan buruk untuk wilayah Kota Tangerang dengan nilai IMKA rata-
rata 40,67 tahun 2005, 59,97 tahun 2007, dan 39,62 tahun 2008, sedangkan
untuk wilayah Kabupaten Tangerang masuk dalam kriteria tercemar buruk
dengan nilai IMKA rata-rata adalah 43,51 tahun 2007 dan 35,77 tahun 2008.
3. Berdasarkan hasil kajian di lokasi penelitian, 100% responden mengatakan
bahwa sumberdaya air Sungai Cisadane hilir sudah tidak layak digunakan
untuk kebutuhan MCK.
4. Hasil perhitungan beban pencemaran yang bersumber dari domestik dan
peternakan menunjukkan bahwa nilai terbesar yang dikontribusikan oleh
penduduk adalah COD sebesar 1525,23 ton/bulan, sedangkan untuk
peternakan kontribusi terbesarnya adalah TSS sebesar 10.603,79 ton/bulan
dari ternak kambing dan domba. Kontribusi terbesar terhadap nilai BOD
adalah peternakan sebesar 1930,84 ton/bulan dari ternak kambing dan domba.
5. Beban pencemaran yang bersumber dari domestik dan peternakan serta
potensi beban pencemaran dari segmen sebelumnya pada parameter COD dan
TN masih lebih kecil dari daya tampungnya, sedangkan beban pencemaran
yang melampaui daya tampung adalah BOD, TSS dan TP.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan perhitungan beban pencemaran dari seluruh potensi sumber-
sumber pencemaran di sub DAS Cisadane hilir.
2. Perlu pemantauan kualitas air setiap bulan untuk mendapatkan data kualitas
air yang lebih represeratif.
3. Menegakkan peraturan yang sudah ada, terutama larangan membuang sampah
ke dalam sungai, mendirikan bangunan di sekitar sungai dan ketersediaan
IPAL untuk jenis industri yang memiliki limbah B3 (Undang-Undang No.11
tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991).
DAFTAR PUSTAKA

[Badan Pusat Statistik]. 2005-2008. Kabupaten Tangerang Dalam Angka.


Kabupaten Tangerang.
[Badan Pengendali Lingkungan Hidup]. 2005-2008. Laporan Hasil Pemantauan
Kualitas Air Sungai Cisadane. Kota Tangerang.
[Badan Pengendali Lingkungan Hidup]. 2007-2008. Laporan Hasil Pemantauan
Kualitas Air Sungai Cisadane. Kabupaten Tangerang.
[BPSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane]. 2003-2008. Laporan Hasil
Pemantauan Curah hujan dan Debit Air. Kabupaten Tangerang.
[Dinas Peternakan]. 2005-2004. Laporan hasil Pemantauan Jumlah Ternak.
Kabupaten Tangerang.
[world Health Organization]. 1989. Penilaian Secara Cepat Sumber-sumber
Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Surna T. Djajadiningrat dan Harry
Harsono Amir, Penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Terjemahan dari: Rapid Assesment of Air, Water and Land
Pollution.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Udara dan Air. Yogyakarta: Kanisius.
Fitriyana, I. 2004. Kualitas Perairan Sungai Citarum berdasarkan Indeks Biotik
[Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai
[Disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hatala, N. 2007. Model Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai Di Daerah
Aliran Sungai DAS Cisadane [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
Iriawan, N dan Astuti, SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: ANDI.
[KLH]. 2008. Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Ciliwung dan Cisadane.
Jakarta: Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi. Deputi Pembinaan
Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas. Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.
Kurniawan. 2005. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Kota Bogor
berdasarkan Indeks Kualitas Air dan Indeks biotic [Skripsi]. Bogor:
Departemen konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Nugraheni, N. 2001. Pengkajian Kualitas Perairan Wilayah Keramba Jaring
Apung, Waduk Jatiluhur [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Nugroho, AP. 2003. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI
Jakarta melalui Pendekatan Indeks Kualitas Air National Foundation
(IKA-NSF WQI) [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
PP No. 82 tahun 2001. Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran
Air.[http://persembahanku.files.wordpress.com/2007/03/pp_nomor_82
_tahun_2001_kualitas_air.pdf] (diunduh tanggal 22 Desember 2008
pukul 15.31 WIB).
Pramesti, VI. 2007. Ketersediaan dan Kualitas Air DAS Cisadane [Skripsi].
Bogor: Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Pribadi, MU. 2005. Evaluasi Kualitas Air sungai Way Sulan Kecil Kabupaten
Lampung Selatan [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi
sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Putri, WU. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Rozi, MF. 2002. Pendekatan Sistem dalam Pengaturan Penggunaan Lahan untuk
Menurunkan Indeks Fluktuasi Debit Sungai [Skripsi]. Bogor:
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Rushayati, SB. 1999. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap
Kandungan Bahan Organik dan Sedimen Tersuspensi di Daerah Aliran
Sungai Ciliwung Hulu-Tengah [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor.
[Sarpedal]. 2004. Laporan Pemantauan Sungai Cisadane. Jakarta: Deputi Bidang
Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: ANDI.
Wardhana, LDW. 2003. Pengaruh Tipe Tutupan Lahan terhadap Distribusi Suhu
Permukaan di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Yani, M et. al. 1994. Kajian kualitas Air DAS Cisadane dan Ciliwung [Laporan
Penelitian]. Bogor: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Institut
Pertanian Bogor.
Zamrin. 2007. Evaluasi Kualitas Air Sungai Cisadane di Wilayah Kabupaten
Bogor Periode 1999-2003 [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2005
Lampiran 2 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2007
Lampiran 3 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2008
Lampiran 4 Curah hujan dan banyaknya hari hujan di Kabupaten Tangerang
No Bulan CH (mm) HH (hari)
1 Januari 167 7
2 Februari 295 12
3 Maret 110 5
4 April 151 7
5 Mei 109 5
6 Juni 107 4
7 Juli 54 2
8 Agustus 56 3
9 September 49 2
10 Oktober 59 3
11 November 189 7
12 Desember 208 10
Setahun 1554 67
Sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Periode 2003-2008
Lampiran 5 Debit bulanan rata-rata dan nisbah Qmin/Qrata2 di Sungai Cisadane hilir periode 2003-2008
Tahun Bulan (m3/det) Tahunan
3
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des (m /det) (mm)
2003 40.863 108.151 67.472 98.625 95.984 29.064 14.527 17.110 41.918 80.596 62.131 57.739 59.515 1330.167
2004 72.891 87.586 56.222 124.614 88.238 29.506 53.042 21.776 58.624 46.995 86.259 111.776 69.794 1564.180
2005 129.940 131.571 94.076 67.058 75.595 87.045 47.605 36.777 36.719 61.418 61.348 51.075 73.352 1639.430
2006 95.978 90.426 44.054 53.749 43.620 37.861 16.611 8.837 8.432 9.631 59.093 97.078 47.114 1053.008
2007 48.387 184.848 82.248 79.057 52.065 56.118 25.852 34.286 20.462 42.970 65.678 102.425 66.200 1479.573
2008 92.893 104.989 114.634 110.990 69.784 44.892 19.046 31.881 56.992 103.853 128.413 66.405 78.731 1764.468
Max 129.940 184.848 114.634 124.614 95.984 87.045 53.042 36.777 58.624 103.853 128.413 111.776 78.731 1764.468
Rerata 80.159 117.928 76.451 89.015 70.881 47.414 29.448 25.111 37.191 57.577 77.154 81.083 65.784 1471.804
Min 40.863 87.586 44.054 53.749 43.620 29.064 14.527 8.837 8.432 9.631 59.093 51.075 47.114 1053.008
Sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Periode 2003-2008

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des rataan
Rerata 87.845 148.153 86.404 91.485 66.467 52.907 28.383 27.379 36.340 63.577 91.750 82.553 67.312
Min 48.39 104.99 44.05 53.75 43.62 29.06 14.53 8.84 8.43 9.63 59.09 51.08 47.11
Qmin/Qrata2 0.55 0.71 0.51 0.59 0.66 0.55 0.51 0.32 0.23 0.15 0.64 0.62 0.70
Lampiran 6 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kota Tangerang periode 2005-2008
No Parameter Satuan Lokasi Pengamatan Sep-05 Juni 2007 Mei 2008 Juni 2008
1 Suhu ⁰C Bendungan X 28,30 28,70 30,50 29,10
Eretan III 28,00 29,20 29,20 29,10
2 TDS mg/L Bendungan X 72,00 77,00 1065,00 460,00
Eretan III 85,00 102,00 87,00 151,00
3 pH mg/L Bendungan X 6,69 6,87 6,85 6,86
Eretan III 0,01 0,01 2,40 2,00
4 Nitrat mg/L Bendungan X 0,90 1,20 1,00 1,00
Eretan III 1,20 1,20 2,00 0,30
5 Nitrit mg/L Bendungan X 0,03 0,01 0,02 0,05
Eretan III 0,05 0,03 0,04 0,06
6 Ammonia mg/L Bendungan X 0,01 0,01 1,70 8,00
Eretan III 6,92 7,23 6,62 6,45
7 DO mg/L Bendungan X 3,20 5,70 4,00 4,00
Eretan III 2,90 5,30 3,00 2,00
8 BOD mg/L Bendungan X 1,90 2,20 1,00 4,00
Eretan III 13,30 2,50 4,00 2,00
9 COD mg/L Bendungan X 12,20 13,70 3,00 10,00
Eretan III 85,70 15,40 4,00 17,00
10 TSS Mg/L Bendungan X 90,00 18,00 62,00 18,00
Eretan III 1.060,00 22,00 57,00 10,00
Lampiran 7 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kabupaten Tangerang periode 2007-2008
No Parameter Satuan Lokasi Pengamatan Apr-07 Des 2007 Maret 2008 Juli 2008 Sep-08 Des 2008
1 Suhu ⁰C Pakuhaji 29,30 26,00 25,60 30,20 28,40 29,50
Teluknaga 28,70 26,20 25,80 30,90 29,10 29,30
2 TDS mg/L Pakuhaji 68,30 50,40 78,50 745,00 32,10 67,10
Teluknaga 1.217,00 74,50 78,40 55,20 48,20 77,40
3 pH mg/L Pakuhaji 7,36 6,13 5,66 6,77 6,86 7,27
Teluknaga 6,30 5,99 5,66 8,90 5,85 7,32
4 Nitrat mg/L Pakuhaji 3,40 1,80 1,60 1,15 1,47 1,70
Teluknaga 0,40 0,90 1,30 0,20 0,24 1,60
5 Nitrit mg/L Pakuhaji 0,07 0,03 0,53 0,02 0,07 0,03
Teluknaga 0,09 0,04 0,06 0,13 0,08 0,03
6 Ammonia mg/L Pakuhaji 0,33 0,17 0,41 1,70 1,46 0,51
Teluknaga 2,31 0,40 0,39 1,84 1,68 0,57
7 DO mg/L Pakuhaji 9,14 5,49 6,20 0,66 2,53 2,73
Teluknaga 3,95 3,75 0,02 1,14 2,34 3,14
8 BOD mg/L Pakuhaji 6,00 1,00 1,00 1,00 3,00 3,00
Teluknaga 7,00 2,00 8,00 Tad 2,00 3,00
9 COD mg/L Pakuhaji 19,00 6,00 4,00 7,00 10,00 18,00
Teluknaga 30,00 9,00 13,00 Tad 7,00 17,00
10 TSS Mg/L Pakuhaji 58,00 25,00 29,00 34,00 40,00 31,00
Teluknaga 14,00 33,00 27,00 tad 43,00 32,00
Keterangan:
Tad : tidak ada data
Lampiran 8 Perhitungan modifikasi bobot parameter IMKA-NSF WQI

A. Cara modifikasi bobot parameter yang terdapat didalam Ott, 1978.


Untuk setiap parameter jika tidak ada datanya :
1. Hitung total parameter yang tidak ada datanya (lihat pada table 11).
2. Hitung total bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF
WQI dikurangi dengan total bobot parameter yang tidak ada.
3. Hitung modifikasi bobot setiap parameter dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

(a) = x (c) + (c)

Keterangan :
(a) Bobot parameter ke-i yang telah dimodifikasi
(b) Total bobot parameter yang tidak memiliki data
(c) Bobot parameter yang dicari (lihat table 11 pada Wia)
(d) Total bobot parameter jika sudah dikurangi dengan bobot parameter yang
tidak ada

B. Hasil Perhitungan modifikasi bobot parameter yang terdapat didalam


Ott, 1978 :
1. Total bobot parameter yang tidak ada datanya
= Phosphat + Kekeruhan + Fecal coli
= 0,10 + 0,08 + 0,15
= 0,33
2. Total bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF WQI -
total bobot parameter yang tidak ada
= 1,00 - 0,33
= 0,67
3. modifikasi bobot setiap parameter selain dari parameter yang tidak
memiliki data
Lanjutan (Lampiran 8)
4. Hasil perhitungan modifikasi bobot setiap parameter selain dari parameter
yang tidak memiliki data :

a. Oksigen terlarut = x 0,17+ 0,17


= 0,25

b. pH = x 0,12 + 0,12
= 0,17

c. BOD = x 0,10 + 0,10


= 0,14

d. Nitrat = x 0,10 + 0,10


= 0,14

e. Suhu Deviasi = x 0,10 + 0,10


= 0,14

f. Padatan Total = x 0,17 + 0,17


= 0,11
Lampiran 10 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang periode 2005-2008
Suhu Air
Parameter 2005 2007 2008
Perhitungan Bendungan Eretan Bendungan X Eretan Bendungan X Eretan III Bendungan Eretan III
X III III (Mei) (Mei) X(Juni) (Juni)
Data Pengukuran 28.3 28 28.7 29.2 30.5 29.2 29.1 29.1
Dev 0.71 1.01 0.31 -0.19 -1.49 -0.19 -0.09 -0.09
Ii 89 86 90 91 84 91 92 92
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 12.46 12.04 12.6 12.74 11.76 12.74 12.88 12.88
TDS
Parameter 2005 2007 2008
Perhitungan Bendungan Eretan Bendungan X Eretan Bendungan X Eretan III Bendungan Eretan III
X III III (Mei) (Mei) X(Juni) (Juni)
Data Pengukuran 72 85 77 102 1065 87 460 151
Ii 87 84 87 83 20 84 39 80
Wi 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Wi*Ii 9.57 9.24 9.57 9.13 2.2 9.24 4.29 8.8
pH
Parameter 2005 2007 2008
Perhitungan Bendungan Eretan Bendungan Eretan Bendungan Eretan III Bendungan Eretan III
X III X III (Mei) (Mei) X(Juni) (Juni)
Data Pengukuran 6.69 6.92 6.87 7.23 6.85 6.62 6.86 6.45
Ii 80 90 86 91 86 80 86 83
Wi 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17
Wi*Ii 13.6 15.3 14.62 15.47 14.62 13.6 14.62 14.11
Lanjutan (Lampiran 10)
BOD
Parameter 2005 2007 2008
Perhitungan Bendungan Eretan Bendungan X Eretan Bendungan X Eretan III Bendungan Eretan III
X III III (Mei) (Mei) X(Juni) (Juni)
Data Pengukuran 1.9 13.3 2.20 2.50 1 4 4 2
Ii 83 25 74 73 85 58 58 74
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 11.62 3.5 10.36 10.22 11.9 8.12 8.12 10.36

Nitrat
Parameter 2005 2007 2008
Perhitungan Bendungan Eretan Bendungan X Eretan Bendungan X Eretan III Bendungan Eretan III
X III III (Mei) (Mei) X(Juni) (Juni)
Data Pengukuran 0.90 1.20 1.20 1.20 1 2 1 0.3
Ii 91 89 89 89 91 83 91 96
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 12.74 12.46 12.46 12.46 12.74 11.62 12.74 13.44

DO
Parameter 2005 2007 2008
Perhitungan Bendungan Eretan Bendungan X Eretan Bendungan X Eretan III Bendungan Eretan III
X III III (Mei) (Mei) X(Juni) (Juni)
Data Pengukuran 3.2 2.9 5.70 5.30 4 3 4 2
Suhu 28.3 28 28.7 29.2 30.5 29.2 29.1 29.1
tlarut 7.86 7.92 7.82 7.74 7.56 7.74 7.76 7.76
%saturasi 40.71 36.62 72.89 68.48 52.91 38.76 51.55 25.77
Ii 31 28 71 70 41 29 41 13
Wi 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Wi*Ii 7.75 7 17.75 17.5 10.25 7.25 10.25 3.25
Lampiran 11 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang periode 2005-2008
Tahun Lokasi Pengamatan Ulangan Nilai IMKA Kriteria Kualitas Air
2005 Bendungan X pengukuran I 45.89 Buruk
Eretan III pengukuran I 35.45 Buruk
rata2 40.67 Buruk
2007 Bendungan X pengukuran I 59.85 sedang
Eretan III pengukuran I 60.09 sedang
rata2 59.97 sedang
2008 Bendungan X pengukuran I 40.28 buruk
pengukuran II 39.56 buruk
rata2 39.92 buruk
Eretan III pengukuran I 39.15 buruk
pengukuran II 39.49 buruk
rata2 39.32 buruk
rata2 keseluruhan tahun 2008 39.62 buruk
Keterangan :
Pengukuran 1 pada tahun 2008 : Mei
Pengukuran 2 pada tahun 2008 : Juni
Lampiran 12 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2007
Suhu Air
Parameter April Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 29.3 28.7 26 26.2
Dev -1.05 -0.45 2.25 2.05
Ii 88 91 73 75
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 12.32 12.74 10.22 10.5

TDS
Parameter April Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 68.3 1217 50.4 74.5
Ii 85.9 20 84.5 86
Wi 0.11 0.11 0.11 0.11
Wi*Ii 9.449 2.2 9.295 9.46

pH
Parameter April Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluk Naga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 7.36 6.3 6.13 5.99
Ii 93 74 65.5 35.5
Wi 0.17 0.17 0.17 0.17
Wi*Ii 15.81 12.58 11.135 6.035
Lanjutan (Lampiran 12)
BOD
Parameter April Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 6 7 1 2
Ii 37 40 86 83
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 5.18 5.6 12.04 11.62
Nitrat
Parameter April Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali (muara) (kali baru) (muara)
baru)
Data Pengukuran 3.4 0.4 1.8 0.9
Ii 76.2 95.9 84.1 91.3
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 10.668 13.426 11.774 12.782
DO
Parameter April Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 9.14 3.95 5.49 3.75
suhu 29.3 28.7 26 26.2
tlarut 7.73 7.81 8.22 8.19
%saturasi 118.24 50.58 66.79 45.79
Ii 90 40.5 70 30.7
Wi 0.25 0.25 0.25 0.25
Wi*Ii 22.5 10.125 17.5 7.675
Lampiran 13 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2007
Lokasi Pengamatan Ulangan Nilai IMKA Kualitas Air
Pakuhaji pengukuran 1 57.65 sedang
pengukuran 2 51.79 sedang
rata2 54.72 sedang
Teluknaga pengukuran 1 30.87 buruk
pengukuran 2 33.72 buruk
rata2 32.30 buruk
rata2 keseluruhan dalam setahun 43.51 buruk
Keterangan :
Pengukuran 1 : April
Pengukuran 2 : Desember
Lampiran 14 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2008
Suhu Air
Parameter Maret Juli September Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 25.6 25.8 30.2 30.9 28.4 29.1 29.5 29.3
Dev 2.65 2.45 -1.95 -2.65 -0.15 -0.85 -1.25 -1.05
Ii 72.3 82.7 85 80 91 82 83 88
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 10.122 11.578 11.9 11.2 12.74 11.48 11.62 12.32

TDS
Parameter Maret Juli September Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 78.5 78.4 745 55.2 32.1 48.2 67.1 77.4
Ii 86.4 86 20 85 83.6 84 85.7 86
Wi 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Wi*Ii 9.504 9.46 2.2 9.35 9.196 9.24 9.427 9.46

pH
Parameter Maret Juli September Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 5.66 5.66 6.77 8.9 6.86 5.85 7.27 7.32
Ii 35.1 35.1 81.3 51.3 81.4 35.4 93.3 93.3
Wi 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17
Wi*Ii 5.967 5.967 13.821 8.721 13.838 6.018 15.861 15.861
Lanjutan (Lampiran 14)
BOD
Parameter Maret Juli September Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 1 8 1 * 3 2 3 3
Ii 86 43 86 62 83 62 62
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 12.04 6.02 12.04 0 8.68 11.62 8.68 8.68
Nitrat
Parameter Maret Juli September Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 1.6 1.3 1.15 0.2 1.47 0.24 1.7 1.6
Ii 84.3 88.5 89 90 87.4 96.7 84.2 84.3
Wi 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14
Wi*Ii 11.802 12.39 12.46 12.6 12.236 13.538 11.788 11.802
DO
Parameter Maret Juli September Desember
Perhitungan Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
(kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara) (kali baru) (muara)
Data Pengukuran 6.2 6.17 0.66 1.14 2.53 2.34 2.73 3.14
Suhu 25.6 25.8 30.2 30.9 28.4 29.1 29.5 29.3
tlarut 8.28 8.25 7.6 7.49 7.86 7.76 7.7 7.73
%saturasi 74.88 74.79 8.68 15.22 32.19 30.15 35.45 40.62
Ii 80 70.9 0.5 0.9 20.1 20 20.4 30.6
Wi 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Wi*Ii 20 17.725 0.125 0.225 5.025 5 5.1 7.65
Lampiran 15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2008
Lokasi Pengamatan Ulangan Nilai IMKA Kualitas Air
Pakuhaji pengukuran 1 48.21 buruk
pengukuran 2 27.61 buruk
pengukuran 3 38.09 buruk
pengukuran 4 39.03 buruk
rata2 38.24 buruk
Teluknaga pengukuran 1 39.87 buruk
pengukuran 2 17.72 sangat buruk
pengukuran 3 32.37 buruk
pengukuran 4 43.26 buruk
rata2 33.30 buruk
rata2 keseluruhan dalam setahun 35.77 buruk
Keterangan :
Pengukuran 1 : Maret
Pengukuran 2 : Juli
Pengukuran 3 : September
Pengukuran 4 : Desember
Lampiran 16 Panduan wawancara mengenai pemanfaatan sumberdaya air Sungai
Cisadane hilir di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang

I. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Tingkat Pendidikan :
Profesi :
II. Panduan wawancara mengenai pemanfaatan sumberdaya air di Sub DAS
Cisadane Hilir

a. Penduduk (Pemukiman)
1. Apakah dilakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya air?
2. Jika ya, bagaimana bentuk pemanfaatannya?
a………………………….
b………………………….
c………………………….
3. Berapa kali dalam sehari Anda memanfaatkan sumberdaya air?
4. Apakah Anda membuang limbah rumah tangga ke sungai?
5. Jika ya, apa alasan Anda membuang limbah tersebut ke sungai?
6. Apakah Anda memiliki septiktank?
7. Apakah Anda membuang sampah ke sungai?
8. Jika tidak, bagaimana sampah tersebut dikelola?

b. Pertanian
1. Apakah dilakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya air?
2. Jika ya, bagaimana bentuk pemanfaatannya?
a………………………….
b………………………….
c………………………….
3. Berapa kali dalam sehari Anda memanfaatkan sumberdaya air?
4. Pupuk apa yang Anda gunakan untuk tanaman?
5. Apakah Anda membuang limbah pertanian ke sungai?
6. Berapakah luas (sawah/perkebunan/tambak) yang Anda miliki?
7. Berapa kali dalam setahun Anda panen?
8. Pada bulan apa saja panen tersebut dilakukan?
9. Berapa hektar dalam sekali panen?
Lampiran 17 Jenis-jenis industri di Kabupaten Tangerang yang telah diketahui kapasitas dan kategori limbah cairnya
NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI ALAMAT LOKASI Kapasitas Kategori Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Cair
IPAL Fungsional
INDUSTRI Limbah Limbah Ada Blm Berfungsi Tdk
Cair Cair Ada Berfungsi
(M3/hari)
1 PT. Indra Prakarsa Mandiri Makanan Ringan Kaw. Ind. Mekar Jaya 75 Non-B3 1
(Jelly)
Jl. Karet Jaya II
2 PT. Koperasi M. Taklim. RPH ( Sapi ) Kaw. Ind. Mekar Jaya 100 Non-B3 1
W.M.
Jl. Karet Jaya IV
3 PT. Prima Food Lestari Makanan Ringan Kaw. Ind. Mekar Jaya 5 Non-B3 1
(Chiki) Jl. Mekar Jaya No. 168
4 PT. Cadas Jagat Raya Pouder Coating Kaw. Ind. Mekar Jaya 40 B3 1
5 PT. Wingslite Sejahtera Pouder Coating Kaw. Ind. Mekar Jaya 14 B3 1
(Lampu PJU /Listrik)
6 PT. Multi Coating Pengolahan logam Kaw. Ind. Mekar Jaya 10 B3 1
(Coating) Jl. Karet I
7 PT. Elcolate Electrikal Kaw. Ind. Mekar Jaya 10 B3 1
(Rumah Lampu) Jl. Karet II
8 PT. Master Bumi Plastika Pengolahan Plastik Kaw. Ind. Mekar Jaya 200 ? 1
(Biji Plastik dr P. Jl. Karet Raya
kresek
bekas)
9 PT. Catur Mitra Pakindo Printing Karton Kaw. Ind. Mekar Jaya 10 B3 1
Jl. Karet IV
10 PT. Indosari Sarana Pangan Makanan ringan Jl. Raya Gerudug 25 Non-B3 1
Abadi (Kecap & Mie) Desa Mekar Jaya
Lanjutan (Lampiran 17)..
NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI ALAMAT LOKASI Kapasitas Kategori Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Cair
IPAL Fungsional
INDUSTRI Limbah Limbah Ada Blm Berfungsi Tdk Berfungsi
Cair Cair Ada
(M3/hari)
11 PT. Sari Food Makanan Ringan Kaw. Ind. Mekar Jaya 5 Non-B3 1
(Jeli) Jl. Karet Jaya II No.9
12 PT. Sumber Makmur Kemas Printing Karton Box Kaw. Ind. Mekar Jaya 15 B3 1
Indonesia Jl. Karet Jaya II
13 PT. Star Mustika Plas Metal Pengolahan Logam Kaw. Ind. Mekar Jaya 15 B3 1
(Pelapisan logam)
14 PT. Star Mustika Plas Metal Pengolahan Logam Kaw. Ind. Mekar Jaya 75 B3 1
II
(Pelapisan logam Jl. Karet Jaya I
Zn&Cr)
15 PT. Kurniawan M R Printing Karton Box Kaw. Ind. Mekar Jaya 10 B3 1
Jl. Karet IV Mekar Jaya

16 PT. Central Park Indah Printing Karton Box Kaw. Ind. Mekar Jaya 5 B3 1
Jl. Karet III Mekar Jaya
17 PT. Tunas Mitra Electronic (TV & Kaw. Ind. Mekar Jaya 3 B3 1
AC)
Jl. Karet Jaya no. 7-8
Ds. Cicadas
Lanjutan (Lampiran 17)
NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI ALAMAT LOKASI Kapasitas Kategori Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Cair
IPAL Fungsional
INDUSTRI Limbah Limbah Ada Blm Berfungsi Tdk Berfungsi
Cair Cair Ada
(M3/hari)
18 Home Industri Batik 800 B3 1
(Kelompok)
- Akwat Batik Printing & Dyaing Kawasan Home Industri
Batik
Sepatan
- Lie Hankang Batik Printing & Dyaing
- Lie Hut lian Batik Printing & Dyaing
- Imam Batik Printing & Dyaing
- Lip son Batik Printing & Dyaing
- A soen Batik Printing & Dyaing
- Tiang pok Batik Printing & Dyaing
- Tjahyadi Batik Printing & Dyaing
- Weni Batik Printing & Dyaing
- Abenk Batik Printing & Dyaing
- Lidya sari Batik Printing & Dyaing
18 Jumlah 1,417 - - 17 - 1
Sumber data : BPLH Kabupaten Tangerang
Lampiran 18 Daftar industri kelas menengah dan kelas berat yang melalui DAS Cisadane hilir di wilayah Kabupaten Tangerang
No Nama Perusahaan Produksi Alamat Keterangan
1 Pabrik Onderdil Motor Spare Part Motor/Mobil Desa Teluknaga, Kec. Teluknaga Di Bantaran Sungai (liar)
2 PT. Tri Mega Perkasa Pencucian Karung Bekas Desa Teluknaga, Kec. Teluknaga Di Bantaran Sungai
3 PT. Sinar Surya Sejati Pencucian Karung Bekas Desa Kampung Melayu barat, Air Langsung Terbuang ke Sungai di Bantaran
Teluknaga Sungai
4 CV. Fortuna Laundry Pencelupan Levis Desa Kampung Melayu barat, Membuang Langsung Limbah ke Sungai
Teluknaga (Bantara Sungai)
5 CV. Mandiri Pencucian Plastik dan Timah Bekas Desa Kampung Melayu barat, Di Bantaran Sungai
Accu Teluknaga
6 PT. Berdikari Bengkel Kapal Desa Tanjung Burung, Teluknaga Di Bantaran Sungai
7 PT. Krida Perakitan Kapal/Fiber Desa Tanjung Burung, Teluknaga Di Bantaran Sungai
8 PT. Tanjung Unggul Penggemukan Sapi Desa Tanjung Burung, Teluknaga Di Bantaran Sungai
Makmur
9 PT. Wahana Fiber Perakitan Kapal/Fiber Desa Tanjung Burung, Teluknaga Di Bantaran Sungai
10 Pabrik Es Pembuatan Es Balok Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
11 Pabrik Karung Pemncucian Karung Bekas Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
12 Pabrik Juice Pembuatan Sari Juice Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
13 PT. Pectra Pembuatan Helm Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
14 Pabrik Plastik Pencucian plastik Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
15 Pabrik Hio Pembuatan Hio Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Limbah Lilin Terbuang ke Sungai di Bantaran
Sungai
16 pabrik Ember Pembuatan Ember Plastik Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
17 PT. Bintang Jaya Pabrik Helm Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
18 PT. Pabrik Thiner Pembuatan Helm Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji Di Bantaran Sungai
Sumber data : Asisten Deputi Manufaktur, Kementrian Lingkungan Hidup diacu dalam Hatala 2007
Lampiran 19 Nilai konversi untuk setiap sumber limbah
No Sumber Limbah BOD COD TSS TN TP
(kg/unit/tahun) (kg/unit/tahun) (kg/unit/tahun) (kg/unit/tahun) (kg/unit/tahun)
1 Limbah cair domestic dengan 19.7 44 20 3.3 0.4
saluran pembuangan
2 Sapi/Kerbau 250 - 1716 80.3 -
3 Ayam/Itik 1.4 - 14.6 0.51 -
4 Kambing 36.6 - 201 8.4 -
Lampiran 20 Prediksi kontribusi penduduk terhadap pencemaran domestik
Parameter Kecamatan Jumlah penduduk Dengan saluran pembuangan limbah Kontribusi pencemaran
(jiwa) (ton/jiwa/tahun) (ton/tahun)
BOD Sepatan 74263 0,0197 1462,98
Pakuhaji 103518 0,0197 2039,31
Teluknaga 128765 0,0197 2536,67
Kosambi 109425 0,0197 2155,67
Total 415971 8194,63
COD Sepatan 74263 0,044 3267,57
Pakuhaji 103518 0,044 4554,79
Teluknaga 128765 0,044 5665,66
Kosambi 109425 0,044 4814,70
Total 415971 18302,72
TSS Sepatan 74263 0,02 1485,26
Pakuhaji 103518 0,02 2070,36
Teluknaga 128765 0,02 2575,30
Kosambi 109425 0,02 2188,50
Total 415971 8319,42
N Sepatan 74263 0,0033 245,07
Pakuhaji 103518 0,0033 341,61
Teluknaga 128765 0,0033 424,92
Kosambi 109425 0,0033 361,10
Total 415971 1372,70
P Sepatan 75000 0,0004 30
Pakuhaji 101098 0,0004 40,44
Teluknaga 125757 0,0004 50,30
Kosambi 106869 0,0004 42,75
Total 415971 166,39
Sumber data jumlah penduduk : BPS Kabupaten Tangerang
Lampiran 21 Prediksi kontribusi ternak sapi dan kerbau terhadap peningkatan BOD dan TSS
No Kecamatan Jumlah Ternak Jumlah BOD Kontribusi BOD Total
Sapi Kerbau (ton/ekor/tahun) (ton/tahun)
1 Sepatan 200 35 235 0,25 58,75
2 Pakuhaji 144 274 418 0,25 104,50
3 Teluknaga 20493 200 20693 0,25 5173,25
4 Kosambi 137 123 260 0,25 65
Total 21.606 5401,50
No Kecamatan Jumlah Ternak Jumlah TSS Kontribusi TSS Total
Sapi Kerbau (ton/ekor/tahun) (ton/tahun)
1 Sepatan 200 35 235 1,716 403,26
2 Pakuhaji 144 274 418 1,716 717,29
3 Teluknaga 20493 200 20693 1,716 35509,19
4 Kosambi 137 123 260 1,716 446,16
Total 21.606 37.075,90
Sumber data jumlah ternak : Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang
Lampiran 22 Prediksi kontribusi ternak kambing dan domba terhadap peningkatan BOD dan TSS
No Kecamatan Jumlah Ternak Jumlah BOD Kontribusi BOD Total
Kambing Domba (ton/ekor/tahun) (ton/tahun)
1 Sepatan 2102 450 2552 0,0366 93,40
2 Pakuhaji 11428 1539 12967 0,0366 474,59
3 Teluknaga 4822 608066 612888 0,0366 22431,70
4 Kosambi 3116 1539 4655 0,0366 170,37
Total 633.062 23.170,07
No Kecamatan Jumlah Ternak Jumlah TSS Kontribusi TSS Total
Kambing Domba (ton/ekor/tahun) (ton/tahun)
1 Sepatan 2102 450 2552 0,201 512,95
2 Pakuhaji 11428 1539 12967 0,201 2606,37
3 Teluknaga 4822 608066 612888 0,201 123190,49
4 Kosambi 3116 1539 4655 0,201 935,66
Total 633.062 127.245,46
Sumber data jumlah ternak : Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang
Lampiran 23 Prediksi kontribusi ternak ayam terhadap peningkatan BOD dan TSS
No Kecamatan Jumlah Ternak Jumlah BOD Kontribusi BOD Total
Itik AB ARPT ARPD (ton/ekor/tahun) (ton/tahun)
1 Sepatan 52484 913 0 68000 121397 0,0014 169,96
2 Pakuhaji 47635 80193 0 26584 154412 0,0014 216,18
3 Teluknaga 24614 389111 0 98751 512476 0,0014 717,47
4 Kosambi 17542 143108 0 90000 250650 0,0014 350,91
Total 1038935 1454,51
No Kecamatan Jumlah Ternak Jumlah TSS Kontribusi TSS Total
Itik AB ARPT ARPD (ton/ekor/tahun) (ton/tahun)
1 Sepatan 52484 913 0 68000 121397 0,0146 1772,40
2 Pakuhaji 47635 80193 0 26584 154412 0,0146 2254,42
3 Teluknaga 24614 389111 0 98751 512476 0,0146 7482,15
4 Kosambi 17542 143108 0 90000 250650 0,0146 3659,49
Total 1038935 15168,45
Sumber data jumlah ternak : Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang
keterangan
AB : Ayam Buras
ARPT : Ayam Ras Petelur
ARPD : Ayam Ras Pedaging

Anda mungkin juga menyukai